ANALISIS DESAIN VERTIKAL WIND TURBIN DENGAN AIR FOIL NACA 0016 MODIFIED MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR ANALISIS DESAIN VERTIKAL WIND TURBIN DENGAN AIR FOIL NACA 0016 MODIFIED MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS 14.5.

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM

BAB IV ANALISA DATA. Kecepatan arus ( m/s) 0,6 1,2 1,6 1,8. Data kecepatan arus pada musim Barat di Bulan Desember dapt dilihat dari tabel di bawah.

Adanya Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang bisa diaplikasikan di daerah pemukiman tersebut tanpa melalui taman nasional

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

Studi Gaya Drag dan Lift pada Blade Profile NACA 0018 Turbin Arus Laut Sumbu Vertikal

Kaji Numerik Optimasi Kinerja Rotor Savonius Dua Bilah dan Tiga Bilah

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

BAB IV PROSES SIMULASI

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Bab IV Analisis dan Pengujian

STUDI SIMULASI TENTANG PENGARUH RASIO DIAMETER DAN JUMLAH SUDU TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN CROSS FLOW DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS FLUENT

ANALISA AERODINAMIKA FLAP DAN SLAT PADA AIRFOIL NACA 2410 TERHADAP KOEFISIEN LIFT DAN KOEFISIEN DRAG DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

SIMULASI AERODINAMIS DAN TEGANGAN PROPELER PESAWAT TIPE AIRFOIL NACA M6 MELALUI ANALISA KOMPUTASI DINAMIKA MENGGUNAKAN MATERIAL PADUAN (94% Al-6% Mg)

Studi Gaya Drag dan Lift pada Blade Profile NACA 0018 Turbin Arus Laut Sumbu Vertikal

Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

TUGAS AKHIR. Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SIMULASI PENGUJIAN PRESTASI SUDU TURBIN ANGIN

ANALISA EFEKTIFITAS WIND TURBINE

Studi Numerik 2D dan Uji Eksperimen tentang Karakteristik Aliran dan Unjuk Kerja Helical Savonius Blade dengan Variasi Overlap Ratio 0,1 ; 0,3 dan 0,5

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK

BAB II LANDASAN TEORI

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

Studi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melintasi Airfoil NASA LS-0417 yang Dimodifikasi dengan Vortex Generator

TAKARIR. Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik. : Kerapatan udara : Padat atau pejal. : Memiliki jumlah sel tak terhingga

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN TIPE-H DENGAN BENTUK AIRFOIL NACA MODIFIKASI

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Mechanical, Volume 2, Nomor 2, September 2011

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Plat Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Tipe Savonius Terhadap Performa Turbin

PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS WATER TURBINE PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE)

Analisa Bentuk Profile dan Jumlah Blade Vertical Axis Wind Turbine terhadap Putaran Rotor untuk Menghasilkan Energi Listrik

STUDI PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS WATER TURBINE PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA ABSTRACT

UJI KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE DARRIEUS-H NACA 0018 MODIFIKASI DENGAN VARIASI SUDUT PITCH 35 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0

SIMULASI NUMERIK ALIRAN 3D UNTUK KONDISI QUASI STEADY DAN UNSTEADY PADA TURBIN UAP AKSIAL

STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIGA SUDU BERDIAMETER 3,5 METER. Adi Andriyanto

NASKAH PUBLIKASI STUDI CFD ALIRAN UDARA DISEKELILING WING NACA0015 YANG DILENGKAPI SPLIT FLAP

TUGAS AKHIR STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara

SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK

PEMBUATAN KODE DESAIN DAN ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DARRIEUS TIPE-H

STUDI KOMPUTASIONAL NACA 2412 PADA VARIASI SUDUT PENGGUNAAN SINGLE SLOTTED FLAP DAN FIXED SLOT DENGAN SOFTWARE FLUENT

Desain Blade Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut di Banyuwangi Berbasis CFD


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SIMULASI PERILAKU AERODINAMIKA DALAM KONDISI STEADY DAN UNSTEADY PADA MOBIL MENYERUPAI TOYOTA AVANZA DENGAN CFD

BAB III METODOLOGI PERHITUNGAN

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

OPTIMALISASI DESAIN TURBIN PLTA PICO- HYDRO UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAYA DENGAN BANTUAN SOFTWARE CFD DAN KONSEP REVERSE ENGINEERING

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut

PENGARUH SUDUT PUNTIR SUDU PADA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE SEMICIRCULAR BLADE APLIKASI ALIRAN DALAM PIPA

ecofirm SIMULASI MEKANISME PASSIVE PITCH DENGAN FLAPPING WING PADA TURBIN VERTIKAL AKSIS ARUS SUNGAI TIPE DARRIEUS STRAIGHT-BLADED BERBASIS CFD

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT

RANCANG BANGUN ROTOR TURBIN ANGIN 10 KW UNTUK MEMPEROLEH DAYA OPTIMUM PADA VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER SUDU

ANALISA PENGARUH SUDUT PITCH, UNTUK MEMPEROLEH DAYA OPTIMAL TURBIN ANGIN LPN-SKEA 50 KW PADA BEBERAPA KONDISI KECEPATAN ANGIN

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER UTAMA

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH BILANGAN REYNOLD TERHADAP KECEPATAN SUDUT TURBIN GORLOV HYDROFOIL NACA SUDUT KEMIRINGAN 45 TUGAS AKHIR

Studi Eksperimen Pengaruh Silinder Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Savonius Terhadap Performa Turbin

