PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, pengumpulan data, analisis, dan penyajian hasil penelitian. Penulisan

BAB III METODE PENELITIAN. rawan terjadi praktek ketidaksetaraan gender dalam kepengurusannya, maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian 3.2 Penentuan Subyek Penelitian dan Sumber Data

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa SPBU di atas adalah SPBU yang

BAB III METODE PENELITIAN. Mungkid, Kabupaten Magelang. Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat

III. METODE PENELITIAN. kualitatif, dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Boyolali yang terletak di jantung Kota Boyolali merupakan salah satu pasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

III. METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tambun Selatan Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat. Alasan peneliti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

commit to user BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipergunakan guna menjawab tujuan penelitian (Soehartono, 1999: 9). Oleh karena itu, pada

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN 3.1. Strategi Kajian Batas-Batas Kajian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian kualitatif adalah

eksistensi tradisi nyadran di Gunung Balak dalam arus globalisasi yang masuk dalam kehidupan masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. daerah ini masih banyak terdapat perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan lokasi di Panti asuhan ini

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Dampak Sosial Relokasi Pasar pada Pedagang burung

perumusan dan pelaksanaan kebijakan program kerja PGRI, (c) peluang

METODE KAJIAN. Tabel 1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung

BAB III RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Lexy J. Moleong (2005), 1

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. pribadi dan sosial para partisipan (Smith, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kriteria pengambilan data yang akan dilakukan. untuk mengumpulkan data-data sekaligus untuk dianalisis lebih

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. dengan menginterpretasikan data kualitatif. Menurut Ronny Kountur (2003:105),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai pelaksanaan pemberian kredit kendaraan bermotor roda empat serta

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. tenaga kerja wanita (TKW) ini dilaksanakan di desa Citembong,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode, berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Klaten terutama di tempattempat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. 1 Pemilihan lokasi atau site selection

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo Propinsi Gorontalo. Adapun alasan

III. METODE PENELITIAN. pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik analisis data.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan analisis data. Secara keseluruhan, keputusan ini melibatkan rancangan

BAB V POLA KOMUNIKASI DALAM JAMAAH PRODUKSI SPPQT. 5.1 Jamaah Produksi dan Wacana Pertanian Modern

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, dan cara menarik kesimpulan yang bertujuan memperbaiki. prosedur dan kriteria baku dalam penelitian ilmiah.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau jawaban atas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menentukan konsep utama dari permasalahan sehingga masalah-masalah dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sumber : (Griffin, 1997: 195) Secara keseluruhan temuan Petty dan Cacioppo mendukung lima. kesimpulan mengenai kemungkinan dimana seseorang akan

BAB III METODE PENELITIAN. Agar penelitian ini lebih terarah, pada penelitian ini penulis menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini tidak tergolong kepada penelitian kuantitatif karena tujuan pokok

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bodgan dan Taylor (Lexy J. Moeloeng, 2011 : 4), penelitian

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan sebuah penelitian ilmiyah untuk mencapai tujuan yang sudah di. akan menghasilkan suatu penelitian yang maksimal.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research).

BAB III METODE PENELITIAN. ditujukan untuk menganalisis secara mendalam dan mendeskripsikan suatu

