BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan pembahasan masalah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu karya yang terlahir dari perasaan dan imajinasi, perasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL 9 dari NADIRA KARYA LEILA S. CHUDORI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama anak, tempat anak meniru

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. sikap yang buruk berupa ungkapan vulgar serta mudah tersulut emosi, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

ANALISIS NILAI MORAL PADA NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggambarkan kehidupan baik kehidupan dari diri pengarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring terjadinya krisis perilaku yang tidak baik melanda

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan menyimpan nilai-nilai pendidikan karakter yang begitu kaya. Begitu

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam ekspresi ungkapan pengalaman pribadi, pemikiran,

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

NILAI MORAL NOVEL BULAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION DI KELAS XI SMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

NILAI MORAL DALAM NOVEL MENEBUS IMPIAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat di suatu negara. Novel berperan sebagai aspirasi

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

Analisis Struktural Novel Rangsang Tuban Karya Padmasusastra dan Pembelajarannya di SMA

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUHAN. detail yang berbeda. Nilai berasal dari bahasa latin, dari kata value

Transkripsi:

181 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat Prabangkara karya Ki Padmasusastra menghasilkan beberapa temuan penting yang dapat dirumuskan dalam simpulan sebagai berikut: 1. Struktur dalam Serat Prabangkara Ditinjau dari segi struktur karya sastra meliputi unsur-unsur intrinsik dalam novel Serat Prabangkara memiliki empat struktur meliputi tema, tokoh, penokohan, dan karakter. (1) Tema dalam cerita Serat Prabangkara adalah percintaan, yaitu percintaan antara Pangeran Adipati Prabangkara dengan Rara Apyu. (2) Tokoh dan penokohan dalam Serat Prabangkara sebagian besar menggunakan nama sapaan orang Jawa, karena faktor pengarang yang berlatarbelakangkan Jawa. Adapun tokoh yang berperan penting dalam cerita Serat Prabangkara meliputi Pangeran Adipati Prabangkara, Rara Apyu, Prabu Ondakara, Dewi Geniyara, Pangeran Ondapawaka, Dewi Geniyara, Jaka Geniroga, Mbok Jurutaman, Juragan Mertyubeya, Ki Pedhakbrama, Orang Badhuwi, dengan watak masing-masing. (3) Berkenaan dengan karakter tokoh Serat Prabangkara pengarang mampu melukiskan perwatakan tokoh yang terungkap melalui penampilan fisik, tindakan, maupun psikisnya. Dalam Serat Prabangkara ini karakter tokoh secara garis besar menjunjung tinggi adat budaya Jawa. Hal itu tidak terlepas dari peran pengarang, yaitu Ki Padmasusastra yang berasal dari Jawa (Surakarta). Dengan demikian

182 aspek tata krama, unggah-ungguh basa yang dibalut dalam suasana sosial kaum priyayi dan wong cilik merupakan hal yang sangat melekat dalam Serat Prabangkara. Dalam budaya Jawa struktur dan fungsi peran perempuan dalam masyarakat dianggap dalam posisi di bawah kekuasaan lelaki- lelaki. Kebanyakan tokoh-tokoh perempuan dalam novel ini mengalami perlakuan diskriminasi yang diakibatkan oleh persepsi budaya dalam sistem patriarkhi. Perempuan Jawa dalam sistem patriarkhi menempatkan perempuan sebagai sosok yang lemah lembut tidak boleh berperilaku kasar, atau menyampaikan perasaan emosi dengan bahasa yang kurang sopan. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan Jawa harus mencerminkan sikap lemah lembutnya sebagaimana ajaran pada perempuan Jawa. 2. Aspek Psikoanalisis (id, ego, superego) dalam Serat Prabangkara Aspek Psikoanalisis dalam Serat Prabangkara karya Ki Padmasusastra ini mengungkapkan tentang dinamika dan proses kejiwaan para tokohnya. Analisis penokohan dalam novel dapat diperoleh gambaran mengenai proses kejiwaan dari masing-masing tokoh yang dipengaruhi faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Proses kejiwaan tokoh-tokohnya dapat dipahami melalui pendalaman teori Sigmund Freud (id, ego, dan superego) yang dapat menggambarkan suasana dan perasaan hati para tokoh. Hal ini tidak lepas dari kemampuan pengarang dalam melukiskan perwatakan tokoh yang ada dalam karyanya. Melalui teori kepribadian yang diungkap oleh Sigmund Freud, maka dapat diambil kesimpulan bahwa superego berperan sebagai penghalang pulsi-pulsi id dan ego dalam diri para tokoh Serat Prabangkara karya Ki Padmasusastra. Superego dalam diri para tokoh Serat Prabangkara karya Ki Padmasusastra

