HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 DKI JAKARTA (ANGKA TETAP)

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KARANGANYAR (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KEBUMEN (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 DKI JAKARTA

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI KALIMANTAN BARAT (ANGKA SEMENTARA)

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI KALIMANTAN TENGAH (ANGKA SEMENTARA)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

Seuntai Kata. Bandung, Mei 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Gema Purwana


BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO

Seuntai Kata. Bengkulu, Juli 2014 Kepala BPS Provinsi Bengkulu. Dody Herlando

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN MENURUT SUBSEKTOR

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Propinsi NTB Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA

KALIMANTAN TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI RIAU

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI SUMATERA BARAT MENURUT SUBSEKTOR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT

Seuntai Kata. Bengkulu, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Ir. Dody Herlando, M.Econ.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MENURUT SUBSEKTOR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN

Seuntai Kata. Tanjung, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Utara. Ir. Muhammad Ahyar

Seuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.

KALIMANTAN UTARA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Kotamobagu Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Banjarmasin Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI XXXXXXXXXX Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta Telp. : (021) , , , Fax.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Seuntai Kata. Tarempa, 1 September 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Anamabs. Drs. Bustami

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Tomohon Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Drs. Morhan Tambunan, M.Si

Jumlah usaha pertanian di Indonesia tahun 2013 sebanyak 26,1 juta usaha. Jumlah sapi dan kerbau di Indonesia tahun 2013 sebanyak 14,2 juta ekor

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANGKA BARAT

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Metro Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Seuntai Kata. Jayapura, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Jayapura. Muchlis Malik Sotting, B.St

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA DENPASAR

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Singkawang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Seuntai Kata. Jakarta, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Dr. Suryamin, M.Sc.

Drs. Muhamad Saphoan

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Provinsi. sebanyak rumah tangga. Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Provinsi

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BATU BARA

Seuntai Kata. Gedung Tataan, Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran. Risma Pijayantini, S.Si.

Drs. H. Basiran Suwandi

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MOJOKERTO

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Tebing Tinggi Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Probolinggo Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Seuntai Kata. Kota Maba, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Halmahera Timur. Ir. Salahuddin

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Kediri Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Poso Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Tojo Una-una Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PANGANDARAN

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Surakarta Tahun 2013 sebanyak 1093 rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Blitar Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Seuntai Kata. Semarang, 1 September 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Semarang. Endang Retno Sri Subiyandani, S.Si

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Banjarbaru Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUDUS

Transkripsi:

BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 57/12/31 Th. XV, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 DKI JAKARTA (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 8.611 RUMAH TANGGA, TURUN 814 PERSEN DARI TAHUN 2003 Jumlah rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 sebanyak 12.287 rumah tangga terdiri atas, subsektor tanaman pangan 1.301 rumah tangga, hortikultura 5.018 rumah tangga, perkebunan 95 rumah tangga, peternakan 3.637 rumah tangga, perikanan 4.456 rumah tangga, dan kehutanan 98 rumah tangga. Sementara itu jumlah rumah tangga pertanian pengguna lahan 9.515 rumah tangga atau 77,44 persen dari total rumah tangga usaha pertanian di DKI Jakarta. Jumlah rumah tangga petani gurem tahun 2013 sebanyak 8.611 rumah tangga atau sebesar 90,50 persen dari rumah tangga pertanian pengguna lahan, mengalami penurunan sebanyak 36.817 rumah tangga atau turun 814 persen dibandingkan tahun 2003 sebanyak 45.428 rumah tangga. Jumlah petani yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 14.139 orang, terbanyak di subsektor hortikultura sebesar 5.853 orang dan terkecil di subsektor perkebunan dan subsektor kehutanan masing-masing sebesar 113 orang. Petani utama sebesar 29,19 persen berada di kelompok umur 45-54 tahun. Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 sebanyak 4.997 ekor, terdiri dari 2.108 ekor sapi potong, 2.686 ekor sapi perah dan 203 ekor kerbau. 1. PENDAHULUAN Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan mengacu pada sejumlah rekomendasi dari Food and Agriculture Organization (FAO) yang menetapkan The World Programme for the 2010 Around Agricultural Censuses Covering Periode 2006-2015. Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, yaitu pencacahan lengkap usaha pertanian pada Mei 2013, dilanjutkan dengan pendataan rinci melalui Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian pada November 2013 dan Survei Struktur Ongkos Komoditas Pertanian Strategis dalam setiap subsektor pertanian pada Mei- Oktober 2014. Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 57/12/31 Th. XV, 2 Desember 2013 1

