BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA GANGGUAN DAN IMPLEMENTASI RELAI OGS

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri.

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

ABSTRAK Kata Kunci :

BAB II SALURAN DISTRIBUSI

BAB II DASAR TEORI. 2 dengan kapasitas maksimum 425MW, unit 3 dan 4 dengan kapasitas maksimum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA GANGGUAN PLTU 2 BANTEN LABUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR

ANALISA TROUBLE DIFFERENTIAL RELAY TERHADAP TRIP CB ( CIRCUIT BREAKER ) 150 KV TRANSFORMATOR 30 MVA PLTGU PANARAN

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TRAFO TENAGA 60 MVA SHORT CIRCUIT ANALYSIS OF POWER TRANSFORMER 60 MVA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki kapasitas 4 X 425 MW dan 3 X 600 MW. PLTU ini. menggunakan bahan bakar batubara dalam prosesnya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB IV ANALISA GANGGUAN SWITCH GEAR 10.5 KV

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979.

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

PENDAHULUAN. Adapun tampilan Program ETAP Power Station sebagaimana tampak ada gambar berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

PENGGUNAAN RELAY DIFFERENSIAL. Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT

STUDI ANALISIS SISTEM KOORDINASI PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) PADA GARDU INDUK GODEAN

KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00)

Rifgy Said Bamatraf Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng.

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai adalah tegangan dan arus bolak-balik ( AC). Sedangkan tegangan dan arus

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

GT 1.1 PLTGU Grati dan Rele Jarak

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS UTAMA PADA GAS TURBIN GENERATOR PLTGU

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

BAB III PERALATAN LISTRIK PADA MOTOR CONTROL CENTER (MCC) WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB III TEORI DASAR DAN DATA

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN SETTING RELAI JARAK SUTET 500. kv KRIAN - GRESIK

Studi Hubung Singkat pada Beban Pemakaian Sendiri Sistem Pembangkitan di PT Indonesia Power UBP Kamojang

Pengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB VI. RELE DIFFERENTIAL

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI

SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III KONSEP PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

ANALISA GANGGUAN PADA ELECTRIC ARC FURNACE (EAF) AKIBAT ARUS INRUSH TRANSFORMATOR & RESONANSI FILTER HARMONISA PABRIK PELEBURAN BAJA PT.

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Analisis Unjuk Kerja Tiga Unit Inter Bus Transformers 500 MVA 500/150/66 kv di GITET Kediri

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN...

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

Pengujian Relay Arus Lebih Woodward Tipe XI1-I di Laboratorium Jurusan Teknik Elektro

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN DI PT. WILMAR NABATI GRESIK AKIBAT ADANYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN FASE 2

ANALISIS SETTING RELE OGS SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TRANSFORMATOR 3 UNTUK MENJAGA KONTINYUITAS ALIRAN DAYA DI GARDU INDUK PESANGGARAN

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

BAB II LANDASAN TEORI

Penentuan Setting Rele Arus Lebih Generator dan Rele Diferensial Transformator Unit 4 PLTA Cirata II

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI 3.1 Generator dan Transformator Unit Generator Suatu alat listrik yang merubah energi gerak berupa putaran dari turbin yang dipasang seporos dengan generator, kemudian dirubah menjadi energi listrik. Pada PLTU Suralaya Tegangan output yang dikeluarkan sebesar 23KV. Transformator atau juga dikenal dengan trafo, merupakan suatu alat listrik yang berfungsi untuk mentransformasikan tegangan listrik pada suatu besaran ke besaran yang lain, baik untuk menaikkan tegangan ( trafo step-up) maupun menurunkan tegangan (trafo step-down). Pada PLTU Suralaya terdapat beberapa jenis trafo yang digunakan dengan kapasitas yang bervariasi yang memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing. Gambar 3.1 Sistem kelistrikan trafo PLTU Suralaya 21

22 3.1.1 Generator Spesifikasi Generator di PLTU Suralaya sebagai berikut : Tabel 3.1 Spesifikasi Generator 1-4 Jenis data Pabrik pembuat Kapasitas Daya Output Tegangan Arus Besaran MITSUBISHI ELECTRIC CORP 471 KVA 400.000KW 23 KV 11.823 A Fasa 3 Frekuensi 50 Hz Faktor Daya 0,85 Media Pendingin Hidrogen Impedansi 12% Tabel 3.2 Spesifikasi Generator 5-7 Jenis data Pabrik pembuat Kapasitas Daya Output Tegangan Arus Besaran MITSUBISHI ELECTRIC CORP 767 KVA 600.000KW 23 KV 19.253 A Fasa 3

