PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HOREY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 13 PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DISERTAI KUIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 14 PADANG

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN AKTIF COURSE REVIEW HORAY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 11 PADANG Oleh: ABSTRACT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V DI SD SABBIHISMA 01 PADANG

PENERAPAN STRATEGI THE FIRING LINE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 BATIPUH. Abstract

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK TALK WRITE DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE COURSE REVIEW HORAY (CRH) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 29 PADANG

Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Neka Amelia Putri 1), Yarman 2), Yusmet Rizal 3) Abstract

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING TIPE POST SOLUTION POSING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS X SMAN 2 PARIAMAN.

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

METODE ACTIVE LEARNING TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 33 PADANG. Abstract

Penerapan Model Pembelajaran AIR pada Pembelajaran Matematika Siswa SMP

Pengaruh Penerapan Strategi Trading Places Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMA

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PERTIWI 2 PADANG

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE STATEMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 26 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 22 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AIR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 18 PADANG

PENGARUH PENGGUNAAN HAND OUT DISERTAI MIND MAPPING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 23 PADANG

EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 2 LUHAK NAN DUO

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK ONE TO ONE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 4 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI BELAJAR AKTIF HOLLYWOOD SQUARES

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE pada PEMBELAJARAN MATEMATIKA di KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 PADANG PANJANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PERTIWI 2 PADANG

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

PENERAPAN STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII SMPN 11 PADANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTIONSSTUDENT HAVETERHADAP HASIL BELAJAR SISWAKELAS XI IPS SMAN 1KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF THE POWER OF TWO DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENERAPAN STRATEGI PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTION STUDENTS HAVE

Penerapan Strategi Pembelajaran Peer Lesson untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE LEARNING CELL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS X SMAN 13 PADANG

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

Key Word : learning activity, math concept comprehension, and PQ4R.

Oleh: Sesna Fitri*), Rahmi**), Zulfitri Aima**)

Penerapan Strategi Genius Learning Dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Padang ABSTRACT

Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal Nicke Yulanda 1), Mukhni 2), Ahmad Fauzan 3) Abstract

Andri Juliadi *), Tika Septia **), Lucky Heriyanti Jufri **)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 34 PADANG

Keywords: Problem Based Learning, Technique Business of Beresiko, Mathematics Learning Outcome

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE BINGO REVIEW DISERTAI KUIS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIIISMPN 33 PADANG.

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Pengaruh Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Index Card Match

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE BOWLING KAMPUS DISERTAI

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP PEMEHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 17 PADANG

Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Questions Student Have (QSH) Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VII SMP N 20 Padang

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 262 siswa dan

PENGGUNAAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Mahasiswa Progam Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Puji Asih Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE LEARNING CELL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PANTAI CERMIN

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Pringsewu

STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE (ETH) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IA SMAN 5 SOLOK SELATAN

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK BISNIS BERISIKO TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT.

ABSTRACT. Keywords: Comprehension Math Concept, Technigue Berkirim Salam dan Soal, Quiz.

ABSTRAK. Kata kunci : Pertukaran Kelompok dengan Kelompok, Hasil Belajar Matematika

PENERAPAN ACCELERATED LEARNING DENGAN TEKNIK MENGAJUKAN PERTANYAAN YANG DITEMPELKAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA N 1 KEC.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII SMP NEGERI 32 PADANG ARTIKEL. Oleh : FRESTY YUMERISA

Tabel 1. Deskripsi Aktivitas Belajar Siswa

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE FIRING LINE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIIISMPN17 PADANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI SERTAI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

Loria Wahyuni Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Sungai Penuh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

Abstrak. Kata kunci: Pembelajaran Think Pair Share, konvensional, prestasi belajar PENDAHULUAN

Keywords: Market Technique, Understanding in Mathematis Concept.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELJARAN AKTIF TIPE BINGO REVIEW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 13 PADANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENGARUH PENERAPAN MODEL THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SD SABBHISMA 1 GUNUNG PANGILUN PADANG

PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING(BBL) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP ISLAM RAUDHATUL JANNAH PAYAKUMBUH

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SQUARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA ADABIAH PADANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE

Oleh: Desmita Junda*, Elfis Suanto**, Syarifah Nur Siregar**

PENGARUH METODE THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SMA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DISERTAI TEKNIK TINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE LINGKARAN DALAM LINGKARAN LUAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 11 PADANG

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TIM PENDENGAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1 PADANG ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang terletak di Jl.

