Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Soni Ansyar Muhammad Tang Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Permasalahan utama penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Soni Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli pada mata pelajaran IPA. Telah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan pembelajaran metode diskusi di kelas IV SDN 2 Soni kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus, yang masing-masing siklus dua kali pertemuan yang terdiri empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi, dengan jumlah siswa 22 orang yaitu terdiri dari 12 perempuan dan 10 orang laki-laki. Dari hasil evaluasi akhir siklus I pertemuan I diperoleh ketuntasan belajar klasikal 68,18% dengan nilai rata-rata 68,64. Kemudian pada hasil evaluasi akhir siklus II pertemuan II diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 95,45% dengan nilai rata-rata 78,86. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN 2 Soni. Kata kunci: meningkatkan hasil belajar, metode dikusi, mata pelajaran IPA I. PENDAHULUAN Pembelajaran IPA merupakan ilmu alam yang beranfaat bagi peserta didik, dan salah satu disiplin ilmu penetahuan dimana ojeknya benda-benda alam. Tujian pembelajaran IPA adalah untuk memahami proses kejadian-kejadian alam yang ada di linkungan kita, sehingga dapat memahami kejadian-kejadian tersebut. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar IPA, kiranya diperlukan strategi pembelajaran yang tepat serta metode pembelajaran yang bervariasi. Metode pembelajaran yang bervariasi adalah pemanfaatan berbgai macam metode pembelajaran dalam proses balajar mengajar. Salah satunya menggunakan metode diskusi. Dengan pembelajaran seperti ini siswa diharapkan memperoleh pemahaman yang mendalam dari kejadiankejadian alam yang lebih luas. Bahkan nilai-nilai yang dapat dipetik oleh para siswa dalam peristiwa tersebut juga dapat dapat dicapai dengan baik. 194
Sebagai guru yang selalu berhadapan langsung dengan siswa, senantiasa menciptakan suasana belajar yang kondusif untuk mendorong keberhasilan siswa. Pencapaian hasil ditentukan oleh kompetensi dan kemampuan guru dalam mengelolah interaksi belajar dan mengajar. Salah satu unsur dalam strategi pembelajaran ialah memilih dan menetapkan metode pengajaran serta menggunakan suatu pendekatan yang tepat dalam pembelajaran yaitu diskusi kelompok. Tabel 1. Nilai Rata-Rata Semester I Dan II Pada Tahun 2011/2012 Dan 2012/2013 SDN 2 Soni No. Semester Nilai rata-rata Tahun 2011/2012 Tahun 2012/2013 1. I 56,15 59,10 2. II 59,50 63,10 Tabel ini memperlihatkan nilai rata-rata diakhir semester pada tahun 2011/2012 sampai 2012/2013 pada pelajaran IPA mengalami peningkatan namun belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 65. Mengingat data ini, sebagai tenaga pendidik berupaya meningkatkan nilai belajar siswa pada pelajaran IPA denganmenggunakan metode diskusi. Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Meningkatkan hasil belajar IPA melalui metode diskusi pada siswa kelas IV SDN No. 2 Soni. Suatu metode dipandang tepat untuk suatu situasi dapat dirasa kurang tepat untuk situasi yang lain. Pembelajaran sering dilakukan dengan menggunakan berbagai metode secara bervariasi, sehinggatidak terasa monoton dan membosakan.akan tetapi suatu metode penggunaanya biasa berdiri sendiri, tergantung pada pertimbangan berdasarkan situasi pembelajaran yang relevan. Pasaribu (1986: 86) berpendapat bahwa metode diskusi adalah cara penyampaian informasi dan pengetahuan kepada peserta didik secara lisan atau 195