23 Frekuensi 50 Hz Faktor Daya 0,85 Media Pendingin Hidrogen Impedansi 12% 3.1.2 Main Transformer Merupakan Trafo yang mentransformasikan tegangan listrik dari generator sebesar 23 KV di step-up menjadi 500KV untuk disuplai ke jaringan. Pada masing-masing unit terdiri dari satu buah. Tabel 3.3 Spesifikasi Main Transformator 1-4 Jenis data Pabrik pembuat Tipe Tegangan Primer Tegangan Sekunder Besaran MITSUBISHI ELECTRIC CORP Oil Immersed Two Winding Outdoor 23 KV 500 KV Fasa 3 Frekuensi Kapasitas 50 Hz 470.000 KVA Impedansi 12,5% Tabel 3.4 Spesifikasi Main Transformator 5-8 Jenis data Pabrik pembuat Tipe Besaran MITSUBISHI ELECTRIC CORP Oil Immersed Two Winding Outdoor

24 Tegangan Primer Arus Primer Tegangan Sekunder Arus Sekunder 23 KV 17195 A 500 KV 791 A Fasa 3 Frekuensi Kapasitas 50 Hz 685.000 KVA Impedansi 11,9% 3.1.3 Unit Service Transformer (UST) Trafo ini merupakan kelengkapan dari unit pembangkit, yang berfungsi untuk mensuplai tegangan ke peralatan-peralatan unit pembangkit yang bersangkutan atau disebut dengan Pemakaian Sendiri. Trafo ini mendapatkan sumber daya listrik dari generator 23KV kemudian di step-down menjadi 10,5KV dan masuk ke bus 10,5KV sisi A dan B Peralatan-Peralatan unit. Karena suplai berasal dari generator, maka UST hanya dapat dioperasikan pada saat unit beroperasi, dan masing-masing unit memiliki 2 buah UST. Tabel 3.5 Spesifikasi Unit Service Transformer 1-4 Jenis data Pabrik pembuat Tipe Tegangan Primer Besaran MITSUBISHI ELECTRIC CORP Oil Immersed Two Winding Outdoor 23 KV

25 Tegangan Sekunder 6 KV Fasa 3 Frekuensi Kapasitas 50 Hz 46.000 KVA Tabel 3.6 Spesifikasi Unit Service Transformer 5-8 Jenis data Pabrik pembuat Tipe Tegangan Primer Tegangan Sekunder Besaran MITSUBISHI ELECTRIC CORP Oil Immersed Two Winding Outdoor 23 KV 10,5 KV Fasa 3 Frekuensi Kapasitas 50 Hz 56.000 KVA 3.1.4 Station Service Transformer (SST) Trafo ini merupakan trafo yang memiliki sumber daya listrik dari jaringan 150 KV kemudian di step-down menjadi 10,5KV, dimana trafo ini berfungsi mensuplai ke bus 10,5 KV sisi A dan B Peralatan unit pada saat unit stop atau firing. Dan untuk mensuplai peralatan-peralatan bantu yang eksensial, artinya peralatan penting yang tidak boleh stop operasi. Masingmasing unit terdiri dari 2 buah.

26 Tabel 3.7 Spesifikasi Station Service Transformer 1-4 Jenis data Pabrik pembuat Tipe Tegangan Primer Tegangan Sekunder Besaran MITSUBISHI ELECTRIC CORP Oil Immersed Two Winding Outdoor 150 KV 6 KV Fasa 3 Frekuensi Kapasitas 50 Hz 46.000 KVA Tabel 3.8 Spesifikasi Station Service Transformer 5-8 Jenis data Pabrik pembuat Tipe Tegangan Primer Tegangan Sekunder Besaran MITSUBISHI ELECTRIC CORP Oil Immersed Two Winding Outdoor 150 KV 10,5 KV Fasa 3 Frekuensi Kapasitas 50 Hz 67.000 KVA 3.2 Pemakaian Sendiri Unit Besarnya PS dipengaruhi oleh konsumsi daya peralatan-peralatan yang ada di unit tersebut.besarnya PS menurut kondisi aktual adalah: - Unit 1-4, Pemakaian sendiri 8%

