II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
ISOLASI DAN SELEKSI BAKTERI PENITRIFIKASI DARI SAMPEL TANAH DI SEKITAR KANDANG TERNAK DI KABUPATEN BOGOR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai

BAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

I. PENDAHULUAN. Tanaman kubis (Brasica oleraceae L.) adalah salah satu tanaman sayuran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Macam macam mikroba pada biogas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Dan Pembagian Limbah Secara Umum. kesehatan, kelangsungan hidup manusia atau makhluk hidup lainnya

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lubang Resapan Biopori

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN

1. ENERGI DALAM EKOSISTEM 2. KONSEP PRODUKTIVITAS 3. RANTAI PANGAN 4. STRUKTUR TROFIK DAN PIRAMIDA EKOLOGI

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

I. PENDAHULUAN. Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Klasifikasi Bakteri Metanotrof Metanotrof sebagai Bakteri Pengoksidasi Metan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah (ground water), dan

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

I. PENGANTAR. (Dan Selock, 2006). Berbagai spesies ikan air tawar dan ikan air laut yang. dibudidayakan mempunyai nilai ekonomis penting.

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum. Selain itu, air juga diperlukan untuk

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. Penyakit karena bakteri

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang sulit dengan struktur uniseluler atau multiseluler sederhana. Contoh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

TINJAUAN PUSTAKA. pembagian tugas yang jelas pada sel sel komponennya. Hal tersebut yang

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

I. PENDAHULUAN. kimia yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang yang potensial untuk

Lestari Alamku, Produktif Lahanku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman (Widyastuti, et.al.,2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Proses Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Dalam Pengolahan Limbah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. Pencemaran masalah lingkungan terutama perairan sekarang lebih diperhatikan,

Transkripsi:

6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nitrifikasi Definisi nitrifikasi di dalam tanah secara umum adalah pengubahan nitrogen secara biologis di dalam tanah dari bentuk tereduksi menjadi bentuk yang lebih teroksidasi atau dengan kata lain oksidasi biologis garam amonium dalam tanah menjadi nitrit dan selanjutnya oksidasi nitrit menjadi nitrat (Rao, 1994). Oksidasi amonia ke nitrat dapat diselesaikan dengan 3 bentuk proses, yaitu proses kimiawi (chemical), proses physicochemical, dan proses biologis (biological chemical) yang merupakan proses yang amat penting. Mengenai proses biologis dari amonia menjadi nitrat sesungguhnya berlangsung melalui 2 tingkatan, yang selanjutnya dikenal sebagai proses nitritasi dan nitratasi (Sutedjo et al., 1991). Menurut Spotte (1979), nitrifikasi adalah proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan kemudian menjadi nitrat secara biologis oleh bakteri autotrof, umumnya berasal dari genus Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. yang merupakan genus yang terpenting dari bakteri autotrof. Bakteri autotrof yang melakukan proses nitrifikasi membutuhkan senyawa anorganik sebagai sumber energi dan karbondioksida sebagai sumber karbon. Nitrifikasi melalui dua tahapan reaksi, yaitu tahap pertama oksidasi amonium menjadi nitrit yang dilakukan oleh mikroba pengoksidasi amonium (Nitrosomonas sp.), pada tahap kedua oksidasi nitrit menjadi nitrat oleh mikroba pengoksidasi nitrit (Nitrobacter sp.). Tahapan reaksi yang dilakukan oleh bakteri adalah sebagai berikut (Spotte, 1979): NH 3 + H 2 O NH + 4 + OH + Faktorfaktor yang mempengaruhi proses nitrifikasi adalah jumlah NH 4 Nitrosomonas sp. NH dalam + 4 + 3/2 tanah, O populasi mikrob, reaksi tanah, aerasi tanah, NO 2 kelembaban + 2H + + H 2 O 2 tanah, dan Energi = 66 Kkal mol N temperatur. Amonium Enzim amonia (NH + 4 ) monooksigenase 1 dapat berasal dari proses dekomposisi bahan + organik. Apabila perbandingan C/N dari satu bahan organik tinggi, maka NH 4 yang dihasilkan dari proses Nitrobacter dekomposisi sp. akan sebanding dengan pertambahan NO NO 3 2 + 1/2 O 2 populasi mikroba Penelitianpenelitian yang dilakukan Energi = Universitas 18 Kkal mol Iowa N 1 Enzim nitrit oksidase