1301 95 5729 3508 666 98 5018 3637 1303 549 4456 Jumlah Rumah Tangga 12287 12611 19462 19733 52583 Dalam Berita Resmi Statistik (BRS) ini, data jumlah rumah tangga usaha pertanian 2003 dihitung dari data mentah ST2003 dengan menggunakan konsep ST2013 yang tidak menggunakan Batas Minimal Usaha dan master wilayah ST2013 untuk rumah tangga usaha pertanian. 2. USAHA PERTANIAN Berdasarkan Hasil pencacahan lengkap ST2013 diketahui bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 sebesar 12.287 rumah tangga. Subsektor hortikultura, subsektor perikanan, dan subsektor peternakan merupakan tiga subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak yaitu masing-masing 5.018 rumah tangga, 4.456 rumah tangga, dan 3.637 rumah tangga. Sementara itu, perkebunan merupakan subsektor yang paling sedikit memiliki rumah tangga usaha pertanian, yaitu sebanyak 98 rumah tangga. Gambar 1. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor, Tahun 2003 dan 2013 (rumah tangga) 60000 50000 40000 30000 20000 10000 DKI Jakarta Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan Jasa Pertanian 2003 2013 Rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 mengalami penurunan sebanyak 40.296 rumah tangga dari 52.583 rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 12.287 rumah tangga, yang berarti terjadi rata-rata penurunan sebesar 7,66 persen per tahun. Secara absolut penurunan terbesar terjadi di subsektor peternakan dan penurunan terendah di subsektor kehutanan, yaitu masing-masing turun sebanyak 16.096 rumah tangga dan 568 rumah tangga. Sedangkan secara persentase perkebunan merupakan subsektor yang mengalami penurunan paling besar selama 10 tahun terakhir yaitu sebesar 97,29 persen, sedangkan jasa pertanian menjadi subsektor dengan tingkat penurunan terendah yaitu sebesar 57,87 persen. 2 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 57/12/31 Th. XV, 2 Desember 2013

Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor Tahun 2003 dan 2013 Sektor/Subsektor Rumah Tangga Usaha Pertanian (rumah tangga) 2003 2013 Perubahan Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) SEKTOR PERTANIAN 52.583 12.287-40.296-76,63 SUBSEKTOR : 1. Tanaman Pangan 5.729 1.301-4.428-77,29 Padi 3.020 912-2.108-69,80 Palawija 3.031 428-2.603-85,88 2. Hortikultura 19.462 5.018-14.444-74,22 3. Perkebunan 3.508 95-3.413-97,29 4. Peternakan 19.733 3.637-16.096-81,57 5. Perikanan 12.611 4.456-8.155-64,67 Budidaya Ikan 7.673 2.386-5.287-68,90 Penangkapan Ikan 5.078 2.404-2.674-52,66 6. Kehutanan 666 98-568 -85,29 Budidaya Tanaman Kehutanan 665 94-571 -85,86 Penangkapan Satwa/Tumbuhan Liar 0 4 Pemungutan Hasil Hutan/Penangkapan Satwa Liar 1 1 0 00 7. Jasa Pertanian 1.303 549-754 -57,87 Keterangan : Satu rumah tangga usaha pertanian dapat mengusahakan lebih dari 1 sub subsektor usaha pertanian, sehingga jumlah rumah tangga usaha pertanian bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha pertanian dari masing-masing subsektor tanaman pangan, hortrikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Jumlah rumah tangga petani gurem (rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar) di DKI Jakarta tahun 2013 sebanyak 8.611 rumah tangga. Komposisi terbanyak berada di Jakarta Barat sebesar 3.081 rumah tangga, disusul Jakarta Timur sebesar 2.408 rumah tangga dilanjutkan Jakarta Selatan sebesar 1.566 rumah tangga. Sementara komposisi rumah tangga petani gurem terkecil berada di Kepulauan Seribu sebesar 91 rumah tangga. Gambar 2. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Petani Gurem Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2003 dan 2013 (rumah tangga) Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Pusat Jakarta Timur Jakarta Selatan Kepulauan Seribu DKI Jakarta 1345 4015 3081 120 2619 2408 1566 91 1257 12058 11192 14287 8611 45428 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 Jumlah Rumah Tangga Petani Gurem 2013 2003 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 57/12/31 Th. XV, 2 Desember 2013 3