tertulis. Dengan kata lain, metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan dengan cara guru memberi penjelasan dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan pengajaran. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah suatu penyampaian atau penyajian materi pelajaran dari guru kepada siswa yangdilakukan secara lisan di dalam proses belaja mengajar demi tercapainya tujuan pengajaran melalui cara penyampaian informasi atau materi pelajaran yang selain dilakukan secara lisan, juga divariasikan atau dikombinasikan penggunaannya dengan cara penyampaian lain, seperti : Tanya jawab, pemberian tugas, dan sebagainya. II. METODE PENELITIAN Adapun metode diskusi yang penulis gunakan dalam pembelajaran diantaranya adalah model: a. Drill Model drill adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dengan cara guru menyuruh peserta didik untuk melakukan latihan-latihan secara berulangulang guna mengembangkan kecakapan dan kebiasaan yang telah dicapai dengan benar. b. Model tanya jawab Model tanya jawab adalah suatu penyajian bahan pelajaran dengan guru mengadakan tanya jawab secara lisan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. c. Model pemberian tugas Model pemberian tugas adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh adanya cara penyajian bahan pelajaran dimana guru menugaskan peserta didik mempelajari sesuatu yang kemudian harus dipertanggungjawabkan. (Wahab, 1998 : 119 ) Penerapan metode diskusi menuntut guru untuk dapat mengelompokkanpeserta didik secara aktif dan proporsional dapat didasarkan pada: a. Fasilitas yang tersedia. 196
b. Perbedaan individual dalam minat dan kemampuan belajar. c. Jenis pekerjaan yang diberikan. d. Wilayah tempat tinggal peserta didik. e. Memperbesar partisipasi peserta didik dalam kelompok. (Pasaribu, 1986:112). Kegiatan dalam kelompok, walaupun terjadi interaksi dan tukar-menukar informasi, belum tentu disebut diskusi bila tidak memenuhi persyaratan tertentu. Kegiatan percakapan kelompok baru dapat disebut diskusi bila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Melibatkan kelompok yang erdiri dari 5 sampai 6 anggota. b. Berlangsung dalam interaksi tatap muka secara informal, dimana semua anggota kelompokmendapat kesempatan untuk melihat, mendengar, serta berkomunikasi secara bebas dan langsung. c. Mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara anggota kelompok. d. Melalui proses yang teratur dan sistematis menuju suatu kesimpulan. Seperti halnya metode yang lain, metode diskusi mempunyai keunggulan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan dari metode diskusi tersebut adalah sebagai berikut : A. Keunggulan diskusi kelompok : - Memberikan kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat. - Menyebabkan pendekatan yang demokratis. - Mendorong rasa kesatuan. - Memperluas pandangan. - Menghayati kepemimpinan bersama-sama. - Membantu mengembangkan kepemimpinan. - Meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun orang lain. B. Kelemahan diskusi - Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. - Peserta mendapat informasi terbatas. - Diskusi mudah terjerumus atau melenceng dari tujuan. - Membutuhkan pemimpin yang terampil. 197
- Memungkinkan dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara. - Dapat memboroskan waktu. (Wahab, 1996: 323 ) Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Penelitian dilaksanakan di kelas IV SDN No. 2 Soni dan waktu penelitian bulan Oktober 2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 22 orang siswa, 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan yang aktif dan terdaftar pada tahun ajaran 2014-2015. Rancangan penelitian ini mengikuti model Wardani (2007: 412) yang dimodifikasi dari Kemmis dan Taggar, dengan tahapan sebagai berikut: 1. Perencanaan 3. Observasi 2. Pelaksanaan Tindakan 4. Refleksi Tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah tindakan pembelajaran IPA pada sub pokok bahasan mengenal rangka manusia dengan menggunakan metode diskusi terbimbing. Pelaksanaannya direncanakan dalam dua siklus dengan waktu 4 x (2 x 35 menit). Indikator keberhasilan yang diharapkan tindakan pembelajaran ini adalah 65 % siswa yang mencapai daya serap individu dan minimal 85 % ketuntasan belajar klasikal yang dicapai. Jika pada siklus I indikatornya telah dicapai, maka penelitian tindakan pada siklus II tidak perlu dilanjutkan kemudian membuat laporan penelitian. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tentang jalannya proses belajar mengajar pada pelaksanaan pembelajaran baik siklus I, maupun siklus II, diperoleh hasil sebagai berikut: Berdasarkan pengamatan pada siklus I, baik dalam kegiatan guru, keatifan siswa, maupun kegiatan evaluasi, hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: a. Hasil Tes Berikut ini merupakan daftar nilai siswa, rekapitulasi evaluasi, keaktifan siklus I dalam pembelajaran IPA: 198
