HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN KEJAHATAN PERANG Dipresentasikan oleh : Fadillah Agus Disampaikan dalam Training, Training Hukum HAM bagi Dosen Pengajar Hukum dan HAM di Fakultas Hukum pada Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia, diselenggarakan oleh Pusat Suti HAM UII bekerjasama dengan NCHR University i of Oslo Norway, di Yogyakarta tanggal 22-24 September 2005
Fadillah Agus, SH.MH Makassar, 6 Oktober 1963 S1 : UNS, Solo S2 : UNPAD, Bandung Kursus HAM, Strasbourg 1997 Internship, Hk. Humaniter ICRC Jenewa, 1997 Bb Beberapa seminar dan pelatihan Hk. HkHumaniter di region Asia Kursus Hk. Humaniter, San Remo, Itali, 2002 1987 1998 : Dosen FH Trisakti 1998 2004 : Legal Advisor ICRC 2001 sekarang : Dosen Luar Biasa FH UNSYIAH Banda Aceh 2004 sekarang : Dosen Univ. De La Salle, Manado 2004 sekarang : Partner FRR Law
HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL MENCAKUP 2 BIDANG : PERLINDUNGAN KEPADA ORANG-ORANG YANG TIDAK, ATAU TIDAK LAGI, IKUT SERTA DALAM PERTEMPURAN; PEMBATASAN TERHADAP SARANA PEPERANGAN, TERUTAMA SENJATA, DAN METODE- METODE PEPERANGAN, SEPERTI MISALNYA TAKTIK-TAKTIK MILITER
TUJUAN HUKUM HUMANITER ADALAH MEMANUSIAWIKAN PERANG
PROTOKOL I TAHUN 1977 TENTANG PERLINDUNGAN KORBAN DALAM SENGKETA BERSENJATA INTERNASIONAL PROTOKOL II TAHUN 1977 TENTANG PERLINDUNGAN KORBAN DALAM SENGKETA BESENJATA NON-INTERNASIONAL Indonesia Ratifikasi as Konvensi-konvensi o s Jenewa ewa1949 9dengan UU No. 59 tahun 1958 Indonesia belum ratifikasi Protokol I & II tahun 1977 Jumlah Negara-negara yang telah ratifikasi : Konvensi-konvensi Jenewa 1949 : 194 Negara Protokol I tahun 1977 : 162 Negara Protokol II tahun 1977 : 162 Negara
PEMBATASAN
KESEIMBANGAN
PEMBEDAAN
PETUGAS MEDIS ADALAH NON KOMBATAN
ATURAN BAGI PRAJURIT DALAM BERTEMPUR 1. Jadilah prajurit yang disiplin. Ketidaktaatan kepada hukum perang akan merendahkan martabat diri Anda, Angkatan Bersenjata dan Negara serta dapat menimbulkan penderitaan yang tidak perlu; disamping itu juga jg dapat meperkuat niat musuh untuk melawan 2. Serang hanya musuh bersenjata dan objek-objek militer. 3. Lakukan penghancuran sebatas hanya yang diperlukan untuk tkmisianda. iiad 4. Jangan serang musuh yang tidak legi bertempur atau yang sudah menyerah. Lucuti mereka dan serahkan kepada atasan Anda. 5. Kumpulkan dan rawat yang luka dan sakit, baik kawan maupun lawan.
ATURAN BAGI PRAJURIT DALAM BERTEMPUR : 6. Perlakukan penduduk sipil dan musuh yang berada dalam kekuasaanmu secara manusiawi 7. Tahanan Operasi harus diperlakukan manusiawi dan hanya wajib memberi informasi mengenai identitasnya. Tahanan tidak boleh disiksa secara fisik maupun mental. 8. Jangan melakukan penyanderaan. 9. Jangan lakukan tindakan balas dendam. 10. Hormati setiap orang dan benda yang menggunakan lambang palang merah, bendera putih serta benda-benda budaya. 11. Hormati harta benda penduduk sipil. Jangan lakukan penjarahan 12. Cegah setiap pelanggaran ketentuan-ketentuan diatas. Laporkan setiap pelanggaran kepada atasan Anda. Setiap pelanggaran hukum perang harus dihukum.
