BAB I PENDAHULUAN. pengadaan fasilitas umum, perbaikan infrastruktur, pembangunanpembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. banyak dana. Untuk memperoleh dana yang besar tersebut, maka. pemerintah menyediakan pos penerimaan yaitu Anggaran Pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. karena hampir sebagian besar sumber penerimaan dalam Anggaran. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting

BAB I PENDAHULUAN. salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan dan sebagai sarana peran serta

alam, retribusi, sumbangan, Bea dan Cukai, laba dari BUMN dan sumber golongan yang terdiri dari pajak langsung dan pajak tidak langsung; (2) pajak

BAB I PENDAHULUAN. bagi seluruh makhluk dimuka bumi. Oleh karena itu, tanah memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, membayar pajak merupakan salah satu kewajiban dalam. mewujudkan peran sertanya dalam membiayai pembangunan secara

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PPAT DALAM MENGOPTIMALKAN PENERIMAAN BPHTB

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. pembayarannya bersifat wajib untuk objek-objek tertentu. Dasar hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah dalam rangka menjalankan. pemerintah dalam memungut pajak dari masyarakat, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan dalam negeri telah mengalami pergeseran, semula didominasi

BAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. langsung kepada Kantor Wilayah. KPP Sumedang merupakan salah satu Kantor

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembeli dikenakan pajak yang berupa Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PEMBERIAN PENGURANGAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN SEHUBUNGAN DENGAN LUAPAN LUMPUR SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang ada di Asia Tenggara.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan menjadi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010).

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL KERJA PRAKTEK

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 8 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber penerimaan yang paling potensial di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. barang-barang yang dikuasai pemerintah, denda-denda atau warisan yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang sedang giat melaksanakan

a PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, guna

TITIS RONALITA RESMADEWI NIM

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 23 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam hal kepemilikan tanah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2011 NOMOR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan dibutuhkan dana dalam jumlah yang besar, dana yang

KARYA ILMIAH WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB PPAT ATAS PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP)

BAB I PENDAHULUAN. pajak untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan.

TENTANG. dilakukan. Nomor 21. diubah. Tanah dan. Tahun. Nomor...

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2011 NOMOR 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perekonomian Indonesia akan diikuti pula dengan kebijakankebijakan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan tanpa imbalan jasa secara langsung untuk. membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pemerintah terus berusaha melakukan kegiatan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

RGS Mitra 1 of 15 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan seluruh aktivitasnya membutuhkan manusia lain untuk saling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, banyaknya pengadaan fasilitas umum, perbaikan infrastruktur, pembangunanpembangunan dan pemekaran daerah yang dilakukan oleh pemerintah, hal ini tentu saja tidak bisa dilakukan tanpa adanya kontribusi langsung dari masyarakat. Salah satu contoh kontribusi langsung yang dilakukan masyarakat ialah dengan pembayaran pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 1 Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan terbesar bagi kas negara, yang mana sangat berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian, melaui pajak yang diperoleh dari masyarakat, negara dapat membiayai berbagai program pemerintahan yang dilaksanakan untuk mensejahterakan rakyatnya. Untuk itu kesadaran dalam membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang telah diatur sangat penting dipahami oleh masyarakat. Data membuktikan hingga 31 Agustus 2015 penerimaan pajak mencapai Rp. 589,270 triliun, jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 1 Mardiasmo, 2005, Perpajakan (edisi revisi), Andi Ofset, Yogyakarta, hlm. 1 1

2 2014, realisasi penerimaan pajak pada tahun 2015 mengalami pertumbuhan yang sangat baik pada sektor tertentu. Penerimaan pajak penghasilan (Pph) Non migas, sebagai satu satunya jenis pajak yang bertumbuh, mencatatkan pertumbuhan 9,46% dibandingkan periode yang sama di tahun 2014. Berdasarkan data yang tercatat pada Direktorat Jendral Pajak (DJP) sampai dengan 31 Agustus 2015 penerimaan PPh non migas mencapai Rp. 320,997 triliun. Pertumbuhan PPh non migas merupakan suatu anomali ditengah penurunannya pertumbuhan sektor pajak lainnya, Pajak Penghasilan sebagai salah satu instument pertumbuhan kesejahteraan dan sisi kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak. 2 Berdasarkan data tersebut, kesadaran hukum masyarakat pada saat ini untuk membayar pajak termasuk tinggi. Salah satu contoh penerimaan pajak terbesar ialah dari Pajak Penghasilan non migas yaitu peralihan hak atas tanah dan bangunan. Peralihan hak atas tanah merupakan suatu Perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan hak dari suatu pihak ke pihak lain. Menurut peraturan perundang-undangan setiap pelaksanaan peralihan hak atas tanah dikenakan pajak, berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan yang menyatakan bahwa : Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang 2 Anonym, Rabu, 16 September 2015 14:55, Realisasi Penerimaan Pajakper 31 Agustus 2015, diakses dari http://www.pajak.go.id/content/realisasi-penerimaan-pajak-31-agustus- 2015, tanggal 26 Februari 2016 pukul 03.45 WIB