Moch. Arif Afifuddin Ir. Sarwono, MM. Ridho Hantoro, ST., MT. Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2010

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012

RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SUMBU VERTIKAL DI DESA KLIRONG KLATEN Oleh Bayu Amudra NIM:

NASKAH PUBLIKASI STUDI PERENCANAAN UNTUK PERFORMANCE SPOILER MCX-1 SP DAN MCX-2 SP PADA KENDARAAN TRUK DENGAN METODE

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa

ANALISIS CFD PADA TURBIN ANGIN HYBRID SAVONIUS-DARRIEUS

PERANCANGAN BILAH TURBIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN (PLT-ANGIN) KAPASITAS 100 KW MENGGUNAKAN STUDI AERODINAMIKA

NASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT SERANG TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN SUMBU HORISONTAL NACA 4415

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

STUDI NUMERIK RADIUS VOLUTE TONGUE RUMAH KEONG PADA BLOWER SENTRIFUGAL

ANALISIS PENGARUH RASIO OVERLAP SUDU TERHAD AP UNJUK KERJA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE

SAT. Kajian Eksperimental dan Numerikal Turbin Air Helikal Gorlov Untuk Twist Angle 60 o dan 120 o. Iwan Kurniawan. 1. Pendahuluan

M. MIRSAL LUBIS Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik

ANALISIS DAN OPTIMASI SUDU SKEA 5 KW UNTUK PEMOMPAAN

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : GALIH PERMANA NIM. I

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

Analisa Sudut Serang Hidrofoil Terhadap Gaya Angkat Kapal Trimaran Hidrofoil Menggunakan Metode Computational Fluid Dynamics (Cfd)

ANALISIS EKSPERIMENTAL PENGARUH RASIO OVERLAP SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE SKRIPSI

Transkripsi:

ANALISIS DESAIN VERTIKAL WIND TURBIN DENGAN AIR FOIL NACA 0016 MODIFIED MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS 14.5. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Stadi Strata I Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Oleh: Jehan Rosadi Irawan NIM : D200090062 PROGRAM STUDI JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 1

2

3

4

ANALISIS DESAIN VERTIKAL WIND TURBIN DENGAN AIR FOIL NACA 0016 MODIFIED MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS 14.5. Jehan Rosadi Irawan Teknik MesinUniversitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Email : jehanrosadi@gmail.com ABSTRAKSI Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui performa blade vertikal wind turbin tipe Darrieus-H dengan airfoil naca 0016 modified dengan variasi jumlah sudu dan sudut serang dengan menggunakan software Ansys Moving Reference Frames (MRF), dan mengetahui pengaruh distribusi tekanan, kecepatan, perbandingan koefisien lift (C L ), koefisien drag (C D ) dan untuk mengetahui hasil dari koefisien power (Cp), solidity jumlah sudu pada vertikal turbin angin. Penelitian dilakukan dengan menggunakan dimensi geometri dengan airfoil naca 0016 modified, verifikasi jumlah sudu yang disimulasi meliputi sudu 2, 3 dan 4 untuk parameter variasi sudut serang -10 0, 0 0, 10 0, percobaan diawali dengan pembuatan model jumlah sudu dan membuat daerah simulasi dengan panjang 4000 mm, lebar 8000 mm dan lingkaran interface 1920 mm menggunakan SolidWorks, setelah itu meshing menggunakan ukuran dengan minimum spacing 0,005 dan maximum spacing 0,05 m dan proses hasil perhitungan yang dilakukan software Ansys. Ada pun penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan simulasi 2D steady state solver dengan menggunakan Moving Reference Frames (MRF) pada ansys fluent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa disetiap sudu dan sudut serang turbin angin vertikal mengalami kecepatan dan tekanan yang berbeda dan menghasilkan gaya yang berbeda, pada desain turbin angin sumbu vertikal tipe Darrieus-H dengan airfoil naca 0016 modified dapat diketahui bawah, dengan bentuk airfoil yang besar membuat kecepatan yang besar pada sisi airfoil, dan menghasilkan tekanan yang besar pada ujung depan airfoil, dapat dipengaruhi pada sudut serang yang akan menimbulkan aliran turbulensi yang sangat besar. Hasil dari desain turbin angin mampu menghasilkan nilai koefisien power pada sudu 2 dengan sudut serang -10 0 sebesar 0,531, 0 0 sebesar 0,555 dan 10 0 sebesar 0,581, untuk sudu 3 dengan sudut serang -10 0 sebesar 0,313, 0 0 sebesar 0,367 dan 10 0 sebesar 0,278, pada sudu 4 dengan sudut serang -10 0 sebesar 0,329, 0 0 sebesar 0,406 dan 10 0 sebesar 0,461. Dan untuk hasil pada solidity jumlah sudu untuk sudu 2 sebesar σ = 1,9625 dan untuk sudu 3 sebesar σ = 2,8875 untuk sudu 4 sebesar σ = 3,85 dengan kecepatan angin sebesar 3 m/s. Kata Kunci : Jumlah sudu, sudut serang, Cl,Cd,Cp dan solidity 5

