Norway, di Yogyakarta tanggal September 2005

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH. Hukum Hak Asasi Manusia & Hukum Humaniter. Oleh: Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H. FRR Law Office FH Unpad

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

PERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..?

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

Sumber Hk.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dunant. Bemula dari perjalanan bisnis yang Ia lakukan, namun pada. Kota kecil di Italia Utara bernama Solferino pada tahun 1859.

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. ketika lawan terbunuh, peperangan adalah suatu pembunuhan besar-besaran

LAPORAN SINGKAT RAPAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANJA RUU KUHP KOMISI III DPR-RI DENGAN INTERNATIONAL COMMITTEE OF THE RED CROSS (ICRC)

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK KORBAN PERANG DI SURIAH. A. Perlindungan yang di berikan pemerintah Suriah terhadap anak

BAB III PENUTUP. bersenjata internasional maupun non-internasional. serangan yang ditujukan kepada mereka adalah dilarang.

2018, No d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Kepalangmerahan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Repub

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...

KONVENSI JENEWA II TENTANG PERBAIKAN KEADAAN ANGGOTA ANGKATAN PERANG DI LAUT YANG LUKA, SAKIT, DAN KORBAN KARAM DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN ORANG SIPIL DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

MAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

UNSUR-UNSUR KEJAHATAN GENOSIDA

Bab IX MEKANISME PENEGAKAN HUKUM HUMANITER

LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

Penyiksaan dalam RUU KUHP: Beberapa catatan kritis

PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA HAK ASASI MANUSIA YANG PALING SERIUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

( 1) Hukum HAM: mengatur secara umum perlindungari HAM individu dalam waktu/sittiasi apa pun;

Keywords : Iconoclast, International Law, International Criminal Court

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain yang yang diderita oleh banyak orang di negara-negara lain

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

TINJAUAN HUKUM HUMANITER MENGENAI PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI PERSONIL MILITER YANG MENJADI TAWANAN PERANG

INTEGRASI HAM DAN HUKUM HUMANITER DALAM SISTEM PERADILAN HAM NASIONAL DALAM RANGKA PENERAPAN PERADILAN HAM TERHADAP PELAKU KEJAHATAN KEMANUSIAAN

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008

SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM

Haryomataram membagi HH menjadi 2 (dua) atura-aturan pokok, yaitu 1 :

UNSUR-UNSUR S TANGGUNG GJAWAB A KOMANDAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

BAB VIII HUKUM HUMANITER DAN HAK ASASI MANUSIA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PERLINDUNGAN RELAWAN KEMANUSIAAN

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

Pengertian Kejahatan Terhadap Kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara ialah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik,

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAPAT HUKUM ( DISSENTING OPINION )

PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KETIKA PERANG DALAM HUKUM HUMINITER INTERNASIONAL. Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 1

Lex Crimen Vol. VI/No. 2/Mar-Apr/2017

PELANGGARAN HAM YANG BERAT. Muchamad Ali Safa at

Pendidikan Kewarganegaraan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN. tuntutan. Jadi peradilan internasional diselenggarakan untuk mencegah pelaku

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peperangan yang ganas akibat digunakannya berbagai persenjataan modern

PENEGAKAN HUKUM PIDANA INDONESIA DALAM PENYELESAIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA. Oleh: Laras Astuti

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman di dalam masyarakat terhadap trafficking masih sangat. atau terendah di dalam merespon isu ini. 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL. A. Sejarah Lahirnya Hukum Humaniter Internasional

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KEPALANGMERAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Disampaikan dalam acara Workshop Memperkuat Justisiabilitas Hakhak Ekonomi, Sosial dan Budaya: Prospek dan Tantangan, diselenggarakan oleh Pusat

HAK ASASI MANUSIA: BEBERAPA CATATAN

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

HUKUM PIDANA INTERNASIONAL DAN PEREMPUAN HUKUM PIDANA INTERNASIONAL DAN PEREMPUAN: SEBUAH RESOURCE BOOK UNTUK PRAKTISI

PERLINDUNGAN TERHADAP ORANG-ORANG DALAM DAERAH KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

4/8/2013. Mahkamah Pidana Internasional

Oleh : Ardiya Megawati E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JAJAK PENDAPAT TIMOR TIMUR DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM MASYARAKAT SIPIL PASCA KONVENSI JENEWA 1949

UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan

RUU KUHP PASAL-PASAL DIPENDING USUL PERUBAHAN KETERANGAN

UNSUR-UNSUR TANGGUNG JAWAB KOMANDAN. Rudi M. Rizki, S.H., LL.M

BAB II PERAN KONVENSI JENEWA IV TAHUN 1949 DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL. Dalam kepustakaan Hukum Internasional istilah hukum humaiter

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

BAB I PENDAHULUAN. 1. Jelaskan istilah-istilah yang digunakan untuk hukum humaniter! 2. Bagaimana Haryomataram membagi hukum humaniter?

