VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

dokumen-dokumen yang mirip
V. GAMBARAN UMUM UKC CABANG KARAWANG

III. KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

KERANGKA PEMIKIRAN III.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN ATAS PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT MIKRO UTAMA PADA BANK BJB KANTOR CABANG CIANJUR

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Ringkasan Informasi Produk/Layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) - Ritel

Ringkasan Informasi Produk/Layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) - Mikro

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

PEMBERIAN PINJAMAN KREDIT MIKRO PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk JAKARTA PUSAT

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dengan melihat uraian diatas maka penulis menyusun laporan kerja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENANDATANGANAN MOU. Divisi Bisnis Usaha Kecil

Ringkasan Informasi Produk/Layanan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat menyimpulkan beberapa hal. Selain itu juga memberikan

BISNIS PROGRAM DAN KEMITRAAN PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kondisi ini. Akibat adanya rasionalisasi maupun pemutusan hubungan kerja

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A.

By : Angga Hapsila, SE.MM

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB V PENUTUP. 1. Kebijakan yang diberikan PT. Bank Nagari Cabang Sijunjung dalam. a. Kredit Kepada Masyarakat yang Berpenghasilan Tetap (Kredit

ANALISIS PEMBERIAN KREDIT AGUNAN RUMAH PADA BANK TABUNGAN NEGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO ib PADA BRISYARIAH KANTOR CABANG PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

BUPATI PAKPAK BHARAT

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PD.BPR BKK TAMAN. KAB.PEMALANG penulis ditempatkan pada Bagian Kredit pada aspek

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melanda bangsa Indonesia pada tahun konvensional, sehingga memilih untuk berhubungan dengan lembaga

RINGKASAN INFORMASI PRODUK

A. Paket Mitra Pelapak (PMP)

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro. menambah modal usaha nasabah dengan harapan agar usahanya lebih

Evaluasi Implementasi Kebijakan Kredit Usaha Rakyat Dalam Rangka Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan, Koperasi (UMKMK).

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT SKALA MIKRO PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

ANALISA PEMBIAYAAN MITRA BINAAN PKBL BUMN SECARA CEPAT DAN AKURAT DENGAN SKORING pembiayaan. Ardito Bhinadi presents

Skema Pembiayaan Kelautan dan Perikanan

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pembiayaan Murabahah Modal Kerja

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka kesimpulan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) BJB yaitu Kredit

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA. Pemberian Kredit

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini :

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dengan Bersama, Cicilan KPR Jadi Ringan

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

PermataKPR Bijak Biarkan Uang Anda yang Bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti memiliki peran dan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB V PENUTUP. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dalam Tesis ini dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

STRATEGI PEMASARAN KUR PADA PT.BANK RAKYAT INDONESIA Tbk. CABANG BOGOR PAJAJARAN. Anita Irawati dan Asti Marlina Universitas Ibn Khaldun Bogor ABSTRAK

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maka pemerintah telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah

PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA. Kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan.

Transkripsi:

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG Latar belakang diluncurkannya fasilitas kredit BNI Tunas Usaha (BTU) adalah Inpres Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. BNI sebagai salah satu bank milik Pemerintah ditunjuk sebagai salah satu penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan fasilitas kredit untuk sektor UMKM. Oleh BNI, KUR tersebut dituangkan dalam bentuk produk kredit BNI Tunas Usaha (BTU). BTU adalah kredit modal kerja atau investasi yang diberikan untuk usaha produkif yang feasible namun belum bankable. Usaha yang feasible adalah kemampuan debitur dalam mengembalikan bunga pokok pinjaman tepat waktu, sedangkan bankable adalah kondisi debitur dilihat dari sisi persyaratan administrasi dan agunan yang masih kurang. Sumber pendanaan untuk kredit BTU ini berasal dari dana komersial BNI. Mekanisme penyaluran kredit BTU diharapkan dapat memenuhi persyaratan dan prosedur yang benar, sehingga nantinya akan lebih mengenal karakteristik dari setiap debiturnya secara menyeluruh dan menghasilkan kredit yang berkualitas. Maksud dari berkualitas adalah kredit yang tepat sasaran dan tidak terjadi keterlambatan/tunggakan dalam proses penyelesaian angsurannya. Secara umum prosedur perealisasian kredit BTU harus melewati beberapa tahap, yakni kelengkapan berkas, pengajuan permohonan, dan penilaian kredit apakah layak atau tidak untuk mendapatkan kredit BTU. Pola penyaluran kredit BTU dilakukan langsung ke end user dan tidak langsung (Channeling melalui Linkage Program). Penyaluran kredit BTU tidak terlepas dari prinsip 5 C, yaitu character, capacity, capital, dan condition of economy. Penerapan prinsip 5 C dituangkan di dalam aplikasi permohonan pengajuan kredit BTU (Lampiran 1). Setiap calon nasabah wajib melengkapi pengisian formulir permohonan tersebut secara lengkap dan benar. Proses perealisasian kredit BTU UKC Karawang membutuhkan waktu lebih kurang 10 hari kerja. Untuk lebih prosedur penyaluran kredit BTU yang dilakukan oleh UKC Karawang adalah sebagai berikut :