ANALYSIS OF VERTICAL WIND TURBINE DESIGN AIRFOIL NACA 0016 MODIFIED BY USING SOFTWARE ANSYS 14.5. Jehan Rosadi Irawan Teknik MesinUniversitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Email : jehanrosadi@gmail.com ABSTRACT The purpose of this study was to determine the performance of blade vertical wind turbine-type Darrieus-H with airfoil naca 0016 modified by varying the amount of the blade and the angle of attack by using the software Ansys Moving Reference Frames (MRF), and determine the influence of pressure distribution, velocity, comparison of the coefficient of lift (CL), the coefficient of drag (CD) and to know the results of the power coefficient (Cp), solidity number of blades on a vertical wind turbine. The study was conducted by using dimensional geometry with modified airfoil naca 0016, verify the number of simulated blade includes blade 2, 3 and 4 to parameter variations of angle of attack -10 0, 0 0, 10 0, the experiment begins with making the model number of the blade and make the simulation area with a length of 4000 mm, width 8000 mm and 1920 mm circle using SolidWorks interface, after the meshing using size with a minimum spacing of 0.005 and a maximum spacing of 0.05 m and the results of calculations performed Ansys software. There is also research that will be conducted using 2D steady-state simulation solver using Moving Reference Frames (MRF) on ANSYS fluent. The results showed that each of the blade and the angle of attack of wind turbine vertical experience velocity and pressures are different and produce different style, the design of vertical axis wind turbine-type Darrieus-H with airfoil naca 0016 modified can be seen below, the airfoil shape is great to make great velocity on the side of the airfoil, and generate tremendous pressure on the front end of the airfoil, can be influenced at an angle of attack that will cause huge turbulence flow. The results of the design of wind turbines capable of generating power coefficient value at the blade 2 with the angle of attack equal to 0,531-10 0, 0 0 at 0.555 and 10 0 amounted to 0.581, for the blade 3 with angle of attack for 0,313-10 0, 0 0 for 0,367 and 10 0 amounted to 0.278, the blade -10 0 4 with the angle of attack of 0.329, 0.406 and 0 0 of 10 0 of 0.461. And to the results of the solidity of the blade to the blade number 2 for σ = 1.9625 and for blade 3 for σ = 2.8875 for the blade 4 of σ = 3.85 with a wind speed of 3 m / s. Keywords: The amount of the angle, angle of attack, Cl, Cd, Cp and solidity 6

1. PENDAHULUAN Salah satu faktor yang mempengaruhi untuk kerja dari turbin angin adalah bentuk sudu dan tipe konstruksi turbin angin. Berdasarkan bentuk sudu dan konstruksi turbin angin yang digunakan, turbin angin sumbu vertikal dapat dibedakan lagi seperti tipe Savonius, tipe Darrieus, tipe Darrieus-H(disebut juga sebagai Giromill) dan lainnya. Salah satu perbedaan ini terletak pada bentuk sudu. Sudu merupakan komponen utama pada peralatan turbin angin karena komponen inilah yang berfungsi untuk mengekstrak energi yang tersedia di angin. Untuk mendapatkan daya yang besar, kemampuan sudu dalam mengekstrak energi angin yang tersedia wajib diperhatikan. Beragam penelitian telah dilakukan dengan berbagai macam tipe turbin angin dan bentuk sudu yang bertujuan untuk mendapatkan kinerja turbin angin yang paling maksimal. Hal yang menjadi pembahasan di penelitian ini adalah analisa pengaruh jumlah sudu turbin angin sumbu vertikal dengan variasi sudut serang dan menggunakan software Computational Fluid Dynamic (disingkat CFD). Beberapa peneliti di seluruh dunia telah merancang berbagai tipe turbin angin lalu diuji dan dianalisa dengan bantuan terowongan angin. Pengujian ini membutuhkan seperangkat peralatan dan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Dengan bantuan software CFD, para peneliti dapat menganalisa dan merancang turbin angin yang lebih baik dan lebih murah dari segi biaya perancangan dengan hasil yang hampir sama bila dibandingkan dengan menggunakan terowongan angin. Perancangan dengan menggunakan software CFD merupakan tolak ukur sebagai perkiraan dalam merancang dan membuat turbin angin yang sebenarnya. Atas pertimbangan inilah, akan dilakukan analisa turbin angin sumbu vertical tipe Darrieus-H dengan variasi airfoil naca 0016 modified agar turbin angin yang dibuat dapat berfungsi seoptimal mungkin. Pada penelitian ini dilakukan studi secara sederhan mengenai perbedaan distribusi tekanan, kecepatan, CL, CD, dan CP dengan permodelan menggunakan simulasi steady state solver dengan menggunakan Moving Reference Frames (MRF) pada ansys fluent. Dimana tampilan akan banyak menggunakan data-data numeric, yang merupakan perbaikan dari study sejenis yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya. 2. TUJUAN Tujuan penelitian ini adalah menganalisa dengan menggunakan software Moving Reference Frames (MRF) pada fluent. Dari tujuan tersebut, beberapa tujuan yang ingin dicapai: 1. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik distribusi pressure (tekanan) dan velocity (kecepatan) pada desain turbin angin sumbu vertikal tipe Darrieus-H dengan airfoil naca 0016 modified. 2. Untuk mengetahui dan membandingkan karakteristik pada koefisien lift (C L ) dengan koefisien drag (C D ), pada sebuah desain turbin angin sumbu vertikal tipe Darrieus-H dengan airfoil NACA 0016 modified secara komputasi dengan software Moving Reference Frames (MRF) pada fluent. 3. Untuk mengetahui hasil dari koefisien power (Cp) dan Solidity jumlah sudu pada Turbin Angin Vertikal tipe Darrieus-H dengan airfoil NACA 0016 modified. 3. Kajian Pustaka Dalam tugas akhir Nugroho (2011) yang menginformasikan tentang perancangan sebuah prototipe turbin angin yang cocok untuk penerapan di indonesia, dimana didapatkan desain dan kontruksi turbin angin sumbu vertikal dengan penggunaan sudu NACA 0016 Mod, dan hasil kemampuan bergerak dengan kecepatan angin 0,8 m/s, turbin angin tersebut tampa pembebanan mampu berputar dengan kecepatan 238rpm dan pembebanan 226rpm, dan 7