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian Penelitian tentang karakteristik organisasi petani dalam tesis ini sebelumnya telah didahului oleh penelitian untuk menentukan klasifikasi organisasi petani yang ada di Jawa. Penelitian yang difasilitasi oleh lembaga penelitian internasional tersebut menghasilkan dua tipologi besar organisasi petani yaitu organisasi berbasis konflik (conflict based organizations) dan organisasi berbasis produksi (production based organization). Tipologi pertama merujuk tipe organisasi yang terbentuk karena anggota dihadapkan pada isu konflik agraria sebagai isu awal pembentukan. Karakter yang menonjol untuk tipe ini adalah pembentukan seringkali dibidani oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) sehingga kegiatan lebih banyak diarahkan pada advokasi dan pendekatan hukum. Embrio organisasi tipe ini telah ada sejak kasus agraria muncul, jauh sebelum reformasi. Namun demikian, pendekatan pengorganisasian secara lebih tersistematisir baru terinspirasi pada era reformasi. Tipologi kedua memperlihatkan tipe organisasi yang terbentuk karena isu produksi dimana ide awal pembentukan lebih pada pengelolaan pertanian dan isu peningkatan kesejahteraan. Tipe organisasi ini biasanya dibidani oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak pada isu produksi. Embrio organisasi tipe produksi biasanya telah ada dalam bentuk kelompok PKK, karang taruna, atau kelompok tani bentukan pemerintah. Pendekatan pengorganisasian yang dikembangkan cenderung mengadopsi model-model CD meskipun dalam hal ini menjadi jauh lebih maju terutama dengan diterapkannya pendekatan CO yang lebih berbasis lokal. Teori yang dibangun dalam memahami fenomena organisasi petani berangkat dari kesadaran bahwa realitas yang ada harus dipahami secara kritis. Pada ranah metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan kritis dengan menggunakan teknik interpretatif-kritis tanpa mengabaikan makna-makna dibalik respon petani atas permasalahan struktural yang dialami. Fenomena keberadaan organisasi petani diinterpretasikan secara kritis dari realitas sosial yang ada. Secara ontologi, teori ini berangkat dari sebuah paradigma kritis, suatu tradisi

37 paradigma dalam ilmu sosial yang ingin memperlihatkan upaya membuka kebenaran. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan meminjam pendekatan kuantitatif untuk mendapatkan pemahaman utuh tentang organisasi petani setelah sebelumnya dilakukan pemilihan secara purposive terhadap organisasi tani sekunder yang akan diteliti. Metode kualitatif dilakukan untuk memperoleh data-data yang terkait dengan mengapa dan bagaimana respon petani terhadap permasalahan struktural. Untuk memperoleh data kualitatif digunakan panduan pertanyaan yang diarahkan pada sejarah munculnya organisasi serta bagaimana keberlanjutan organisasi tersebut. Metode kuantitatif dipergunakan dengan meminjam penggunaan kuesioner terbuka (yang sesungguhnya menampilkan wawancara terstruktur) dengan data yang diperoleh merupakan data kualitatif. Dengan demikian, kuesioner yang berisi pertanyaan terbuka tetap dalam tujuan menangkap data-data kualitatif. Kualitatif sebagai sebuah metode penelitian yang didalamnya menerapkan perangkat interpretatif atas realitas sosial bermuara pada dapat digunakannya seperangkat metode untuk menerangkan makna. Dalam hal, ini kualitatif sebagai upaya interpretasi atas realitas sosial melibatkan alur proses yang didalamnya melibatkan kegiatan ontologi (pilihan teori), epistemologi (pilihan atas metode) dan metodologi (pilihan atas analisis). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penelitian kualitatif mendasarkan pada sebuah aktivitas interpretatif dengan multi-metode Strategi yang digunakan adalah studi kasus dimana tipe organisasi yaitu production based organization menjadi subyek penelitian. Studi kasus dilakukan dengan alasan penelitian tentang organisasi petani memerlukan gambaran utuh dalam menangkap fenomena organisasi petani yang telah banyak tumbuh di Indonesia. Yin (1996) mengemukakan bahwa studi kasus adalah studi aras mikro yang bersifat multi-metode dengan titik berat pada metode-metode non-survei. Lokasi dan Waktu Penelitian Dari hasil penelitian sebelumnya, ditetapkan bahwa penelitian ini difokuskan pada sebuah organisasi petani yang dibangun atas permasalahan