27 - Unit 5-7, Pemakaian Sendiri 3,5% - Unit 8, Pemakaian Sendiri 4% Besarnya daya yang disuplai dari suatu pembangkit ke jaringan adalah daya yang dihasilkan dikurangi dengan PS, disebut dengan Daya Netto. P nett : P PS (3.1) Keterangan : P nett P PS : Daya Netto (Watt) : Daya yang dihasilkan /Bruto (Watt) : Pemakaian Sendiri (Watt) 3.3 Pemasangan dan Konfigurasi OGS Pada dasarnya OGS memiliki prinsip kerja seperti OCR ( Over Current Relay) tipe Relai arus lebih waktu tertentu ( definite time ), dimana OGS membaca besaran arus yang mengalir disuatu penghantar. Jika terjadi aliran arus yang melebihi arus setting relai tersebut, maka relai akan bekerja sesuai delai yang telah disetting dengan mengirimkan sinyal ke pemutus tenaga untuk melakukan proteksi. OGS menerima sensing arus melalui CT dengan kemampuan 2000:1 Gambar 3.2 Wiring Diagram Aux. Relay OGS

28 3.3.1 Pemasangan OGS Pada sistem proteksi ini menggunakan OGS tipe MICOM seri P122. OGS yang dipasang pada masing-masing tempat berjumlah 2 buah dengan sistem paralel, ini berfungsi jika salah satu OGS gagal bekerja pada saat mensensor arus lebih, maka OGS satunya menjadi backup, sehingga keandalan proteksi tetap terjaga. Gambar 3.3 Bentuk fisik OGS Balaraja OGS terpasang pada 2 tempat, yang pertama di sistem 500KV Suralayabalaraja terpasang di GI Suralaya, dan OGS untuk sistem 500KV Suralaya-Cilegon terpasang di GI Cawang, karena tempatnya yang jauh dari pusat pembangkit yang akan di proteksi, maka sistem pengiriman sinyalnya menggunakan tele proteksi. Pada panel OGS terdapat selector switch yang berfungsi memilih unit mana yang akan bekerja ketika OGS merespon adanya gangguan, sehingga unit tersebut akan di trip kan untuk mengurangi arus yang mengalir pada penghantar ke Bus Suralaya.

29 Gambar 3.4 Selector switch OGS Pada OGS terdapat beberapa kontak auxiliary, fungsi nya untuk memberikan sinyal lewat kontak-kontak yang bekerja jika OGS merespon adanya arus lebih pada suatu penghantar. Auxilary kontak tersebut terhubung pada kontak sebagai berikut : - kontak PMT, sehingga menginstruksikan PMT untuk open. - Sistem DC control unit, sehingga sistem kontrol unit akan mentripkan unit. - Indikasi, sebagai informasi adanya gangguan yang telah direspon oleh OGS. 3.3.2 Konfigurasi OGS Pada sistem control DC unit terbagi menjadi dua pengelompokan yaitu pada unit 1-4 dan unit 5-7, hal ini dikarenakan adanya perbedaan tahapan trip unit yang dibagi menjadi dua settingan, yaitu : a. Pemasangan Lockout OGS Pada Proteksi Pembangkit (Unit 1-4) Kabel dari GITET ke Relay Room menggunakan kabel spare

30 Penambahan wiring di tiap unit sehingga signal OGS akan menginitiate Lock Out Relay 86 Vi (Turbine Trip, Initiate Xfer UST- SST, 41E Trip, 52G Trip) Gambar 3.5 Wiring Lockout OGS unit 1-4 b. Pemasangan Lockout OGS Pada Proteksi Pembangkit (Unit 5-7) Pada gambar 3.6 tampak bahwa Penarikan Signal Trip OGS pada Proteksi Pembangkit Unit 5-7 diambil dari panel GITET, panel PMT, panel Run Back dan Proteksi unit 5-7. PNL GITET # 5 PNL GITET # 6 PNL GITET # 7 PNL GITET # 5 7 Domain Controller Domain Controller Domain Controller Domain Controller 3 X 6 P A IR 1 X 1 2 P A IR PNL PMT # 5 PNL PMT # 7 1 X 6 P A IR 1 X 6 P A IR Domain Controller Domain Controller PNL PMT # 6 Domain Controller PNL RUN B A C K # 5 PNL RUN B A C K # 6 PNL RUN B A C K # 7 S erver S erver S erver 1 X 6 P A IR 1 X 6 P A IR 1 X 6 P A IR Domain Controller PNL PROT # 5 Domain Controller PNL PROT # 6 Domain Controller PNL PROT # 7 Gambar 3.6 Penarikan Signal Trip OGS pada Unit 5-7