Tabel 2. Rekapitulasi Nilai Evaluasi Siklus I Pertemuan I Uraian Frekuensi Persentase Jumlah Nilai Tuntas Tidak Tuntas Jumlah 15 7 22 68,18 31,82 100 1130 380 1510 Rata-Rata Nilai Kategori 68,64 Cukup Keterangan: A. 86 100 ( sangat baik ) B. 70 85 ( baik ) C. 56 69 ( cukup ) D. 41 55 ( kurang ) E. < 40 ( sangat kurang ) Dari hasil evaluasi siklus I terhadap 22 siswa diperoleh data seperti pada table di atas, nilai terendah adalah 50 dan yang tertinggi 100. Keadaan siklus I, siswa yang tuntas sebanyak 15 orang (68,18%), sedang siswa yang belum tuntas sebanyak 7 orang (31,82%) dengan rat-rata kelas 68,64. b. Hasil Observasi Keaktivan Siswa Setelah diamati dan dicatat keaktifan siswa ole pengamat diperoleh data sebagai berikut: Dari table yang ada dapat diamati bhwa pada siklus I pertemuan I rata-rata keaktifan siswa hanya 50,00% dan dikatagorikan kurang aktif dari hasi tersebut peneliti harus memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya. c. Hasil Obsevasi Kegiatan Guru Pengamatan dilakukan pada kegiatan guru, setelah diamati dan dicatat oleh pengamat, ternyata masih banyak kelemahan dan kekurangan pada kemapuan dan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I ini, diperoleh data bahwa rata-rata kenerja guru 72,62% dan dikategorikan baik. Untuk itu akan peneliti memperbaiki kekurangan dan kelemahan tersebut dalam siklus berikutnya. 199
d. Hasil Refleksi Setelah melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas, selanjutnya diadakan refleksi atas segala tindakan yang dilakuan pada siklus I, maka diperoleh hasil refleksi sebagai berikut: Berdasarkan pengamatan, dalam mengawali proses pembelajara semua siswa menjawab salam dan berdoa dan mengikuti pelajaran sampai selesai. Pada saat guru membagikan LKS untuk dikerjakan bersama dengan teman sekelompoknya, sebagian besar tidak memperlihatkan kerja samanya, mereka mengerjakan masing-masing LKS nya. Dan masih banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pelajaran tersebut dengan rata-rata keatifan siswa diperoleh 50,00% dan dikategorikan kurang. 1. Dalam mengikuti pembelajaran, terutama pada saat diskusi masih banyak 2. siswa yang tidak menunjukkan minat untuk engikuti diskusi, mereka hanya dengan urusan masing-masing, hanya mondar mandir untuk elihat hasil kerja dai kelompok yang lain. Selain itu siswa masih kurang berani engemukakan pendapat atau gagasannya, kurang komunikatif ketika adaguru, dan belum menguasai pembelajaran. Pada siklus I diperoleh hasilbelajar dengan nilai rata-rata 64,68 dan ketuntasan belajar 68,18%, artinya ketuntasan kelas belum mencapai atau belum memenuhi indicator keberhasilan 85%. Keadaan seperti tersebut di atas akan menjadi perhatian khusus penulis, terutama siswa yang masih mendapat nilai di bawah 60. Pada pelaksanaan siklus II pertemuan II ini peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya, pada siklus II pertemuan II ini diperoleh hasil sebagai berikut: a. Hasi tes Tabel 3. Rekapitulasi nilai evaluasi siklus II pertemuan II Uraian Frekuensi Prosentase Jumlah Nilai Tuntas 21 95.45% 1675 Tidak Tuntas 1 4,55% 60 Jumlah 22 100% 1735 200