38 ekonomi-produksi. Dengan pertimbangan tersebut dipilih organisasi petani di Salatiga, Jawa Tengah. Serikat Paguyuban Petani Qoryah Thoyibah (SPPQT) merupakan organisasi yang beranggotakan paguyuban petani di tiap kawasan yang masing-masingnya beranggotakan kelompok tani lokal. SPPQT mewakili sebuah bentuk organisasi yang dibangun atas permasalahan ekonomi yang dialami oleh anggotanya. Dengan kata lain, organisasi ini merupakan sebuah organisasi petani berbasis produksi. Fokus penelitian ini diarahkan pada karakteristik serikat, paguyuban dan kelompok tani yang menjadi anggota paguyuban. Serikat, paguyuban dan kelompok tani menjadi studi kasus sebagai media menangkap karakter organisasi petani yang berada di tingkat basis/lokal. Sebagai bagian dari sebuah proyek, penelitian ini dilakukan secara bertahap dari tahun 2002 hingga 2005. Dalam periode waktu tersebut, total waktu efektif yang digunakan untuk melakukan penelitian lapang sekitar tiga bulan. Penelitian tahap akhir dilakukan pada bulan Januari sampai Pebruari 2005. Dalam proses penulisan tesis, peneliti merasa perlu kembali terjun ke lapang guna melakukan pendalaman dan triangulasi hasil studi yang dilakukan pada tanggal 16 Agustus hingga 3 September 2005. Unit Analisis dan Teknik Penentuan Subyek Penelitian Organisasi tani sebagai unit analisis dipilih berdasarkan kriteria ada tidaknya kegiatan produksi atau ekonomi dalam organisasi tersebut. Pilihan organisasi atas dasar basis pembentukan menjadi penting karena unit analisis penelitian ini adalah organisasi. Dengan demikian pemilihan secara purposive atas tipe organisasi menjadi dasar validitas data. Pilihan unit analisis penelitian ini membutuhkan kejelian untuk menangkap karakter perlawanan yang ditampilkan. Penggalian informasi, dinamika dan karakter organisasi secara utuh mengharuskan peneliti melakukan pengamatan di tiga aras organisasi sekaligus. Terkait dengan hal tersebut, serikat, paguyuban dan kelompok tani menjadi subyek tineliti dalam waktu yang relatif berurutan. Paguyuban yang menjadi subyek tineliti sebanyak 4 paguyuban yang masing-masingnya diambil tiga kelompok tani yang mewakili kekhas -an karakter setelah sebelumnya didiskusikan dengan SPPQT.

39 Teknik Pengambilan Data Sebagai sebuah penelitian dengan metode kualitatif, teknik pengambilan data dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai cara. Penelitian kualitatif merupak an suatu metode berganda dalam fokus, yang melibatkan suatu pendekatan interpretatif dan wajar terhadap setiap pokok permasalahannya (Salim, 2001). Ini berarti metode kualitatif bekerja secara emic dalam upaya memahami, memberi tafsiran pada realitas sosial yang terlihat dan disampaikan oleh subyek tineliti. Realitas sosial yang ingin ditangkap pada dasarnya merupakan bagian dari pertanyaan penelitian yang ingin dijawab. Dengan demikian, untuk mendapatkan jawaban atas masalah yang diteliti, penelitian ini menggunakan secara inheren strategi yang merupakan multi-metode yang dikerangkai oleh satu fokus yaitu masalah penelitian. Permasalahan yang kompleks dalam hal pengakuan, penguatan dan perlindungan memunculkan sebuah keinginan untuk menggali lebih lanjut kaitan antara keberadaan organisasi petani dengan perjuangan menegakkan kesetaraan. Disamping itu, penggalian tentang organisasi petani akan lebih bermakna ketika diarahkan pada upaya pengelolaan sumber-sumber agraria yang suatu saat berbenturan dengan pemerintah sehingga memaksa petani membangun organisasi dalam bentuk yang lebih kokoh agar dapat melakukan serangkaian kegiatan advokasi atas hak -haknya di masa depan. Data-data primer diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian yang terdiri dari panduan pertanyaan dan kuesioner singkat. Data tersebut diperoleh melalui wawancara mendalam atau interview yang dilakukan terhadap informan kunci dan responden. Perkiraan kebutuhan data yang dianggap penting untuk membangun kerangka teori dan menjawab masalah yang diajukan, disusun dengan menggunakan panduan pertanyaan. Panduan pertanyaan digunakan untuk memperoleh data kualitatif tanpa bermaksud mengarahkan tineliti untuk menjawab dengan jawaban tertentu. Dengan demikian pertanyaan yang ada bersifat pertanyaan terbuka (Lihat Lampiran 1 dan 2.). Keperluan atas data-data primer diperoleh dari kuesioner singkat yang disusun berdasarkan kebutuhan data. Penggunaan kuesioner penting terutama

