MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
Rencana Strategis Indikator Kinerja Tahunan. Lampiran 1. Kementerian Kehutanan. djpp.depkumham.go.id

Lampiran 2 PRIORITAS NASIONAL (RPJM BUKU I) Kementerian Kehutanan. djpp.depkumham.go.id

IKU KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Lampiran 3b. Rencana Strategis Program Peningkatan Pemanfaatan Hutan Produksi

Lampiran 3d. Rencana Strategis Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat

IMPLEMENTASI RAN-GRK DI SEKTOR KEHUTANAN

SUPLEMEN, RENCANA KERJA 2015 (REVISI) : PENYIAPAN LANDASAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

MATRIKS RENCANA KERJA TA DINAS KEHUTANAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

ISU ISU STRATEGIS KEHUTANAN. Oleh : Ir. Masyhud, MM (Kepala Pusat Humas Kemhut) Pada Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 7/Menhut-II/2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

tahunan tersebut, maka ditetapkan Penetapan Kinerja (PK). Perencanaan tahunan dimaksud selanjutnya menjadi dasar dalam penetapan anggaran.

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan

pembangunann baik menjamin terselenggaranya berkelanjutan, tugas Keuangan dan Tahun berpedoman Laporan Kementerian Kehutanan Maret 2014 DR.

SISTEMATIKA PENYAJIAN :

Lampiran BAB II STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Inventarisasi Hutan

BAB I PENDAHULUAN. b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan;

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KEHUTANAN

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH

2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

A. Bidang. No Nama Bidang Nama Seksi. 1. Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan. - Seksi Perencanaan dan Penatagunaan Hutan

AA. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

BAB 2 Perencanaan Kinerja

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 49/Menhut-II/2010 TENTANG

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PERSIAPAN DUKUNGAN BAHAN BAKU INDUSTRI BERBASIS KEHUTANAN. Oleh : Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Kementerian Kehutanan

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

KEBIJAKAN PRIORITAS KEMENHUT p.70/2009

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.37/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada

disampaikan oleh: Direktur Perencanaan Kawasan Kehutanan Kementerian Kehutanan Jakarta, 29 Juli 2011

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN DAN POSISI IPTEK HASIL LITBANG KEHUTANAN DI ERA PEMERINTAHAN BARU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PROGRAM : PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN USAHA KEHUTANAN (Renstra Ditjen PHPL )

RENCANA KINERJA TAHUNAN

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

I. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2010 (S/D BULAN JUNI) A. PUSAT ,96

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

PENATAAN KORIDOR RIMBA

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 6/Menhut-II/2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KEHUTANAN

Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G

KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI OLEH DIREKTUR JENDERAL BUK SEMINAR RESTORASI EKOSISTEM DIPTEROKARPA DL RANGKA PENINGKATAN PRODUKTIFITAS HUTAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

2016, No Kepada 34 Gubernur Pemerintah Provinsi Selaku Wakil Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Su

Gambaran Pembentukan Wilayah KPH

Lampiran 1. Daftar Amanat UU yang dijadikan acuan penilaian tingkat respon pemerintah daerah terhadap UU

REVITALISASI KEHUTANAN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,

Disampaikan Oleh : Ir. Muhajir, MS Kepal Balai Pengelolaan DASHL Jeneberang Saddang

OPTIMALISASI PEMANFAATAN HUTAN

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

SASARAN DAN INDIKATOR PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

KERANGKA KERJA RPPI PENGEMBANGAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

Pembangunan Kehutanan

I. INVESTOR SWASTA. BISNIS: Adalah Semua Aktifitas Dan Usaha Untuk Mencari Keuntungan Dengan

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

KRITERIA CALON AREAL IUPHHK-RE DALAM HUTAN PRODUKSI

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010)

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KEHUTANAN

KATA PENGANTAR. 2012, No.918

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN RESTORASI EKOSISTEM

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

Transkripsi:

