BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

b. Tujuan farmakoekonomi...27 c. Aplikasi farmakoekonomi...28 d. Metode farmakoekonomi Pengobatan Rasional...32

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. usia yang muda dan tingkat fungsi premorbid yang tinggi (Kaplan dkk., 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan laju modernisasi. Data World Health Organization (WHO) tahun 2000

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

ANALISIS BIAYA PADA PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT X SURAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang. Ciriciri

BAB I PENDAHULUAN. halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menjelaskan skizofrenia sebagai suatu sindrom klinis dengan variasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa gangguan jiwa yang terjadi dari tahun ke tahun dan dari. waktu ke waktu akan berdampak negatif pada setiap individu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penderita skizofrenia sekitar 1% dari populasi orang dewasa di Amerika Serikat, dengan jumlah keseluruhan lebih dari 2 juta orang (Nevid et al., 2005). Angka kejadian skizofrenia di seluruh dunia diperkirakan 0,6-1,9% setahun (Crismon et al., 2008). Menurut hasil penelitian World Health Organization (WHO), jumlah rata-rata penderita skizofrenia tampak serupa pada budaya maju maupun sedang berkembang. WHO memperkirakan bahwa sekitar 24 juta orang di seluruh dunia menderita skizofrenia. Hampir 1 juta orang di Amerika Serikat menerima pengobatan skizofrenia setiap tahun, sekitar sepertiga dari mereka membutuhkan perawatan rumah sakit (Nevid et al., 2005). Di rumah sakit jiwa, sekitar 80% yang dirawat dengan gangguan skizofrenia. Hasil penelitian menunjukkan 25% pasien skizofrenia dapat sembuh, 25% dapat mandiri, 25% membutuhkan bantuan, dan 25% kondisi berat (Keliat et al., 2011). Biaya untuk menangani penyakit skizofrenia diperkirakan 30 milyar dolar AS setiap tahunnya dan mencakup 75% dari semua pengeluaran di Amerika Serikat yang diajukan untuk penanganan kesehatan mental (Nevid et al., 2005). Besarnya biaya yang dikeluarkan dapat dikurangi dengan pengobatan yang efektif (McCrone et al., 2004). Kehilangan pekerjaan dan produktivitas juga merupakan beban biaya yang harus ditanggung pasien skizofrenia (Fortinash dan Worret, 2004). Penelitian terbaru di Inggris tahun 2004-2005 memperkirakan biaya total skizofrenia sebesar 6,7 milyar. Dari biaya tersebut, sekitar 2 milyar (30%) untuk pengobatan biaya langsung sedangkan 4,7 milyar (70%) untuk biaya tak langsung. Biaya kehilangan produktivitas orang yang menderita skizofrenia dikarenakan pengangguran, ketidakhadiran kerja dan kematian dini sebanyak 3,4 milyar, sedangkan biaya orang yang merawat pasien skizofrenia sebesar 32 milyar. Keseluruhan biaya perawatan yang ditanggung oleh keluarga diperkirakan sebesar 615 milyar (Bhugra, 2010). 1

2 Di Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta, berdasarkan hasil rekapan tahun 2009, tercatat bahwa presentase pasien dengan gangguan jiwa yang menjalani rawat jalan sebesar 33% adalah skizofrenia paranoid, 27% adalah skizofrenia residual dan sisanya adalah gangguan jiwa jenis lainnya. Sedangkan yang menjalani rawat inap sebesar 41 % adalah skizofrenia paranoid, 19% adalah skizofrenia yang tak terinci, 16% gangguan psikotik akut dan sementara yang tak terinci, dan sisanya adalah gangguan jiwa jenis lainnya. Berdasarkan angka tersebut presentase skizofrenia paranoid tercatat yang paling tinggi dibandingkan gangguan jiwa yang lain (Aini, 2011). Dalam dasawarsa terakhir, biaya pelayanan kesehatan dirasakan semakin meningkat sebagai akibat dari berbagai faktor, yaitu perubahan pola penyakit dan pola pengobatan, peningkatan penggunaan teknologi canggih, meningkatnya permintaan masyarakat dan perubahan ekonomi secara global. Di lain pihak biaya yang tersedia untuk kesehatan belum dapat ditingkatkan, dimana kemampuan pemerintah semakin terbatas dan peran masyarakat masih belum maksimal. Sementara itu sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah kita diharapkan untuk dapat lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam menjawab berbagai tantangan tersebut diperlukan pemikiran-pemikiran khusus dalam peningkatan efisiensi atau penggunaan dana secara lebih rasional. Ekonomi kesehatan sebagai suatu alat untuk menemukan cara dalam peningkatan efisiensi dan memobilisasi sumber dana dapat dipergunakan untuk membantu mengembangkan pemikiran-pemikiran khusus tanpa mengabaikan aspek-aspek sosial dari sektor kesehatan itu sendiri (Mills and Gilson, 1990). Hal ini mendorong pentingnya untuk mengetahui besarnya biaya pengobatan skizofrenia rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta. Adapun alasan peneliti memilih RSJD Surakarta sebagai tempat penelitian karena RSJD Surakarta merupakan rumah sakit yang khusus menangani penderita penyakit skizofrenia sehingga dianggap lebih sesuai untuk dijadikan tempat penelitian.