PENERAPAN MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 26 PADANG

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER

*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMATERA BARAT

PENERAPAN TEKNIK SPOTLIGHT DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 2 PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING IN STUDENT S LEARNING OUTCOMES

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMPN 22 PADANG

MENGGUNAKAN MIND WEB UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA. Index Term- Mind Web, understanding of mathematical concepts

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HOREY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 13 PADANG Sri Arnita 1), Arnellis 2), Suherman 3) 1) FMIPA UNP, e-mail: sri.arnita@gmail.com 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP Abstract Based on observation in SMAN 13 Padang grade X, the students was not involved in learning mathematics. This problem makes the students learning outcomes still below KKM, which is 75. One of attempt is model of course review horey. This learning model can make the students more active and learning outcome was better. This research was a quasi experimental research and design that used randomized control group only design. Based on analysis of data, got, so H o accepted. In the other word, the students learning outcomes with course review horey model and conventional learning was not different. Keywords course review horey, learning outcome. PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memilki peranan penting bagi kehidupan siswa untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, matematika juga banyak berperan dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya peranan matematika dalam kehidupan manusia, menjadikan matematika sebagai mata pelajaran wajib yang diberikan di semua jenjang pendidikan. Oleh karena itu, siswa diharapkan kompeten terhadap pelajaran matematika. Kompetensi yang diharapkan tercapai dalam pembalajaran matematika [1] meliputi : (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Guru matematika mempunyai peranan penting dalam tercapainya kelima kompetensi di atas. Guru hendaknya dapat mengupayakan yang terbaik bagi siswa seperti memberikan variasi dalam proses pembelajaran, menerapkan model, strategi dan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar dan membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Berdasarkan hasil observasi di kelas X SMA Negeri 13 Padang pada tanggal 19-24 Agustus 2013, terlihat bahwa proses pembelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran diawali dengan guru menjelaskan materi pelajaran, memberikan rumus-rumus yang sesuai dengan materi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian contoh soal, dan terakhir siswa diminta mengerjakan latihan. Jika waktu masih cukup, maka guru menanyakan kepada siswa soal mana yang tidak dapat dijawab atau yang belum dipahami. Namun jika waktu habis, maka latihan tersebut dijadikan pekerjaan rumah. Selama observasi juga ditemukan beberapa siswa hanya sekedar duduk di kelas mengikuti pembelajaran matematika tanpa ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat mengerjakan latihan beberapa orang siswa membentuk kelompok sendiri untuk mendiskusikan soal yang diberikan guru. Sementara yang lain hanya menunggu jawaban soal tersebut ditulis oleh guru atau teman mereka. Selain itu, ketika mendiskusikan soal-soal latihan dan tugas, masih ada sekelompok siswa yang tidak memperhatikan sama sekali, mereka melakukan aktivitas-aktivitas di luar kegiatan pembelajaran seperti menggunakan handphone, berbicara dengan teman, dan mengganggu teman yang lain. Aktivitas-aktivitas tersebut muncul dalam pembelajaran bisa disebabkan karena siswa kurang motivasi, kurang fokus pada pembelajaran, serta suasana yang tercipta dalam ruang kelas kurang menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru matematika kelas X SMA Negeri 13 Padang, siswa sudah mengerti dengan penjelasan dan latihan yang diberikan guru. Namun, ketika Ujian Mid Semester 1 tidak ada satupun nilai siswa yang mencapai Kriteria 46

Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan yaitu 75. Selain itu, rata-rata hasil Ujian Mid Semester 1 siswa juga sangat rendah, seperti yang terlihat pada Tabel 1 berikut: TABEL 1 PERSENTASE KETUNTASAN DAN RATA-RATA HASIL UJIAN MID SEMESTER I MATEMATIKA KELAS X SMA NEGERI 13 PADANG No Kelas Ketuntasan (%) Rata-rata 1 X.1 0 28,78 2 X.2 0 29,57 3 X.3 0 25,87 4 X.4 0 27,96 5 X.5 0 23,87 6 X.6 0 27,81 7 X.7 0 30,54 8 X.8 0 25,09 9 X.9 0 25,66 (sumber: Guru Matematika SMA Negeri 13 Padang) Mengacu pada permasalahan di atas, maka dilakukan suatu penelitian yang dapat membuat siswa berperan aktif selama pembelajaran matematika terutama dalam membahas soal-soal latihan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah menerapkan strategi pembelajaran yang aktif. Menurut [2] belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif. Jadi, dari mendengar dan melihat saja belum cukup membuat siswa paham terhadap apa yang sedang dipelajari. Siswa akan paham bila belajar dilakukan dengan mendengar, melihat, dan bekerja (beraktivitas). Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif, siswa mengikuti pelajaran tanpa rasa keingintahuan, tanpa mengajukan pertanyaan, dan tanpa minat terhadap hasilnya (barangkali, nilai yang akan dia peroleh). Ketika kegiatan belajar bersifat aktif, siswa akan mengupayakan sesuatu. Dia menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas [2]. Salah satu model pembelajaran yang bisa membantu terlaksananya pembelajaran yang aktif adalah model pembelajaran course review horey. Langkah-langkah model pembelajaran course review horey adalah sebagai berikut [3]: (1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. (2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi. (3) Memberikan kesempatan siswa tanya jawab. (4) Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa. (5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar ( ) dan salah diisi tanda silang (x). (6) Siswa yang sudah mendapatkan tanda vertikal atau horizontal, atau diagonal harus berteriak hore atau yel-yel lainnya. (7) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan jumlah hore yang diperoleh. (8) Penutup Berdasarkan observasi di lapangan maka dalam pelaksanaannya pembelajaran course review horey dimodifikasi sebagai berikut : (1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. (2) Siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 4 orang dan 2 kelompok yang terdiri dari 5 orang. Setelah pembagian kelompok, guru meminta siswa agar segera duduk di kelompok masing-masing sehingga pembelajaran dapat segera dimulai. (3) Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi dengan metode ceramah dan tanya jawab kemudian siswa diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dan siswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru. (tahap course). (4) Guru membagikan lembaran soal kepada masing-masing kelompok dan menyuruh kelompok mencari jawabannya. Serta membagikan selembar kertas yang sudah terdapat di dalamnya 3 buah kotak-kotak. Dikotak-kotak tersebut dibuat nomor soal, kemudian diisi jawaban akhir dari soal yang telah dikerjakan siswa sesuai dengan nomor soal yang ada pada kotak-kotak tersebut.(tahap review). (5) Setelah kelompok selesai mengerjakan soal, guru membacakan nomor soal beserta jawaban soal tersebut. Jika jawaban kelompok benar maka dikotak-kotak tersebut diisi tanda benar ( ) serta langsung berteriak hore, dan salah diisi tanda silang (x). (tahap horey). (6) Setelah semua jawaban dibacakan, maka guru menanyakan kepada semua kelompok soal mana yang paling sulit. Kemudian guru menjelaskan penyelesaian soal tersebut. (7) Nilai siswa dihitung dari jumlah bobot soal dan jumlah hore yang diperoleh. Bagi kelompok yang mendapatkan jumlah bobot soal dan jumlah hore paling banyak akan diberi penghargaan pada pertemuan selanjutnya. (8) Penutup. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah hasil belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran course review horey lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas X SMA Negeri 13 Padang Tahun Pelajaran 2013/2014? Sejalan dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan artikel ini adalah untuk mengkaji atau menganalisis penerapan model pembelajaran course review horey pada pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 13 Padang Tahun Pelajaran 2013/2014. Hipotesis dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran course review horey lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas X SMA Negeri 13 Padang Tahun Pelajaran 2013/2014. Tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi guru sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan menciptakan suasana pembelajaran yang lebih bermakna. 47