7 membuktikan bahwa apabila faktorfaktor yang berpengaruh terhadap proses nitrifikasi pada dua tempat yang sama, proses tersebut tetap terhambat jalannya. Ternyata hambatan ini disebabkan oleh populasi mikroba yang berbeda di kedua tempat. Proses nitrifikasi biasanya berlangsung antara ph 5.5 sampai ph 10 dengan ph optimum sekitar 8.5, tetapi juga diketahui bahwa nitrat dapat dihasilkan pada tanah dengan ph 4.5 dan terdapat laporan bahwa proses nitrifikasi terjadi pada padang rumput dengan ph 3.8. Nitrifikasi berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan pupuk amonium sebab ada pengaruh NH 3 bebas terhadap kegiatan mikroorganisme (Leiwakabessy et al., 2003). Sedangkan menurut Paul dan Clark (1996); Jenie dan Rahayu (2004), faktorfaktor yang mempengaruhi nitrifikasi antara lain (1) kemasaman, nilai ph maksimum berkisar dari 6.6 sampai 8.0. Tingkat nitrifikasi dalam tanah pertanian di bawah ph 6.0 dan menjadi lebih rendah di bawah 4.5. Nilai ph yang tinggi menghambat transformasi NO 2 ke NO 3 ; (2) aerasi, karena O 2 merupakan kebutuhan obligat bagi semua spesies, maka aerasi penting bagi nitrifikasi. Difusi O 2 ke dalam tanah dan untuk aerasi dikendalikan oleh faktorfaktor seperti struktur dan kelembaban tanah; (3) Kelembaban dan temperatur, kelembaban mempengaruhi regim aerasi dalam tanah. Kadar air tanah berpengaruh dalam produksi NO 3. Kelembaban optimum bervariasi untuk tanahtanah berbeda, tapi kebanyakan nitrifikasi berlangsung pada kelembaban 0.1 sampai 1 MPa. Reaksi + mineralisasi secara umum menghasilkan NH 4 lebih rendah jika dibandingkan saat kekurangan air atau temperatur rendah; NH + 4 terakumulasi dalam kadar air rendah atau tanah yang beku. Meskipun nitrifikasi berjalan lambat di bawah 5 o C, namun dapat berlangsung pada tanahtanah yang tertutup salju. Nitrifikasi juga berjalan lambat pada suhu di bawah 40 o C. Suhu optimumnya antara 30 dan 35 o C. Hubungan antara temperatur, kelembaban, aerasi, dan faktor lainnya membuat efek musim. Di daerah beriklim sedang, nitrifikasi terjadi sangat cepat saat musim semi dan gugur, dan paling lambat terjadi saat musim panas dan dingin. Faktorfaktor lain yang mempengaruhi proses nitrifikasi adalah waktu tinggal sel ratarata (mean cell residence time/mcrt), laju hidraulik, tingkat kompetisi dengan bakteri (nitrifikasi) heterotrof, Rasio AOB/NOB, dan konsentrasi senyawa toksik/penghambat proses nitrifikasi seperti aseton, fenol,