menghasilkan listrik Alternator mengeluarkan 3,4 ampere dengan voltase 12 volt DC dengan kecepatan angin 3 m/s. Payam Sabaeifard (2012) dalam penelitian ini parameter geometris dan efek jenis airfoil pada H-Darrieus efisiensi turbin angin dipelajari secara numerik dengan metode CFD. Akibatnya, telah ditemukan bahwa turbin 3-berbilah dengan 35% soliditas memiliki kemampuan terbaik diri mulai dan efisiensi di antara semua geometri. Oleh karena itu, turbin dimodelkan dengan disebutkan geometri dan dilengkapi dengan airfoil simulasi dan menunjukkan peningkatan 9% dalam efisiensi mencapai 36% kontras dengan NACA 0018 umum airfoil, prediksi yang akurat dari tren kinerja pada berbagai kecepatan rotasi dan koefisien daya yang lebih tinggi dari DUW200 turbin dari NACA 0018, dikonfirmasi metode simulasi dan proses dengan akurasi yang tepat. 4. Landasan Teori Pada dasarnya energi yang dihasilkan angin dapat di rumuskan sebagai berikut : Udara yang memiliki massa m dan kecepatan v akan menghasilkan energi kinetik sebesar E = 1/2mv 2 Volume udara per satuan waktu ( debit ) yang bergerak dengan kecepatan v dan melewati daerah seluas A adalah V= v. A Massa udara yang bergerak dalam satuan waktu dengan kerapatan ρ yaitu m = ρ.v = ρ.v.a Sehingga energi kinetic yang berhembus dalam satuan waktu (daya angin) adalah ( )( ) ( ) Dengan: P0=daya angin (watt) ρ = densitas udara ( kg/m3) A = luas penampang turbin (m2) v = kecepatan udara (m/s) Perbandingan daya mekanik turbin dan daya keluaran teoritik turbin disebut sebagai faktor daya (Cp) adalah ( )( ) Cp maksimum diperoleh jika perbandingan V2 dengan V1 adalah 1/3 maka Cp yang dapat di hasilkan adalah 0,593.Koefisien daya tersebut dapat diartikan bahwa turbin angin hanya dapat mengubah energi angin menjadi energi mekanik kurang dari 60%. Nilai ini disebut dengan faktor betz. 4.1 Gaya hambat (drag force) Gaya drag adalah gaya hambat yang arahnya berlawanan dengan arah gerak benda. Besar gaya hambat dapat dihitung dengan rumus : Dimana : Fd = Gaya hambat (N) Va = kecepatan angin (m/s) ρ = massa jenis udara (kg/m 3 ) AT = Luas sapuan rotor (m 2 ) CD = koefisien hambat 8

4.2 Gaya angkat (lift force) Gaya angkat (lift) adalah gaya pada arah tegak lurus arah aliran yang dihasilkan ketika fluida bergerak melalui benda yang berpenampang airfoil. Besarnya gaya angkat dapat dihitung dengan rumus : Dimana : FL = Gaya angkat (N) Va = kecepatan relatif angin (m/s) ρ = massa jenis udara (kg/m 3 ) AT = Luas sapuan rotor (m 2 ) CL = koefisien angkat 4.3 Fenomena Stall Stall dapat dipahami sebagai fenomena ketika sudut serang sangat besar atau kecepatan aliran terlalu besar sehingga udara tidak masuk laminar, aliran udara tidak bisa menyentuh bagian belakang sudu sehingga terjadi separasi aliran pada bagian belakang sudu. Situasi ini secara signifikan menurunkan lift dan meningkatkan drag sehingga putaran rotor terhambat. Fenomena stall dapat dimanfaatkan sebagai pengereman pasif maupun aktif, karena rotor akan mengurangi kecepatannya pada kecepatan angin yang tinggi. Hal ini menguntungkan, karena menghindari putaran tinggi artinya mengurangi resiko kegagalan. Pengaturannya dilakukan secara pasif bergantung kecepatan angin maupun secara aktif maupun menggunakan mekanisme pengatur sudut pitch. 4.4 Computational Fluid Dynamic (CFD) CFD adalah metode penghitungan, memprediksi, dan pendekatan aliran fluida secara numerik dengan bantuan komputer. Aliran fluida dalam kehidupan nyata memiliki banyak sekali jenis dan karakteristik tertentu yang begitu kompleks, CFD melakukan pendekatan dengan metode numerasi serta menggunakan persamaan-persamaan fluida. Region turbulen terdapat beberapa pendekatan yang umum digunakan. Salah satu model pendekatan adalah model k-epsilon. Pemodelan dengan system ini memberikan keuntungan berupa efisiensi sumber daya komputasi, kestabilan perhitungan numerical dan akurasi solusi yang dihasilkan. Model k-epsilon terdiri dari dua persamaan yang mewakili parameter turbulen suatu aliran. Persamaan pertama adalah persamaan energy kinetic turbulen, k, yang digunakan untuk menentukan besar energy turbulensi. Persamaan kedua adalah persamaan disipasi turbulen, ϵ dan digunakan untuk menentukan skala turbulensi. CFD adalah penghitungan yang mengkhususkan pada fluida, mulai dari aliran fluida, heat transfer dan reaksi kimia yang terjadi pada fluida. Atas prinsip-prinsip dasar mekanika fluida, konservasi energi, momentum, massa, serta species, penghitungan dengan CFD dapat dilakukan. Secara sederhana proses penghitungan yang dilakukan oleh aplikasi CFD adalah dengan kontrol-kontrol penghitungan yang telah dilakukan maka kontrol penghitungan tersebut akan dilibatkan dengan memanfaatkan persamaan-persamaan yang terlibat. Persamaan-persamaan ini adalah persamaan yang dibangkitkan dengan memasukkan parameter apa saja yang terlibat dalam domain. Misalnya ketika suatu model yang akan dianalisa melibatkan temperatur berarti model tersebut melibatkan persamaan energi atau konservasi dari energi tersebut. Inisialisasi awal dari persamaan adalah boundary condition. Boundary condition adalah kondisi dimana kontrol-kontrol perhitungan didefinisikan sebagi definisi awal yang akan dilibatkan ke kontrol-kontrol penghitungan yang berdekatan dengannya melalui persamaan-persamaan yang terlibat. 9