40 untuk memudahkan peneliti menganalisis berdasarkan kategori data. Data akan lebih cepat ditangkap ketika pertanyaan dimunculkan secara lebih sistematis. Untuk data sekunder, peneliti mengambil laporan-laporan kegiatan organisasi petani sekaligus untuk melakukan cross-cek data tersebut dengan data lapang. Data-data sekunder diperoleh dari jurnal kegiatan organisasi. Jurnal tersebut memperlihatkan kegiatan -kegiatan organisasi yang terkait dengan tujuan pembentukan organisasi petani yakni memperkuat kedudukan petani. Data sekunder juga diperoleh dari media-media komunikasi yang dikeluarkan oleh organisasi. Pada organisasi yang berciri sistematis, media menjadi sarana yang tepat dalam mempublikasikan kegiatan-kegiatan organisasi sekaligus sebagai sarana mensosialisasikan eksistensi sebuah organisasi. Kegiatan organisasi tergambar dalam media sehingga memudahkan penelusuran perkembangan organisasi. Sebagai sebuah penelitian kualititatif, penelitian ini menggunakan metode berganda yang melibatkan suatu pendekatan interpretatif dan wajar terhadap setiap pokok permasalahannya. Untuk mendapatk an pemahaman yang lebih mendalam mengenai fenomena yang sedang diteliti, diterapkan triangulasi sebagai alternatif terhadap pembuktian untuk menambah kekuatan, keluasan dan kedalaman suatu penelitian. Sebagai sebuah penelitian studi kasus, penelitian ini memadukan metode pengamatan berperanserta, wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD) dan studi analisis data dokumen. Berbagai teknik dan strategi pengambilan data sekaligus dipergunakan untuk lebih mengarahkan dan mempertajam pokok-pokok informasi yang ingin diperoleh dalam penelitian ini. Data awal bagi penulisan tesis ini sesungguhnya telah diperoleh dari rangkaian kegiatan penelitian PKA-IPB. Namun demikian, ada beberapa hal yang menjadi fokus kajian dari tesis ini yang belum tercakup dalam penelitian tersebut. Atas pertimbangan tersebut maka penulis memutuskan untuk kembali melakukan penelitian ditengah proses penulisan tesis. Turun lapang kedua lebih memfokuskan pada kelengkapan data terkait dengan hasil analisis sementara yang dilakukan penulis. Dalam kepentingan tersebut, penelitian diarahkan pada aspek filosofis dari bangunan organisasi. Wawancara diarahkan pada pendiri dan inisiator organisasi untuk memperoleh gambaran arah organisasi.

41 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Ilmu sosial yang bermuara pada output pencarian makna memperbolehkan ilmuwannya menggunakan berbagai metode baik kualitatif maupun kuantitatif (Salim, 2001) agar makna atas segalanya dapat saling mendukung. Penelitian ini, meskipun menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif, namun data dianalisis secara kualitatif. Penggunaan kuesioner terbuka memungkinkan digunakannya pertanyaan terbuka sehingga jawaban diperoleh dalam bentuk kualitatif. Gambaran realitas sosial dianalisis dengan menggunakan teori kritis dalam ranah interpretatif-kritis. Dengan dukungan teoritis, secara kritis realitas sosial ditarik pada satu kesimpulan yang berupaya memahami makna dibalik realitas/fenomena sosial. Analisis kritis juga dikembangkan dengan melibatkan proses dialogis-komunikatif. Proses dialo gis-komunikatif mutlak diperlukan dalam paradigma kritis karena secara filosofis realitas sosial tidak hakiki melainkan hasil interpretasi individu yang bersifat relatif-subyektif terkait dengan pengalaman individu. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data (Miles dan Huberman, 1992: 15-21). Tiga alur tersebut dilakukan selama peneliti masih berada di lapang sehingga jika ada bagian -bagian yang masih belum lengkap dapat dilakukan pencarian data kembali. Reduksi data merupakan kegiatan pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis lapangan. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memungkinkan penarikan kesimpulan. Data yang diperoleh dari realitas sosial dipahami secara mendalam untuk mendapatkan gambaran yang mendekati persepsi subyek tineliti. Dalam hal ini, kesamaan persepsi atas sebuah realitas sosial dapat saja terjalin antara penelitisubyek tineliti, namun peneliti akan menggunakan kerangka teoritis untuk menginterpretasikan realitas sosial kedalam sebuah pemahaman yang lebih jauh dapat menggambarkan posisi sosial atas sebuah realitas. Ini merupakan refleksi lebih lanjut, tidak hanya sekedar menafsir, menginterpretasi dan memaknai, melainkan sebuah upaya melihat realitas dari sudut pandang kritis,

