PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA Maya Marsiana Kowira mayamarsiana@gmail.com Dosen Pembimbing: Moondore Madalina Ali, B.Sc.,M.Sc., Ph.D Binus University: Jl. Kebon Jeruk Raya No.27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530. Telp. (62-21 535 0660 Fax. (62-21) 535 0644 ABSTRACT The purpose of this study was to look at the role of self-esteem in predicting consumptive behaviors among late adolescence in Jakarta. This research distributed 250 participants with the criteria of late adolescents aged 18 to 21 years old, female or male, and is domiciled in Jakarta. Results from this study is Ho accepted and Ha refused that can be interpreted that the absence of the role of self-esteem in predicting consumer behavior in the late adolescencets in Jakarta. Keywords : Self Esteem, Consumptive, Late Adolescence ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peran harga diri dalam memprediksi perikaku konsumtif pada remaja akhir di DKI Jakarta. peneliti menyebarkan kuesioner kepada 250 partisipan dengan kriteria remaja akhir berusia 18 hingga 21 tahun, berjenis kelamin perempuan atau laki-laki, dan berdomisili di DKI Jakarta. Hasil dari penelitian ini Ho diterima dan Ha ditolak yang dapat diartikan bahwa tidak adanya peran self esteem dalam memprediksi perilaku konsumtif pada remaja akhir di DKI Jakarta. Kata Kunci: harga diri, perilaku konsumtif, remaja akhir
PENDAHULUAN Saat ini seiring dengan berkembangnya jaman banyak remaja yang mengalami perubahan khususnya dalam segi penampilan dan hal ini mendorong remaja untuk terus memenuhi berbagai kebutuhan dalam hidupnya. Seperti dilansir pada Antara.com Nongkrong di cafe atau restoran siap saji usai bubaran sekolah, kuliah atau pulang kerja, belakangan ini merupakan tren gaya hidup remaja dan eksekutif. Anak muda dan nongkrong adalah dua hal yang sudah melekat. Di sekolah-sekolah usai jam pelajaran, di kampus-kampus di antara jam kuliah, bahkan di kantor-kantor sepulang jam kantor, akan mudah dijumpai kelompok-kelompok remaja dan orang muda duduk-duduk di cafe atau resto. Di Jakarta, tak hanya pada akhir pekan saja para remaja memadati resto dan cafe, namun sepulang sekolah pun, sebagian dari mereka suka nongkrong. Hal tersebut menujukkan terjadinya perilaku konsumtif pada remaja. Menurut Fromm (1995) perilaku konsumtif merupakan perilaku kehidupan yang berlebihan dan menggunakan segala sesuatu yang mahal hanya untuk kepuasan dan kenyaman yang didorong untuk memberi kesenangan. Tambunan (2001) berpendapat aspek mendasar dalam dalam perilaku konsumtif adalah keinginan mengkonsumsi secara berlebihan. Hal ini menimbulkan pemborosan bahkan pemborosan uang hanya untuk mencapai kepuasan semata. Fromm (1995) mengemukakan empat indikator perilaku konsumtif berdasarkan ciri perilaku konsumtif, yaitu pemenuhan keinginan, barang diluar jangkauan, barang tidak produktif, dan status. Perilaku konsumtif dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor psikologis dimana seseorang terpengaruh dalam melakukan perilaku konsumtif karena adanya diantaranya motivasi. Faktor eksternal meliputi lingkungan dimana pengaruh berasal dari luar individu seperti budaya, keluarga, dan kelompok sosial. Assauri (dalam Sri Iriani dan Falahsifatul, 2013) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku membeli adalah harga diri. Menurut Tafarodi dan Swann (2001) harga diri merupakan dua aspek yang saling terkait dimana individu dapat merasa nyaman dengan dirinya (self-liking) dan menghargai kompetensi dirinya (self competence). Menurut Tafarodi dan Swann (1995,2001), dua aspek harga diri adalah self liking dan self competence. Coopersmith (1967) menjelaskan bahwa harga diri
merupakan suatu evaluasi atau hasil penilaian yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap kemampuan yang dimiliknya terutama mengenai sikap menerima dan menolak. Harga diri terbagi menjadi dua bagian yaitu harga diri tinggi dan harga diri rendah. Menurut Coopersmith (1967) Individu yang memiliki harga diri tinggi memiliki sifat aktif dan agresif dalam bidang akademis serta dalam hal hubungan sosial, sedangkan harga diri rendah dimana individu menunjukkan pehargaan yang buruk terhadap dirinya sehinga individu tidak mau menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Tambunan (2001), berpendapat bahwa perilaku konsumtif biasanya terjadi pada remaja. Mangkunegara. Monks (2000) mengatakan bahwa pada umumnya konsumen remaja mempunyai keinginan membeli yang tinggi, karena pada umumnya remaja mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, tingkah laku, kesenangan musik, dalam pertemuan dan pesta. Menurut Santrock (2012) bahwa remaja (adolescene) merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial emosional. Menurut Monks (2000) masa remaja akhir ada pada usia 18 hingga 21 tahun yang dimana pada masa ini ditandai oleh persiapan akhir dimana remaja akan memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini. METODE PENELITIAN Subjek Penelitian dan Teknik Sampling Subjek yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah remaja akhir dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang berusia 18-21 tahun. Pada penelitian ini peneliti menggunakan sampling nonprobability dengan teknik yang digunakan ada dua yaitu snowball sampling dan accindental sampling. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dan jenis penelitian yang digunakan adalah prediktif korelasional. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan dua variabel yaitu harga diri sebagai prediktor dan perilaku konsumtif sebagai kriteria. Alat Ukur Penelitian Alat Ukur Harga Diri Alat ukur SCLS-R yang dibuat oleh Tafarodi dan Swan (2001) sesuai dengan teori yang dibuat oleh Tafarodi dan Swan (2001). Alat ukur ini terbagi atas dua dimensi yaitu self competence dan self liking. Alat ukur ini menggunakan skala Likert yang terdapat lima pilihan respon yang mewakili masing-masing skor. Skala Self Esteem adalah sangat setuju = 5, setuju = 4, netral = 3, tidak setuju = 2, dan sangat setuju sekali = 1. Alat Ukur Perilaku Konsumtif Alat ukur perilaku konsumtif yang digunakan oleh peneliti adalah alat ukur yang diadaptasi oleh peneliti dari penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Palupi (2015) berdasarkan dengan teori Fromm (1995). Alat ukur perilaku konsumtif ini terdiri 4 skala yaitu perhitungan skor favorable digunakan pada kategori sangat setuju=4, setuju=3, tidak setuju=2, sangat tidak setuju= 1. Sedangkan skor untuk item yang tergolong ke dalam skor unfavorable adalah sangat setuju=1, setuju=2, tidak setuju=3, sangat tidak setuju=4. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah mencari teori untuk di gunakan sebagai acuan alat ukur. Untuk alat ukur harga diri peneliti menggunakan alat ukur dari Fromm (1995) dan untuk alat ukur harga diri peneliti menggunakan alat ukut dari Tafarodi dan Swann (2001). Peneliti melakukan face validity pada 6 remaja dan melakukan expert judgement. Setelah itu peneliti melakukan field pada 250 subjek yang sesuai dengan kriteria. Hipotesa Penelitian
H0 Ha : Tidak ada peran harga diri dalam memprediksi perilaku konsumtif pada remaja akhir di DKI Jakarta. : Terdapat peran harga diri dalam memprediksi perilaku konsumtif pada remaja akhir di DKI Jakarta. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada hasil uji regresi linier sederhana yang dilakukan oleh mendapatkan hasil bahwa nilai signifikansi adalah 0.063 dan dapat disimpulkan bahwa hasilnya adalah H 0 diterima karena nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 (0.063> 0.05). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada peran harga diri dalam meprediksi perilaku konsumtif pada remaja akhir di DKI Jakarta. Sumartono (dalam Hotpascaman & Irmawati, 2010) mengatakan munculnya perilaku konsumtif dikarenakan faktor eksternal yaitu kelompok referensi. Menurut Zumrotin (1996) perilaku konsumtif ditunjang oleh beberapa faktor yaitu naiknya pendapatan, iklan, dan westernisasi yang merupakan faktor eksternal dari perilaku konsumtif. Harga diri merupakan faktor internal dari perilaku konsumtif, sehingga tidak adanya peran harga diri dalam memprediksi perilaku konsumtif dapat dikarenakan harga diri merupakan faktor internal bukan eksternal. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil data yang diolah oleh peneliti melalui SPSS mendapatkan hasil regresi dengan nilai signifikan sebesar 0.063 dari variabel independen yaitu harga diri dan variabel dependen yaitu perilaku konsumtif. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada peran harga diri dalam memprediksi perilaku konsumtif pada remaja akhir di DKI Jakarta. Saran Peneliti berharap agar penelitian dapat membantu dalam perkembangan ilmu psikologi di Indonesia dan menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya. Saran bagi
penelitian selanjutnya, sebaiknya responden dipilih secara selektif agar dapat sesuai dengan kriteria yang diinginkan agar data yang didapatkan nanti dapat memiliki hasil yang terdistribusi secara normal REFERENSI Coopersmith, Stanley.(1967). The antecendents of self esteem. San Fransisco : Freeman Fromm, E. (1995) The sane society New York : Reinhart Kartila, I. (2012). Nongkrong di café jadi gaya hidup. Diakses pada tanggal 21 Agustus 2015 dari website http://www.antaranews.com/berita/300726/nongkrong-di-cafejadi-gaya-hidup Mangkunegara, A.,P. (2009). Evaluasi kinerja sumber daya manusia. Bandung: Refika Aditama. Monks. (2000). Psikologi perkembangan: pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Palupi, O., V. (2015).Hubungan antara harga diri yang dimiliki remaja akhir dan perilaku konsumtif pada remaja akhir di Jakarta. S1 Thesis. Jakarta: Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Fildman, R. D. (2007). Human development (10 th ed.). New York: McGraw-Hill. Santrock, J.W. (2003). Adolescence: perkembangan remaja (penerjemah Adelar,S.B; saragih, S.). Jakarta : Erlangga. Santrock, J.W (2012). Adolescence (4 th ed). New York: McGraw-Hill. Tambunan, R.(2001). Remaja dan perilaku konsumtif.jurnal Psikologi dan Masyarakat. Diakses pada tanggal 8 Maret 2015 dari http//.www.epsikologi.com/remaja/191101 htm.