3 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu berapakah besarnya biaya terapi pada pasien skizofrenia rawat inap di RSJD Surakarta tahun 2012. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya terapi pada pasien skizofrenia rawat inap di RSJD Surakarta tahun 2012. D. Tinjauan Pustaka 1. Skizofrenia a. Definisi Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek tidak wajar, gangguan kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat et al., 2011). b. Etiologi dan Patofisiologi Secara biologis, penyebab skizofrenia adalah gangguan neurofisiologis yang bersifat bawaan. Selain faktor biologis, skizofrenia disebabkan oleh faktor psikososial dan sosiokultural (Supratiknya, 2003). Faktor lingkungan yang menyebabkan skizofrenia meliputi penyalahgunaan obat, pendidikan yang rendah, dan status ekonomi (Carpenter, 2010). Onset skizofrenia biasanya terjadi pada masa akhir remaja atau awal dewasa usia 20 tahun, pada masa dimana otak sudah mencapai kematangan yang penuh (Nevid et al., 2005). Angka kejadian pria lebih banyak dari pada wanita dengan perbandingan 1,4 : 1 (McGrath et al., 2008). Teori neurokimia tentang skizofrenia berkembang dengan menganalisis efek antipsikotik dan propsikotik obat pada manusia dan hewan percobaan. Teori ini terutama berpusat pada peran dopamin dan glutamat pada

4 patofisiologi skizofrenia, walaupun peranan serotonin juga mendapat perhatian, terutama selama dekade terakhir (Ikawati, 2011). c. Klasifikasi Berdasarkan DSM-IV-TR (diagnostic and statistical manual of mental disorders, 4 th ed., Text Revision) terdiri dari lima sub-klasifikasi, yaitu : 1) Tipe Paranoid Pada skizofrenia paranoid ada dua kriteria yaitu delusi dan halusinasi. Gejala yang lain adalah perilaku dan cara bicara yang tidak teratur (Fortinash dan Worret, 2004). 2) Tipe Tidak Terorganisasi (Disorganized Type) Skizofrenia tipe tidak terorganisasi disebut juga skizofrenia hebefrenik, dimana gangguan berpikir dan perasaan yang datar terjadi bersama-sama (Ikawati, 2011). 3) Tipe Katatonik Gangguan yang nyata dalam aktifitas motorik dimana perilaku mungkin melambat menjadi stupor (diam atau hampir tidak bergerak) namun secara tiba-tiba berubah menjadi agitasi (gelisah) (Nevid et al., 2005). 4) Tipe Kabur (Undifferentiated Type) Ada gejala psikotik namun tidak memenuhi kriteria untuk jenis paranoid, tidak terorganisasi, atau katatonik (Fortinash dan Worret, 2004). 5) Tipe Residual Gejala positif terjadi pada intensitas rendah saja (Ikawati, 2011). ICD-10 (International Classification of Diseases, 10 th ed.) mendefinisikan dua subtipe tambahan, yaitu : 1) Post-skizofrenik depresi Episode depresi yang timbul setelah penyakit skizofrenia dimana beberapa gejala skizofrenia tingkat rendah mungkin masih ada. (Ikawati, 2011)