31 Pada gambar dibawah tampak bahwa terdapat beberapa auxiliary kontak OGS pada posisi NO (Normaly Open) terhubung dengan Panel Proteksi unit 5,6 atau 7. kemudian terhubung dengan sistem control DC unit untuk memberikan sinyal trip ke boiler, Turbin dan generator ke breaker lock out 86B1 Gambar 3.7 Wiring Lockout OGS unit 5-7 3.4 Komponen Pendukung Proteksi Selain Komponen proteksi berupa relai OGS, perlu juga diperhitungkan komponan pendukung proteksi yang terdapat pada transmisi yaitu seperti Kabel transmisi dan Current Transformer, karena komponen tersebut sangat berpengaruh kepada kemampuan daya hantar arus dan sensing arus pada jaringan. 3.4.1 Kabel Transmisi Kabel yang digunakan pada Jaringan transmisi 500KV Suralaya- Balaraja dan Suralaya-Cilegon menggunakan jenis penghantar DOVE 4X327.9mm (Inominal 2292A / 75 derajat, suhu ambient 35 derajat)

32 dengan bahan almunium. Data kabel ini digunakan untuk analisa perhitungan dan software ETAP 6.0 Tabel 3.9 Data Kabel Jaringan Transmisi 500KV Balaraja dan Cilegon Nama BALARAJA CILEGON Jaringan 500KV 500KV Tipe Konduktor ACSR-DOVE 4x327,9mm ACSR-DOVE 4x327,9mm Panjang Jaringan 75 km 25 km Irated (KA) 2292 2292 R (Ω/km) 0,0293 0,0293 X (Ω/km) 0,2815 0,2815 L (Ω/km) 0.8960 0.8960 R0 (Ω/km) 0,1793 0,1793 X0 (Ω/km) 0,8445 0,8445 L0 (Ω/km) 2,6897 2,6897 3.4.2 Current Transformer Pada jaringan transmisi tersebut menggunakan CT ( Current Transformer) dengan nilai 2000:1. Dengan spesifikasi tersebut maka arus yang boleh melewati CT adalah sebesar 120% terhadap I nominal CT, yaitu sebesar 2400 A. Jika pada penghantar mengalir melebihi 120% I nominal, maka sistem proteksi akan bekerja.

33 3.5 Perhitungan Arus Hubung Singkat Dalam suatu sistem tenaga listrik dikenal bermacam-macam besaran atau satuan, misalnya VA untuk menyatakan daya, V untuk menyatakan tegangan, A untuk menyatakan arus, dan ohm untuk menyatakan suatu harga tahanan atau resistansi. Pada kenyataannya didalam suatu sistem tenaga listrik didapatkan harga besaran-besaran di atas dalam kondisi-kondisi yang berlainan, ada yang dalam besaran Kilo Volt tetapi juga ada yang dalam besaran Volt untuk satuan tegangan, juga ditemui besaran kilo Ampere untuk satuan arus ataupun harga-harga impedansi dalam besaran persen. Pada kondisi seperti diatas, ditemui kesulitan dalam mengadakan perhitungan baik untuk perhitungan kondisi normal maupun kondisi gangguan, sebagai contoh untuk perhitungan arus short ataupun untuk perhitunganperhitungan yang lain. Untuk mengatasinya, diciptakan suatu sistem yang yang dinamakan Sistem Per Unit, dimana dalam sistem ini semua kuantitas harga besaran didasarkan pada suatu besaran yang telah dipilih, sehingga harga yang didapatkan bernilai sama untuk setiap komponen dari suatu sistem tenaga listrik. Dibawah ini adalah simbol untuk menyatakan kuantitas per unit dari suatu besaran pada peralatan / komponen tenaga listrik, yaitu : Harga Per Unit (pu) = Harga Persen = ( ) ( ) (3.2) x 100% (3.3) Dalam sistem tenaga listrik dikenal dengan adanya daya, tegangan, arus dan impedansi dasar. Harga dasar (base) yang dipilih / ditentukan tidak perlu

34 secara keseluruhan untuk daya, tegangan, arus atau impedansi, tetapi cukup ditentukan untuk base daya (MVA) 3Φ dan tegangan (KV) L-L. Sedangkan untuk basenya yang lain dapat dicari dari kedua base tersebut, yaitu : Base Arus (KA) = ( ). ( ) (3.4) Base Impedansi (Ohm) =. ( ) ( ) (3.5) Sedangkan harga per unit dari masing-msing besaran dapat dicari dengan cara sebagai berikut : Per Unit Tegangan = (3.6) Per Unit Arus = (3.7) Per Unit Impedansi = (3.8) Tetapi jika base daya dan base tegangan yang ditentukan bukan daya dan komponen itu sendiri, maka harga per unit impedansinya akan berubah. Persamaan untuk harga impedansi per unit yang baru, adalah : Impedansi Baru (pu) = Impedansi Lama (pu) x x (3.9) Hal hal penting yang perlu diperhatikan dalam perhitungan per unit adalah : a. Base tegangan dan Base daya dipilih pada suatu bagian sistem (hanya satu). Nilai-nilai dasar (base) untuk suatu sistem tiga fasa diartikan sebagai KV L-L dan MVA 3fasa.