a. Proses simulasi CFD Umumnya, terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan ketika melakukan simulasi CFD, yaitu : a) Pre-processing Preprocessing adalah langkah awal dalam membangun dan menganalisis sebuah model CFD. Teknisnya adalah membuat model dalam paket CAD (Computer Aided Design), membuat mesh yang sesuai, kemudian menerapkan kondisi batas dan sifat sifat fluidanya. b) Solving Solvers CFD merupakan suatau proses pengolahan atau perhitungan kondisi kondisi yang diterapkan pada saat preprocessing. Dalam tahap ini dilakukan proses komputasi numerik dengan menggunakan persamaan yang mengatur pada simulasi CFD menggunakan prinsip kekekalan momentum ( newton dua ). Perangkat lunak CFD digunakan ANSYS CFX guna memecahkan persamaan proses perhitungan (solving) oleh ANSYS CFX yaitu c) Post-processing Post-processing adalah langkah terakhir dalam analisis CFD. Hal yang dilakukan pada langkah ini adalah mengorganisasi dan menginterpretasi data hasil simulasi CFD yang bisa berupa gambar, kurva, dan animasi. 4.5 Sudut serangan (angel of atteck)dan sudut pitch Sudut serang pada turbin Darrieus H merupakan sudut antara garis chord sudu dengan garis komponem kecepatan relatif. Pada turbin angin Darrieus H, besarnya sudut serang dipengaruhi tip speed ratio,sudut pitch dan sudut azimuth sudu. Semakin besar tip speed ratio maka sudut serang semakin kecil. Gambar 1 Sudu turbin pada kondisi sudut serang rendah, medium dan tinggi (Sumber : Eka, 2013) 4.6 Bilangan Reynold Bilangan Reynold (Re) menyatakan perbandingan gaya- gaya inersia terhadap gaya - gaya kekentalan (viskositas) (Giles, 1990). Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi. Dilihat dari kecepatan aliran,dikategorikan laminar bila aliran tersebut mempunyai bilangan Re lebih dari 4000 (Tipler, 1998). Rumus bilangan Reynolds pada turbin angin adalah : dimana : C = panjang chord (m) W = kecepatan absolut elemen sudu (m/s) μ = viskositas dinamik udara (Ns/m2) ρ = massa jenis udara (kg/m3) Bilangan Reynold merupakan faktor yang mempengaruhi gaya lift dan gaya drag pada airfoil, namun dalam banyak perhitungan awal bilangan Reynold dapat diabaikan karena 10

hanya memiliki urutan kedua pada karakteristik untuk menentukan gaya lift dan gaya drag (Sathyajith Mathew, 2006). 5. METODE PENILITIAN Tahapan dalam penelitian ini akan dijelaskan melalui sebuah diagaram alir yang menggambarkan perecanaan dan pengujian berdasarkan urutan prosesnya. Ada pun penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan software Moving Reference Frames (MRF) dengan menganalisa prototipe turbin angin tersebut dengan berjumlah sudu 2, 3 dan 4, untuk mengetahui perbedaan tekanan, kecepatan dengan mendapatkan target hasil yang lebih memungkinkan untuk mengukur semua parameter fluida didalam daerah simulasi (Computation Domain). MULAI STUDI AWAL : Studi Literatur Membuat desain 2D Blade Turbin angin vertikal dengan Airfoil NACA 0016 Modified Menggunakan Solidwork 2012 Blade Turbin Angin Sudu 2 Dengan Variasi sudut serang -10 0, 0 0, 10 0. Blade Turbin Angin Sudu 3 Simulasi Blade Turbin Angin dengan Moving Reference Frames (MRF) pada Ansys 14.5 Validasi hasil simulasi Computational Fluid Dynamic ( CFD ) pada Ansys 14.5 BladeTurbin Angin Sudu 4 Tabel 1 Fitur Geometri utama dari model diuji Fitur Diameter interface Analisis tipe Profil balde Bundary layer Ukuran mash Jumlah sudu 1920 mm 2D simulasi NACA 0016 Panjang Model Lebar 4000 mm 8000 mm Minimum spasing Maximum spasing 0,005 m 0,05 m Sudu 2 Sudu 3 Sudu 4 HASIL : Parameter Tekanan Parameter Kecepatan Gaya-gaya pada Turbin Angin Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 2 Diagram Alir Penelitian. 11