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. Peningkatan Pemanfaatan Hutan Produksi Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan produksi dan industri primer hasil hutan, serta peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan. Areal hutan produksi tertata dalam unit-unit pengelolaan berupa KPHP dan usaha pemanfaatan (IUPHHK- HA/HT/HHBK/RE/Jasling) Produksi dan diversifikasi usaha pemanfaatan pada hutan alam produksi meningkat (sebesar 5 % terdiri dari hasil hutan kayu/hhbk/jasling) RENCANA 2011 PRAKIRAAN MAJU RENCANA PRAKIRAAN MAJU 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 334,4 316,8 328,4 334,2 a. Peningkatan Pengelolaan Hutan Tanaman b. Peningkatan Pengelolaan Hutan Alam Produksi Peningkatan produksi hutan tanaman Kinerja usaha pemanfaatan hutan tanaman dan intesitas pemanfaatan hutan produksi meningkat (luas tanaman bertambah 3 juta Ha) Penatausahaan hasil hutan dan iuran kehutanan berjalan tertib sesuai ketentuan (PNBP meningkat 25%) Ekspor hasil hutan meningkat (50% produk bersertifikat legalitas kayu) Penambahan areal ijin usaha pemanfaatan hutan 1000.000 ha 1.500.000 ha 2.250.000 ha 3.000.000 ha 47,5 49,9 52,4 55,0 tanaman (HTI/HTR) seluas 3 juta ha Penambahan areal tanaman pada hutan tanaman 1000.000 ha 1.500.000 ha 2.100.000 ha 2.650.000 ha (HTI/HTR) seluas 2,65 juta ha. Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari pada 50 unit manajemen hutan tanaman 17 unit 28 unit 37 unit 50 unit Peningkatan produksi dan diversifikasi hutan Produksi hasil hutan kayu/bukan kayu/jasa 2% 3% 4% 5% 54,2 55,3 58,1 61,0 alam lingkungan sebesar 5 % Unit IUPHHK bersertifikat PHPL meningkat 50 % 20% 30% 40% 50% II.L.029.1

50% produksi penebangan bersertifikat Legalitas 20% 30% 40% 50% Kayu Pengelolaan LOA oleh IUPHHK-HA/RE seluas 2,5 650.000 ha 1.100.000 ha 1.750.000 ha 2.500.000 ha juta ha c. Peningkatan perencanaan areal hutan produksi tertata baik dalam Terbentuknya KPHP pada seluruh kawasan hutan 19,8 20,0 20,6 20,6 pengelolaan hutan produksi kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) maupun unit-unit usaha pemanfaatan hutan produksi produksi Tersedianya areal calon/usulan pemanfaatan hutan produksi dalam bentuk unit-unit usaha pada 26 provinsi. d. Peningkatan tertib peredaran Penatausahaan hasil hutan dan iuran PNBP dari investasi pemanfaatan hutan produksi 4% 6% 8% 10% 59,2 64,8 66,8 66,8 hasil hutan dan iuran hasil kehutanan berjalan tertib sesuai ketentuan meningkat sebesar 10% hutan Implementasi SIM PUHH secara online di seluruh unit management IUPHHK dan IPHHK e. Peningkatan usaha industri Peningkatan ekspor industri hasil hutan Pemenuhan bahan baku dari hutan tanaman dan 30% 45% 60% 75% 52,1 24,2 25,0 25,0 primer kehutanan limbah meningkat 75% Produk industri hasil hutan yang bersertifikat 20% 30% 40% 50% legalitas kayu meningkat 50% Efisiensi penggunaan bahan baku industri 4% 6% 8% 10% meningkat sebesar 10% (rata-rata 2% per tahun) 2. Perencanaan Makro Terjaminnya kepastian kawasan hutan Data dan informasi geospasial dasar tematik 386,2 358,8 378,1 384,7 Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan sehingga dapat berfungsi secara optimal kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 5 judul Ijin pinjam pakai kawasan hutan dengan kompensasi PNBP paling tinggi 300 unit Rencana makro kehutanan tentang perlindungan dan konservasi sumberdaya alam, pemanfaat, rehabilitasi hutan dan lahan dan penataan ruang sebanyak 4 judul II.L.029.2

Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 Km, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan Penunjukan kawasan hutan provinsi terselesaikan 100% Keputusan Menteri Kehutanan tentang penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) di 28 a. propinsi Pengukuhan Kawasan Hutan Tata batas kawasan hutan serta terkendalinyatata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 km, perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan Keputusan penunjukan kawasan hutan propinsi selesai (100%) Penetapan kelompok hutan yang telah selesai tata batas temu gelang sebanyak 75% Rekomendasi tentang perubahan fungsi kawasan hutan terselesaikannya sebanyak 75% Penanganan berupa penerbitan Surat keputusan tentang pelepasan kawasan hutan terselesaikan sebanyak 75% b. Pembangunan Kesatuan Terwujudnya pengelolaan kawasan hutan Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan Pengelolaan Hutan (KPH) dalam unit-unit pengelolaan, baik kawasan produksi (KPHP) di 28 provinsi hutan konservasi, hutan produksi maupun hutan lindung Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK) di seluruh Indonesia Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL) di 28 provins RENCANA 2011 PRAKIRAAN MAJU RENCANA PRAKIRAAN MAJU 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 8000 km 12.000 km 18.000 km 25.000 km 30% 45% 60% 75% 30% 45% 60% 75% 30% 45% 60% 75% 10 Prov 16 Prov 22 Prov 28 Prov 36,8 37,6 39,3 39,3 10 Prov 16 Prov 22 Prov 28 Prov 10 Prov 16 Prov 22 Prov 28 Prov 76,0 79,8 83,4 83,5 II.L.029.3

c. Penyusunan rencana makro kawasan hutan d. Inventarisasi dan pemantauan sumberdaya hutan e. Pengendalian penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan di luar Perencanaan kawasan hutan secara optimal yang meliputi rencana makro kawasan hutan, penataan ruang, statistik dan pengemhangan jaringan komunikasi data kehutanan Data dan informasi sumber daya hutan yang meliputi :hasil inventarisasi, pemantauan, pemetaan dan pengelolaan jaringan data spasial terlaksananya penggunaan kawasan hutan sesuai dengan persyaratan teknis dan ketentuan yang berlaku Peraturan perundang-undangan penyelenggaraan kesatuan pengelolaan hutan (KPH) sebanyak 4 Peta areal kerja dan peta pencadangan (IUPHHK- HT dan HA, HKm, HTR) selesai 90%. Rencana makro kehutanan tentang perlindungan dan konservasi SDA, pemanfaatan, rehabilitasi hutan dan lahan, dan penataan ruang sebanyak 4 judul Persetujuan substansi teknis kehutanan dalam revisi RTRWP di seluruh Indonesia Bahan kebijakan perencanaan ruang, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan hutan sebanyak 3 judul dan data strategis kehutanan sebanyak 5 judul. Data dan informasi geospasial dasar tematik kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 5 judul Data dan informasi potensi kayu di kawasan hutan tingkat nasional sebanyak 5 judu Data dan informasi pendugaan carbon kawasan hutan tingkat nasional sebanyak 5 judu Basis data spasial sumberdaya hutan yang terintegrasi sebanyak 5 kali update Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dengan kompensasi penerimaan bukan pajak (PNBP) paling tinggi 80% dari pemohon Wajib bayar tertib membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan minimal 80% Data dan informasi penggunaan kawasan hutan tersedia di 32 provins 3 Judul 4 Judul 4 Judul 4 Judul 30% 50% 70% 90% 2 judul 3 judul 4 judul 4 judul 70% 80% 90% 100% 4 judul 6 judul 7 judul 8 judul 2 judul 3 judul 4 judul 5 judul 2 judul 3 judul 4 judul 5 judul 2 judul 3 judul 4 judul 5 judul 2 kali 3 kali 4 kali 5 kali 30% 45% 60% 80% 10,4 10,6 11,1 11,1 30% 45% 60% 80% 12 Prov 18 Prov 26 Prov 32 Prov 58,1 59,3 69,5 75,0 81,4 62,0 62,1 87,7 II.L.029.4

3. Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan Biodiversity dan ekosistemnya berperan signifikan sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global Peraturan perundangan untuk pengendalian dan penertiban penggunaan kawasan hutan tanpa ijin sebanyak 1 judul Taman nasional dan kawasan konservasi lainnya yang potensi keanekaragaman hayatinya tinggi, terdapat spesies langka dan flagship, atau mempunyai fungsi pelindung hulu sungai, dan atau memiliki potensi wisata alam signifikan, sudah dapat mandiri dalam arti mampu menghasilkan uang untuk membiayai program pengembangan konservasi Populasi keanekaragaman hayati dan spesies yang terancam pubah meningkat 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai kondisi biologis dan kesediaan habitat Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan tumbuhan dan satwa liar(tsl) ilegal, penambangan ilegal dan kebakaran hutan ) penanganannya terselaikan minimal 75% Hotspot (titik api) di pulau Kalimantan, pulau Sumatera, dan pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun Meningkatnya destinasi wisata alam yang dapat berperan dalam pasar wisata nasional 1 Judul 1 Judul 1 Judul 1 Judul 1.262,2 1.346,0 1.336,3 1.327,6 II.L.029.5

a. Pengembangan Kawasan Konservasi dan Ekosistem Esensial Meningkatnya pengelolaan dan pendayagunaan 50 unit taman nasional dan 477 unit kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB, dan HL) dan ekosistem esensial. Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB, dan HL) menurun sebanyak 5% 2% 3% 4% 5% 200,5 278,3 281,1 281,5 Pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga 4% 6% 8% 10% kehidupan meningkat 10%. Penanganan perambahan kawasan hutan pada 12 4 Prov 6 Prov 9 Prov 12 Prov provinsi prioritas (Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalsel, Kalbar, Sultra, dan Sulteng) Restorasi ekosistem kawasan konservas Peningkatan efektfitas pengelolaan kawasan 1 lokasi 2 lokasi 3 lokasi 4 lokasi konservasi melalui pengelolaan berbasis resort di 51 20 TN 30 TN 40 TN 51 TN TN prioritas Peningkatan pengelolaan kawasan konservasi ekosistem gambut 8 provins Meningkatnya efektifitas pengelolaan kawasan 2 Provinsi 4 Provinsi 6 Provinsi 8 Provinsi konservasi di area HoB (TN Kayan Mentarang, TN Bukit Baka Bukit Raya, TN Danau Sentarum, TN 3 Provinsi 3 Provinsi 3 Provinsi 3 Provinsi Betung Kerihun, CA Muller) b. Penyidikan dan Perlindungan Meningkatnya pengamanan kawasan hutan, Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal 30% 45% 60% 75% 165,3 168,6 170,3 170,5 Hutan hasil hutan dan jaminan terhadap hak negara logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, atas hutan penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75% Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun 43,70% 57,80% 68,40% 76,30% II.L.029.6

c. Pengembangan konservasi spesies dan genetik Meningkatnya kualitas konservasi keanekaragaman hayati dan produk tumbuhan dan satwa liar Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20% Peningkatan kapasitas penanganan kasus kejahatan kebakaran hutan di 10 provinsi Populasi keanekaragaman hayati dan spesies terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai kondisi biologis dan kesediaan habitat Penangkaran dan pemanfaatan jenis keanekaragaman hayati secara lestari meningkat 5% 8% 12% 16% 20% 10 Provinsi 11 Provinsi 12 Provinsi 13 Provinsi 1% 1,50% 2% 3% 2% 3% 4% 5% 92,6 93,2 93,5 93,6 d. Pengendalian kebakaran hutan Meningkatkan sistem pencegahan pemadaman, penanggulangan, dampak kebakaran hutan dan lahan Kerjasama internasional dan konvensi di bidang konservasi keanekaragaman hayati sebanyak 1 paket per tahun Terselenggaranya skema DNS Kehutanan, 2 aktifitas Penguatan kapasitas aparatur dalam upaya mitigasi dan evakuasi satwa akibat bencana kebakaran hutan di 10 provinsi Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera, dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009 Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bahaya kebakaran hutan di 30 DAOPS (10 Provinsi) 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 2 aktifitas 2 aktifitas 2 aktifitas 2 aktifitas 10 provinsi 10 provinsi 10 provinsi 10 provinsi 36% 48,80% 59,20% 67,20% 20% 30% 40% 50% 12 DAOPS 18 DAOPS 24 DAOPS 30 DAOPS 275,0 250,0 230,0 220,0 II.L.029.7

e. Pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam Meningkatnya pemanfaatan jasa lingkungan Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar dan wisata alam 60% dibandingkan tahun 2008, dan ijin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air baru sebanyak 25 unit. PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008. Peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan konservasi tertentu meningkat menjadi minimal Rp 800.000,00 per bulan per kepala keluarga (atau sebesar 30%) melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat Pelaksanaan demonstration activity REDD di 2 kawasan konservasi (hutan gambut) 10 Unit 15 Unit 20 Unit 25 Unit 91,8 93,6 94,6 94,7 12% 18% 24% 30% 0 KK 1 KK 1 KK 2 KK 4. Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas sehingga dapat mengurangi resiko bencana alam, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam usaha Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar kawasan konservasi pada 29 provins Fasilitasi dan pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, gambut dan rawa pada DAS Prioritas seluas 2,5 juta ha. Fasilitasi penetapan areal kerja pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha. Fasilitasi pembangunan hutan rakyat untuk bahan baku industri pertukangan seluas 250 000 ha Fasilitasi penetapan areal sumber benih di seluruh bioregion seluas 6.000 ha, dan pengelolaan areal sumber benih yang telah ada seluas 4 500 ha 29 Provinsi 29 Provinsi 29 Provinsi 29 Provinsi 3.032,8 3.115,9 3.392,5 3.418,1 II.L.029.8

a. Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dan b. Pengembangan Perhutanan Sosial c. Pengembangan perbenihan tanaman hutan Rencana pengelolaan DAS terpadu pada 108 unit DAS prioritas. Fasilitasi penetapan areal kerja hutan desa seluas 500.000 ha. Fasilitasi dan pelaksanaan rehabilitasi hutan pada DAS prioritas seluas 800.000 ha. RENCANA 2011 PRAKIRAAN MAJU RENCANA PRAKIRAAN MAJU 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 berkurangnya lahan kritis melalui rehabilitasi dan reklamasi hutan 320.000 Ha 480.000 Ha 640.000 Ha 800.000 Ha 1.467,8 1.541,5 1.796,5 1.801,5 Fasilitasi rehabilitasi lahan kritis pada DAS prioritas 200.000 Ha 300.000 Ha 400.000 Ha 500.000 Ha seluas 500.000 ha. Fasilitasi pengembangan hutan kota seluas 5000 2.000 Ha 3.000 Ha 4.000 Ha 5.000 Ha ha. Fasilitasi rehabilitasi hutan mangrove, gambut dan 120.000 Ha 180.000 Ha 240.000 Ha 295.000 Ha rawa seluas 295.000 ha meningkatnya pengelolaan hutan melalui Fasilitasi penetapan areal kerja pengelolaan hutan 800.000 Ha 1.200.000 Ha 1.600.000 Ha 2.000.000 Ha 1.240,4 1.243,4 1.248,4 1.268,6 pemberdayaan masyarakat kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha Fasilitasi 500 kelompok/unit ijin usaha pengelolaan 200 Klpk 300 Klpk 400 Klpk 500 Klpk HKm Fasilitasi 50 unit kemitraan usaha HKm 20 Unit 30 Unit 40 Unit 50 Unit Fasilitasi dukungan kelembagaan ketahanan pangan 8 Prov 16 Prov 22 Prov 32 Prov di 32 provinsi Fasilitasi pembangunan hutan rakyat Kemitraan 100.000 Ha 150.000 Ha 200.000 Ha 250.000 Ha untuk bahan baku kayu industri pertukangan seluas 250.000 Ha ketersediaan materi genetik, sumber benih, dan benih berkualitas yang memada Fasilitasi pembentukan dan berfungsinya sentra 12 Kab 18 Kab 24 Kab 30 Kab HHBK Unggulan di 30 kabupaten Areal kerja hutan desa seluas 500.000 ha 200.000 Ha 300.000 Ha 400.000 Ha 500.000 Ha Areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola secara 4.500 Ha 4.500 Ha 4.500 Ha 4.500 Ha 21,3 21,7 22,8 22,8 baik Fasilitasi pembangunan areal sumber benih seluas 2.100 Ha 3.300 Ha 4.500 Ha 6.000 Ha 6.000 ha Pengembangan Seed for People 1 paket per tahun 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket II.L.029.9