3 berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun, termasuk :. Bagi pihak penjual dan pembeli yang mengalihkan hak atas tanahnya dikenakan pajak, berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan yaitu Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Jadi dalam perundang-undangan sudah jelas diatur bahwa setiap peralihan hak atas tanah dan/atau bangunan dikenakan pajak untuk penjual dan pembeli. Bagi pihak penjual dikenakan Pajak Penghasilan (yang selanjutnya disingkat PPh) yang diperoleh dari penjualan tanah dan/atau bangunan, sedangkan dari pihak pembeli dikenakan pajak berupa Bea Peroleha Hak Atas Tanah dan/atau bangunan (yang selanjutnya disingkat dengan BPHTB). Dalam hal pembayaran oleh pembeli berdasarkan Pasal 10 ayat (2) Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Pajak yang terutang dibayar ke kas Negara melalui Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh menteri dengan Surat Setor Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Dalam hal ini pembayaran oleh pembeli dapat dilakukan di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA).

4 Peralihan hak atas tanah harus dibuat dihadapan PPAT berdasarkan Pasal 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 : Peralihan hak atas tanah, yang dilakukan dengan cara jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan Peraturan Perundang Undangan yang berlaku. Demi menjaga kemungkinan agar tidak terjadinya penundaan pembayaran pajak, biasanya pembayaran pajak yang menjadi kewajiban penjual maupun pembeli dalam pelaksanaan jual beli tanah dan bangunan tersebut dilakukan pada hari dan tanggal akta jual belinya ditandatangani oleh para pihak di hadapan PPAT, selain itu juga demi menjaga kepastian pembayaran pajak oleh para pihak. Sebagai bentuk pelayanan terhadap masyarakat maka PPAT menerima titipan pembayaran pajak BPHTB atau PPh dari para pihaknya untuk disetorkan. PPAT bertanggung jawab dalam jabatannya untuk menyetorkan pajak yang telah di titipkan padanya. Sebagai PPAT yang menjalankan jabatannya serta melaksanakan tugasnya diwajibkan memberikan pelayanan kepada para pihaknya dengan tetap menghormati dan menjunjung tinggi kode etik profesi serta senantiasa menghayati dan mengingat sumpah jabatannya. Peraturan yang dibuat pemerintah terkait pajak dalam hal ini peralihan hak atas tanah begitu lengkap, dengan begitu diharapkan dapat memudahkan masyarakat dalam pemenuhan pembayaran pajak. Namun, dalam prakteknya

5 ada saja masyarakat yang mencoba melakukan penghindaran pajak (tax avoidance) dengan cara tidak memberitahukan secara jujur tentang nilai transaksi kepada PPAT, akibat dari perbuatan tersebut maka instansi pemerintah akan memperlambat proses peralihan hak dan juga akibat perbuatan tersebut menimbulkan kecurigaan adanya kerjasama antara para pihak dengan PPAT dalam penghindaran pajak. Disamping itu ada juga para pihak yang jujur menyatakan nilai transaksi dan mengikuti sesuai prosedur yang ditetapkan pemerintah dengan mengatakan nilai transaksi yang sebenarnya kepada PPAT akan tetapi, pada saat berkas tersebut telah masuk ke Instansi perpajakan untuk di validasi, berkas tersebut di tolak. Pada pembayaran pajak tersebut ada dua instansi yang memegang peranan yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Dinas Pendapatan daerah (DISPENDA), kedua instansi ini bertugas melakukan validasi terhadap peralihan hak atas tanah. DISPENDA merupakan proses pertama dalam validasi, apabila lolos maka selanjutnya instansi berikutnya yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama). Setelah pajak penjual dan pembeli sudah di validasi oleh DISPENDA dan KPP Pratama, maka PPAT selanjutnya akan menerbitkan Akta Jual Beli (AJB). Dalam prakteknya apabila DISPENDA melakukan validasi belum tentu pada tahap selanjutnya yaitu KPP Pratama akan melakukan validasi nilai transaksi yang diajukan, dengan kata lain menolak terhadap nilai transaksi tersebut, padahal sesama Instansi Perpajakan seharusnya memiliki

6 standar atau kebijakan yang sama dalam penilaian objek pajak transaksi dan regulasi yang saling mendukung penetapan nilai pajak terhadap nilai transaksi. Pada peralihan hak atas tanah ini tentunya sudah memenuhi unsur Pasal 1320 KUHPerdata (asas konsensuil) dan sudah dilakukan di depan pejabat umum dalam hal ini PPAT, akan tetapi mengapa hal tersebut bisa dikesampingkan oleh instansi lain dan dinilai adanya usaha untuk menghindari pajak oleh para pihak dan PPAT. Apabila dalam pelaksanaan pembayaran pajak tersebut terdapat penghindaran pajak (tax Avoidance) oleh para pihak seperti yang terurai diatas tentu secara umum akan merugikan Pemerintah daerah dan juga PPAT yang membuat akta jual beli tersebut, karena bisa saja PPAT akan dituduh sebagai aktor intelektual dalam penghindaran pajak tersebut. Selanjutnya juga akan berpengaruh juga bagi citra PPAT yang akan berujung pada denda administratif atau bahkan sampai pada sanksi pidana yang akan di tanggung oleh PPAT tersebut. Dari uraian latar beakang diatas penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan terkait PERLINDUNGAN PPAT TERHADAP PERBEDAAN PENETAPAN VALIDASI PAJAK JUAL BELI PERALIHAN HAK ATAS TANAH OLEH DINAS PENDAPATAN DAERAH DAN KANTOR PELAYAN PAJAK PRATAMA DI KABUPATEN SLEMAN