183 tersebut berdasar atas hasil pendidikan, moral, maupun nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Ketiga sistem kepribadian tersebut terkadang tidak saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Serta tidak dinampakkan ketigatiganya secara beriringan. Terkadang hanya nampak id dan ego, namun terkadang pula tidak nampak unsur id tetapi hanya unsur ego dan superego. 3. Nilai Pendidikan Karakter dalam Serat Prabangkara Serat Prabangkara mengandung ajaran atau nilai pendidikan karakter yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Nilai pendidikan karakter tersebut adalah nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan yaitu religius; nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri yang meliputi: jujur, tanggung jawab, kerja keras, dan mandiri; nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan sesama meliputi: patuh pada aturan-aturan sosial dan santun; nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan lingkungan yaitu peduli sosial; sementara nilai kebangsaan dalam Serat Prabangkara adalah nilai pendidikan karakter nasionalis. Nilai pendidikan dalam Serat Prabangkara ini lebih pada cerminan sikap hidup dan kebijaksanaan hidup orang Jawa yang memegagang prinsip harmonis sebagi bukti keluhuran budi pekerti Jawa. B. Implikasi Penelitian ini secara umum sangat berimplikasi membangun nilai-nilai karakter humanisme dalam pergaulan hidup di masyarakat. Implikasi dari temuan penelitian mencakup pada tiga hal, yakni implikasi teoretis, praktis, dan pedagogis. Implikasi teoretis berhubungan dengan kontribusinya bagi perkembangan teori-teori sastra khususnya psikologi sastra. Sedangkan implikasi

184 praktis berkaitan dengan kontribusinya temuan penelitian terhadap dunia masyarakat, lingkungan keluarga, dan kebudayaan bangsa. Sedangkan implikasi pedagogis adalah kaitanya dengan dunia pendidikan di sekolah, khususnya penanaman nilai pendidikan karakter bagi peserta didik. Adapun implikasi hasil penelitian secara rinci sebagai berikut. 1. Implikasi Teoretis a. Teori Struktur Karya Sastra Hasil penelitian ini berimplikasi terhadap perkembangan teori struktur karya sastra karena penelitian ini mengulas secara mendalam tentang unsurunsur intrinsik karya satra. Sehingga kajian struktur karya sastra yang digunakan untuk mengkaji Serat Prabangkara ini dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian tentang struktur karya sastra. b. Teori Psikologi Sastra Signifikansi studi ini adalah mengkonfirmasi asumsi teoretis psikoanalisis Sighmund Freud yaitu mengenai konsep id, ego, dan superego. Hasil penelitian Novel Serat Prabangkara karya Ki Padmasusastra ini memiliki implikasi terhadap ilmu sastra khususnya psikologi sastra. Proses penelitian ini didasarkan atas pengamatan secara cermat melalui metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Penelitian ini menjelaskan tentang teori struktur karya sastra dan psikologi tokoh dalam sebuah karya sastra novel berdasarkan konsep id, ego, dan superego menurut teori psikoanalisis Sigmund Freud. Oleh karena itu penelitian ini berguna dalam pengembangan teori-teori psikologi sastra