8 etilendiamin, kloroform, heksametilendiamin, etanol, seng, tembaga, air raksa, krom, nikel, perak, kobalt, kadmium, dan logam berat lainnya (Magdalena, 2009) Nitrifikasi tidak hanya berperan dalam ketersediaan N, akan tetapi juga berpotensi mencemari air tanah lewat pelindian NO 3 (nitrat) karena kemampuan tanah menjerap anion pada umumnya kecil dan mencemari tanah oleh NO 2 yang beracun bagi tumbuhan. Untunglah konversi nitrit ke nitrat berlangsung lebih cepat daripada konversi amonia ke nitrit (Notohadiprawiro, 1999). Nitrifikasi dapat pula menyebabkan kerugian. Amonium merupakan kation, diadsorbsi oleh tanah, dan relatif stasioner. Di sisi lain, nitrat adalah anion yang mobil di dalam larutan tanah. Di bawah kondisi tertentu, khususnya pada tanah berpasir dengan curah hujan tinggi atau irigasi berlebihan dilakukan, NO 3 akan tercuci dari daerah perakaran. Hal tersebut juga dapat terjadi akibat kehilangan dalam denitrifikasi. Hal ini dapat mengkontaminasi atmosfer. Pencucian kelebihan NO 3 dari tanah seringkali berakhir dalam air bawah tanah, danau, dan sungai. Hal ini dapat berimplikasi pada: (1) kelebihan pertumbuhan tanaman dan alga (eutrofikasi), (2) masalah kesehatan seperti methemoglobin hewan, (3) terbentuknya nitrosamin yang bersifat karsinogen akibat adanya reaksi dengan senyawa nitrogen lainnya. Gas intermediet hasil nitrifikasi merupakan polutan atmosfer (Paul dan Clark, 1996). Produk samping atau gas intermediet dari reaksi oksidasi amonium dapat berupa gas N 2 O atau dapat juga digunakan sebagai senyawa nitrogen yang terlibat dalam metabolisme bakteri pengoksidasi amonium setelah diasimilasi oleh sel (Tresnawati, 2006). King dan Nedwell (1985) menjelaskan bahwa produksi N 2 O meningkat secara proporsional dengan menurunnya konsentrasi amonium karena proses oksidasi. 2.2. Bakteri Penitrifikasi Bakteri penitrifikasi termasuk ke dalam dua kelompok fisiologi yang berbeda, yang terpenting dari masingmasing kelompok adalah Nitrosomonas yang mengoksidasi amonium menjadi nitrit dan Nitrobacter yang mengoksidasi nitrit menjadi nitrat. Kedua macam bakteri itu berbentuk batang kecil, Gram negatif, tidak membentuk endospora, berflagella polar, dan bersifat aerob obligat

9 (Imas et al., 1989). Nitrosomonas dan Nitrobacter lebih menjadi perhatian karena adanya pendapat yang menginginkan agar proses nitrifikasi ini perlu dikendalikan sehubungan dengan efisiensi pemupukan N dan pengendalian pencemaran lingkungan (Iswandi, 1989). Bakteri pengoksidasi amonia tergolong Gram negatif yang memiliki bentuk sel batang (panjang 0.64 µm), ellipsoid, sferikal, dan spiral. Sel tidak motil dan motil dengan flagella polar sampai subpolar atau peritrik. Semua spesies aktivitasnya berjalan pada kondisi aerobik, temperatur pertumbuhan optimum 25 30 o C, tidak aktif pada suhu 4 o C dan ph optimum berkisar 7.58.0. berkoloni pada media seperti kerikil, pasir, atau media sintetik lain, memerlukan oksigen untuk mengkonversi senyawa anorganik sebagai sumber energinya, dan memerlukan CO 2 sebagai sumber karbon. Rasio reproduksi sangat lambat (waktu generasi 20 40 jam) (Holt et al., 1994; Magdalena, 2009). Bakteri nitrifikasi tumbuh sangat lambat meskipun pada kondisi optimum. Waktu generasinya bergantung pada ph dan bervariasi dari 100 jam pada ph 6.2 sampai 38 jam pada ph 7.6 bagi Nitrosomonas dan dari 58 jam pada ph 6.2 sampai 21 jam pada ph 6.6 atau lebih bagi Nitrobacter. Waktu generasi ini dihitung dari laju pengubahan nitrogen amonium dan nitrogen nitrit dan dengan anggapan bahwa hubungan antara waktu generasi dan hilangnya substrat di dalam tanah itu seperti yang terjadi pada biakan (Imas et al., 1989). Menurut Alexander (1999), Nitrosomonas dan Nitrobacter tergolong ke dalam bakteri kemoautotrof obligat. Kemoautotrof obligat memerlukan sumber energi yang spesifik, misalnya saja Nitrosomonas membutuhkan amonium sebagai sumber energi dan Nitrobacter memerlukan nitrit. Akan tetapi, menurut laporan, Nitrobacter dapat menggunakan asetat sebagai satusatunya sumber karbon dan energi, sehingga sebenarnya istilah autotrof fakultatif mungkin lebih sesuai (Imas et al., 1989). 2.2.1. Bakteri Pengoksidasi Amonium Bakteribakteri yang tergolong ke dalam bakteri pengoksidasi amonium antara lain bakteri yang berasal dari Genus Nitrosomonas. Bakteri yang tergolong ke dalam Genus Nitrosomonas adalah Nitrosomonas aestuarii, Nitrosomonas

