BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik itu pelaksana pendidikan, mutu pendidikan, sarana prasarana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TGT

BAB I PENDAHULUAN. mendorong pada pengalaman langsung dan nyata bagi para peserta didik dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, dunia pendidikan sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata pelajaran yang membosankan. Tidak heran jika sampai

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. setiap sekolahan adalah hasil belajar siswa. Berhasil atau tidaknya suatu. siswa bosan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. saja tetapi bagaimana caranya membuat suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan siswa dengan mudah memahami materi pelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki, berpikir kritis dan memecahkan permasalahan yang. mengarah pada peningkatan hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

I. PENDAHULUAN. beralasan apabila pendidikan harus mendapatkan perhatian yang cukup serius, lebihlebih. bagi kalangan pendidik maupun calon pendidik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga formal yang menyelenggarakan kegiatan

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencapai ketuntasan belajar, pada materi penjumlahan dan. mengamati dan menanya sedangkan pada tahap mengumpulkan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Materi dalam pembelajaran IPS mengandung konsep-konsep yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syerel Nyongkotu, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dan berpengaruh bagi kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Namun masalah pendidikan menjadi hal yang paling utama bahkan menjadi perhatian dan penanganan khususnya pemerintah. Pemerintah berupaya meningkatkan mutu pendidikan dan mengadakan inovasi-inovasi baru untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan agar pendidikan di Indonesia dapat berkembang dan mampu menghadapi persaingan global di dunia. Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Mendasarkan undang-undang tersebut diatas, maka proses pembelajaran yang terjadi harus ada interaksi yang baik antara guru dan siswa. Dalam interaksi ini menjadikan guru berperan sebagai fasilitator. Untuk itu perencanaan pembelajaran guru menekankan pada keaktifan siswa, suasana kondusif, pembelajaran yang efektif dan suasana yang menyenangkan menjadi prioritas utama dalam proses pembelajaran. Interaksi antara guru dan siswa akan mempermudah siswa menerima dan mempelajari pelajaran. Guru dan buku teks merupakan sumber belajar bagi siswa selama disekolah. Namun sumber belajar bukan hanya sebatas guru dan buku teks karena mengingat pengertian sumber belajar adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar ini bermanfaat dalam memberikan sumbangan yang positif untuk peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran. Jadi sumber belajar yang lain bisa diperoleh siswa dengan terjun langsung di luar sekolah. Siswa bisa belajar dari lingkungan sekitar wilayah mereka belajar. Karena disekolah merupakan sumber belajar bagi siswa maka guru harus mengetahui dan menguasai berbagai pendekatan, model, metode serta media pembelajaran agar peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran. Selain itu dalam kegiatan pembelajaran, guru juga harus memahami standar kompetensi dan 1

2 kompetensi dasar yang diajarkannya, serta memahami berbagai pendekatan dan model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk aktif belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Cara yang dapat ditempuh agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran yaitu dengan memusatkan pembelajaran kepada siswa. Dalam arti saat kegiatan berlangsung, siswa yang lebih aktif dalam mencari informasi dan guru hanya sebagai motifator serta fasilitator. Oleh karena itu perlu dikembangkan metode pembelajaran serta pendekatan pembelajaran yang efektif yang dapat memrangsang daya fikir siswa. Pendekatan pembelajaran mengutamakan pada aktifitas-aktifitas siswa untuk berfikir pada tingkat tinggi seperti: merumuskan, menemukan, membandingkan, menyimpulkan, menilai, mengarahkan, mengkritik, memutuskan, memisahkan, memprediksi, memperjelas, mengarang, menyusun. Aktifitas ini jarang dilakukan oleh guru-guru SD. Sementara aktifitas ini dapat menjadikan siswa berfikir secara kritis. Hal ini sejalan dengan Standar isi (2006) Mata pelajaran IPS yang bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Alternatif pendekatan yang dikembangkan dan dapat dipakai dalam proses pembelajaran yaitu pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri yaitu pendekatan yang berorientasi kepada siswa (student centered) yang lebih menekankan siswa memegang peran yang sangat dominan dalam suatu pembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini dimulai dengan pemberian suatu permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran, selanjutnya siswa mengkaji hipotesis serta mengumpulkan data sehingga siswa dapat merumuskan kesimpulan. Pendekatan inkuiri ini menuntut unjuk kerja siswa. Dengan siswa melakukan aktifitas ini, maka siswa akan menguasai substansi yang dilakukannya. Sehingga penilaian yang cocok dengan pendekatan inkuiri ini adalah penilaian unjuk kerja. Hasil yang akan diperoleh melalui pendekatan inkuiri dan penilaian unjuk kerja akan nampak siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan unjuk kerja siswa akan meningkat.

