ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI)

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS KERAWANAN BANJIR BERBASIS SPASIAL MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

ANALISIS SPASIAL RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN TORAJA UTARA Dr. Paharuddin, M.Si 1, Dr. Muh. Alimuddin Hamzah, M.Eng 1, Rezky Shakiah Putri 2.

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I-1

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI KASUS KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ARAHAN PENGENDALIAN BANJIR BERBASIS GIS DI KECAMATAN SINJAI UTARA KAB. SINJAI

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

ANALISIS SPASIAL RISIKO BANJIR WILAYAH SUNGAI MANGOTTONG DI KABUPATEN SINJAI, SULAWESI SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN

BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 8 NOMOR 1 FEBRUARI Pemetaan Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Konawe

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

KAJIAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

TOMI YOGO WASISSO E

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

PRIORITAS PENANGANAN BANJIR KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2012

Identifikasi Daerah Rawan Bencana di Pulau Wisata Saronde Kabupaten Gorontalo Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TINGKAT RISIKO BANJIR ANTARA KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN PADA ASPEK TATA GUNA LAHAN. (Kasus: Sub DAS Bengawan Solo Hulu)

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. negara ini baik bencana geologi (gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api)

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³

APLIKASI SIG UNTUK PEMETAAN ZONA KETERPAPARAN PERMUKIMAN TERHADAP TSUNAMI Studi Kasus: Kota Pariaman, Sumatera Barat

R. Prayudha Chandra Putra, Nurudin Santoso 1, Ekojono 2. Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

SKRIPSI PEMODELAN SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI BANJIR GENANGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN METODE RASIONAL (RATIONAL RUNOFF METHOD)

Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pra Bencana Saat Bencana Pasca Bencana

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor

Transkripsi:

ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI) Risma 1, Paharuddin 2,Sakka 3 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Email : risma.fahrizal@gmail.com Abstrak Banjir bandang pada tanggal 20 Juni 2006 menewaskan sekitar 201 orang dan menimbulkan kerugian yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zona risiko banjir bandang di Kabupaten Sinjai. Metode penelitian menggunakan analisis atribut yaitu pembobotan dan analisis spasial dengan tumpang tindih. Pembobotan dilakukan dengan memberi bobot tiap parameter yang berpengaruh terhadap banjir bandang, untuk analisis spasial dilakukan dengan melakukan tumpang tindih terhadap semua peta tematik yang menjadi parameter banjir bandang. Hasil analisis menunjukkan bahwa di Kabupaten Sinjai terdiri atas 3 tingkat risiko banjir bandang dengan luasan masing-masing yaitu tingkat risiko rendah seluas 24.176,95 ha, tingkat risiko sedang seluas 40.319,60 ha dan tingkat risiko tinggi seluas 22.209,92 ha. Tingkat risiko banjir bandang tinggi meliputi seluruh wilayah di Kecamatan Sinjai Utara dan sebagian besar Sinjai Timur, tingkat risiko sedang meliputi sebagian besar Kecamatan Sinjai Selatan, Sinjai Tengah, Tellulimpoe dan Bullupoddo sedangkan tingkat risiko rendah meliputi sebagian besar wilayah di Kecamatan Sinjai Barat dan Sinjai Borong. Kata Kunci : Banjir bandang, zona risiko, pembobotan, tumpang tindih. Abstract Flash Flood on June 20, 2006, killing about 201 people and caused substantial losses. The research aimed to determine the zone of flash flood risk at Sinjai regency. The research method use the attributed analysis are weighted and spatial analysis with overlapping. The weighted analysis is done with weighting each of the affected parameter to flood and for spatial analysis is done with overlapping to all thematic maps of all parameters of flood. The analysis result show at Regency of Sinjai consist of 3 level of flash flood risk where the lower risk level reach 24,176.95 ha, the middle risk level reach 40,319.60 ha and the highest risk level reach 22,209.92 ha. The highest risk level of flash flood cover all areas of north Sinjai and most of the East Sinjai, the middle risk level flash flood cover most of south Sinjai, Central Sinjai, Tellulimpoe and Bullupoddo and the lower risk level cover most of West Sinjai and Sinjai Borrong Keyword : Flash Flood, The zone of risk, Weighted, overlapping. 1