Rata-Rata 78,86 Kategori Baik Keterangan: A. 86 100 ( sangat baik ) B. 70 85 ( baik ) C. 84 69 ( cukup ) D. 41 55 ( kurang ) E. < 40 ( sangat kurang ) Dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan II terhadap 22 siswa diperoleh data seperti pada table di atas, siswa yang tuntas sebanyak 21 orang (95,45%), sedangkan siswa yang tidak tuntas 1 orang (4,55%), dengan rata-rata kelas 78,86. Dari data tersebut dapat dilihat ratarata kelas mengalami kenaikan dari siklus II pertemuan I. b. Hasil observasi keaktifan siswa Setelah diamati dan dicatat oleh pengamat diperoleh data sebagai berikut: Rekapitulasi keaktifan siswa siklus II pertemuan II Dari table di atas dapat diamati bahwa pada siklus II pertemuan II ini nilai rata-rata keaktifan siswa sudah mengalami peningkatan dari siklus II pertemuan I yaitu dari aktif (71,15%) menjadi aktif (78,85%). c. Hasil observasi kegiatan guru Setelah diamati dan dicatat oleh pengamat dalam kegiatan pembelajaran diperoleh data bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus II pertemuan II ini sudah mengalami banyak peningkatan. Nilai rata-rata kinerja guru pada siklus ini sebesar 88,10 dan dikatagorikan sangat baik. d. Hasi refleksi Setelah peneliti bersama rekan pengamat melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas, selanjutnya diadakan refleksi atas segala tindakan yang telah dilakukan pada siklus II pertemuan II, dan diperoleh data refleksi sebagai berikut: 1. Dalam mengawali proses pembelajaran di kelas, semua siswa mengikuti pembelajaran sampai selesai. Pada saat guru melakukan tanya jawab tentang 201
materi fungsi rangka yang telah dibahas sebelumnya, sebagian siswa mengacungkan tangan dan sebagian dapat menjawab pertanyaan dengan benar. 2. Dalam pembelajaran rata-rata keaktifan siswa sudah banyak mengalami peningkatan dari siklus II pertemuan I, yaitu dari 71,15% menjadi 78,85%. 3. Setelah diadakan evaluasi pada akhir silus IIpertemuan II diperoleh hasil belajar dengan nilai rata-rata 78,86 dan ketuntasan 95,45%. Ini berarti ketuntasan kelas sudah tercapai karena sudah memenuhi indicator keberhasilan yaitu 80%. Oleh karena itu tidak perlu diadakan siklus berikutnya. Dengan melihat refleksi di atas, pembelajaran pada siklus II pertemuan II telah berhasil, karena keaktifan siswa pada siklus ini telah mencapai katagori aktif (78,85%), hasil belajar rata-rata 78,86 dengan ketuntasan 95,45% dan kinerja guru sudah sangat baik yaitu mencapai angka 88,10%. Pembahasan Peneliti bersam guru mendiskusikan hasil pengamatan pada setiap siklus dan diperoleh data seperti pada tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi keaktifan siswa pada setiap siklus No. Pertemuan Presentase Katagori 1. Siklus I pertemuan I 50,00% Kurang aktif 2. Siklus I pertemuan II 65,38% Aktif 3. Siklus II pertemuan I 71,15% Aktif 4. Siklus II pertemuan II 78,85% Aktif Pada awal pembelajaran siklus I pertemuan I, guru memberikan penjelasan tentang mengenal rangka manusia, kemudian guru memberikan tugas kepada mengenal rangka. Dalam siklus I pertemuan I ini siswa belum sangat aktif siswa dalam segala hal dan rata-rata keaktifan siswa hanya sebesar 50.00% (kurang aktif ). Pada siklus I pertemuan II, dengan menggunakan media gambar tengkorak dan rangka manusia. Dalam siklus I pertemuan II ini keaktifan siswa mengalami peningkatan yaitu 65,38%. Pada siklus ini keaktifan siswa sudah meningkat dan masuk katagori aktif. Sedangkan pada siklus II pertemuan I juga mengalami peningkatan dan tetap masuk katagori aktif. Kemudian pada pertemuan siklus II 202
pertemuan II, guru mengulangi materi semua siklus secara menyeluruh, diskusi, tanya jawab, dan memberikan tes akhir. Dari hasil yang telah dilakukan, bahwa tingkat ketuntasan siswa menjadi naik menjadi 95,45%. Ini berarti bahwa untuk keaktifan siswa sudah memenuhi indicator keberhasilan 70%. Setelah akhir proses pembelajaran pada setiap siklus, guru mengadakan post tes, degan hasil seperti pada table berikut: Tabel 5. Rekapitulasi hasil belajar siswa pada setiap siklus Uraian Siklus I Pertemuan I Siklus I Pertemuan II Siklus II Pertemuan I Siklus II Pertemuan II F % F % F % F % Tuntas 15 68,18 17 77,27 18 81,82 21 95,45 Tidak Tuntas 7 31,82 5 22,73 4 18,18 1 4,55 Jumlah 22 100 22 100 22 100 22 100 Rata-rata 68,64 71,36 73,41 78,86 Dari hasil tindakan pada tabel di atas menunjukkan bahwa pada siklus I pertemuan I yaitu nilai rata-rata 68,64 dan nilai ketuntasan kelas yaitu 68,18%. Pada siklus I pertemuan II nilai rata-rata kelas meningkat yaitu sebesar 71,36 dan nilai ketuntasan kelas sebesar 77,27%. Sedangkan pada siklus II pertemuan I nilai rata-rata kelas 73,41, dan nilai ketuntasan kelas 81,82%. Kemudian pada siklus II pertemuan II, Nilai rata-rata kelas 78,86 dan nilai ketuntasan kelas sebesar 95,45%. Ini berarti penelitian ini sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu ketuntasan belajar siswa 80%. Dengan hasil seperti di atas dapat disimpulkan bahwa dengan metode diskusi dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan perestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. 203