IHRL DOMESTIC LAW ART 3 GC PII GC I-IV P I PEACE WAR VIOLENCE 1. Penal Code 2. Procedures Law 3. General Principles of Law 4. National Legislation 5. Human Rights Treaties 6. UN Resolutions/Declarations P O L I C E INTERNAL SECURITY OPERATION? (SECURITY - SYSTEM) N.I.A.C I.A.C 1-4 Domestic Law 5-6 Human Rights Law (restricted) 7. International Humanitarian Law A R M E D F O R C E COMBAT OPERATION (DEFENCE - SYSTEM)
Kejahatan Perang / Pelanggaran berat hukum humaniter : Adalah pelanggaran-pelanggaran tertentu yang dilakukan pada waktu perang, yaitu tindakan yang bertentangan t dengan hukum humaniter dilakukan terhadap orang-orang yang dilindungi (protected persons), misalnya kombatan yang luka dan sakit, tawanan perang dan penduduk sipil yang berada dibawah kekuasaan negara lain. Ketentuan yang mengatur : Pasal 50 Konvensi Jenewa I tahun 1949 Pasal51 Konvensi Jenewa II tahun 1949 Pasal 130 Konvensi Jenewa III tahun 1949 Pasal 147 Konvensi Jenewa IV tahun 1949 Pasal 85 Protokol I tahun 1977
Yang termasuk kejahatan perang antara lain : pembunuhan semena-mena, penganiayaan atau perlakuan yang tidak manusiawi (termasuk eksperimen medis), dengan sengaja menimbulkan penderitaan yang luar biasa terhadap badan dan kesehatan, perusakan yang luar biasa dan pengambilalihan secara tidak sah atas hak milik yang tidak dibenarkan menurut kepentingan militer, memaksa tawanan perang atau penduduk sipil untuk bekerja bagi pihak militer yang bersengketa, mengabaikan dengan semena-mena hak atas peradilan yang adil bagi tawanan perang dan penduduk sipil yang dilindungi, deportasi atau pemindahan penduduk sipil secara tidak sah, melakukan penyanderaan, menjadikan penduduk sipil sebagai sasaran serangan, penyalahgunaan lambang palang merah dan bulan sabit merah, penyerangan atas benda-benda budaya.
KEWAJIBAN NEGARA MENGATUR KEJAHATAN PERANG DAN MENGADILI PELAKUNYA Negara wajib untuk u menetapkan e UU yang diperlukan untuk u memberi sanksi pidana efektif terhadap orang-orang yang melakukan atau memerintahkan untuk melakukan salah satu pelanggaran berat hukum humaniter. Negara wajib untuk mencari orang dan mengadili orang-orang yang melakukan pelanggaran berat tersebut, atau menyerahkannya kepada Negara lain yang berkepentingan untuk mengadilinya. Pasal 49 Konvensi Jenewa I tahun 1949 Pasal 50 Konvensi Jenewa II tahun 1949 Pasal 130 Konvensi Jenewa III tahun 1949 Pasal 146 Konvensi Jenewa IV tahun 1949
PASAL 3 KONVENSI JENEWA 1949 : Dl Dalam hl hal sengketa bersenjata yang tidak idkbersifat internasional i yang berlangsung dalam wilayah salah satu dari Pihak Peserta Agung; tiap Pihak dalam sengketa itu akan diwajibkan untuk melaksanakan sekurang-kurangnya ketentuan-ketentuan berikut : 1. Orang-orang gyang tidak turut serta sktif dalam sengketa itu, ter masuk anggota angkatan perang yang telah meletakkan senjatasenjata mereka serta mereka yang tidak lagi turut serta (hors de combat) )karena sakit, luka, penahanan atau sebab blain apapun, dalam keadaan bagaimanapun harus diperlakukan dengan kemanusiaan, tanpa perbedaan merugikan apapun juga yang didasarkan atas uku, warna kulit, agama atau kepercayaan, kelamin, keturunan, atau setiap kriteria lainnya serupa itu. Untuk maksud ini, maka tindakan-tindakan berikut dilarang dan tetap akan dilarang untuk dilakukan terhadap orang-orang tersebut diatas pada waktu dan tempat t apapun juga :