1. Pendahuluan Kabupaten Sinjai merupakan daerah yang dilalui oleh beberapa sungai besar, seperti Sungai Tangka, Sungai Mangottong, Sungai Kalamisu, Sungai Bua, Sungai Lolisang serta Sungai Balangtieng yang sebagian besar bermuara ke Teluk Bone (Pemkab Sinjai, 2012), sehingga potensi bencana alam yang paling dominan di Kabupaten Sinjai adalah bencana banjir. Bahkan pada tanggal 20 Juni 2006 Kabupaten Sinjai dilanda banjir bandang yang menewaskan sekitar 201 orang. Kerugian yang ditimbulkan akibat banjir bandang cukup besar sehingga pembuatan peta untuk menentukan zona risiko banjir bandang berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis) diperlukan sebagai langkah dalam mengurangi risiko yang disebabkan oleh bencana banjir bandang. Banjir bandang merupakan banjir yang terjadi secara tiba-tiba pada wilayah dataran rendah yang dipicu oleh curah hujan tinggi atau terdapat bendungan alam/buatan yang jebol (Imran, dkk, 2013). Banjir bandang dibedakan dari banjir lainnya karena waktu berlangsungnya yang cepat dan biasanya kurang dari enam jam dan menyapu lahan yang dilandanya dengan kecepatan aliran yang sangat besar. Tinggi permukaan gelombang banjir bandang dapat berkisar 3 6 meter dengan membawa debris dan sangat berbahaya yang akan melanda hampir semua yang dilewatinya (Kementerian Pekerjaan Umum, 2012). 2. Risiko Bencana Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (UU No. 24 tahun 2007). Risiko bencana akan diperoleh ketika bahaya menimpa masyarakat yang rentan dimana kapasitas yang dimiliki sangat terbatas. Risiko yang ditimbulkan akibat bencana bisa berkurang apabila kapasitas meningkat. Secara sederhana hubungan keempat variabel dirumuskan dalam persamaan berikut: (1) Oleh karena itu, risiko bencana dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya kerugian pada suatu daerah, akibat kombinasi dari bahaya, kerentanan, dan kapasitas dari daerah yang bersangkutan (PROMISE Indonesia, 2009). 3. Analisis Spasial dan Analisis Atribut Analisis spasial adalah suatu teknik atau proses yang melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi logika (matematis) yang dilakukan dalam rangka mencari atau menemukan potensi hubungan atau pola-pola yang (mungkin) terdapat di antara unsur-unsur geografis yang terkandung dalam data digital dengan batas-batas wilayah studi tertentu (Prahasta, 2009). Analisis data spasial mencakup proses overlay atau tumpang tindih dari beberapa tema yang memiliki kesamaan dari sistem proyeksi maupun kesamaan dalam kualitas atau skala gambar. Proses tumpang tindih seringkali digunakan untuk memperoleh informasi baru berdasarkan informasi yang telah dimiliki oleh tema-tema yang ditumpang tindihkan (Ihsan, 2012). Metode skoring (pembobotan) merupakan metode yang paling sering digunakan dalam analisis atribut. Skoring merupakan pemberian nilai terhadap suatu polygon peta untuk memberikan tingkat kedekatan, keterkaitan atau beratnya dampak tertentu pada suatu fenomena secara spasial. Pemberian bobot pada setiap parameter berbeda sesuai dengan seberapa besar parameter tersebut berpengaruh 2