3 Kegiatan belajar mengajar selalu berhubungan dengan penilaian. Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui perencanaan, pengumpulan informasi, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa. Penilaian terhadap unjuk kerja siswa yang dilakukan oleh guru untuk menilai kompetensi siswa pada tingkat tertentu. Dalam kegiatan pembelajaran, guru diminta dapat memilih penilaian yang sesuai dengan materi yang disampaikan serta dapat menyesuaikan dengan karakter siswa. Sehingga dengan penilaian yang sesuai tersebut dapat meningkatkan unjuk kerja siswa. Menurut Wardani, Naniek Sulistya, dkk (2012:244) Penilaian Asesmen kinerja yang merupakan (Performance assessment) disebut juga sebagai asesmen perbuatan atau asesmen unjuk kerja. Asesmen ini menekankan pada kinerja peserta didik seperti penilaian yang dilakukan untuk tugas-tugas yang dilakukan peserta didik yang dilakukan oleh pesrta didik. Dengan penilaian ini, guru memiliki informasi yang lengkap tentang peserta didik selain penilaian yang dilakukan melalui tes. Jadi penilaian kinerja ini akan mengutamakan proses saat siswa akan berusaha mendapatkan hasilnya. Berdasarkan hasil observasi, permasalahan serupa juga terjadi di SD N Rowoboni 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang terutama kelas 4 Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013. Guru kelas 4 SD N Rowoboni 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang tidak mempunyai RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang khusus dibuat untuk setiap mata pelajaran. RPP yang ada hanya RPP yang diberikan dari Pemerintah. RPP itu masih bersifat global. Guru tidak pernah membuat RPP karena alasan tidak ada waktu untuk membuat. Alasan lain karena ada pekerjaan lain yang menyita waktu para guru sehingga pada umumnya guru di SD N Rowoboni 02 tidak pernah membuat RPP untuk setiap jam pelajaran. Pada saat kegiatan belajar mengajar, materi yang digunakan guru kelas 4 SD N Rowoboni 02 ini masih mengacu pada materi teks. Hal ini mengakibatkan siswa masih menerapkan belajar dengan cara belajar menghafal. Metode yang digunakan guru kurang menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Hal lain yang terlihat pada saat observasi, guru kelas 4