Membuat bundary layer Dan Rotating care (Solidworks 2012) Format File.IGS Starting (Ansys Workbench) Setting Boundary dan Rotating Care Starting Fluent In Workbench Import file *IGS Bundary Layer dan rotating care Setting pada Bundary condition Dan Rotating Care Import date Mesh Dengan Format.msh Setting Mesh untuk Pengaturan Sizing sebelm Melakukan Meshing Generate Volume Mesh Keterangan Inlet Outlet Blade 1-4 Interface 1 Interfase 2 Eksport Mesh untuk Analisa Fluent Setting Langkah-langkah Pada Fluent Workbench Mendifinisikan Run Calculation Graphics and Animation Graphics Format File.msh Mesh Contours Vector Pathline Particle Tracks Contours Pola Aliran Udara Pressure. Pola Aliran Udara Vilocity Gambar 3 Diagram Alir Proses Simulasi 12

5.1 Desain Profil sudu Gambar 4 Geometri Airfoil Naca 0016 modified. Sesuai tujuan penelitian, dimensi geometri airfoil dibuat sama dengan airfoil naca yang dilakukan oleh Purwanto Eko Nugroho, Geometri airfoil yang telah dibuat sebagai mana dilakukan oleh Purwanto Eko Nugroho (2011), dengan perancangan sebuah prototipe turbin angin yang cocok untuk penerapan di indonesia, dimana didapatkan desain dan kontruksi turbin angin sumbu vertikal penggunaan sudu 4 dengan airfoil NACA 0016. Ada pun penelitian yang akan dilakukan dengan menganalisa prototipe turbin angin tersebut dengan berjumlah sudu 2, 3 dan 4, untuk mengetahui perbedaan tekanan, kecepatan dengan mendapatkan target hasil yang lebih memungkinkan untuk mengukur semua parameter fluida didalam daerah simulasi (Computation Domain). 5.2 Dimensi daerah Simulasi Gambar 5 dimensi daerah simulasi Gambar 6 dimensi sudu 2 Gambar 7 dimensi sudu 3 Gambar 8 dimensi sudu 4 13

Hasil meshing dari daerah simulasi (Computation Domain) untuk turbin angin dengan menggunakan airfoil NACA 0016 diperlihatkan pada gambar dibawah ini : Tabel 2. Hasil meshing pada model yang diuji pada simulasi. Fitur Model Sudu 2 Sudu 3 Sudu 4 Sudut serang -10 0 10-10 0 10-10 0 10 Nodes 40291 40427 40731 39716 39786 39983 39340 39442 39614 Elements 13179 13220 13326 12974 12996 13065 12839 12864 12933 6. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah proses simulasi turbin angin, maka didapatkan data pengujian yang selanjutnya dijelaskan melalui sebuah tabel dan grafik. Tabel 3 data hasil simulasi variasi jumlah sudu dan sudut serang Sudut serang -10 0 10 Jumlah sudu Max Perssure Min Sudu 2 24,33998-44,01458 Sudu 3 28,88948-52,15551 Sudu 4 20,47369-52,46990 Sudu 2 25,83412-47,01846 Sudu 3 27,14972-51,37171 Sudu 4 28,68108-41,46974 Sudu 2 22,47159-37,69432 Sudu 3 25,98316-46,95628 Sudu 4 25,12931-49,79922 Sudut serang -10 0 10 Jumlah sudu Max Velocity Min Sudu 2 6,394463 0,138893 Sudu 3 7,452722 0,1266452 Sudu 4 6,75752 0,2040163 Sudu 2 7,292778 0,2284752 Sudu 3 7,474862 0,2160636 Sudu 4 6,84586 0,3747509 Sudu 2 6,535724 0,2649816 Sudu 3 6,992506 0,1611607 Sudu 4 6,82264 0,1925814 14

6.1 Hasil gambar simulasi 6.1.1 Hasil simulasi Streamline Turbin Angin Vertikal Dua Sudu. i ii iii ii iii Gambar 10 Kontur Streamline Turbin angin vertikal 3 sudu dengan sudut serang i) -10 0, ii) 0 0, iii) 10 0 6.1.2 Hasil Simulasi Streamline Turbin Angin Vertikal Empat Sudu. i Gambar 9 Kontur Streamline Turbin angin vertikal 2 sudu dengan sudut serang i) - 10 0, ii) 0 0, iii) 10 0 6.1.3 Hasil Simulasi Streamline Turbin Angin Vertikal Tiga Sudu. ii i iii 15

Gambar 11 Kontur Streamline Turbin angin vertikal 4 sudu dengan sudut serang i) -10 0, ii) 0 0, iii) 10 0 i 6.1.4 Hasil Simulasi Tekanan Turbin Angin Vertikal Dua Sudu. i ii ii iii iii Gambar 13 Kontur Tekanan Turbin Angin Vertikal 3 sudu dengan sudut serang i) - 10 0, ii) 0 0, iii) 10 0 Gambar 12 Kontur Tekanan Turbin Angin Vertikal 2 sudu dengan sudut serang i) - 10 0, ii) 0 0, iii) 10 0 6.1.5 Hasi Simulasi Tekanan Turbin Angin Vertikal Empat Sudu. i Hasil Simulasi Tekanan Turbin Angin Vertikal Tiga Sudu. 16