42 mempertanyakan dan membangun dasar teoritis yang kuat untuk membangun jawaban atas pertanyaan kritis. Penelitian ini relatif tidak memiliki tingkat kesulitan dalam mengumpulkan data dan menganalisis realitas empiris. Hal tersebut didukung oleh keberadaan SPPQT sebagai organisasi formal, bersifat terbuka sehingga pendekatan relatif mudah dilakukan. Kendala yang mengemuka justru ketika harus melakukan wawancara di empat paguyuban yang letaknya berjauhan, terlebih ketika harus menentukan studi kasus kelompok tani dari masing-masing paguyuban. Terkait dengan organisasi sebagai unit analisis, diakui ada bias dalam proses pengumpulan informasi dimana wawancara banyak diarahkan pada pengurus organisasi. Hal ini tidak dapat dihindari karena pertanyaan yang disusun mengarah pada sejarah, tujuan dan perkembangan organisasi yang lebih banyak diketahui pengurus dibanding anggota organisasi. Kegiatan FGD yang dilakukan kurang dapat merangsang anggota organisasi untuk bicara dan mengungkapkan pengetahuan tentang organisasi. Dengan demikian proses FGD lebih banyak didominasi oleh pengurus organisasi. Menempatkan realitas empiris dalam kerangka teoritis memerlukan curahan waktu dan pikiran lebih mengingat sifat unik organisasi (Lampiran 7). Informasi tentang organisasi yang dikumpulkan sebagian besar berada pada ranah pembangunan, namun setelah melakukan diskusi lebih lanjut dan melakukan kegiatan turun lapang tahap dua, diperoleh gambaran bahwa kegiatan tersebut hanya sebatas strategi dan langkah taktis untuk membungkus gerakan. Dibutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk memahami posisi SPPQT dalam ranah gerakan sosial petani. Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri atas delapan bab dalam usahanya menggambarkan karakter perlawanan petani. Masing-masing bab mewakili fokus pembahasan yang berbeda sehingga mempermudah pemahaman pembaca. Bab I (pendahuluan) berisi pemaparan mengenai mengapa perlawanan petani menarik untuk dikaji. Pilihan fokus penelitian didasarkan atas fakta bahwa keterpurukan petani disebabkan ketidakberpihakan kebijakan pemerintah. Konteks sosial politik dan ekonomi