BAB II PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN HUKUM HUMANITER DAN HAK AZASI MANUSIA. A. Pengertian Humaniter dan Hak Azasi Manusia

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI KEJAHATAN KEMANUSIAAN SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAM BERAT MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

BAB I PENDAHULUAN. yang bersengketa dengan menggunakan alat-alat dan metode berperang tertentu

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

Transkripsi:

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN KEJAHATAN PERANG Dipresentasikan oleh : Fadillah Agus Disampaikan dalam Training, Training Hukum HAM bagi Dosen Pengajar Hukum dan HAM di Fakultas Hukum pada Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia, diselenggarakan oleh Pusat Suti HAM UII bekerjasama dengan NCHR University i of Oslo Norway, di Yogyakarta tanggal 22-24 September 2005

Fadillah Agus, SH.MH Makassar, 6 Oktober 1963 S1 : UNS, Solo S2 : UNPAD, Bandung Kursus HAM, Strasbourg 1997 Internship, Hk. Humaniter ICRC Jenewa, 1997 Bb Beberapa seminar dan pelatihan Hk. HkHumaniter di region Asia Kursus Hk. Humaniter, San Remo, Itali, 2002 1987 1998 : Dosen FH Trisakti 1998 2004 : Legal Advisor ICRC 2001 sekarang : Dosen Luar Biasa FH UNSYIAH Banda Aceh 2004 sekarang : Dosen Univ. De La Salle, Manado 2004 sekarang : Partner FRR Law

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL MENCAKUP 2 BIDANG : PERLINDUNGAN KEPADA ORANG-ORANG YANG TIDAK, ATAU TIDAK LAGI, IKUT SERTA DALAM PERTEMPURAN; PEMBATASAN TERHADAP SARANA PEPERANGAN, TERUTAMA SENJATA, DAN METODE- METODE PEPERANGAN, SEPERTI MISALNYA TAKTIK-TAKTIK MILITER

TUJUAN HUKUM HUMANITER ADALAH MEMANUSIAWIKAN PERANG

PROTOKOL I TAHUN 1977 TENTANG PERLINDUNGAN KORBAN DALAM SENGKETA BERSENJATA INTERNASIONAL PROTOKOL II TAHUN 1977 TENTANG PERLINDUNGAN KORBAN DALAM SENGKETA BESENJATA NON-INTERNASIONAL Indonesia Ratifikasi as Konvensi-konvensi o s Jenewa ewa1949 9dengan UU No. 59 tahun 1958 Indonesia belum ratifikasi Protokol I & II tahun 1977 Jumlah Negara-negara yang telah ratifikasi : Konvensi-konvensi Jenewa 1949 : 194 Negara Protokol I tahun 1977 : 162 Negara Protokol II tahun 1977 : 162 Negara

PEMBATASAN

KESEIMBANGAN

PEMBEDAAN

PETUGAS MEDIS ADALAH NON KOMBATAN

ATURAN BAGI PRAJURIT DALAM BERTEMPUR 1. Jadilah prajurit yang disiplin. Ketidaktaatan kepada hukum perang akan merendahkan martabat diri Anda, Angkatan Bersenjata dan Negara serta dapat menimbulkan penderitaan yang tidak perlu; disamping itu juga jg dapat meperkuat niat musuh untuk melawan 2. Serang hanya musuh bersenjata dan objek-objek militer. 3. Lakukan penghancuran sebatas hanya yang diperlukan untuk tkmisianda. iiad 4. Jangan serang musuh yang tidak legi bertempur atau yang sudah menyerah. Lucuti mereka dan serahkan kepada atasan Anda. 5. Kumpulkan dan rawat yang luka dan sakit, baik kawan maupun lawan.

ATURAN BAGI PRAJURIT DALAM BERTEMPUR : 6. Perlakukan penduduk sipil dan musuh yang berada dalam kekuasaanmu secara manusiawi 7. Tahanan Operasi harus diperlakukan manusiawi dan hanya wajib memberi informasi mengenai identitasnya. Tahanan tidak boleh disiksa secara fisik maupun mental. 8. Jangan melakukan penyanderaan. 9. Jangan lakukan tindakan balas dendam. 10. Hormati setiap orang dan benda yang menggunakan lambang palang merah, bendera putih serta benda-benda budaya. 11. Hormati harta benda penduduk sipil. Jangan lakukan penjarahan 12. Cegah setiap pelanggaran ketentuan-ketentuan diatas. Laporkan setiap pelanggaran kepada atasan Anda. Setiap pelanggaran hukum perang harus dihukum.