10 communis, Nitrosomonas europaea, Nitrosomonas eutropha, Nitrosomonas halophila, Nitrosomonas marina, Nitrosomonas nitrosa, Nitrosomonas oligotropha, dan Nitrosomonas ureae. Selain dari Genus Nitrosomonas, bakteri pengoksidasi amonium yang lain berasal dari Genus Nitrosococcus (Nitrosococcus briensis, Nitrosococcus oceani), Genus Nitrosospira (Nitrosospira briensis, Nitrosospira multiformis, Nitrosospira tenuis), Genus Nitrosolobus (Nitrosolobus multiformis), dan Genus Nitrosovibrio (Nitrosovibrio tenius) (Magdalena, 2009). Bakteribakteri tersebut menurut Holt et al. (1994) termasuk ke dalam genus bakteri pengoksidasi amonium dan bersifat obligat kemoliautotrof yang membutuhkan energi untuk mengoksidasi amonium atau nitrit menjadi nitrat. Kebutuhan sumber karbon diambil melalui proses fiksasi CO 2. Spesies bakteri pengoksidasi amonium ini terdistribusi mulai dari tanah, laut, danau, sungai, dan sistem pembuangan limbah. Nitrosomonas sp. adalah bakteri aerob khemolitotrof obligat yang memperoleh energi dari oksidasi senyawa amonium dan menggunakan CO 2 sebagai sumber utama karbon di dalam sintesa biomassanya. Secara morfologis, bakteri ini berbentuk batang pendek, kadangkadang bentuk sel elips, motil dan non motil, terdapat dalam bentuk konsorsium, berpasangan sebagai rantai pendek maupun sendiri. Bakteri ini adalah bakteri Gram negatif dan memiliki sitomembran. Sel tumbuh bebas pada medium dan membentuk matriks tipis. Bakteri ini dapat tumbuh optimum pada temperatur 530 o C dan ph optimum 5.8 8.5, serta hidup pada habitat air laut, air tawar, dan tanah (Holt et al., 1994; Hairiyah dan Handayanto, 2007). Jenis Nitrosococcus sp. bentuk selnya sferik sampai ellipsoidal, Gram negatif, bersifat motil dengan satu atau dua flagella, mampu tumbuh pada suhu sekitar 1530 o C dengan ph 6.58.0, dan habitatnya di air tawar atau air laut. Bakteri yang berasal dari Genus Nitrospira sp. bentuk selnya spiral, Gram negatif, mempunyai sitomembran yang tidak merata, kadangkadang membentuk seperti membran plasma, non motil dan motil dengan menggunakan flagella peritrikus, dan memiliki habitat di air tawar (Holt et al., 1994).