ii iii Gambar 13 Kontur Tekanan Turbin Angin Vertikal 4 sudu dengan sudut serang i) -10 0, ii) 0 0, iii) 10 0 7. PEMBAHASAN 7.1 Grafik hubungan antara koefisien Lift dan koefisien Drag dengan sudut serang -10 0, 0 0, dan 10 0 pada Sudu 2. Grafik 1 Hubungan koefisien lift dan koefisien drag sudu dua dengan sudut serang Koefisien drag (Cd) dan koefisien life (Cl) memulai perubahan tajam terhadap positif dari negatif dan kemudian kurva menunjukkan perilaku sinusoidal (gelombang), dijelaskan kurva bergerak dari positif ke negatif dan positif untuk kembali, pada hasil grafik diatas menunjukan perilaku Cd dan Cl dengan variasi sudut serang mengalami gerakan yang berlawanan pada setiap blade masing-masing, pada hasil grafik diatas menujukan bahwa Cd pada blade 1 lebih besar dari blade 2 setiap sudut serang, sedangkan Cl kebalikannya pada blade 1 lebih kecil dari blade 2, perilaku ini sama juga pada blade dan sudut serang yang lain, ini mengakibatkan Cd dan Cl seimbang. 17

7.2 Grafik hubungan antara koefisien Lift dan koefisien Drag dengan sudut serang -10 0, 0 0, dan 10 0 pada Sudu 3 Grafik 2 Hubungan koefisien lift dan koefisien drag sudu tiga dengan sudut serang. Dari grafik diatas terlihat kesamaan kurva antara koefisien drag dan koefisien lift, dimana perbedaannya koefisien drag lebih besar dan koefisien lift lebih kecil dengan variasi sudut serang dan blade masing masing, dijelaskan grafik diatas peningkatan koefisien drag yang diikuti peningkatan koefisien lift dan sebaliknya penurunan koefisien drag diikuti menurutnya koefisien lift, bisa dilihat bentuk kurva pada variasi sudut serang dan blade, perilaku ini sama juga pada blade dan sudut serang yang lain dimana terjadi kesetimbangan. 7.3 Grafik hubungan antara koefisien Lift dan koefisien Drag dengan sudut serang -10 0, 0 0, dan 10 0 pada Sudu 4. Grafik 3 Hubungan koefisien lift dan koefisien drag sudu empat dengan sudut serang. Dari grafik diatas terlihat perbedaan kurva antara Koefisien drag dan koefisien lift, pada sudut serang terdapat perbedaan pada blade 3, dilihat pada grafik koefisien drag pada blade 3 mengalami penurunan dan dilanjut pada blade 4 meningkat, sedangkan koefisien lift pada blade 3 dengan variasi sudut serang mengalami peningkatan dan dilanjut dengan blade 4 menurun, hal ini disebabkan blade 3 menerima gaya yang besar dikarenakan pada blade 18

posisi membelakangi arah angin. Untuk sudut serang -10 0 pada blade 1 terjadi nilai yang hampir sebanding dimana koefisien drag sebesar 6,614 N dan koefisien lift sebesar 6,288 N. 7.4 Perbandingan Koefisien Power dengan Sudut Serang pada Turbin Angin Grafik 4 Hubungan koefisien power dengan sudut serang pada turbin angin vertikal. Perbandingan Cp maksimum diperoleh jika V 2 dengan V 1 adalah 1/3 maka Cp yang dapat dihasilkan adalah 0,593, koefisien daya tersebut dapat diartikan bahwa turbin angin hanya dapat mengubah energi angin menjadi energi mekanik kurang dari 60%, nilai ini disebut dengan faktor Betz. Dari hasil grafik diatas bisa dilihat bahwa perubahan sudut serang mempengaruhi tinggi atau rendahnya Cp, pada turbin angin 2 sudu nilai Cp tertinggi pada 10 0 dan Cp terendah pada sudut serang 0 0 kemudian -10 0, sedangkan pada turbin angin 3 sudu yang mengalami nilai Cp tertinggi pada sudut serang 0 0 kemudian -10 0 dan Cp terendah pada sudut serang 10 0, sedangkan pada turbin angin 4 sudu nilai Cp tertinggi pada sudut serang 10 0 kemudian 0 0 yang mengalami nilai Cp terendah pada sudut serang -10 0. Dimana nilai Cp dipengaruhi perbandingan kecepatan angin masuk dan keluar (V 1 /V 2 ) dengan kecepatan angin sebesar 3 m/s. Untuk turbin angin yang mengalami Cp terbesar pada turbin angin sudu 2 disetiap sudut serang, dan turbin angin yang mengalami Cp terkecil pada turbin angin sudu 3. 7.5 Perbandingan Koefisien Power dengan Solidity jumlah sudu pada Turbin Angin Vertikal Diagram 1 Hubungan koefisien Power dengan jumlah sudu turbin angin vertika 19