1. Pemenuhan kelengkapan berkas Pemenuhan kelengkapan berkas merupakan syarat awal yang harus dipenuhi oleh setiap calon nsabah. Kelengkapan berkas diperiksa oleh petugas sales. Adapun syarat dan berkas yang harus dilengkapi oleh calon nasabah dalam pengajuan kredit BTU berdasarkan Surat USK/2/2683 tanggal 23 Oktober 2007 adalah sebagai berikut : a. Warga Negara Indonesia (WNI). b. Usaha telah berjalan minimal 1 tahun. c. Kredit digunakan sebagai tambahan modal kerja atau Investasi. d. Fotokopi KTP (suami + isteri jika sudah menikah) dan kartu keluarga. e. Fotokopi Surat Nikah (bagi yang telah menikah). f. Foto diri 3 x 4 (suami + isteri jika sudah menikah) g. Surat ijin usaha (SIUP, TDP, HO dan SITU) atau surat keterangan kelurahan/ kecamatan. h. NPWP untuk kredit di atas 50 juta rupiah. i. Jaminan. Setelah seluruh kelengkapan berkas terpenuhi, selanjutnya dilakukan proses pendaftaran dan melengkapi formulir pengajuan kredit BTU yaang dibutuhkan sebelum dilakukan penilaian oleh RO. Calon nasabah dapat menentukan jumlah dan jangka waktu pengembalian kredit sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan dapat disesuaikan berdasarkan tabel angsuran yang telah dibuat sebelumnya. 2. Penilaian calon nasabah Penilaian nasabah untuk dapat memperoleh fasilitas kredit BTU melalui dua tahap, yakni pemeriksaan administrasi yang dilakukan oleh sales dan selanjutnya penilaian kelayakan secara finansial yang dilakukan oleh RO. Pemeriksaan terhadap aspek-aspek usaha calon nasabah sangat diperlukan untuk meminimalkan risiko terjadinya penunggakkan apabila pinjaman direalisasikan. Pemeriksaan awal yang dilakukan oleh sales meliputi kegiatan sebagai berikut : a. Menilai apakah usaha yang dijalankan sesuai dengan surat keterangan yang sudah dilengkapi

b. Mengetahui apakah alamat nasabah sesuai dengan dengan alamat pada KTP c. Menilai apakah usaha yang dijalankan oleh calon nasabah memiliki prospek yang baik d. Mengetahui karakteristik nasabah baik melalui wawancara langsung dengan nasabah, wawancara dengan tetangga atau relasi e. Kebenaran agunan yang dijaminkan di bank. Setelah proses penyaringan selesai dilakukan, tahap selanjutnya calon nasabah direkomendasikan kepada RO untuk dinilai kelayakannya secara finansialnya. Prinsip 5 C harus diperhatikan dalam pemeriksaan ini, yakni collateral/agunan, capital dan capacity dari calon debitur. Oleh karena itu RO harus dapat mengamati dan memeriksa dengan tepat, guna mendapatkan data yang akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menganalisis calon nasabah. Untuk prinsip collateral atau agunan, penilaiannya berdasarkan dari nilai kredit yang akan direaliasikan oleh pihak UKC Cabang Karawang. Setiap nasabah wajib memiliki agunan yang dijaminkan kepada pihak BNI. Besar nilai agunan tersebut minimal 30 persen dari total kredit yang direaliasikan. BNI bekerjasama dengan Perum Sarana Pengembangan Usaha dan PT Asuransi Kredit Indonesia dalam pemberian penjaminan kredit/pembiayaan untuk membatu usaha MKM sebesar 70 persen dari maksimum kredit yang direalisasikan. Pemeriksaan agunan dari calon debitur dicatat dan dilaporkan di dalam Capacity atau kapasitas nasabah merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan didalam proses penyaluran kredit BTU. Pemeriksaan aspek kapasitas dari calon nasabah untuk mengukur sejauh mana kemampuan nasabah tersebut untuk membayar angsuran kredit dikemudian hari. Pengukuran kapasitas dari nasabah dapat dilihat dari pendapatan usaha bersih per bulan yang diperoleh. UKC cabang Karawang menerapkan kebijakan batas maksimum penggunaan pendapatan usaha per bulan sebagai angsuran untuk pembayaran kredit adalah 40 50 persen. Penilaian terhadap modal usaha (capital) dari calon nasabah juga perlu diperhatikan. Pada dasarnya pemberian kredit BTU bertujuan sebagai tambahan modal usaha dalam upaya pengembangan usaha. Pemeriksaan modal usaha bertujuan apakah usaha yang akan diberikan pinjaman tersebut dalam keadaan