IHRL DOMESTIC LAW ART 3 GC PII GC I-IV P I PEACE WAR VIOLENCE 1. Penal Code 2. Procedures Law 3. General Principles of Law 4. National Legislation 5. Human Rights Treaties 6. UN Resolutions/Declarations P O L I C E INTERNAL SECURITY OPERATION? (SECURITY - SYSTEM) N.I.A.C I.A.C 1-4 Domestic Law 5-6 Human Rights Law (restricted) 7. International Humanitarian Law A R M E D F O R C E COMBAT OPERATION (DEFENCE - SYSTEM)

Kejahatan Perang / Pelanggaran berat hukum humaniter : Adalah pelanggaran-pelanggaran tertentu yang dilakukan pada waktu perang, yaitu tindakan yang bertentangan t dengan hukum humaniter dilakukan terhadap orang-orang yang dilindungi (protected persons), misalnya kombatan yang luka dan sakit, tawanan perang dan penduduk sipil yang berada dibawah kekuasaan negara lain. Ketentuan yang mengatur : Pasal 50 Konvensi Jenewa I tahun 1949 Pasal51 Konvensi Jenewa II tahun 1949 Pasal 130 Konvensi Jenewa III tahun 1949 Pasal 147 Konvensi Jenewa IV tahun 1949 Pasal 85 Protokol I tahun 1977

Yang termasuk kejahatan perang antara lain : pembunuhan semena-mena, penganiayaan atau perlakuan yang tidak manusiawi (termasuk eksperimen medis), dengan sengaja menimbulkan penderitaan yang luar biasa terhadap badan dan kesehatan, perusakan yang luar biasa dan pengambilalihan secara tidak sah atas hak milik yang tidak dibenarkan menurut kepentingan militer, memaksa tawanan perang atau penduduk sipil untuk bekerja bagi pihak militer yang bersengketa, mengabaikan dengan semena-mena hak atas peradilan yang adil bagi tawanan perang dan penduduk sipil yang dilindungi, deportasi atau pemindahan penduduk sipil secara tidak sah, melakukan penyanderaan, menjadikan penduduk sipil sebagai sasaran serangan, penyalahgunaan lambang palang merah dan bulan sabit merah, penyerangan atas benda-benda budaya.

KEWAJIBAN NEGARA MENGATUR KEJAHATAN PERANG DAN MENGADILI PELAKUNYA Negara wajib untuk u menetapkan e UU yang diperlukan untuk u memberi sanksi pidana efektif terhadap orang-orang yang melakukan atau memerintahkan untuk melakukan salah satu pelanggaran berat hukum humaniter. Negara wajib untuk mencari orang dan mengadili orang-orang yang melakukan pelanggaran berat tersebut, atau menyerahkannya kepada Negara lain yang berkepentingan untuk mengadilinya. Pasal 49 Konvensi Jenewa I tahun 1949 Pasal 50 Konvensi Jenewa II tahun 1949 Pasal 130 Konvensi Jenewa III tahun 1949 Pasal 146 Konvensi Jenewa IV tahun 1949

PASAL 3 KONVENSI JENEWA 1949 : Dl Dalam hl hal sengketa bersenjata yang tidak idkbersifat internasional i yang berlangsung dalam wilayah salah satu dari Pihak Peserta Agung; tiap Pihak dalam sengketa itu akan diwajibkan untuk melaksanakan sekurang-kurangnya ketentuan-ketentuan berikut : 1. Orang-orang gyang tidak turut serta sktif dalam sengketa itu, ter masuk anggota angkatan perang yang telah meletakkan senjatasenjata mereka serta mereka yang tidak lagi turut serta (hors de combat) )karena sakit, luka, penahanan atau sebab blain apapun, dalam keadaan bagaimanapun harus diperlakukan dengan kemanusiaan, tanpa perbedaan merugikan apapun juga yang didasarkan atas uku, warna kulit, agama atau kepercayaan, kelamin, keturunan, atau setiap kriteria lainnya serupa itu. Untuk maksud ini, maka tindakan-tindakan berikut dilarang dan tetap akan dilarang untuk dilakukan terhadap orang-orang tersebut diatas pada waktu dan tempat t apapun juga :