185 dengan mendalami kejiwaan para tokoh yang terdapat dalam sebuah karya sastra. 2. Implikasi Praktis a. Masyarakat Novel Serat Prabangkara karya Ki Padmasusastra memiliki implikasi dalam dunia masyarakat. Novel ini dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan yang terjadi di dalam keluarga kerajaan (pemerintah) maupun masyarakat umum. Konflik secara psikologi pada kehidupan sosial yang juga dialami oleh hampir setiap manusia, serta dalam dunia pendidikan yang dihadapi oleh masyarakat pada umumnya. Konflik-konflik psikologi yang muncul bukanlah merupakan hambatan untuk mencapai keinginan. Manusia akan dianggap dewasa ketika dapat mandiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana pun dia tinggal. Kehidupan tokoh dapat memberikan gambaran baik secara implisit maupun eksplisit bahwa tekanan psikologi yang dialami manusia haruslah dihadapi dengan tegar dan percaya diri, bukan sebaliknya. Masalah yang diangkat dalam Serat Prabangkara juga dapat mengajarkan siswa untuk menjadi pribadi yang berakhlak dan bermoral. Novel ini dapat pula dijadikan sumber belajar bagi penikmat sastra masyarakat umum. Karena dalam Serat Prabangkara dihadirkan sesuai dengan realita kehidupan masyarakat. Serat Prabangkara memberi gambaran bahwa masyarakat cenderung menganggap bahwa menjadi keluarga bangsawan adalah sesuatu yang menyenangkan karena segalanya serba

186 tercukupi dari segi materi, selain itu keluarga bangsawan akan menjadi sangat dihormati oleh semua rakyat. Namun kenyataannya tidak selalu demikian, karena sebagian orang justru tidak menyukai dengan posisi tersebut. Mengingat keluarga bangsawan harus selalu menjaga kehormatan, maka banyak aturan-aturan yang harus ditaati. Segala macam perbuatan harus selalu yang terbaik, sehingga hal ini justru menimbulkan beban tersendiri bagi keluarga bangsawan. b. Pendidikan di Lingkungan Keluarga Serat Prabangkara juga tergambar ajaran pendidikan tentang menjaga kerukunan dan saling menyayangi antarkeluarga. Rasa sangat menyayangi keluarganya ditunjukkan oleh para tokoh dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menjadi pelajaran bagi masyarakat yang kurang memerhatikan hal tersebut. Masyarakat saat ini cenderung disibukkan dengan urusan pribadi dan pekerjaan masing-masing. Sebagai keluarga yang hidup bersama sudah selayaknya saling menyayangi dan saling menjaga agar tercapai keutuhan keluarga. Berbagai gambaran masyarakat mengenai menjaga keutuhan keluarga diharapkan dapat memberikan suatu pelajaran berharga bagi masyarakat agar mampu memahami kondisi serta perasaan orang lain sehingga menumbuhkan rasa kebersamaan hingga ikatan batin yang kuat dalam kehidupan keluarganya. c. Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Penelitian ini sangat terkait dengan upaya pengembangan kebuyaan bangsa Indonesia. Temuan penelitian menunjukkan bagaimana lunturnya

187 pemahaman generasi Jawa akan budayanya. Keterbukaan dari budaya modern dalam satu sisi memberikan ruang kebebasan, namun disisi lain merusak tatanan budaya bangsa sendiri. Budaya ketimuran difahami sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman, tidak berkembang dan tidak memberikan ruang kebebasan bagi masyarakatnya. Kecintaan, rasa hormat, dan bangga memiliki budaya luhur bangsa sangat kuat diajarkan dalam Serat Prabangkara. Generasi muda harus dikenalkan dengan budaya bangsa senadiri agar mereka mengetahui dan memahami karakter budaya bangsanya. Dalam lingkungan keluarga, orang tua harus mampu mendidik anak-anaknya dengan budayanya sendiri. Menghargai tata krama pergaulan hidup dalam keluarga, masyarakat dan bernegara. Hal tersebut sangat kuat tercermin dalam Serat Prabangkara. 3. Implikasi Pedagogis Sesuai dengan amanat cerita yang ada dalam Serat Prabangkara adalah tentang nilai-nilai pendidikan yang tercermin dalam pergaulan masyarakat khususnya Jawa. Nilai pendidikan moral terkait dengan ajaran etika perilaku budi pekerti luhur dalam kehidupan masyarakat Jawa sehari-hari. Pendidikan moral dan budi pekerti luhur merupakan inti dari pergaulan hidup orang Jawa untuk menumbuhkan sikap harmonis. Nilai-nilai pendidikan yang ada dalam karya sastra sebenarnya sangat berimplikasi dalam ikut andil pembentukan pendidikan karakter peserta didik. Pada dasarnya karya sastra memuat nilai-nilai ajaran pendidikan budi pekerti luhur sebagai amanat yang disampaikan dalam karya sastra. Amanat tersebut

