BAB V PEMBAHASAN. termasuk dalam segi fungsi fisik, interaksi sosial, dan keadaan mental (Jonsen, 2006). Penilaian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk mengatasi keluhan pada post stroke non haemoragik

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Stroke a. Definisi Menurut WHO (1995), stroke didefinisikan sebagai gangguan. gangguan vaskularisasi darah ke otak.

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai serangan otak atau brain attack merupakan penyebab kematian ketiga

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN KUALITAS HIDUP TERKAIT KESEHATAN PASIEN PASCASTROKE ISKEMIK DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), stroke. merupakan tanda-tanda klinis akibat gangguan fungsi

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

HUBUNGAN KESEJAHTERAAN SPIRITUAL DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PASCA STROKE ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan kegawatan neurologi yang serius, menduduki peringkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat serius (Setyopranoto, 2010). Stroke merupakan penyebab kematian ketiga

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu pembentuk modal manusia yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dengan jumlah penderita semakin meningkat setiap tahun.stroke dibedakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. Populasi orang berusia lanjut di dunia saat ini mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi

BAB 5 PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. hubungan letak lesi insula terhadap fungsi motorik pasien iskemik stroke. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK)mempunyai risiko lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT JALAN POLIKLINIK PENYAKIT SYARAF RSUD

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB I PENDAHULUAN. persalinan (WHO, 2008) merupakan periode penting bagi ibu dan bayi baru lahir

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular


BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Kualitas hidup merupakan persepsi subjektif, yang berasal dari pasien dalam menilai pengalaman/kenyataan hidupnya secara keseluruhan atau sebagian sebagai baik atau buruk; termasuk dalam segi fungsi fisik, interaksi sosial, dan keadaan mental (Jonsen, 2006). Penilaian kualitas hidup pasien stroke dinilai penting karena penilaian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar hubungan penambahan usia pasien terhadap kualitas hidup pasien stroke iskemik, sehingga dapat dilakukan pengelolaan, pengasuhan, dan perawatan yang lebih baik untuk pencapaian kualitas hidup yang lebih baik pada pasien stroke iskemik. Penilaian kualitas hidup dalam penelitian ini menggunakan Short Form 36 (SF-36) yang merupakan alat ukur yang telah teruji validitasnya dan telah digunakan secara umum. Instrumen SF-36 baik digunakan dalam klinik dan penelitian sederhana karena instrumen ini telah mencakup sebagian besar domain kualitas hidup yang diusulkan oleh WHO yaitu komponen fisik, maupun komponen mental. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 30 orang dengan kriteria inklusi rentang umur 30-85 tahun. Pertimbangan rentang umur tersebut diambil berdasarkan teori bahwa setelah seseorang berumur 30 tahun, maka akan mulai tampak lesi aterosklerotik sebagai titik-titik kuning pada tunika intima pembuluh darah antara lain: arteri-arteri intrakranial, dan arteri karotis interna. Pada usia 50 tahun, lesi aterosklerotik mulai menebal dan menyebar secara difus pada pembuluh arterial serebral baik besar maupun kecil yang dikenal sebagai plaque atherosclerotique. Lesi plaque atherosclerotique pada tunika intima berupa gundukan yang menyebabkan penyempitan 80% - 90% lumen arteri. Tampak gambaran fibrosis pada tunika

intima arteri yang mengalami aterosklerotik (Mardjono dan Sidharta, 2004). Studi yang dilakukan Hankey et al. (1998) menunjukkan bahwa usia usia lanjut (75-84 tahun) pada stroke pertama mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami stroke berulang dibandingkan dengan usia di bawah 65 tahun. Komposisi sampel terdiri dari 20 pasien laki-laki dan 10 pasien perempuan. Sampel diambil di RSUD Dr. Moewardi sejak tanggal 10 April 20 April 2013. Berdasarkan dari tabel 4.1 dan 4.2 pada Bab hasil penelitian, dapat dilihat bahwa dari segi usia, rata-rata pasien berusia sekitar 60 tahun dengan usia tertinggi adalah 82 tahun dan usia terendah adalah 40 tahun. Jika dilihat dari rerata usia yaitu 60 tahun, dapat dikatakan bahwa rata-rata pasien stroke iskemik yang berkunjung ke Poli Saraf RSUD Dr. Moewardi adalah pasien usia lanjut. Hal ini sesuai dengan teori bahwa risiko stroke meningkat dua kali lipat ketika seseorang berusia lebih dari 55 tahun, stroke paling sering terjadi pada usia lebih dari 65 tahun, tetapi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun (Japardi, 2002). Data juga menunjukkan Skor SF-36 HRQOL, pasien memiliki rerata skor 394.23 tertinggi pada sampel sebesar 671.7, sedangkan yang terendah adalah 159.2. Dari segi tingkat pendidikan, pasien dengan tingkat pendidikan di bawah SMA berjumlah 18 pasien (60%) dan SMA ke atas sebanyak 12 pasien (40%). Gambar 4.1 Grafik tentang Hubungan Usia dengan Kualitas Hidup Pasien Stroke Iskemik, menjelaskan adanya hubungan negatif antara usia dengan kualitas hidup pasien sroke iskemik yang ditunjukkan dengan garis linear yang menurun. Artinya semakin tinggi usia maka semakin rendah kualitas hidupnya. Nilai R 2 linear = 0.338 (34%). Pada hasil analisis statistik penelitian, diketahui bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara usia dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik (b = -5.25; p = 0.035).