dalam terjadinya banjir bandang (Pratomo, 2009). Beberapa parameter yang digunakan dalam menentukan tingkat risiko banjir bandang adalah curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng, elevasi/ketinggian, jenis tanah, status hutan/kawasan, kepadatan penduduk, indeks bahaya banjir bandang serta kapasitas. 4. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder yaitu data curah hujan, data penggunaan lahan, data aster, peta RBI, data status kawasan, data jenis tanah,data indeks bahaya banjir dan indeks bahaya longsor, data kepadatan penduduk serta data kapasitas Kabupaten Sinjai. pembobotan. Analisis spasial yang dilakukan pada tahap analisis data adalah overlay (tumpang tindih) terhadap semua peta tematik yang menjadi parameter banjir bandang. Hasil dari tumpang tindih adalah informasi baru dalam bentuk luasan atau polygon. Penyusunan peta risiko bencana banjir bandang dilakukan menggunakan kerangka multikriteria, proses ini dilakukan untuk mengetahui peran setiap faktor dalam proses pengambilan keputusan. Berdasarkan pendekatan evaluasi multikriteria spasial, penentuan indeks risiko bencana banjir bandang dilakukan sebagai fungsi dari persamaan risiko bencana secara umum yaitu pada persamaan (1). Dilakukan analisis atribut terhadap data yang telah dikumpulkan yaitu skoring atau Gambar 1 Peta Lokasi Penenlitian Untuk memudahkan proses penyusunan peta risiko banjir bandang, maka dibuat diagram alir penelitian yang pada Gambar 2. ditunjukkan 3

Gambar 2 Bagan Alir Penelitian 5. Hasil dan Pembahasan 5.1 Indeks Bahaya Banjir Bandang Kabupaten Sinjai Bahaya banjir bandang merupakan kejadian banjir bandang yang memiliki potensi untuk menimbulkan kerugian fisik dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya bila terjadi di suatu lingkungan tertentu. Untuk dapat mengetahui indeks bahaya banjir bandang disuatu daerah yang berpotensi terkena banjir bandang maka diperlukan peta indeks bahaya banjir (IBB) dan indeks bahaya longsor (IBL). Peta indeks bahaya banjir dan indeks bahaya longsor dioverlay dengan skenario IBB = 0,65 dan IBL= 0,35 untuk menghasilkan peta indeks bahaya banjir bandang (Imran,dkk,2013). Peta Indeks bahaya banjir bandang Kabupaten Sinjai diperlihatkan pada Gambar 3 4

Gambar 3 Peta indeks bahaya banjir bandang Kabupaten Sinjai 5.2 Kerentanan Banjir Bandang Kabupaten Sinjai Kerentanan banjir bandang merupakan kejadian banjir bandang yang menentukan apakah banjir tesebut akan menimbulkan bencana atau tidak. Kerentanan yang dikaji dalam penelitian ini mencakup aspek fisik, sosial dan ekonomi. Aspek fisik yang dibahas meliputi curah hujan, jenis tanah, kemiringan lereng, elevasi, status kawasan, serta penggunaan lahan. Aspek ekonomi mencakup kawasan pertanian dan tambak karena Kabupaten Sinjai merupakan wilayah yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani dan sebagian lagi bekerja pada aspek perikanan. Sedangkan untuk aspek sosial mencakup sebaran permukiman dan kepadatan penduduk. tersebut harus diketahui. Persamaan yang digunakan untuk membuat kelas interval adalah (Sturgess dalam Andriyani, 2010): (2) Ki adalah kelas interval, Xt adalah nilai tertinggi, Xr adalah nilai terendah dan k adalah jumlah kelas yang diinginkan. Jumlah kelas yang diinginkan dalam penelitian ini adalah 3 kelas dengan bobot 1 sampai 3. Bobot 1 diberikan pada daerah yang memiliki indeks kerentanan rendah terhadap banjir bandang, nilai 2 diberikan pada daerah yang memiliki indeks kerentanan sedang dan nilai 3 diberikan pada daerah yang memiliki indeks kerentanan tinggi terhadap banjir bandang. Setiap parameter diberi bobot berdasarkan besarnya risiko yang ditimbulkan dari kejadian banjir bandang secara spasial. Untuk memberikan bobot terhadap beberapa parameter, maka nilai kelas interval parameter Pembuatan peta indeks kerentanan banjir bandang Kabupaten Sinjai diperoleh dengan melakukan overlay terhadap semua parameter kerentanan yaitu kerentanan dalam aspek fisik, 5