sehat, artinya dimana usaha tersebut memiliki harta lancar yang lebih banyak dibandingkan dengan hutangnya atau sering disebut sebagai current ratio (CR). Yang termasuk sebagai harta lancar adalah kas, persediaan dan piutang usaha. Nilai CR minimal yang ditetapkan oleh BNI untuk usaha yang layak memperoleh kredit BTU adalah 1,0. Apabila nilai CR tidak dapat dipenuhi maka pengajuan kredit BTU tidak dapat diteruskan dan berkas dikembalikan kepada calon debitur. Pemeriksaan terhadap usaha nasabah dapat dilihat dari aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek keuangan, dan aspek sosial ekonomi. Aspek pemasaran dianalisis untuk mengetahui prospek usaha dan laba untuk menjamin bahwa usaha tersebut akan terus berkembang. Aspek ini meliputi keadaan pasar, baik permintaan maupun penawaran yang sudah ada untuk jenis usaha yang direncanakan dan diproduksi untuk dijual. 3. Pembinaan dan pengawasan nasabah Kelancaran dalam pembayaran pinjaman merupakan hal yang sangat diinginkan oleh bank terhadap seluruh nasabah peminjan kredit BTU. Diharapkan melalui pembinaan dan pengawasan terhadap nasabah dapat mengurangi terjadinya risiko tunggakan dalam pembayaran angsuran. Pembinaan kredit BTU dapat dilakukan terhadap tunggakan yang dibedakan menjadi lima kelompok/tingkatan berdasarkan ketentuan yang dibuat oleh Bank BNI, yakni : a. Lancar (kolektibilitas 1), yaitu kredit dengan pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan sesuai dengan persyaratan kredit. b. Dalam perhatian khusus (kolektibilitas 2), yaitu pembiayaan yang terdapat tunggakan pokok dan atau margin sampai dengan 90 hari dan jarang mengalami cerukan. c. Kurang lancar (kolektibilitas 3), yaitu pembiayaan yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau margin yang telah melampaui 120 hari, terdapat cerukan yang berulang kali khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas. d. Diragukan (kolektibilitas 4), yaitu pembiayaan yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau margin yang telah melampaui 120 hari hingga

180 hari. Terjadi cerukan yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas. e. Macet (kolektibilitas 5), yaitu pembiayaan dengan tunggakan pokok dan atau margin yang telah melampaui 180 hari. Adapun ketentuan umum pengajuan kredit BTU berdasarkan Surat USK/2/2683 tanggal 23 Oktober 2007 adalah sebagai berikut : 1. Persyaratan Calon Debitur/terjamin : a. Merupakan debitur individu, kelompok, perusahaan dan koperasi yang melakukan usaha produktif pada semua sektor usaha yang feasible namun belum bankable. Kriteria debitur yang dapat dibiayai adalah Usaha Mikro, Kecil dan menengah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. b. Pemohon kredit tidak sedang menikmati fasilitas kredit produktif dari Bank Lain. c. Sektor yang dapat dibiayai : Sektor Pertanian, Sektor Kehutanan, Sektor Kelautan dan Perikanan, Koperasi, Sektor Perindustrian dan Perdagangan. 2. Jenis Kredit dan Jangka Waktu : BTU ini dapat diberikan untuk keperluan Kredit Modal Kerja sampai (KMK) sampai dengan 5 tahun dan kredit investasi (KI) 10 tahun. 3. Besar Kredit a. Besarnya kredit yang diberikan kepada calon debitur disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan dan kemampuan pelunasan dengan maksimum sampai dengan Rp. 500.000.000,- (limaratus juta rupaih) per debitur. b. Penetapan besarnya maksimum kredit ditentukan atas dasar besarnya angsuran setiap bulan maksimal 70 persen dari Laba bersih (EAT). c. Lebih dari 150 juta harus memiliki SIUP. 4. Suku Bunga a. Suku bunga maksimum 14 persen efektif/tahun. b. Apabila terdapat perubahan suku bunga akan disampaikan dengan surat tambahan tersendiri.

5. Denda/Penalty : Terhadap tunggakan dikenakan denda sebesar 5 persen p.a. (lima persen pertahun) atas saldo yang tertunggak. 6. Biaya Administrasi dan Provisi Kredit tidak dipungut. 7. Debitur BTU tidak diasuransikan jiwa. 8. Pelunasan sebelum jatuh tempo. a. Pelunasan sebelum jatuh tempo untuk kredit yang menggunakan bunga Efektif flat dikenakan denda 0,5 persen dari outstanding kredit. b. Besarnya kewajiban yang harus dilunaskan adalah : Outstanding kredit + bunga berjalan + denda 0.5 persen dari outstanding + biaya penutupan rekening 9. Pola angsuran sesuai ketentuan yang berlaku.