Dari hasil analisis statistik penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis penelitian hubungan usia dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik dapat diterima, dimana semakin bertambahnya usia pasien stroke iskemik dapat menurunkan kualitas hidup. Hal ini sesuai dengan teori bahwa ada hubungan antara usia pasien dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik, karena semakin bertambahnya usia manusia, pada pembuluh darah terjadi penebalan intima akibat suatu proses aterosklerosis dan tunika media sebagai akibat suatu proses fisiologis menua (Darmojo, 2009), maka hal tersebut akan menurunkan elastisitas pembuluh darah dan menyebabkan aliran darah ke otak menurun. Vaskularisasi yang menurun pada daerah hipotalamus menyebabkan gangguan saraf otonom, dan berkurangnya berbagai neurotransmitter sehingga prognosis stroke iskemik itu sendiri dapat mempengaruhi fisik, mental, emosional, dan kehidupan sosial pasien atau kombinasi keempatnya. Pasien stroke yang selamat dari serangan stroke mengalami impairment yang akan mengganggu dalam aktivitas hidup sehari hari. Oleh karena itu penelitian Dhamoon et al. (2010) menyatakan bahwa stroke iskemik dapat menurunkan kualitas hidup terkait kesehatan secara signifikan. Pada Gambar 4.2 Grafik tentang Hubungan Keintiman Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Stroke Iskemik, menunjukkan adanya hubungan positif antara keintiman keluarga dengan kualitas hidup pasien sroke iskemik yang ditunjukkan dengan garis linear yang naik. Artinya semakin tinggi skor keintiman keluarga maka semakin tinggi kualitas hidupnya. Nilai R 2 linear = 0.444 (44%). Dari hasil analisis statistik penelitian, juga diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keintiman keluarga dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik (b = 29.08; p = 0.005). Hasil analisis statistik penelitian hubungan antara keintiman keluarga dan kualitas hidup sesuai dengan teori yang ada. Keintiman keluarga adalah salah satu bentuk dari dukungan

keluarga yang paling besar perannya dalam menjadikan individu merasa lebih berarti bagi lingkungan, terlebih bagi lansia (Friedman, 2003). Pada lansia terjadi kemunduran dan kelemahan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain. Oleh karena itu lansia membutuhkan keintiman keluarga lebih besar untuk lebih memotivasi dalam mengatasi masalah yang dihadapi (Kaakinen, 2010). Menurut Pender (2002), keintiman hubungan interpersonal melibatkan beberapa aspek, seperti: 1. kepedulian emosional, berupa ekspresi, dorongan empati; 2. bantuan seperti jasa, uang, informasi; dan 3. memberi umpan balik yang konstruktif, serta adanya pengakuan. Dalam penelitian ini juga diikutsertakan variabel perancu lainnya yaitu pendidikan. Tetapi hubungan antara pendidikan dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik tidak signifikan (p = 0.66). Kekuatan hubungan antara usia dan pendidikan dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik yang ditunjukkan dengan nilai R 2 = 0,54 yaitu sebesar 54 %, memiliki arti bahwa 54 % variasi-variasi dalam tingkat kualitas hidup subyek dapat dipengaruhi oleh usia, keintiman keluarga, dan pendidikan. Pada kenyataannya kesesuaian model pada populasi tidak sebaik pada sampel maka digunakan Adjusted R 2 untuk mengkoreksi R 2 agar lebih mencerminkan kesesuaian model dalam populasi, nilai Adjusted R 2 = 0.48 menunjukkan sebesar 48%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yaitu ada hubungan usia dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik, dengan faktor perancu keintiman keluarga dan pendidikan subyek. Maka hipotesis penelitian hubungan usia dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik dapat diterima. Penilaian kualitas hidup pada penelitian ini menggunakan kuesioner Kualitas Hidup Terkait Kesehatan (Health Related Quality of Life) SF-36 yang terbagi dalam 8 dimensi yaitu (Ware dan Sherbourne, 1992) : 1) fungsi fisik (physical function); 2) pembatasan peran sosial