Dibandingkan dengan kondisi tahun 2003, jumlah rumah tangga petani gurem di tahun 2013 mengalami penurunan. Jika pada tahun 2003 petani gurem di DKI Jakarta sebanyak 45.428 rumah tangga, maka pada tahun 2013 berkurang menjadi 8.611 rumah tangga atau turun sebesar 814 persen. Penurunan terbesar secara absolut terjadi di Jakarta Selatan yang mencapai 12.721 rumah tangga. Ditinjau secara persentase penurunan rumah tangga petani gurem terbesar terjadi di Jakarta Pusat sebesar 95,42 persen. Penurunan jumlah rumah tangga petani gurem sebagian besar berasal dari penurunan 9.483 rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan kurang dari 1000 m 2. Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003 dan 2013 (rumah tangga) Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan (rumah tangga) No. Kabupaten/Kota Perubahan 2003 2013 Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Kepulauan Seribu 1.289 91-1.198-92,94 2 Jakarta Selatan 14.510 1.642-12.868-88,68 3 Jakarta Timur 12.088 2.706-9.382-77,61 4 Jakarta Pusat 2.717 139-2.578-94,88 5 Jakarta Barat 12.254 3.159-9.095-74,22 6 Jakarta Utara 4.404 1.778-2.626-59,63 DKI Jakarta 47.262 9.515-37.747-79,87 Dari seluruh rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013, sebesar 77,44 persen merupakan rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan (9.515 rumah tangga). Sedangkan rumah tangga usaha pertanian bukan pengguna lahan hanya sebesar 22,56 persen, atau sebanyak 2.772 rumah tangga. Selama kurun waktu sepuluh tahun, rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan mengalami penurunan sebesar 37.747 rumah tangga atau sebesar 79,87 persen. Penurunan jumlah rumah tangga pengguna lahan terbesar secara absolut terjadi di Jakarta Selatan yang mencapai 12.868 rumah tangga. Sementara itu penurunan jumlah rumah tangga pengguna lahan terbesar secara persentase terjadi di Jakarta Pusat yang mencapai 94,88 persen. Berdasarkan kondisi demografi petani menurut jenis kelamin, hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah petani sebanyak 14.139 orang yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2013 didominasi oleh petani laki-laki sebesar 12.631 orang (89,33%). Sedangkan jumlah petani perempuan yang bekerja di sektor ini hanya berjumlah 1.508 orang atau sebesar 10,67 persen. Kondisi ini berlaku umum untuk komposisi petani di masing-masing subsektor pertanian baik di tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Persentase jumlah petani lakilaki terbesar berada di subsektor penangkapan ikan yang mencapai 97,19 persen sementara persentase petani laki-laki paling sedikit berada di subsektor tanaman pangan yang mencapai 84,51persen. Sementara itu dari hasil Sensus Pertanian 2013 juga diketahui bahwa sebanyak 5.041 petani yang bekerja di sektor pertanian berada di subsektor hortikultura atau terbesar dari seluruh subsektor pertanian. Subsektor lain yang juga banyak menyerap jumlah tenaga kerja berturut-turut adalah subsektor peternakan dan penangkapan ikan dengan jumlah petani yang masing-masing sebesar 3.680 orang dan 2.558 orang. 4 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 57/12/31 Th. XV, 2 Desember 2013