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif dilakukan dalam bentuk eksperimen semu (quasi ekperimental research) dengan tujuan untuk membandingkan hasil belajar matematika siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah randomized control group only design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 13 Padang Tahun Pelajaran 2013/2014. Dalam penarikan sampel, dilakukan dengan mengumpulkan data hasil belajar matematika siswa pada Ujian Mid Semester 1 kemudian dilakukan uji normalitas data, uji homogenitas data, dan uji kesamaan rata-rata. Jika data populasi berdistribusi normal, mempunyai variansi yang homogen, dan mempunyai kesamaan ratarata (kemampuan yang sama), maka dilakukan penarikan sampel dengan cara random sampling. Setelah langkah tersebut dilakukan maka terpilihlah kelas X.3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.7 sebagai kelas kontrol. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu penerapan model pembelajaran course review horey untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol. Variabel terikat yaitu hasil belajar matematika siswa. Data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh melalui tes hasil belajar. Data sekunder yaitu data tentang nilai Ujian Mid Semester 1 matematika kelas X dan jumlah siswa yang menjadi populasi dan sampel penelitian. Pada instrumen tes hasil belajar, soal yang digunakan berbentuk essay yang berjumlah 5 item soal. Materi yang diujikan berupa materi yang diberikan selama penelitian berlangsung yaitu Sistem Persamaan Linear dan Kuadrat. Sebelum tes diberikan kepada kelas sampel, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas tes. Validitas tes dilakukan dengan cara menyusun soal sesuai kisi-kisi dan menvalidasi soal kepada dua orang dosen matematika dan satu orang guru. Sedangkan reliabilitas tes dilakukan dengan melakukan pengujian soal tes kepada siswa yang bukan merupakan objek penelitian, kemudian menganalisis soal tes dengan menghitung daya pembeda soal, indeks kesukaran soal, dan kalsifikasi soal. Teknik analisis data yang digunakan adalah ANAVA satu arah. Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf nyata α = 0,05. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji persyaratan kenormalan sebaran data dan homogenitas varians. Normalitas sebaran data diuji menggunakan uji Anderson-Darling, sedangkan uji homogenitas variansi dilakukan dengan menggunakan Uji-F. Pengujian normalitas dan homogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan software minitab. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t karena data berdistribusi normal dan variansi data homogen. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa, maka diterima. HASIL DAN PEMBAHASAN Tes hasil belajar diberikan kepada siswa pada akhir penelitian. Setelah guru selesai menyajikan materi mengenai sistem persamaan linear dan kuadrat. Tes dilaksanakan pada kedua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah tes selesai dilaksanakan maka diperoleh data hasil belajar. Berdasarkan data tes hasil belajar yang diperoleh, dapat dibuat rincian seperti yang terlihat pada Tabel 2 berikut: TABEL 2 DESKRIPSI DATA HASIL BELAJAR SISWA KELAS SAMPEL Kelas s Ketuntasan (%) Eksperimen 56,9 18,68 89,6 18,8 27,5 Kontrol 52,9 18,54 83,3 18,8 17,8 Berdasarkan Tabel 2 di atas, terlihat bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Pada siswa kelas eksperimen rata-rata yang diperoleh adalah 56,9, sedangkan pada kelas kontrol adalah 52,9. Namun, simpangan baku yang diperoleh pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Ini berarti kemampuan akademik siswa di kelas eksperimen lebih beragam dari pada di kelas kontrol. Dengan kata lain, penerapan model course review horey di kelas eksperimen belum mampu membantu siswa yang kemampuannya lemah menjadi lebih baik. Setelah dilakukan pengujian, terbukti bahwa data berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji-t. Dengan hipotesis statistik: Kriteria pengujiannya adalah terima H 0 jika t hitung < t tabel dan tolak H 0 jika t hitung > t tabel. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai dan pada. Karena jika t hitung < t tabel, maka terima H 0. Berarti hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 13 Padang yang mengikuti model pembelajaran course review horey tidak berbeda dengan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelaran konvensional. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran course review horey belum berhasil dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Jika dilihat dari rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan sesudah penelitian, terjadi peningkatan yang signifikan yaitu rata-rata ujian mid kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut 25,87 dan 30,54 menjadi 56,9 dan 52,9. Tingginya peningkatan rata-rata kelas sampel setelah penelitian disebabkan beberapa hal, diantaranya materi yang diujikan pada Ujian Mid Semester 1 sebanyak 2 pokok bahasan yaitu bentuk akar, pangkat, dan logaritma, serta persamaan dan 48

fungsi kuadrat. Sedangkan pada penelitian hanya satu pokok bahasan yaitu sistem persamaan linear dan kuadrat. Selain itu, tingkat kesulitan soal pada Ujian Mid Semester 1 juga lebih tinggi daripada soal tes hasil belajar pada saat penelitian. Soal-soal pada tes hasil belajar termasuk soal dengan tingkat kesulitan mudah dan sedang. Soal dengan tingkat kesulitan mudah adalah soal nomor 1. Sebagian besar siswa di kelas sekperimen maupun kontrol sudah mencapai skor maksimal pada soal ini. Namun, masih ada beberapa orang siswa yang melakukan kesalahan karena kurang teliti seperti pada Gambar 1 dan 2 berikut : Gambar 3.Salah satu jawaban siswa kelas eksperimen soal no 3 Gambar 1. Salah satu jawaban siswa kelas eksperimen soal no 1 Gambar 4.Salah satu jawaban siswa kelas kontrol soal no 3 Gambar 2. Salah satu jawaban siswa kelas kontrol soal no 1 Pada soal ini, siswa diminta untuk menentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan dan dengan menggunakan metode substitusi. Pada kelas eksperimen, terlihat siswa sudah mampu menyelesaikan soal secara keseluruhan. Namun, pada bagian memfaktorkan persamaan kuadrat siswa masih melakukan kesalahan, sehingga hasil untuk langkah berikutnya juga salah. Sedangkan pada kelas kontrol siswa melakukan kesalahan pada penyederhanaan persamaan. Secara keseluruhan kesalahan yang banyak dilakukan siswa pada soal nomor 3 adalah dalam memfaktorkan persamaan kuadrat. Selain itu, kesalahan siswa di kelas kontrol dan eksperimen juga banyak terlihat pada soal nomor 5 seperti pada Gambar 5 dan 6 berikut : Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa siswa sudah paham dengan cara penyelesaian SPLDV dengan metode eliminasi. Namun, pada kelas eksperimen siswa melakukan kesalahan dalam perhitungan dan pada kelas kontrol siswa salah dalam menentukan himpunan penyelesaian. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal juga disebabkan karena siswa masih belum paham dengan materi sebelumnya yaitu persmaaan kuadrat. Hal ini terlihat dari salah satu jawaban siswa di kelas sampel pada soal no 3 pada Gambar 3 dan 4 berikut: Gambar 5. Salah satu jawaban siswa kelas eksperimen soal no 5 49