43 menjadi arena percaturan yang melahirkan gagasan perlawanan petani. Dalam perkembangan baru tampak bahwa perlawanan petani diwujudkan dalam bentuk organisasi petani. Bab ini menggambarkan kearah mana alur penelitian ini akan dibawa melalui rumusan pertanyaan penelitian. Bab II (tinjauan teoritis) sarat dengan pendekatan teori tentang aspek yang akan dikaji dalam tesis. Berbicara tentang perlawanan petani tentunya tidak akan lepas dari uraian tentang siapa sesungguhnya petani dan bagaimana karakternya. Gerakan sosial menjadi bagian dari basis ide kesadaran kolektif. Perlawanan petani terjadi sebagai respon atas kondisi yang dihadapi. Terkait dengan hal tersebut, pengorganisasian petani dapat dianggap sebagai strategi dalam melawan struktur yang ada. Secara khusus bab II juga memaparkan kerangka pemikiran sebagai panduan analisis tesis. Bab III (pendekatan lapang) merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk bisa menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi strategi penelitian, lokasi dan waktu penelitian, unit analisis, teknik pengambilan data, dan teknik pengolahan dan analisis data. Strategi analisis dilakukan dengan menggunakan kerangka gerakan sosial dalam pendekatan neo-marxian. Fakta yang diperoleh dengan cara dialogis diinterpretasi secara kritis. Bab IV (kendala struktural petani dalam berorganisasi) mengemukakan sesuatu yang menjadi kendala struktural petani dalam berorganisasi. Disisi lain, kendala tersebut dapat dilihat sebagai sesuatu yang mendorong lahirnya pengorganisasian petani. Persoalan mendasar yang paling bersentuhan dengan petani adalah ekonomi dan politik. Perkembangan kebijakan yang terkait dengan dua hal tersebut menciptakan keterpurukan petani. Bab ini berbicara tentang mekanisme faktor tersebut dalam sumbangannya melahirkan organisasi. Disamping itu, terdapat gambaran tentang perkembangan faktor sosio -ekonomi politik yang menghambat pengorganisasian petani sehingga organisasi petani relatif baru muncul pada masa reformasi. Bab V (karakteristik organisasi produksi) bicara tentang karakter organisasi komunitas yang menggunakan strategi CD. Didalamnya terdapat gambaran perkembangan internal organisasi produksi. Pola pengorganisasian organisasi tipe ini diperlihatkan untuk memperoleh pemahaman tentang keterkaitan organisasi antar aras. Pilihan kegiatan yang dikembangkan tampak berbeda dengan organisasi yang berangkat

44 dari kasus agraria. Organisasi produksi mempunyai tanggung jawab dalam hal peningkatan kesejahteraan anggota melalui pendekatan ekonomi. Dengan demikian dinamika organisasi mengarah pada kegiatan yang berorientasi persoalan ekonomi dan produksi sebagai basis organisasi ini. Bab VI (people-center oriented: pilihan gerakan) berisi state of the art organisasi yang dibangun atas dasar kebutuhan ekonomi produksi namun berujung pada perlawanan. Bab ini berusaha memaparkan bahwa paradigma yang dikembangkan oleh organisasi petani adalah people-center oriented. Pilihan atas paradigma yang diusung lebih mendekatkan pada upaya mencapai kedaulatan petani. Didalamnya juga diperlihatkan perbandingan antara production-center oriented dengan people-center oriented. Perbedaan diantara keduanya menyebabkan petani lebih memilih pendekatan kedua dalam berorganisasi. Perbedaan antara CO dengan CD yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada tulisan Hollnsteiner (1979). Untuk lebih memahami perbedaan diantara keduanya, dikemukakan contoh dalam konteks lain. Bab VII (perlawanan tersamar organisasi petani) mengarahkan pada hasil analisis tiga bab terdahulu yang menceritakan tentang kendala struktural berorganisasi, karakter organisasi produksi dan pilihan paradigma petani. Organisasi petani dengan cita-cita menggapai kedaulatan petani harus mempunyai strategi yang tepat ketika berhadapan dengan aktor yang lebih kuat. Bab ini berisi kritikan atas paradigma pembangunan pertanian yang berorientasi productioncenter development. Sebagai organisasi produksi, perlawanan tersamar mengindikasikan cara-cara petani menampilkan model baru pemberdayaan petani namun dengan menerapkan mainstream lama agar terhindar dari resistensi pemerintah. Sebuah istilah yang mungkin mendekati tepat dengan realitas sosial yang muncul adalah upaya memindahkan jalur perlawanan dari pola radikal ke pola yang lebih halus. Dalam kerangka ini, terjadi pemindahan strategi perlawanan yang kemudian menghasilkan perlawanan tersamar organisasi petani. Tersamarkan oleh jargon pembangunan yang diusung namun disadari maupun tidak, bermuara pada efektifitas perlawanan terhadap kekuatan struktural.