IV. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas di SDN 2 Soni tahun pelajaran 2014/2015 dapat disimpulkan: 1. Dalam penggunaan metode diskusi mempunyai pengaruh positif yaitu dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan mengenal rangka manusia yaitu rata-rata keaktifan siswa pada siklus I pertemuan I dikategorikan kurang aktif (50,00%) pada siklus I pertemuan II mengalami kenaikan yaitu kategori aktif (65,38%) dan pada siklus II pertemuan I juga mengalami kenaikan meskipun dalam kategori yang sama yaitu kategori aktif (71,15%) begitu pula pada siklus II pertemuan II juga mengalami peningkatan dan juga masuk kategori aktif (78,85%). 2. Penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi mengenal rangka manusia. Ratarata kelas pada siklus I pertemuan I dikategorikan cukup (68,64%) pada siklus I pertemuan II mengalami peningkatan dikategorikan baik dengan angka ratarata (71,36%) sedangkan pada siklus II pertemuan I mengalami peningkatan meskipun dalam kategori yang sama yaitu kategori baik (73,41%) dan begitu pula pada siklus II pertemuan II juga mengalami peningkatan dalam kategori yang sama yaitu kategori baik (78,86%) Saran Berdasarkan kesimpulan peneliti terhadap kegiatan penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran bagi guru, siswa, serta sekolah diantaranya sebagai berikut: 1. Bagi Guru Dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPA selain menggunakan metode ceramah atau pemberian tugas sebaiknya juga dapat menggunakan metode diskusi terutama menyangkut materi yang membutuhkan metode ini agar perestasi belajar siswa dapat meningkat. 2. Bagi Siswa 204
Dalam proses pembelajaran sebaiknya siswa tidak malu bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas agar paham tentang materi pelajaran yang diajarkan oleh guru serta tingkatkan belajarnya agar memperoleh hasil yang maksimal. 3. Bagi Sekolah Hendaknya mendukung dan menyiapkan dana dan fasilitas untuk para guru yang melakukan penelitian tindakan kelas di kelasnya masing-masing agar terwujud sekolah yang bermutu dan berkualitas dalam menghadapi kemajuan dunia pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Depdikbud. (1995). Perestasi Belajar Siswa. Depdikbud. Jakarta. Depdiknas. (2005). Prosedur Tindakan Kelas. Jakarta. Dirjen Dikdasmen. Diana Novietha. (2010) Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas V SDN Porame Melalui Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran IPS. Skripsi Palu FKIP Universitas Tadulako. Karo-karo, Ign. S. Ulih Bukti Dkk. 1998. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Alda. Mappa (1986). Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Dikti Depdikbud. Muslich. (2010). Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta. PT Bumi Aksara. Oemar Hamalik. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Askara. Pasaribu, I. L. dan Simanjuntak, B. 1983. Pembelajaran Edisi II. Bandun. Tarsito. Sumiati dan Asra. (2008). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Sudjana, N. (2000). Dasar-Dasar Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. (2000). Metoda Statistika, Bandung Tarsito. Sudirman. (1992). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugianti. (2012). Penerapan Metode Diskusi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Di SD Inpres I Mapanga. Skripsi. Palu: FKIP Universitas Tadulako. Wahab, A. Azis. (1998). Metodologi Pengajaran IPS. Jakarta: Kumala. 205