Gambar 6. Salah satu jawaban siswa kelas kontrol soal no 5 Pada soal di atas, siswa diminta untk menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan SPLTV. Terlebih dahulu siswa diminta membuat hal-hal yang diketahui dan ditanya dari soal. Berdasarkan jawaban siswa di atas dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen siswa sudah membuat hal-hal yang diketahui dari soal, namun masih belum sempurna. Sedangkan pada kelas kontrol siswa tidak membuatnya dan langsung membentuk model matematika dari permasalahan. Pada kelas eksperimen siswa sudah mampu membentuk model matematika dan menyederhanakannya. Namun, siswa belum menyelesaikan persamaan tersebut. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu. Sedangkan pada kelas kontrol siswa sudah menyelesaikan persamaan. Namun, siswa melakukan kesalahan dalam perhitungan. Ditinjau dari KKM yang dipakai yaitu 75. Pada kelas eksperimen jumlah siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 8 siswa dari 29 siswa berarti persentase siswa yang telah tuntas dalam belajar sebanyak 27,5%. Pada kelas kontrol jumlah siswa yang telah mencapai KKM adalah 5 siswa dari 28 siswa berarti persentase siswa yang telah tuntas dalam belajar sebanyak 17,8%. Meskipun jumlah siswa yang tuntas di kelas eksperimen lebih banyak daripada jumlah siswa yang tuntas di kelas kontrol, tetapi ketuntasan siswa dikelas eksperimen masih tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat [4] yaitu suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa. Selain itu, jumlah soal yang didiskusikan di kelas eksperimen lebih sedikit dibandingkan di kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan 3 buah soal latihan. Pada kelas eksperimen, dari 3 buah soal yang seharusnya didiskusikan oleh guru dan siswa pada tahap akhir dari model course review horey hanya ada 2 atau 1 soal yang dapat didiskusikan. Hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen siswa di tuntut untuk mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang telah diberikan. Sehingga, siswa harus berusaha lebih giat untuk menemukan jawaban dari soal tersebut yang membutuhkan waktu cukup lama dan melebihi waktu yang telah ditetapkan guru. Hal ini mengakibatkan waktu yang tersisa untuk mendiskusikan soal-soal yang telah mereka kerjakan sedikit. Sedangkan di kelas kontrol, siswa tidak dituntut mandiri dalam mengerjakan soal latihan. Jika sebagian besar siswa tidak mampu menyelesaikan soal tersebut, maka guru langsung membahas di depan kelas. Sehingga soal yang dibahas guru lebih banyak dibandingkan di kelas eksperimen. Kendala lain yang dihadapi adalah pada awal pelaksanaan model pembelajaran course review horey beberapa orang siswa mencontek hasil kerja kelompok lain. Guru memberi peringatan kepada siswa yang mencontek bahwa akan dikurangi skor kelompoknya, sehingga siswa tidak mau lagi mencontek dan cenderung bertanya kepada guru. Selain itu, beberapa kelompok juga melakukan kecurangan. Hal ini terlihat dari jawaban yang ada pada kotak-kotak yang mereka buat berbeda dengan jawaban pada hasil kerja mereka. Untuk mengatasi hal ini, pada pertemuan berikutnya guru meminta siswa untuk membuat 2 lembar kertas yang berisikan jawaban soal latihan mereka. Satu lembar diberikan kepada guru sebelum tahap pengecekan, dan lembaran yang lain sebagai pegangan siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan taraf nyata α= 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 13 Padang Tahun Pelajaran 2013/2014 yang mengikuti model pembelajaran course review horey tidak berbeda dengan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Berdasarkan simpulan di atas, maka disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menerapkan model course review horey dengan memperhatikan segala kekurangan dan kendala yang dihadapi peneliti pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas [2] Silberman, Melvin. 2006. Active Learning. Bandung: Nusamedia [3] Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning. Surabaya: Pustaka Pelajar [4] Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Medua Group 50