Tabel 3. Jumlah Petani Menurut Sektor/Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013 Sektor/Subsektor Laki-Laki Perempuan Jumlah Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) SEKTOR PERTANIAN 12.631 89,33 1.508 10,67 14.139 1000 SUBSEKTOR : 1. Tanaman Pangan 1.304 84,51 239 15,49 1.543 1000 2. Hortikultura 5.041 86,13 812 13,87 5.853 1000 3. Perkebunan 103 91,15 10 8,85 113 1000 4. Peternakan 3.680 86,75 562 13,25 4.242 1000 5. Perikanan Budidaya Ikan 2.510 94,33 151 5,67 2.661 1000 Penangkapan Ikan 2.558 97,19 74 2,81 2.632 1000 6. Kehutanan 106 93,81 7 6,19 113 1000 Dari Tabel 4 diketahui bahwa sebanyak 3.586 rumah tangga usaha pertanian dengan kelompok umur petani utamanya antara 45 54 tahun. Sementara jumlah rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya kurang dari 15 tahun sebanyak 3 rumah tangga dan jumlah rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya di atas 65 tahun sebanyak 1.818 rumah tangga. Pada tabel ini juga menunjukkan bahwa petani utama DKI Jakarta terbesar berada di kelompok usia 45-54 tahun yakni sebesar 3.586 rumah tangga (29,19 persen) atau dengan kata lain kelompok usia produktif mendominasi kelompok umur di bidang usaha pertanian. Tabel 4. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Petani Utama Tahun 2013 Kelompok Umur Petani Utama (Tahun) Laki-Laki Perempuan Absolut Jumlah Distribusi (Persen) (1) (2) (4) (6) (7) < 15 3 0 3 02 15 24 95 4 99 0,81 25 34 1.048 12 1.060 8,63 35 44 2.704 63 2.767 22,52 45 54 3.428 158 3.586 29,19 55 64 2.826 128 2.954 244 65 + 1.722 96 1.818 14,80 Jumlah 11.826 461 12.287 1000 Distribusi (Persen) 96,25 3,75 1000 1000 Rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki juga terlihat lebih tinggi jumlahnya jika dibandingkan dengan petani utama perempuan. Kecenderungan ini terjadi hampir serupa di masingmasing kelompok umur. Jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki tercatat sebesar 11.826 rumah tangga, jauh lebih tinggi dibandingkan petani utama perempuan yang tercatat sebesar 461 rumah tangga. Persentase jumlah rumah tangga pertanian dengan petani utama laki-laki terbesar berada pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 28,99 persen dan terendah berada pada kelompok umur kurang dari 15 tahun yang mencapai 03 persen. Sedangkan pada rumah tangga pertanian dengan petani utama perempuan secara persentase terbesar berada pada kelompok umur 45 54 tahun (34,27%) dan tidak ada petani utama perempuan pada kelompok umur kurang dari 15 tahun. Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 57/12/31 Th. XV, 2 Desember 2013 5

1 1 Jumlah Perusahaan 8 8 15 13 12 17 21 48 48 Gambar 3. Jumlah Petani Utama Menurut Kelompok Umur Tahun 2013 Kelompok umur 65+ 14,80 % Kelompok umur <15 02 % Kelompok umur 55-64 244 % Kelompok umur 15-24 0,81 % Kelompok umur 25-34 8,63 % Kelompok umur 35-44 22,52 % Kelompok umur 45-54 29,19 % Komposisi jumlah petani utama secara keseluruhan terbesar berada pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 29,19 persen, kemudian disusul kelompok umur 55-64 tahun (244%) dan kelompok umur 35-44 tahun (22,52%). Kelompok umur dibawah 15 tahun dan kelompok umur 15-24 tahun merupakan dua kelompok umur yang paling sedikit jumlah petani utamanya dengan nilai masing-masing sebesar 03 persen dan 0,80 persen 3. PERUSAHAAN PERTANIAN BERBADAN HUKUM DAN USAHA PERTANIAN LAINNYA Ditinjau dari jumlah perusahaan pertanian yang berbadan hukum, hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa terdapat 48 perusahaan pertanian. Sebagian besar atau sebanyak 21 perusahaan pertanian yang berbadan hukum bergerak di subsektor perikanan disusul subsektor kehutanan sebanyak 17 perusahaan pertanian. Sedangkan tanaman pangan dan peternakan merupakan subsektor yang paling sedikit memiliki perusahaan pertanian masing-masing sebanyak 1 perusahaan pertanian. Gambar 4. Perbandingan Jumlah Perusahaan Berbadan Hukum Menurut Subsektor, Tahun 2003 dan 2013 (Perusahaan) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 2003 2013 6 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 57/12/31 Th. XV, 2 Desember 2013