188 merupakan representasi dari kondisi sosial yang dipahami oleh pengarang. Sehingga struktur yang dibangun dalam cerita merupakan struktur persoalan yang terjadi dalam masyarakat. Ajaran-ajaran kebaikan dalam sastra secara umum dapat dipahami sebagai refleksi pengarang terhadap persoalan yang terjadi dalam lingkungannya. Sikap ini sebagai bentuk tanggung jawab pengarang untuk memberikan edukasi kepada masyarakat pembacanya. Nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalam Serat Prabangkara ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran di sekolah. Sehingga karakter positif para tokoh dalam Serat Prabangkara diharapkan dapat dijadikan contoh kepada pembaca khususnya peserta didik. Hal ini terkait dengan upaya pemerintah dalam upaya membentuk delapanbelas karakter bangsa yang harus dimasukkan ke dalam pembelajaran di sekolah. Nilai pendidikan karakter tersebut adalah nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan yaitu religius. Nilai religius ini tergambar melalui tokoh utama Pangeran Adipati Prabangkara yang dalam setiap melakukan segala hal selalu melibatkan Tuhan. Hal ini juga ia lalukan ketika ia sedang mendapatkan musibah, lalu ia dengan segera pula mengingat serta mohon ampun kepada Tuhan. Masalah ini sangat penting mengingat dewasa ini masyarakat telah mulai banyak yang lebih mengutamakan rasionalitas daripada aspek religiusnya. Ini terjadi karena masyarakat jaman sekarang telah terpengaruh oleh budaya asing yang lebih mengutamakan nilai-nilai rasionalitasnya.

189 Selanjutnya, Serat Prabangkara juga memuat nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri yang meliputi: jujur, tanggung jawab, kerja keras, dan mandiri. Keempat nilai tersebut tergambarkan oleh tokohtokoh yang berbeda, baik tokoh utama maupun tokoh bawahan. Sebagai contoh nilai kejujuran tergambar melalui diri tokoh utama Pangeran Adipati Prabangkara. Ia tidak pernah belajar untuk berbohong kepada semua orang. Sifat tersebut tercermin dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Hal itu tetap dilakukan meskipun ia dalam keadaan berbahaya sekalipun, yaitu ketika ia berada dalam rumah Ki Umbul Pedhakbrama yang berniat untuk mengambil harta dan membunuhnya. Penerapan nilai kejujuran ini sangat penting mengingat kejujuran sekarang memang telah menjadi masalah yang sangat pelik dalam negeri ini. Sehingga tindakan kecurangan dan menghalalkan segala cara demi meraih apa yang diinginkan sekarang telah menjadi hal yang biasa. Selain itu nilai tanggung jawab, kerja keras, dan mandiri juga harus dimiliki setiap individu karena nilai tersebut adalah kunci utama yang harus dimiliki setiap individu intuk meraih kesuksesan. Novel Serat Prabangkara ini menggunakan kosa kata bahasa Jawa ragam krama yang baik dan benar. Sehingga selain dapat dijadikan media belajar bahasa Jawa krama, hal tersebut dapat pula memicu keaktifan siswa dalam mengapresiasi sebuah karya sastra Jawa, yaitu dengan cara memicu siswa untuk mencari kosa kata yang dianggap susah di dalam kamus. Dengan demikian, pendidikan karakter mandiri dan bekerja keras diharapkan tumbuh dalam mengapresiasi Serat Prabangkara.