11 2.2.2. Bakteri Pengoksidasi Nitrit Salah satu bakteri yang berperan dalam mengoksidasi nitrit menjadi nitrat berasal dari genus Nitrobacter. Genus Nitrobacter ini terdiri atas Nitrobacter alakticus, Nitrobacter hamburgensis, Nitrobacter vulgaris, dan Nitrobacter winogradsky. Nitrobacter sp. diketahui dapat mengoksidasi nitrit oksida (NO) menjadi nitrat (NO 3 ), kebutuhan sumber karbon diambil melalui proses fiksasi CO 2. Habitat kelompok bakteri ini tersebar pada air tawar, air laut, serta tanah. Jenis Nitrobacter sp. selnya berbentuk batang pendek, pleomorfik, seringkali berbentuk pears, Gram negatif, dan biasanya non motil (Holt et al., 1994). Selain genus Nitrobacter, genus lain yang mampu mengoksidasi nitrit adalah genus Nitrococcus (Nitrococcus mobilis merupakan satusatunya spesies yang termasuk Nitrococcus yang dijumpai hanya di perairan laut), genus Nitrospina (Nitrospina gracilis), dan Nitrospira (Magdalena, 2009). Oleh karena Nitrobacter adalah bakteri autotrof maka proses nitrifikasi hanya berlangsung bila ada oksigen. Makin tinggi kadar oksigen makin tinggi pula laju proses nitrifikasi. Pada suasana anaerob proses ini akan terhambat. Pada ph yang terlalu tinggi (ph 7.58.0) aktivitas bakteri Nitrobacter berkurang sehingga terjadi penumpukan NO 2 karena konversi ke NO 3 tertekan. Tetapi sebaliknya pada ph 7.0 kecepatan konversi NO 2 ke NO 3 melebihi kecepatan konversi NH + 4 ke NO 3 (Leiwakabessy et al., 2003). Jenis Nitrospina sp. bentuk selnya batang panjang, Gram negatif, bersifat non motil, memiliki habitat di air laut, dan tumbuh baik pada kondisi lingkungan yang mengandung senyawa organik. Suhu optimum untuk pertumbuhannya berkisar 2530 o C dan ph 7.58.0 (Holt et al., 1994). 2.3. Peranan Bakteri Penitrifikasi dalam Proses Pengolahan Limbah Limbah ialah kumpulan air bekas yang telah dipakai oleh suatu masyarakat, yang terdiri dari: (1) limbah domestik (rumah tangga), termasuk kotoran manusia dan air cucian, semua air yang mengalir dari saluran pembuangan perumahan dan kota ke dalam sistem pembuangannya, (2) limbah industri, seperti senyawa yang bersifat asam, minyak, minyak pelumas, sisasisa hewan, dan sayursayuran yang

12 dibuang oleh pabrik, (3) air tanah, air permukaan, yang masuk ke dalam sistem pembuangan (Pelczar and Chan, 2008). Menurut Warlina (2004), dampak yang ditimbulkan oleh limbah yang mencemari kawasan perairan antara lain dampak terhadap kehidupan biota air (terganggunya perkembangan biota laut dan kematian biota laut), dampak terhadap kualitas air tanah, dampak terhadap kesehatan (seperti: Diare, Disentri, Hepatitis A), dan dampak terhadap estetika lingkungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran akibat limbah yaitu melalui bioremediasi. Bioremediasi merupakan salah satu cara untuk membersihkan senyawa polutan baik kimia maupun organik yang bersifat toksik menjadi bentuk lain yang tidak berbahaya. Prosesnya melibatkan aktivitas mikroba dan sasaran yang akan dicapai dalam proses tersebut adalah menurunkan polutan sampai tingkat konsentrasi yang aman (Alexander, 1999). Dalam hal ini, dilakukan dengan proses nitrifikasi oleh bakteribakteri penitrifikasi, khususnya Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. Bakteribakteri penitrifikasi mulai banyak digunakan untuk mengatasi pencemaran yang disebabkan oleh limbah hasil kegiatan industri, khususnya untuk penanggulangan pencemaran pada kawasan perairan maupun sistem akuakultur. Di Indonesia sendiri, penanggulangan pencemaran oleh limbah cair secara biologis melalui proses nitrifikasi ini semakin berkembang. Salah satu contoh penggunaan bakteri penitrifikasi (nitrifying bacteria) dalam mengatasi pencemaran oleh limbah di Indonesia yaitu pada industri minyak kelapa sawit. Industri minyak kelapa sawit adalah industri hasil pertanian yang selama proses produksinya banyak menghasilkan air buangan yang memiliki kandungan TSS (Total Suspended Solid), COD, BOD, dan amonia cukup tinggi. Pengolahan limbah cair industri minyak kelapa sawit ini dirancang dengan menggunakan bioreaktor pertumbuhan lekat terfluidasi dengan media poliuretan untuk proses degradasi senyawa organik dan amonium yang terkandung dalam limbah cair industri minyak kelapa sawit. Hasil yang diperoleh dari aplikasi bioreaktor ini yaitu efisiensi penurunan konsentrasi COD berkisar antara 72.85 83.07% dan efisiensi penurunan amonium berkisar antara 59.6476.72% (Agustiyani dan Imamuddin, 2000).