Pengembangan sentra bibit 1 paket/tahun 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket d. Pembinaan penyelenggaraan Terselenggaranya pengelolaan DAS secara Rencana pengelolaan DAS terpadu di 108 DAS 43 DAS 68 DAS 93 DAS 108 DAS 140,3 143,2 150,3 150,5 pengelolaan DAS terpadu pada DAS prioritas prioritas Terbangunnya base line data pengelolaan DAS di 108 BPDAS 43 BPDAS 68 BPDAS 93 BPDAS 108 BPDAS Tersedianya data dan peta lahan kritis di 36 BPDAS 14 BPDAS 21 BPDAS 28 BPDAS 36 BPDAS 5. Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan a. Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kehutanan dan Perubahan Iklim. b. Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna untuk bidang hutan alam, biodiversitas dan pengelolaan DAS sebanyak 7 judul Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna bidang hutan tanaman dan HHBK sebanyak 6 judul Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna bidang pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pegguna bidang lansekap hutan, perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan pada bidang Ketersediaan dan termanfaatkan iptek dasar dan terapan bidang lansekap hutan, adaptasi lansekap hutan, perubahan iklim dan kebijakan dan mitigas perubahan iklim, dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul kehutanan Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna pada bidang lansekap hutan, perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul tersedia dan termanfaatkannya Iptek dasar dan terapan konservasi dan rehabilitasi sumberdaya alam Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan bidang hutan alam, biodiversitas dan pengelolaan DAS, 7 judul. 232,9 220,8 229,7 229,9 22,1 22,6 23,5 23,5 23,5 23,9 24,9 24,9 II.L.029.10

c. Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan d. Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan 6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Jenderal Kementerian Kehutanan f. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya ketersediaan dan termanfaatkannya IPTEK dasar dan terapan bidang pengolahan hasil hutan ketersediaan dan pemanfaatan IPTEK dasar dan terapan hutan tanaman Terwujudnya tata kelola administrasi penyelenggaraan kepemerintahan Kementerian Kehutanan secara efektif dan efisien Meningkatnya kualitas dan kapasitas SDM Depratemen Kehutanan serta SDM kehutanan lainnya (Pemda dan Masyarakat) g.. Penyuluhan kehutanan Peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kehutanan Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna bidang hutan alam, biodiversitas dan pengelolaan DAS sebanyak 7 judul Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan pada bidang pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna bidang pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul Iptek dasar dan terapan bidang hutan tanaman dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) sebanyak 6 judul Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna bidang hutan tanaman dan HHBK sebanyak 6 judul Meningkatnya tata kelola administrasi pemerintahan Kementerian Kehutanan secara efektif dan efisien, serta mewujudkan reformasi reformasi birokrasi dan tata kelola 21,4 21,9 22,7 22,8 Penyelenggaraan SMK kehutanan 1.440 siswa 570 siswa 855 siswa 1140 siswa 1440 siswa Diklat teknis dan administrasi 15.000 orang peserta 6000 orang 9000 orang 12000 orang 15000 orang Karyasiswa lulus studi S2/S3 sebanyak 325 orang siswa Sertifikasi ISO 9001 : 2007 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan sebanyak 5 unit Pembentukan 500 kelompok masyarakat produktif mandiri 130 siswa 195 siswa 260 siswa 325 siswa 1 unit 3 unit 4 unit 5 unit 30,9 31,5 32,8 671,5 599,4 618,0 620,0 200 Klpk 300 Klpk 400 Klpk 500 Klpk 80,8 81,6 84,0 84,1 32,8 153,6 152,4 157,0 157,2 II.L.029.11

7 Pengawasan dan Peningkatan efektivitas penyelenggaraan Peningkatan Akuntabilitas kepemerintahan yang bersih dan efisien Aparatur Kementerian Kehutanan Peningkatan kapasitas 4.500 orang penyuluh kehutanan Kampanye Indonesia Menanam (KMI) pada 33 provinsi Kemitraan/jejaring kerja penyuluhan kehutanan sebanyak 5 paket Terwujudnya pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian Kehutanan, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan 1.800 Org 2.700 Org 3.600 Org 4.500 Org 33 Prov 33 Prov 33 Prov 33 Prov 2 Paket 3 Paket 4 Paket 5 Paket 44,2 43,1 44,4 44,4 TOTAL ALOKASI 5.964,2 6.000,9 6.327,4 6.358,9 II.L.029.12