(a) tindakan kekerasan atas jiwa dan raga, terutama setiap macam pembunuhan, pengudungan, perlakuan kejam dan penganiayaan ; (b) penyanderaan; ( c) perkosaan atas kehormatan pribadi, terutama perlakua yang meng hina dan merendahkan martabat; (d) menghukum dan menjalankan hukuman mati tanpa didahului keputusan yang dijatuhkan oleh suatu pengadilan yang dibentuk secara teratur, yang memberikan segenap jaminan peradilan yang diakui sebagai keharusan oleh bangsa-bangsa beradab. 2. Yang luka dan sakit harus dikumpulkan dan dirawat. Sebuah badan kemanusiaan yang tidak berpihak, seperti Komite Internasional Palang Merah, dapat menawarkan jasa-jasanya kepada Pihak-pihak dalam sengketa

Pihak-pihak dalam sengketa, selanjutnya harus berusaha untuk menjalankan dengan persetujuan-persetujuan khusus, semua atau sebagian dari ketentuan lainnya dari Konvensi ini. Pelaksanaan ketentuan-ketentuan tersebut diatas tidak akan mempengaruhi kedudukan hukum Pihak-pihak dalam sengketa

KETENTUAN-KETENTUAN MENGENAI KEJAHATAN PERANG TIDAK DIATUR DALAM PASAL 3 KONVENSI JENEWA 1949 DAN PROTOKOL II TAHUN 1977. NAMUN SAAT INI KEJAHATAN PERANG JUGA DIATUR DALAM BEBERAPA STATUTA MAHKAMAH AD HOC DAN PERMANEN, MISALNYA ICTR (RWANDA), ICTY (EKS-YUGOSLAVIA) DAN ICC.

DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA SAAT INI TIDAK ADA KUALIFIKASI TINDAK PIDANA YANG DISEBUT SEBAGAI KEJAHATAN PERANG. BEBERAPA PASAL KUHP MERUMUSKAN KEJAHATAN YANG BERKAITAN DENGAN PERANG ATAU YANG DILAKUKAN DALAM MASA PERANG. DIKUALIFIKASIKAN SEBAGAI KEJAHATAN TERHADAP KEAMANAN NEGARA (BAB I BUKU II KUHP) Ps. 111 ayat 1 Ps. 222 ke-1 Ps. 122 ke-2 Ps. 123 Ps. 124; 1 Ps. 124; 2 ke-1 Ps. 124; 2 ke-2 Ps. 124; 3 k3-2 Ps. 124 Ps. 126 Ps. 127

UU NO. 26 TAHUN 2000 TIDAK MEMASUKKAN TENTANG KEJAHATAN PERANG. TETAPI BEBERAPA KEJAHATAN LAINNYA YANG TERDAPAT DIDALAM ICC DIADOPSI DALAM UU INI.. MASALAH KEKOSONGAN HUKUM???.. APAKAH DAPAT DICOVER OLEH KUHP ATAU KUHPM???. STB NO. 44 TAHUN 1946 TENTANG KEJAHATAN PERANG MASALAH HK. TATA NEGARA.. APAKAH MASIH VALID??? MASALAH SUBSTANSI. HANYA DITUJUKAN KEPADA PELAKU YANG BERASAL DARI NEGARA MUSUH.

RENCANA YANG SEDANG BERJALAN : DEPKEH & HAM : PENELITIAN AKADEMIS TENTANG KEJAHATAN PERANG DI INDONESIA DEPHAN : MENYIAPKAN RANCANGAN BARU KUHPM YANG ANTARA LAIN DIDALAMNYA AKAN MENGATUR JUGA MENGENAI KEJAHATAN PERANG

Putusan Pengadilan HAMAd Hoc Timtim (Kasus Abilio Soares).. Menimbang, bahwa situasi di Timor Timur, baik sebelum dan setelah jajak pendapat, mengandung konflik bersenjata dengan intensitas it yang cukup tinggii dengan struktur organisasi i pihak yang bersengketa yang memenuhi persyaratan sebagaimana disyararatkan dalam Konvensi Jenewa 1949, maka dapat dikatakan bahwa di Timor Timur telah terjadi sengketa besenjata internal (internal armed conflict) ) sehingga ketentuan tentang kejahatan perang sebagaimana yang diatur dalam common article 3 Konvensi Jenewa dapat diberlakukan. Terlebih-lebih Indonesia telah meratifikasi i Konvensi Jenewa tersebut t melalui l Undangundang No. 59 Tahun 1958.