(a) tindakan kekerasan atas jiwa dan raga, terutama setiap macam pembunuhan, pengudungan, perlakuan kejam dan penganiayaan ; (b) penyanderaan; ( c) perkosaan atas kehormatan pribadi, terutama perlakua yang meng hina dan merendahkan martabat; (d) menghukum dan menjalankan hukuman mati tanpa didahului keputusan yang dijatuhkan oleh suatu pengadilan yang dibentuk secara teratur, yang memberikan segenap jaminan peradilan yang diakui sebagai keharusan oleh bangsa-bangsa beradab. 2. Yang luka dan sakit harus dikumpulkan dan dirawat. Sebuah badan kemanusiaan yang tidak berpihak, seperti Komite Internasional Palang Merah, dapat menawarkan jasa-jasanya kepada Pihak-pihak dalam sengketa
Pihak-pihak dalam sengketa, selanjutnya harus berusaha untuk menjalankan dengan persetujuan-persetujuan khusus, semua atau sebagian dari ketentuan lainnya dari Konvensi ini. Pelaksanaan ketentuan-ketentuan tersebut diatas tidak akan mempengaruhi kedudukan hukum Pihak-pihak dalam sengketa
KETENTUAN-KETENTUAN MENGENAI KEJAHATAN PERANG TIDAK DIATUR DALAM PASAL 3 KONVENSI JENEWA 1949 DAN PROTOKOL II TAHUN 1977. NAMUN SAAT INI KEJAHATAN PERANG JUGA DIATUR DALAM BEBERAPA STATUTA MAHKAMAH AD HOC DAN PERMANEN, MISALNYA ICTR (RWANDA), ICTY (EKS-YUGOSLAVIA) DAN ICC.
DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA SAAT INI TIDAK ADA KUALIFIKASI TINDAK PIDANA YANG DISEBUT SEBAGAI KEJAHATAN PERANG. BEBERAPA PASAL KUHP MERUMUSKAN KEJAHATAN YANG BERKAITAN DENGAN PERANG ATAU YANG DILAKUKAN DALAM MASA PERANG. DIKUALIFIKASIKAN SEBAGAI KEJAHATAN TERHADAP KEAMANAN NEGARA (BAB I BUKU II KUHP) Ps. 111 ayat 1 Ps. 222 ke-1 Ps. 122 ke-2 Ps. 123 Ps. 124; 1 Ps. 124; 2 ke-1 Ps. 124; 2 ke-2 Ps. 124; 3 k3-2 Ps. 124 Ps. 126 Ps. 127
UU NO. 26 TAHUN 2000 TIDAK MEMASUKKAN TENTANG KEJAHATAN PERANG. TETAPI BEBERAPA KEJAHATAN LAINNYA YANG TERDAPAT DIDALAM ICC DIADOPSI DALAM UU INI.. MASALAH KEKOSONGAN HUKUM???.. APAKAH DAPAT DICOVER OLEH KUHP ATAU KUHPM???. STB NO. 44 TAHUN 1946 TENTANG KEJAHATAN PERANG MASALAH HK. TATA NEGARA.. APAKAH MASIH VALID??? MASALAH SUBSTANSI. HANYA DITUJUKAN KEPADA PELAKU YANG BERASAL DARI NEGARA MUSUH.
RENCANA YANG SEDANG BERJALAN : DEPKEH & HAM : PENELITIAN AKADEMIS TENTANG KEJAHATAN PERANG DI INDONESIA DEPHAN : MENYIAPKAN RANCANGAN BARU KUHPM YANG ANTARA LAIN DIDALAMNYA AKAN MENGATUR JUGA MENGENAI KEJAHATAN PERANG
Putusan Pengadilan HAMAd Hoc Timtim (Kasus Abilio Soares).. Menimbang, bahwa situasi di Timor Timur, baik sebelum dan setelah jajak pendapat, mengandung konflik bersenjata dengan intensitas it yang cukup tinggii dengan struktur organisasi i pihak yang bersengketa yang memenuhi persyaratan sebagaimana disyararatkan dalam Konvensi Jenewa 1949, maka dapat dikatakan bahwa di Timor Timur telah terjadi sengketa besenjata internal (internal armed conflict) ) sehingga ketentuan tentang kejahatan perang sebagaimana yang diatur dalam common article 3 Konvensi Jenewa dapat diberlakukan. Terlebih-lebih Indonesia telah meratifikasi i Konvensi Jenewa tersebut t melalui l Undangundang No. 59 Tahun 1958.