5 2) Skizofrenia simpel Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada skizofrenia simpel adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. (Maramis dan Maramis, 2009) d. Gejala dan Tanda Pasien didiagnosa skizofrenia jika memenuhi kriteria diagnosa menurut DSM-IV-TR (diagnostic and statistical manual of mental disorders, 4 th ed., Text Revision), yaitu : 1) Gejala karakteristik : dua atau lebih gejala berikut ini yang muncul dalam jangka waktu yang signifikan dalam periode 1 bulan, yaitu : a) Delusi (waham, keyakinan yang kuat terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak riil). b) Halusinasi (seperti mendengar suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada). c) Cara bicara tak teratur. d) Tingkah laku yang tak terkontrol. e) Gejala negatif. Catatan : jika wahamnya bersifat aneh, atau halusinasinya terdiri dari suara-suara yang mengomentari orang itu atau suara-suara yang berbicara satu sama lain, maka gejala karakteristik saja cukup untuk mendiagnosa skizofrenia. (Graber et al., 2006) 2) Disfungsi sosial atau pekerjaan : adanya gangguan terhadap fungsi sosial atau pekerjaan untuk jangka waktu yang signifikan (Fortinash dan Worret, 2004). 3) Durasi : tanda gangguan terjadi secara terus-menerus selama 6 bulan, yang merupakan gejala karakteristik seperti pada poin pertama (Crismon et al., 2008). 4) Gejala psikotik bukan disebabkan karena gangguan mood seperti pada bipolar (Varcarolis et al., 2006).

6 5) Gejala bukan disebabkan karena penggunaan obat atau kondisi medik tertentu (Ikawati, 2011). Menurut DSM-IV-TR gejala karakteristik skizofrenia ini diklasifikasikan pada dua kategori, yaitu gejala positif dan gejala negatif (Crismon et al., 2008). Gejala positif tersebut adalah delusi, halusinasi, perilaku aneh dan tidak terorganisir, bicara tidak teratur, dan ilusi (Ikawati, 2011). Sedangkan gejala negatifnya adalah alogia (kehilangan kemampuan berpikir atau bicara), perasaan atau emosi menjadi tumpul, avolition (kehilangan motivasi), anhedonia (kurangnya kemampuan untuk merasakan kesenangan, mengisolasi diri dari kehidupan sosial), dan tidak mampu berkonsentrasi (Fortinash dan Worret, 2004). e. Penatalaksanaan Skizofrenia Tujuan terapi skizofrenia adalah mengembalikan fungsi normal pasien dan mencegah kekambuhan. Sasaran terapinya bervariasi berdasarkan fase dan keparahan penyakit. Pada fase akut, sasarannya adalah mengurangi atau menghilangkna gejala psikotik dan meningkatkan fungsi normal pasien. Sedangkan pada fase stabilisasi, sasarannya adalah mengurangi resiko kekambuhan dan meningkatkan adaptasi pasien terhadap kehidupan dalam masyarakat (Ikawati, 2011). 1) Terapi Non Farmakologi Ada beberapa jenis pendekatan psikososial untuk skizofrenia yaitu Program for Assertive Community Treatment (PACT), intervensi keluarga, terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural Therapy, CBT), pelatihan ketrampilan social, dan terapi elektrokonvulsif (Electroconvulsive Therapy, ECT) (Crismon et al., 2008). 2) Terapi Farmakologi Digunakan obat antipsikotik untuk mengatasi gejala psikotik (perubahan perilaku, agitasi, agresif, sulit tidur, halusinasi, waham, dan proses pikir kacau) (Keliat et al., 2011). Macam obat antipsikotik ada dua yaitu antipsikotik tipikal atau generasi pertama (Amitriptilin, Klorpromazin, Flufenazin, Haloperidol,

7 Loksapin, Molindon, Ferfenazin, Phenobarbital, Thioridazin, Thiotiksen, dan Trifluoperazin) dan antipsikotik atipikal atau generasi kedua (Aripiprazol, Klozapin, Olanzapin, Paliperidon, Quetiapin, Risperidon, dan Ziprasidon) (Crismon et al., 2008). Pengobatan antipsikotik membantu mengendalikan pola perilaku yang lebik mencolok pada skizofrenia dan mengurangi kebutuhan untuk perawatan rumah sakit jangka panjang apabila dikonsumsi pada saat pemeliharaan atau secara teratur setelah episode akut (Nevid et al., 2005).