Analisis numerik dilakukan untuk memahami pengaruh jumlah blade dan soliditas pada perilaku dari lurus vertikal berbilah-sumbu vertikal turbin angin. Ditemukan bahwa, pada setiap variasi sudut serang yang sama koefisien daya meningkat dengan turunnya Soliditas dan jumlah blade pada turbin angin sudu 2, dan koefisien daya menurun dengan meningkat Soliditas dan jumlah pisau pada turbin angin sudu 3 dan sudu 4. Juga ditemukan bahwa, sesuai kecepatan yang ditentukan diperoleh koefisien daya ini menurun dengan peningkatan soliditas dan jumlah pisau. analisis ini diperoleh dengan blade dan panjang chord yang sama pada setiap turbin angin dengan kecepatan angin 3 m/s. 8. PENUTUP 8.1 KESIMPULAN 1. Untuk turbin angin sudu 2 tidak memiliki penghalang yang besar akibatnya terjadi aliran yang menerobos melalui cela tengah turbin, dimana hasil tekanan dan kecepatan terdapat pada setiap blade, untuk sudut serang juga berpengaruh pada tekanan dan kecepatan pada aliran dimana terjadi hasil nilai yang berbeda, begitu juga sebaliknya pada turbin angin sudu 3 dan sudu 4, dimana perbedaannya pada faktor efek penghalang lebih besar dimana hasil tekanan dan kecepatan juga terdapat pada setiap blade. Pada desain turbin angin sumbu vertikal tipe Darrieus-H dengan airfoil naca 0016 modified dapat diketahui bawah dengan menggunakan naca 0016 yang sudah dimodif pada tugas akhir sebelumnya, desain ini mengalami tekanan yang cukup besar pada ujung depan airfoil, dengan bentuk airfoil yang besar membuat kecepatan yang besar pada sisi airfoil, dan menghasilkan tekanan yang besar pada ujung depan airfoil, dan dipengaruhi pada sudut serang yang akan menimbulkan aliran turbulensi yang sangat besar. 2. Yang mempengaruhi koefisien lift (C L ) dan koefisien drag (C D ) antara lain pada bentuk blade, sudut serang, kecepatan angin, dan tekanan disetiap sudu turbin angin dimana terdapat koefisien drag yang lebih besar disetiap sudu turbin angin. pada sudu 2 dimana koefisien drag lebih besar dan koefisien lift lebih kecil pada blade 1, dan terdapat koefisien lift lebih besar pada blade 2, untuk turbin angin ini mengalami awal berputarnya cukup sulit dan memerukan momen gaya yang cukup besar ada kemungkinan turbin tersebut berputar terbalik, untuk koefisiean drag yang nilainya rendah terdapat pada sudut serang 10 0. Pada sudu 3 untuk hubungan koefisien drag dan koefisien lift ada kesetimbangan, dan untuk sudu 3 pada awalan mudah mulai berputar dan dapat menangkap energi angin secara efektif, untuk koefisiean drag yang mengalami rendah terdapat pada sudut serang 10 0. Pada sudu 4 mengalami turbulensi yang besar kejadian ini yang dinamakan stall, dengan turbulensi yang besar dapat mengurangi gaya yang dihasilkan dan efisiensi rendah, untuk sudu 4 dapat menghasilkan cukup besar untuk mulai awal berputar dan mampu untuk kecepatan angin rendah, untuk koefisiean drag yang mengalami rendah terdapat pada sudut serang -10 0. 3. Hasil dari desain turbin angin mampu menghasilkan nilai koefisien power pada sudu 2 dengan sudut serang -10 0 sebesar 0,531, 0 0 sebesar 0,555 dan 10 0 sebesar 0,581, untuk sudu 3 dengan sudut serang -10 0 sebesar 0,313, 0 0 sebesar 0,367 dan 10 0 sebesar 0,278, pada sudu 4 dengan sudut serang -10 0 sebesar 0,329, 0 0 sebesar 0,406 dan 10 0 sebesar 0,461. Dan untuk hasil pada solidity jumlah sudu untuk sudu 2 sebesar σ = 1,9625 dan untuk sudu 3 sebesar σ = 2,8875 untuk sudu 4 sebesar σ = 3,85 dengan kecepatan angin sebesar 3 m/s. 20

8.2 Saran 1. Untuk penelitian lebih lanjut lagi sebaiknya menambah variasi kecepatan angin agar karakteristik pada turbin angin terlihat lebih jelas. 2. Untuk penelitian lebih lanjut sebaiknya menambahkan disetiap angel of rotation pada waktu berputarnya turbin angin. 3. Untuk penelitian lebih lanjut lagi menambahkan variasi panjang Chord untuk mengetahui karaktristik turbin angin vertikal. 4. Diharapkan untuk mahasiswa yang berkecimpung didunia aeromodelling agar lebih memperhatian kajian kajian seperti penelitian ini, agar kedepannya dalam hal penerapan model turbin angin vertikal dapat teraplikasikan. DAFTAR PUSTAKA Anderson, John D, Jr. 2007. Fundamental of Aerodyanims, Fourth Edition. Mc Graw Hill. Higher Education. NewYork. ANSYS 14.5. Using Moving Reference Frames Sliding Meshes, (2010) Alaimo, Andrea. 2015. 3D CFD Analysis of a Vertical Axis Wind Turbine. Kore University of Enna Cengel, Yunus A, Cimbala John M. 2006. Fluid mechanics : fundamentals and applications. Inc., 1221 Avenue of the Americas, New York, NY 10020. Huda, Saiful. 2014. Analisa Bentuk Profile dan Jumlah Blade Vertical Axis Wind Turbine terhadap Putaran Rotor untuk Menghasilkan Energi Listrik. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). M.H. Mohamed. 2015. CFD analysis for H-rotor Darrieus turbine as a low speed wind energy converter. Helwan University. Sabaeifard, Payam. 2012. Determination of Vertical Axis Wind Turbines Optimal Configuration through CFD Simulations. Islamic Azad University. Taher G. 2015. Effect of Number of Blades and Blade Chord Length on the Performance of Darrieus Wind Turbine. Ain Shams University 21