4 SD N Rowoboni 02 masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Meskipun guru menggunakan metode tanya jawab namun siswa tetap tidak antusias mengikuti pelajaran terlihat dari 22 siswa yang mendengarkan pelajaran hanya 2 orang siswa saja yang berani mengajukan pertanyaan. Sedangkan 20 siswa lainnya hanya mendengarkan materi tanpa mengajukan pertanyaan. Selain itu dari 22 siswa yang mengikuti pelajaran, hanya ada 8 siswa yang memperhatikan. Hal ini disebabkan pada saat kegiatan belajar guru tidak memakai media pembelajaran serta metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter dan lingkungan siswa. Selain itu, pada saat kegiatan belajar mengajar terlihat guru mendominasi pembicaraan dan buku sebagai sumber belajar utama. Kondisi kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru kelas ini menjadikan siswa hanya diam mendengarkan. Sistem penilaian evaluasi di SD N Rowoboni 02 masih menggunakan tes formatif biasa yang memaksimalkan kemampuan kognitif siswa saja. Hal ini menjadikan banyak kemampuan afektif dan psikomotor siswa yang tidak tersentuh atau bahkan dianggap tidak penting oleh guru untuk dinilai. Penilaian hasil memang penting dan menjadi tolak ukur dalam keberhasilan siswa selama mengikuti pembelajaran di SD. Namun penilaian proses juga harus dimaksimalkan karena penilaian proses akan melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan siswa secara maksimal. Penilaian proses dapat dilakukan dengan banyak cara. Berdasarkan pengamatan ketika guru menyampaikan materi tanpa menggunakan pendekatan pembelajaran, media serta model pembelajaran yang terarah, materi yang diperoleh siswa juga hanya sebatas menyimak buku teks. Hal ini sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, khususnya di kelas 4 SD N Rowoboni 02. Hal ini juga terlihat disaat guru memberikan evaluasi, siswa mendapatkan hasil dibawah KKM bahkan masih terdapat beberapa peserta didik yang hasil rata-rata ulangan harian IPS Semester I yang dilakukan oleh guru masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 70. Dari jumlah keseluruhan 22 siswa kelas 4 di SD Negeri 2 Rowoboni dengan rata-

5 rata nilai ulangan harian 70 dan skor maksimal yang diperoleh sebesar 83 dan skor minimal yang diperoleh sebesar 64. Berdasarkan hasil belajar siswa kelas 4 seperti yang telah dikatakan diatas, maka diperoleh solusi yang tepat untuk menangani masalah yang muncul di kelas 4 SD N Rowoboni 02 Banyubiru. Solusi yang diambil yaitu mengganti metode pembelajaran ceramah dengan pendekatan pembelajaran yang lebih menyenangkan agar hasil belajar siswa meningkat. Penelitian ini memutuskan untuk menggunakan pendekatan yang belum pernah dilakukan yaitu pendekatan Inkuiri. Selain itu, untuk mengatasi agar siswa lebih aktif dalan pembelajaran maka dilakukan penilaian proses melalui unjuk kerja. Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan dengan judul Upaya Peningkatkan Unjuk Kerja IPS Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 4 SD Negeri Rowoboni 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat ditemukan masalah yang menyebabkan rendahnya unjuk kerja IPS pada siswa kelas 4 SD Negeri Rowobono 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Masalah tersebut antara lain: Dalam pengelolaan kelas, suasa kelas yang terlihat dikelola dengan baik oleh guru. Terlihat meja dan kursi yang digunakan untuk belajar siswa diatur hanya berjajar, bahkan siswa menetap dimeja kursi selama satu tahun ajaran. Hal ini membuat siswa tidak akan tertarik dengan pembelajaran dan akan cepat merasa bosan. Ditembok dinding kelas 4 SD Rowoboni 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang ini juga terlihat sangat bersih karena tidak ada hiasan baik kata-kata maupun gambar, selain itu juga tidak ada karya siswa yang ditempel ditembok kelas itu. Hanya terlihat ada gambar lambang burung garuda dan gambar presiden serta wakil presiden Republik Indonesia. Guru kelas 4 SD N Rowoboni 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang tidak mempunyai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat sendiri. Alasan yang diberikan oleh guru tidak membuat RPP karena tidak ada waktu. Guru kelas 4 hanya mempunyai RPP yang diberikan pemerintah.