sosial dan ekonomi. Teknik overlay yang digunakan dalam pembuatan peta kerentanan banjir bandang adalah pejumlahan antar bobot pada masing-masing parameter yang berpengaruh terhadap kerentanan banjir bandang. Berdasarkan Tabel 1, maka diperoleh peta indeks kerentanan banjir bandang yang diperlihatkan pada Gambar 4. No Tabel 1 Nilai bobot kerentanan banjir bandang Kabupaten Sinjai Jumlah Bobot Setiap Parameter Kerentanan Kelas Interval Bobot Indeks Kerentanan 1 2 2 1 Rendah 2 3 2 1 Rendah 3 4 2 2 Sedang 4 5 2 2 Sedang 5 6 2 3 Tinggi 6 7 2 3 Tinggi 7 8 2 3 Tinggi Gambar 4 Peta indeks kerentananbanjir bandang Kabupaten Sinjai Berdasarkan peta indeks kerentanan banjir bandang, diketahui bahwa lebih dari 50% wilayah Kabupaten Sinjai memiliki indeks kerentanan banjir bandang yang sedang. 5.3 Indeks Kapasitas Kabupaten Sinjai Kapasitas merupakan aspek-aspek positif yang dapat mengurangi risiko dengan mengurangi kerentanan yang ada. Kapasitas dapat berupa sumber daya, kekuatan/kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat sehingga mampu bertahan, memitigasi dan pulih secara cepat terhadap suatu bencana. Pembuatan peta indeks kapasitas merupakan hasil overlay dari semua parameter yang 6

dianggap berpengaruh terhadap kapasitas. Parameter kapasitas yang dikaji dalam penelitian ini mencakup rencana tata ruang wilayah (RTRW), kesiapsiagaan, peringatan dini, kelembagaan, jumlah sekolah dan sarana kesehatan. Hasil overlay dari semua parameter kapasitas diperoleh nilai tertinggi 18 dan nilai terendah 15, karena jumlah kelas yang diinginkan adalah 3 maka kelas interval yang diperoleh adalah 1. Untuk lebih jelasnya, nilai bobot untuk kapasitas diperlihatkan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, maka diperoleh peta indeks kerentanan banjir bandang yang diperlihatkan pada Gambar 6. Tabel 2 Nilai bobot kapasitas Kabupaten Sinjai No Jumlah Bobot Kelas Setiap Parameter Kapasitas Interval Bobot Indeks Kapasitas 1 15 1 1 Tidak Memadai 2 15 1 1 Tidak Memadai 3 15 1 1 Tidak Memadai 4 16 1 2 Kurang Memadai 5 16 1 2 Kurang Memadai 6 16 1 2 Kurang Memadai 7 17 1 3 Memadai 8 18 1 3 Memadai Gambar 5 Peta indeks kapasitas Kabupaten Sinjai 7