karena adanya kelemahan fisik (role limitations due to physical problems); 3) pembatasan peran sosial karena masalah emosional (role limitations due to emotional problems); 4) energi (energy); 5) kesehatan emosional (emotional well being); 6) fungsi sosial (social function); 7) nyeri (pain); 8) kesehatan umum (general health). Pada penelitian ini dilakukan analisis data untuk masing-masing dimensi tersebut, hal ini bertujuan untuk melihat seberapa besar hubungan dimensi-dimensi kualitas hidup tersebut terhadap usia, keintiman keluarga dan pendidikan pasien stroke iskemik. Hubungan usia dengan kualitas hidup signifikan dilihat dari dimensi fungsi fisik (b = - 0.95, p = 0.048) dan dimensi kesehatan umum (b = -0.75, p = 0.073). Hal ini sesuai teori bahwa semakin lanjut usia seseorang secara fisiologis akan mengalami penurunan fungsi fisik. Fungsi fisik tidak dipengaruhi oleh keintiman keluarga dan pendidikan pasien. Begitu juga dengan kesehatan umum pasien stroke iskemik sangat dipengaruhi oleh fungsi fisik yang menurun. Setiap pertambahan 1 tahun usia akan menurunkan skor fungsi fisik sebanyak 0.95 poin, dan juga menurunkan skor kesehatan umum sebesar 0.75 poin. Hubungan keintiman keluarga dengan kualitas hidup signifikan dilihat dari dimensi: 1) pembatasan peran sosial karena adanya kelemahan fisik (b = 3.86; p = 0.086); 2) pembatasan peran sosial karena masalah emosional (b = 10.07; p = 0.001); 3) energi (b = 4.01; p = 0.007); 4) kesehatan emosional (b= 3.53;p = 0.007); 5) fungsi sosial (b = 4.84;p = 0.079); 6) kesehatan umum (b = 4.66; p = 0.008). Setiap pertambahan 1 skor keintiman keluarga akan meningkatkan skor pembatasan peran sosial karena adanya kelemahan fisik sebanyak 3.86 poin, skor pembatasan peran sosial karena masalah emosional sebanyak 10.07, skor energi sebanyak 4.01, skor kesehatan emosional sebanyak 3.53, skor fungsi sosial sebanyak 4.84, dan skor kesehatan umum sebanyak 4.66.

Dari penjabaran data di atas dapat dilihat bahwa keintiman keluarga memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam meningkatkan skor kualitas hidup pasien stroke iskemik, yang secara signifikan dapat mempengaruhi 6 dimensi kualitas hidup. Menurut Pender (2002), keintiman hubungan interpersonal melibatkan beberapa aspek, seperti: 1. kepedulian emosional, berupa ekspresi, dorongan empati; 2. bantuan seperti jasa, uang, informasi; dan 3. memberi umpan balik yang konstruktif, serta adanya pengakuan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa keintiman keluarga adalah salah satu bentuk dari dukungan keluarga yang paling besar perannya dalam menjadikan individu merasa lebih berarti bagi lingkungan, terlebih bagi lansia (Friedman, 2003). Pada lansia terutama pasien stroke iskemik mengalami kemunduran dan kelemahan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain. Oleh karena itu lansia membutuhkan keintiman keluarga lebih besar untuk lebih memotivasi dalam mengatasi masalah yang dihadapi (Kaakinen, 2010). Hal ini akan meningkatkan kesehatan emosional dan mental dari pasien stroke iskemik Ada hubungan positif dan signifikan antara keintiman keluarga dengan kesehatan umum pasien, hal ini disebabkan karena pasien stroke iskemik membutuhkan perawatan umum dan lanjutan secara optimal untuk tetap menjaga kesehatan umum lansia seperti memberikan posisi yang tepat, alih baring jika pasien stroke iskemik dengan kesadaran menurun, pemberian hidrasi yang cukup, dan pengobatan yang adekuat dan teratur (Darmojo, 2009)