8 Tahap 1 : episode psikosis pertama kali Antipsikotik atipikal perlu ditimbangkan sebagai pilihan pertama. Episode yang terjadi pertama-tama pasien memerlukan dosis antipsikotik lebih rendah dan harus dimonitor karena sensitivitasnya lebih besar menimbulkan efek samping. Respon sebagian atau tidak ada Tahap 2 Pemberian tunggal antipsikotik generasi kedua atau generasi pertama (selain antipsikotik yang diberikan pada tahap 1) Tahap 3 Klozapin Respon parsial atau tidak ada Respon parsial atau tidak ada Tahap 4 Berikan klozapin dan antipsikotik generasi pertama, antipsikotik generasi kedua, dan terapi elektrokonvulsif Tidak ada respon Tahap 5 Coba terapi dengan agen tunggal antipsikotik generasi kedua atau pertama (selain yang diberikan pada langkah 1 dan 2) Tahap 6 Terapi kombinasi, yaitu antipsikotik generasi kedua + pertama, kombinasi antipsikotik generasi kedua, antipsikotik generasi pertama atau kedua, terapi elektrokonvulsif + agen lain (contoh : mood stabilizer) Gambar 1. Algoritme Tata Laksana Terapi Pada Serangan Akut Pertama Skizofrenia (Crismon et al., 2008)

9 2. Farmakoekonomi Farmakoekonomi adalah penelitian tentang proses identifikasi, mengukur, membandingkan biaya, dan konsekuensi dari produk farmasetik dan pelayanan (Bootman et al., 1996). a. Cost Analysis Analisis biaya adalah analisis yang mengevaluasi intervensi biaya. Analisis biaya (cost analysis) yang diterapkan di rumah sakit mengacu pada penggolongan biaya. Biaya tersebut digolongkan menjadi 8 macam, yaitu biaya langsung (direct cost), biaya tidak langsung (indirect cost), biaya tak teraba (intangible cost), biaya tetap (fixed cost), biaya tidak tetap (variable cost), biaya rata-rata (average cost), marginal cost, opportunity cost (Murni, 2011). b. Cost Minimization Analysis (CMA) Cost Minimization Analysis adalah tipe analisis yang membandingkan dua atau lebih intervensi, dimana hasil atau konsekuensinya diasumsikan ekuivalen dan biaya yang berkaitan dengan tiap intervensi dievaluasi dan dibandingkan (Bootman et al., 1996). c. Cost Effectiveness Analysis (CEA) Analisis efektivitas biaya membandingkan terapi yang hasilnya dapat diukur dalam satuan yang sama dalam bentuk uang (Walley et al., 2004). CEA ada sebagai bentuk komprehensif analisis ekonomi yang berusaha untuk mendefinisikan, menilai, dan membandingkan konsumsi sumber daya (input) dengan konsekuensi perawatan (output) antara dua atau lebih alternatif (Bootman et al., 1996). Keuntungan CEA adalah peneliti tidak perlu menempatkan nilai mata uang pada hasil klinis dan pengobatan dapat ditetapkan dengan efektivitas non moneter serta dapat menganalisis dengan tujuan pengobatan yang berbeda (Bootman et al., 1996). d. Cost Utility Analysis (CUA) Cost Utility Analysis adalah teknik ekonomi formal untuk menilai efisiensi intervensi kesehatan (Bootman et al., 1996). CUA mirip dengan biaya analisis

10 efektifitas bahwa ada hasil yang ditentukan dan biaya untuk mencapai hasil yang diukur dengan uang (Walley et al., 2004). Pengukuran keperluan kesehatan atau nilai preferensi diperlukan untuk perhitungan ukuran hasil yang paling umum digunakan dalam utility analysis adalah Quality Adjusted Life Years (QALY) (Bootman et al., 1996). QALY bertujuan untuk meningkatkan kelangsungan hidup (meningkatkan kuantitas hidup) dan meningkatkan kemampuan untuk menikmati hidup (meningkatkan kualitas hidup) (Walley et al., 2004). e. Cost Benefits Analysis (CBA) CBA adalah metode untuk membandingkan nilai dari semua sumber daya yang dikonsumsi (biaya) dalam menyediakan program atau intervensi dan menghasilkan keuntungan dari program atau intervensi (Bootman et al., 1996).