7 B. Rumusan Masalah 1. Apa saja faktor penentu validasi pajak peralihan hak jual beli dalam praktek? 2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi PPAT terhadap perbedaan penetapan validasi pajak jual beli peralihan hak atas tanah oleh Dinas Pendapatan Daerah Dengan dan Kantor Pelayan Pajak Pratama? C. Tujuan penelitian Tujuan yang diharapkan daripenelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis faktor-faktor penentu dalam validasi peralihan hak jual beli dalam praktek. 2. Untuk menganalisis perlindungan PPAT terhadap perbedaan penetapan validasi pajak jual beli peralihan hak atas tanah oleh Dinas Pendapatan Daerah dan Kantor Pelayan Pajak Pratama. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian ilmiah bagi akademisi, praktisi hukum serta perkembangan ilmu pengetahuan dibidang hukum khususnya di bidang Hukum Kenotariatan. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dan sumbangan pemikiran, khususnya bagi PPAT dalam pelaksanaan pembayaran Pajak Penghasilan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

8 serta masyarakat pada umumnya serta memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. E. Keaslian Peneltian Sebelum melakukan penelitian ini, penulis terlebih dahulu telah melakukan penulusuran kepustakaan, kemudian ditemukan beberapa penelitan mengenai PPAT dalam hubungannya dengan BPHTB, yaitu : 1. Judul Peranan dan Perlindungan PPAT dalam Pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Kota Yogyakarta, 3 dengan rumusan masalah sebagai berikut : 1) Bagaimana peran PPAT dalam pembayaran Bea Perolehan Hak Atas tanah dan/atau Bangunan? 2) Bagaimana Perlindungan hukum bagi PPAT yang melakukan pemungutan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas tanah dan/atau Bangunan dengan menggunakan NJOP PBB pada dasarnya? Penelitian ini mengkaji tentang peranan serta perlindungan terhadap PPAT dalam pemungutan pajak BPHTB dan juga pemungutan pembayaran menggunakan NJOP. Tesis ini menitik beratkan kepada perlindungan PPAT serta kajian terhadap Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan. 2. Judul Implementasi Dasar Besaran Pajak Penghasilan (PPh) Terhadap Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan yang dibuat oleh 3 Siddiq Muhammad, Program Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, 2012

9 PPAT di Kota Yogyakarta, 4 dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah implementasi dasar besaran Pajak Penghasilan (PPh) terhadap pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dibuat oleh PPAT di kota Yogyakarta? 2) Apakah yang menjadi kendala dalam mengimplementasikan dasar besaran Pajak Penghasilan (PPh) terhadap pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dibuat oleh PPAT di kota Yogyakarta? Penelitian ini mengkaji tentang regulasi peraturan mengenai penetapan besaran Pajak Penghasilan atas Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan yang dibuat dihadapan PPAT. Tesis ini menitik beratkan terhadap kajian mengenai Pajak Penghasilan dan juga peranan PPAT. Berdasarkan penelitian diatas terdapat kesamaan yaitu mengenai peranan PPAT dalam peralihan hak atas tanah dan juga sebagai pejabat yang berwenang, dan juga terdapat kesamaan mengenai kajian terhadap Pajak Peralihan Hak atas Tanah, akan tetapi yang menjadi perbedaan tesis ini diantara kedua tesis tersebut ialah tesis ini mengkaji tentang kebijakan penentuan pajak dalam hal ini validasi jual beli Peralihan Hak Atas Tanah yang di tetapkan oleh dua instansi yang berbeda sehingga dalam prakteknya sering terjadi perbedaan 4 Vita Damrsari Mardi Astuti, Program Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, 2011

10 penilaian terhadap objek peralihan hak atas tanah yang berdampak bagi PPAT dan juga para pihak. Berdasarkan penelitian kepustakaan, khususnya di lingkungan perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada penulis tidak menemukan tesis karya mahasiswa yang mengangkat tema dan judul yang sama dan belum pernah dilaksanakan oleh peneliti lain, dengan demikian penulis berpendapat bahwa penelitian ini adalah asli. Namun demikian, sekiranya pernah dilakukan penelitian-penelitian terdahulu yang membahas mengenai perlindungan PPAT dan Penetapan PPh dan BPHTB maka penelitian-penelitian terdahulu tersebut jelas sangat bermanfaat bagi penelitian ini, besar kemungkinan bahwa pada bagian tertentu pada penelitian ini juga merupakan kelanjutan dari penelitian tersebut dan semoga penelitian ini dapat melengkapinya.