6 Sehingga pada saat observasi guru hanya memperlihatkan RPP yang diberikan pemerintah saja. Pada saat observasi kegiatan belajar mengajar IPS, guru SD N Rowoboni 02 berpusat pada guru (Teacher Centered) karena pada saat pembelajaran 70% didominasi oleh guru dengan cara ceramah saja. Keadaan ini membuat siswa tidak antusias memperhatikan guru dan selalu berbicara dengan teman sebangku mereka, bahkan ada siswa yang usil menggoda siswa lain. Dari 22 siswa yang mengikuti pelajaran,hanya ada 8 siswa yang memperhatikan. Selain itu dari 22 siswa yang berada didalam kelas hanya ada 2 orang yang mengajukan pertanyaan. Sedangkan 20 siswa lainnya hanya mendengarkan materi tanpa mengajukan pertanyaan. Keadaan seperti jika selalu didiamkan lama-lama akan membuat siswa tidak akan berkonsentrasi di setiap pembelajaran. Sistem penilain yang digunakan guru kelas 4 SD N Rowoboni 02 ini hanya menggunakan tes formatif yang mengandalkan kemampuan kognitif saja. Kemampuan afektif dan psikomotorik siswa tidak diperhatikan oleh guru. Hal ini mengakibatkan siswa beranggapan bahwa dengan belajar dirumah tanpa memperhatikan guru di kelas, siswa bisa mendapatkan hasil belajar yang baik. Namun pada kenyataannya, karena siswa tidak memperhatikan hasil belajar yang diperoleh siswa kelas 4 SD N Rowoboni 02 masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 70. Dari jumlah keseluruhan 22 siswa kelas 4 di SD Negeri 2 Rowoboni jumlah siswa yang tuntas terdapat 8 siswa dan 14 orang tidak tuntas, dengan rata rata nilai ulangan harian 70 dan skor maksimal yang diperoleh sebesar 83 dan skor minimal yang diperoleh sebesar 64. 1.3 Pemecahan Masalah Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah disebutkan di atas cara pemecahan masalah dalam pembelajaran adalah melalui penggunaan pendekatan Inkuiri. Tahapan dalam pendekatan inkuiri yaitu orientasi (tujuan pembelajaran), merumuskan masalah, pengajuan hipotesis, merumuskan kegiatan (mengumpulkan data, menjaring informasi, praktek), menganalisis data (menyajikan dalam bentuk tulisan,tabel, laporan), membuat kesimpulan, dan

7 mengkomunikasikan hasil (presentasi). Melalui penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri ini akan memberi kesempatan kepada siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, dan membatu siswa dalam penguasaan materi yang nanti pada akhirnya akan berpengaruh terhadap unjuk kerja siswa. Penilaian yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah menggunakan penilaian unjuk kerja, dimana seluruh kegiatan siswa dalam proses pembelajaran akan diamati dan dinilai oleh guru dan guru lain selain guru kelas. Penilaian ini sangat sesuai dengan pendekatan inkuiri, karena dalam pendekatan inkuiri akan menuntut siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah dengan penggunaan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan unjuk kerja IPS siswa kelas 4 SD Negeri Rowoni 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan unjuk kerja IPS dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri siswa kelas 4 SD N Rowoboni 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang semester 2 tahun ajaran 2012/2013. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung dan tidak langsung dalam dunia praktisi pendidikan dan menambah khasanah dalam dunia ilmu pengetahuan. Untuk itu, manfaat-manfaat tersebut dapat diuraikan dalam manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1.6.1 Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini untuk meningkatkan unjuk kerja siswa melalui penerapan pendekatan inkuiri.

8 2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis. 1.6.2 Manfaat Secara Praktis a. Bagi guru 1. Akan menambah pengalaman dan menggunakan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi sehingga permasalahan guru tentang materi pelajaran yang sulit dapat diatasi. 2. Dapat meningkatkan kreatifitas dan kualitas guru. 3. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan 4. Membuat materi yang diajarkan menjadi bermakna 5. Memberikan alternatif media pembelajaran untuk meningkatkan unjuk kerja siswa b. Bagi siswa 1. Meningkatkan unjuk kerja siswa 2. Siswa dapat menerima konsep-konsep mapel IPS dengan baik melalui pendekatan inkuiri. 3. Meningkatkan perhatian dan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran. 4. Dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPS terutama materi Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. c. Bagi sekolah 1. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki pembelajaran di dalam sekolahan. 2. Meningkatkan unjuk kerja siswa sebagai langkah awal untuk meningkatkan prestasi sekolah.

9 d. Manfaat bagi peneliti Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman melakukan penelitian tindakan kelas sehingga dapat menambah cakrawala pengetahuan, khususnya untuk mengetahui sejauh mana unjuk kerja siswa setelah dilakukan proses pembelajaran melalui pendekatan inkuiri.