5.4 Zona Risiko Banjir Bandang Kabupaten Sinjai Peta risiko banjir bandang Kabupaten Sinjai dihasilkan dengan meng-overlay peta bahaya banjir bandang, peta kerentanan banjir bandang dan peta kapasitas Kabupaten Sinjai. Proses overlay untuk ketiga parameter risiko banjir bandang adalah dengan menggunakan persamaan : (1) Dari persamaan (1) diketahui bahwa risiko suatu bencana yang terjadi akan besar jika indeks bahaya dan indeks kerentanan suatu daerah rawan bencana besar, namun risiko juga dapat diminimalkan dengan melakukan penguatan. Hasil overlay dari ketiga parameter menghasilkan peta risiko banjir bandang Kabupaten Sinjai yang diperlihatkan pada Gambar 6. Sedangkan Perbandingan tingkat risiko banjir bandang diperlihatkan pada Gambar 7. Gambar 6 Peta risiko banjir bandang Kabupaten Sinjai Daerah yang berisiko tinggi banjir bandang adalah seluas 22.209,92 ha yang mencakup seluruh wilayah Kecamatan Sinjai Utara dan hampir seluruh wilayah di Kecamatan Sinjai Timur. Sedangkan daerah yang memiliki tingkat risiko yang sedang adalah seluas 40.319,60 ha mencakup sebagian besar Kecamatan Sinjai Tengah, Sinjai Selatan, Tellulimpoe dan Bullupoddo. Kemudian daerah yang memiliki risiko yang rendah seluas 24.176,95 ha yang mencakup hampir seluruh wilayah di Kecamatan Sinjai Barat dan Sinjai Borong. 8

Gambar 7 Grafik perbandingan tingkat risiko banjir bandang Kabupaten Sinjai 6. Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai penentuan zona risiko banjir bandang Kabupaten Sinjai, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kabupaten Sinjai memiliki 3 (tiga) tingkat risiko banjir bandang dengan klasifikasi tinggi, sedang dan rendah. Tingkat risiko sedang merupakan kawasan terluas yaitu 40.319,60 ha (46,50%), tingkat risiko tinggi seluas 22.209,92 ha (25,62%) dan tingkat risiko rendah yaitu seluas 24.176,95 ha (27,88%) dari total luas daratan Kabupaten Sinjai yaitu 86.706,48 ha. 2. Tingkat risiko banjir bandang tinggi meliputi seluruh wilayah Kecamatan Sinjai Utara dan mencakup sebagian besar wilayah di Kecamatan Sinjai Timur, tingkat risiko sedang meliputi hampir seluruh wilayah di Kabupaten Sinjai kecuali di Kecamatan Sinjai Utara, sedangkan tingkat risiko rendah meliputi sebagian besar wilayah di Kecamatan Sinjai Barat dan Sinjai Borong. 6.2 Saran Penelitian ini hanya sampai pada penentuan zona risiko banjir bandang di setiap Kecamatan di Kabupaten Sinjai sehingga penelitian ini dapat dilanjutkan pada tahap penentuan zona risiko banjir bandang secara mikro yaitu mencakup desa di setiap Kecamatan di Kabupaten Sinjai. Daftar Pustaka Andriyani, M.2010. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Sig) Kerawanan Bahaya Banjir Das Bengawan Solo Hulu Berbasis Web. Seminar Nasional PJ dan SIG I Tahun 2010. Ihsan, M. 2012. Analisis Spasial Berbasis Grid dan Analisis Penginderaan Jarak Jauh dalam SIG. http://academia.edu/. Dikases pada tanggal 3 februari 2014. Imran A.M,dkk. 2013. Kajian naskah akademik master plan penanggulangan risiko Bencana banjir bandang. Prosiding Seminar Nasional Riset Kebencanaan, Mataram, 8 10 Oktober 2013. Kementerian Pekerjaan Umum. 2012. Petunjuk Tindakan dan Sistem Mitigasi Banjir Bandang. Pemkab Sinjai. 2012. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai, 9

http://sinjaikab.go.id/buku-putih-sanitasikabupaten-sinjai, official website kabupaten Sinjai. (diakses pada tanggal 1februari 2014). Prahasta, E. 2009. Sistem Informasi Geografis : Konsep-Konsep Dasar. Bandung : Informatika. Pratomo. 2009. Analisis Kerentanan Banjir di Daerah Aliran Sungai Sengkarang Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah dengan Bantuan Sistem Informasi. Geografis. Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah. Surakarta PROMISE Indonesia 2009. Banjir dan Upaya Penanggulangannya. PROMISE Indonesia (Program for Hydro - Meteorological Risk Mitigation Secondary Cities in Asia). Pusat Mitigasi Bencana. Undang-undang republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan bencana. 10