190 C. Saran-saran Berdasarkan temuan dan simpulan penelitian, terdapat beberapa saran atau rekomendasi yang diberikan peneliti. Adapun saran atau rekomendasi dapat dirincikan sebagai berikut: 1. Siswa Diharapakan siswa dapat memilih bacaan yang bermutu dan dapat memberikan pengaruh positif bagi siswa. Selain tersebut, diharapkan siswa dapat mengambil hikmah dari membaca novel. Siswa dapat meneladani sifat dan watak tokoh dalam novel Serat Prabangkara. Isi cerita dalam Serat Prabangkara ini hendaknya dapat dijadikan bahan perenungan bagi siswa agar lebih menghargai orang lain dan menumbuhkan sifat pekerja keras sehingga menjadi pribadi yang tangguh. Nilai-nilai positif dalam Serat Prabangkara juga diharapkan dapat menjadi dasar bagi siswa untuk menerapkannya dalam berperilaku di kehidupan di masyarakat. 2. Guru Bagi guru bahasa dan sastra Jawa hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan dalam upaya untuk meningkatkan pembentukan karekter bangsa bagi peserta didik. Oleh karena Serat Prabangkara ini memberikan contoh tentang karakter baik dan buruk lewat tokoh-tokoh ceritanya. Perjuangan tokoh dengan kesungguhan dan keteguhan hatinya akhirnya terpenuhi cita-citannya. Semua itu dilakukan dengan usaha yang keras tanpa pantang menyerah meskipun cobaan menghadang dalam perjalanan hidupnya. Pembelajaran sastra bagi peserta didik seharusnya dapat membentuk cara pandang manusia Indonesia yang memiliki

191 karakter kuat, sehingga pembelajaran sastra diharapkan mampu memperkokoh pembentukan karakter dari peserta didik. Selanjutnya, diharapkan guru dapat memilih Serat Prabangkara sebagai media pembelajaran, karena serat tersebut merupakan salah satu alternatif novel yang baik yang dapat dijadikan sumber bahan pembelajaran siswa khususnya untuk jenjang SMP dan SMA, karena novel ini mengangkat realita yang ada dalam masyarakat. Berbagai macam kesulitan hidup dan cara tokoh dalam mengatasinya akan menjadi pelajaran berharga bagi siswa dalam menjalani kehidupan selanjutnya. 3. Mahasiswa Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan muncul penelitian sejenis lainnya, sehingga dapat menambah ilmu psikologi sastra dan memperluas khasanah ilmu kesastraan dalam dunia pendidikan. Selain itu, diharapkan pula bagi teman mahasiswa selanjutnya agar meneliti Serat Prabangkara, karena Serat Prabangkara ini merupakan serat yang baik kualitasnya, namun baru diteliti oleh satu orang, yaitu penulis penelitian ini sendiri. 4. Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perubahan yang lebih baik kepada pembaca dalam menyikapi permasalahan yang ada dalam kehidupan supaya dihadapi dengan lebih arif dan bijaksana. Selain itu, pembaca juga diharapkan dapat mengambil sisi positif dari penokohan dalam novel Serat Prabangkara, terutama sikap sopan yang selalu diperagakan oleh para tokoh, meskipun mereka dalam keadaan berselisih. Namun disisi lain penulis

192 mengharapkan kepada pembaca agar tidak menyontoh perilaku negatif yang terdapat dalam cerita, misalnya tentang hubungan badan yang dilakukan oleh Pangeran Ondapawaka kepada Jurutaman yang notabene pembantu kerajaan, sehingga merekan bukan pasangan yang sah. 5. Javanologi Diharapkan Javanologi menyimpan serat-serat karya Ki Padmasusastra, kususnya Serat Prabangkara. Karena serat tersebut merupakan karya sastra Jawa yang sangat baik, dan juga banyak menyimpan unsur pendidikan yang dapat berdampak positif bagi pembaca. Sehingga dengan menyimpan serat-serat karya Ki Padmasusastra, diharapkan dapat memicu peneliti selanjutnya untuk mengkaji serat-serat karya Ki Padmasusastra. 6. Bagi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Temuan penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran sastra diperguruan tinggi, sebagai bahan ajar mata kuliah apresiasi sastra, kritik sastra atau kajian-kajian dalam mata kuliah psikologi sastra. Ketersedian temuan data penelitian dan secara teoretis dapat digunakan sebagai bahan dalam satuan acara perkuliahan mata kuliah pengajaran sastra.