13 Hasil pengujian lain menunjukkan bahwa aplikasi kultur mikroba NSw (kultur mikroba campuran hasil kultivasi dari sludge pengolahan limbah industri minyak kelapa sawit) selama 12 jam reaksi, konsentrasi NNH 4 mengalami penurunan dari 178.99 mg/l menjadi 91.60 mg/l, efisiensi penurunan mencapai 48.82%. Efisiensi penurunan NNH 4 meningkat menjadi 100% setelah 24 jam reaksi. Laju penurunan amonium mencapai 7.46 NNH 4 /l/jam/g biomassa. Efisiensi pembentukan nitrit dan nitrat (nitrifikasi) mencapai 89.59% (Agustiyani et al., 2007). Selain dalam pengolahan limbah industri, bakteri penitrifikasi ini juga berperan dalam budidaya perairan, misalnya saja pada budidaya tambak udang di Thailand. Sejak dulu, budidaya perairan, khususnya tambak udang di Thailand memegang peranan utama dalam pertumbuhan ekonomi, seperti juga halnya pada negaranegara di kawasan Aisa Tenggara lainnya. Penelitian mengenai peran bakteri penitrifikasi yang diinokulasikan pada tambak udang ini dilakukan dengan metode molekuler. Metode ini dilakukan dengan identifikasi dan kuantifikasi bakteri penitrifikasi melalui Fluorescence In Situ Hybridization (FISH) menggunakan gen 16S rrna. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui bakteri penitrifikasi mana yang memegang peranan penting dalam budidaya perairan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana cara untuk memanipulasi sistem budidaya tersebut (Paungfoo et al., 2006). Upaya serupa juga dilakukan pada tambak udang Litopenaeus vannamei di Indonesia. Akumulasi amonia dan nitrit pada sistem yang dihasilkan oleh udang dalam sistem statis (batch) dapat menyebabkan kematian pada udang. Penggunaan bakteri nitrifikasi yang terdiri dari AOB (Ammonium Oxidizing Bacteria) dan NOB (Nitrite Oxidizing Bacteria) dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas air dengan mereduksi jumlah amonia dan nitrit. Berdasarkan hasil penelitian Nestiti (2008) ini, diperoleh bahwa inokulasi bakteri nitrifikasi 24 jam sebelum udang dimasukan ke dalam tambak dengan sistem statis dapat mempertahankan kesintasan udang tertinggi hingga 80.67% dengan penurunan konsentrasi amonia dari 0.103 menjadi 0.01 mg/l. Selain itu, tidak hanya pada sistem statis, baik strain bakteri pengoksidasi amonia maupun bakteri pengoksidasi nitrit ini juga

14 dapat diinokulasikan pada biofilter dalam tambak udang Litopenaeus vannamei dengan sistem resirkulasi (Kuhn et al., 2010). Menurut Davis dan Cornwell (1991), nitrifikasi merupakan metode yang terbaik karena alasanalasan sebagai berikut: (1) efisiensi penyisihannya yang tinggi, (2) reabilitas dan stabilitas prosesnya tinggi, (3) pengontrolan proses yang mudah, (4) kebutuhan lahan yang minim, dan (5) biaya relatif murah.