Secara keseluruhan jumlah Perusahaan Pertanian pada tahun 2013 sama dengan pada tahun 2003, yaitu sebanyak 48 unit. Namun, terdapat perubahan jumlah perusahaan pada tingkat subsektor. Secara absolut perubahan terbesar terjadi pada subsektor Perikanan, yang mengalami penambahan 8 perusahaan atau 61,54 persen. Penurunan sebanyak masing-masing 7 perusahaan terjadi pada subsektor Hortikultura dan Peternakan, atau penurunan 46,67 persen dan penurunan 87,50 persen. Sementara pada subsektor Kehutanan terjadi peningkatan sebanyak 5 perusahaan atau naik 41,67 persen. Tabel 5. Jumlah Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum dan Usaha Pertanian Lainnya Menurut Subsektor Tahun 2003 dan 2013 Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (Perusahaan) Usaha Pertanian Sektor/Subsektor Perubahan Lainnya 2013 2003 2013 Absolut % (Unit) (1) (2) (3) (4) (5) (6) SEKTOR PERTANIAN 48 48 0 00 26 SUBSEKTOR : 1. Tanaman Pangan 0 1 1 1 Padi 0 0 0 00 0 Palawija 0 1 1 0 2. Hortikultura 15 8-7 -46,67 13 3. Perkebunan 0 0 0 00 2 4. Peternakan 8 1-7 -87,50 2 5. Perikanan 13 21 8 61,54 18 Budidaya Ikan 0 4 4 0 Penangkapan Ikan 0 17 17 0 6. Kehutanan 12 17 5 41,67 1 7. Jasa Pertanian 0 0 0 00 0 4. SAPI DAN KERBAU Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 sebanyak 4.997 ekor, terdiri dari 2.108 ekor sapi potong, 2.686 ekor sapi perah dan 203 ekor kerbau. Jumlah sapi potong betina lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah sapi potong jantan. Hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa jumlah sapi potong betina sebanyak 77 ekor dan jumlah sapi potong jantan sebanyak 2.031 ekor. Sedangkan sapi perah betina sebanyak 2.372 ekor dan jumlah sapi perah jantan hanya sebanyak 314 ekor. Sementara itu populasi kerbau betina sebanyak 59 ekor dan jumlah kerbau jantan sebanyak 144 ekor. Gambar 5. Jumlah Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 57/12/31 Th. XV, 2 Desember 2013 7

Kota dengan jumlah sapi dan kerbau terbanyak adalah Jakarta Selatan, dengan jumlah sapi dan kerbau sebanyak 2.244 ekor. Sedangkan Jakarta Pusat adalah kota dengan jumlah sapi dan kerbau paling sedikit (63 ekor). Jumlah sapi potong terbanyak terdapat di Jakarta Timur, yaitu sebanyak 747 ekor, dan jumlah sapi perah terbanyak adalah Jakarta Selatan, dengan jumlah sapi perah sebanyak 1.469 ekor. Sedangkan jumlah ternak kerbau terbesar berada di Jakarta Barat yang berjumlah 84 ekor. Tabel 6. Jumlah Sapi dan Kerbau Pada 1 Mei 2013 Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin (ekor) Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Jumlah No. Kabupaten/Kota Sapi dan Jantan Betina Jumlah Jantan Betina Jumlah Jantan Betina Jumlah Kerbau (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Kepulauan Seribu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Jakarta Selatan 717 25 742 224 1.245 1.469 32 1 33 2.244 3 Jakarta Timur 738 9 747 84 1.070 1.154 53 11 64 1.965 4 Jakarta Pusat 4 0 4 6 53 59 0 0 0 63 5 Jakarta Barat 508 24 532 0 0 0 55 29 84 616 6 Jakarta Utara 64 19 83 0 4 4 4 18 22 109 DKI Jakarta 2.031 77 2.108 314 2.372 2.686 144 59 203 4.997 Bila dirinci menurut wilayah (Tabel 6), tiga kota yang memiliki sapi potong paling banyak adalah Jakarta Timur dengan jumlah populasi sebanyak 747 ekor, kemudian Jakarta Selatan (742 ekor), dan Jakarta Barat (532 ekor). Sementara itu, kota yang memiliki sapi potong paling sedikit adalah jakarta Pusat dengan jumlah populasi sebanyak 4 ekor. Kepulauan Seribu tidak memiliki sapi potong. Sapi perah paling banyak terdapat di Jakarta Selatan dengan jumlah populasi sebanyak 1.469 ekor, disusul jakarta Timur (1.154 ekor), dan Jakarta Pusat (59 ekor). Sedangkan provinsi yang sama sekali tidak terdapat populasi sapi perah adalah Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu. Kerbau paling banyak terdapat di Jakarta Barat dengan jumlah populasi sebanyak 84 ekor, kemudian Jakarta Timur (64 ekor), dan Jakarta Selatan (33 ekor). Kota yang sama sekali tidak memiliki populasi kerbau adalah Jakarta Pusat dan Kepulauan Seribu. 5. KONSEP DAN DEFINISI Kegiatan pencacahan Sensus Pertanian 2003 dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dimana setiap rumah tangga usaha pertanian dilakukan pencacahan di lokasi tempat tinggal rumah tangga tersebut berada. Kegiatan usaha pertanian yang dilakukan oleh rumah tangga tangga usaha pertanian yang berada di luar wilayah (Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi) tempat tinggal rumah tangga tetap dicatat sebagai kegiatan usaha pertanian di tempat tinggal dimana rumah tangga tersebut. Penentuan suatu rumah tangga sebagai rumah tangga usaha pertanian mengacu pada syarat Batas Minimal Usaha (BMU) dan dijualnya suatu komoditi pertanian. Penentuan syarat rumah tangga usaha pertanian ini tidak berlaku untuk kegiatan usaha di subsektor tanaman pangan. Pada kegiatan Sensus Pertanian 2013, pencacahan rumah tangga usaha pertanian dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dan status pengelola usaha pertanian. Rumah tangga yang dicakup sebagai rumah tangga usaha pertanian dalam Sensus Pertanian 2013 adalah rumah tangga usaha pertanian yang berstatus sebagai mengelola usaha pertanian milik sendiri, mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil dan mengelola usaha pertanian dengan menerima upah. Disamping itu pada kegiatan ST 2013 ini tidak 8 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 57/12/31 Th. XV, 2 Desember 2013