35 b. Base tegangan untuk bagian-bagian lain dari sistem ditentukan oleh angka perbandingan pada transformator, sedangkan base daya adalah tetap untuk semua bagian sistem. c. Untuk tiga buah transfomator fasa tunggal yang dihubungkan sebagai transformator 3 fasa, maka rating 3 fasanya ditentukan dari rating fasa tunggal masing-masing transformator. Impedansi dalam persen untuk satuan tiga fasa adalah sama dengan impedansi dalam persen untuk masing-masing transformator. 3.6 Arus Hubung Singkat 3 Fasa Ia = Ib = Ic Va = Vb = Vc Gambar 3.8 Arus Hubung Singkat 3 fasa I 3Φ = (3.10)

36 Keterangan : I 3Φ = Besar arus yang mengalir pada setiap fasa sewaktu terjadinya gangguan hubung singkat di dalam sistem (Ampere) E fasa = Besar tegangan tiap fasa terhadap netral (Volt) Z1 = Impedansi ekivalen urutan positif. Dikatakan ekivalen karena mewakili seluruh impedansi di dalam system yang terhubung seri atau parallel dari sejak sumber sampai dengan titik gangguan. 3.7 Electrical Transient Analyzer Program 6.0 ETAP ( Electrical Transient Analyzer Program) merupakan suatu program yang menampilkan secara GUI (Graphical User Interface) tentang analisis sistem tenaga. Program ETAP dibuat oleh perusahaan Operation Technology, Inc (OTI) dari tahun 1995. ETAP versi 6.0 merupakan salah satu produk OTI. Tujuan program ETAP 6.0 dibuat adalah untuk memperoleh perhitungan dan analisis sistem tenaga pada sistem yang besar menggunakan komputer. Program ETAP 6.0 dapat digunakan untuk studi aliran daya pada sistem yang besar dengan jumlah bus yang unlimited. Pada Sistem Transmisi 500KV Suralaya-Balaraja dan Suralaya-Cilegon merupakan sistem yang cukup besar dan memiliki beberapa bus, oleh karena itu program ETAP 6.0 dapat digunakan untuk analisis aliran pada Transmisi tersebut.

37 Gambar 3.9 Flowchart metode aliran daya dengan ETAP 6.0 Hal yang perlu dipersiapkan selanjutnya adalah data-data peralatan seperti Generator, Trafo, Bus dan lain lain. Semakin tepat data sesuai speksifikasi peralatan dan kondisi actualnya, maka hasil simulasi juga akan mendekati falid. Berikut data data yang terdapat pada sistem transmisi 500KV Suralaya-Balaraja dan Suralaya-Cilegon

38 3.7.1 Data Generator Data generator yang dibutuhkan untuk analisis aliran daya adalah: ID Generator Generator type (turbo, hydro w/o damping) Operating mode (Swing, Voltage Control, dan Mvar Control) Rated KV %V dan Angle untuk swing mode of operation %V, MW loading, dan Mvar limits (Qmax dan Qmin) untuk Voltage Control mode of operation MW dan Mvar loading untuk Mvar control mode of operation. Gambar 3.10 Tampilan Rating Generator Pada Program ETAP 6.0

39 3.7.2 Data Transformer Data transformator yang dibutuhkan untuk analisis aliran daya dengan program ETAP 6.0 adalah: ID transformator Rated KV di sisi primer dan sekunder Rated MW Impedansi (%Z dan X/R) Fixed tap (% tap) Gambar 3.11 Tampilan Data Transformator Pada ETAP 6.0 3.7.3 Data Saluran Transmisi Data saluran transmisi berisikan data impedasi penghantar, baik impedansi urutan positif, negatif maupun nol. Selain itu juga memasukkan data panjang saluran transmisi.

40 Gambar 3.12 Tampilan Data Saluran Transmisi Pada ETAP 6.0 3.7.4 Data Bus Data bus yang dibutuhkan untuk analisis aliran daya menggunakan program ETAP 6.0 adalah: ID bus Nominal KV %V dan Angle (bila initial condition digunakan untuk bus voltages) Load Diversity Factor (bila loading option menggunakan diversity factor)

Gambar 3.13 Tampilan Data Bus Pada ETAP 6.0 41