mensyaratkan Batas Minimal Usaha dari setiap komoditi pertanian yang diusahakan oleh rumah tangga, namun untuk syarat komoditi pertanian yang dijual masih tetap berlaku dalam ST 2013. Usaha Pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga). Usaha pertanian meliputi usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, termasuk jasa pertanian. Khusus tanaman pangan (padi dan palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha. Rumah Tangga Usaha Pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha di sektor pertanian yang bersifat tetap, terus menerus yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba yang pendirian perusahaan dilindungi hukum atau izin dari instansi yang berwenang minimal pada tingkat kabupaten/kota, untuk setiap tahapan kegiatan budidaya pertanian seperti penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Contoh bentuk badan hukum: PT, CV, Koperasi, Yayasan, SIP Pemda. Usaha pertanian lainnya adalah usaha pertanian yang dikelola oleh bukan rumah tangga dan bukan oleh perusahaan pertanian berbadan hukum, seperti: pesantren, seminari, kelompok usaha bersama, tangsi militer, lembaga pemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan lain-lain yang mengusahakan pertanian. Rumah Tangga Petani Gurem adalah rumah tangga pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar. Petani Utama adalah petani yang mempunyai penghasilan terbesar dari seluruh petani yang ada di rumah tangga usaha pertanian. Lahan yang Dikuasai adalah lahan milik sendiri ditambah lahan yang berasal dari pihak lain, dikurangi lahan yang berada di pihak lain. Lahan tersebut dapat berupa lahan sawah dan/atau lahan bukan sawah (lahan pertanian) dan lahan bukan pertanian. Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan adalah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan satu atau lebih kegiatan usaha tanaman padi, palawija, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, budidaya ikan/biota lain di kolam air tawar/tambak air payau, dan penangkaran satwa liar. Rumah Tangga Usaha Jasa Pertanian adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak/secara borongan, seperti melayani usaha di bidang pertanian. Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Produksi Hasil Pertanian Sendiri adalah rumah tangga yangg melakukan kegiatan mengubah bahan baku hasil pertanian sendiri menjadi barang jadi/setengah jadi atau barang yang lebih tinggi nilainya. Jumlah Sapi dan Kerbau adalah jumlah sapi dan kerbau yang dipelihara pada tanggal 1 Mei 2013 baik untuk usaha (pengembangbiakan/penggemukan/pembibitan/pemacekan) maupun bukan untuk usaha konsumsi/hobi/angkutan/perdagangan/lainnya. Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 57/12/31 Th. XV, 2 Desember 2013 9

BPS PROVINSI DKI JAKARTA Informasi lebih lanjut hubungi: Suhartono, S.Si, SE Kepala Bidang Statistik Produksi Telepon : 021-42877301, Pesawat 4020 Fax : 021-42877350 e-mail : bps3100@bps.go.id Homepage : http://jakarta.bps.go.id 10 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 57/12/31 Th. XV, 2 Desember 2013