2. undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1gB4 Tentang perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 2 Tahun 2002 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DI KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG SURAT IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 48 TAHUN : 2004 SERI : C

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta )

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENEBANGAN POHON PADA PERKEBUNAN BESAR DI JAWA BARAT

BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA BUPATI ACEH UTARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG IJIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DI WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN USAHA HOTEL DENGAN TANDA BUNGA MELATI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG IJIN LOKASI DENGAN RAHMAAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR : 9 TAHUN : 1990 SERI : A.1

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 2 TAHUN 2004 TENTANG FATWA PENGARAHAN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PEMASUKKAN KAYU DARI LUAR DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN KUTAI BARAT MEMUTUSKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 24 TAHUN 2011 SERI : E NOMOR : 7

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 37 TAHUN 2000 TENTANG PENGUJIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK PADA LABORATORIUM HASIL PERIKANAN DI KABUPATEN KUTAI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 15 TAHUN : 1997 SERI : C NOMOR : 10

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 2 TAHUN 2002 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 16 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOABARU NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 9 TAHUN 1999 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 47 TAHUN 2001

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN MALINAU

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERIZINAN DAN RETRIBUSI IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG TONASE DAN PORTAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 4 TAHUN : 1993 SERI : C.2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP )

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

DIREKTORI PERUSAHAAN INDUSTRI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016 KECAMATAN DENPASAR TIMUR

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 20 TAHUN : 1993 SERI :A.1

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 62 TAHUN 2006 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG USAHA PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG IJIN USAHA INDUSTRI ( IUI ) WALIKOTA DENPASAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/ SIJUNJUNG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN IZIN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah ;

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G PEMBERIAN IZIN UNDIAN (PROMOSI PRODUK BARANG/JASA)

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 11 Tahun 1998 TENTANG

WALIKOTA TANJUNGPINANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

Perda No. 9 / 2004 tentang Pelarangan Peredaran Garam Konsum Tida Beriodium di Kab Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2004

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERIZINAN DAN RETRIBUSI IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LOGAM TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN IZIN KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI BUPATI ACEH BESAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

- 1 - BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

- 1 - BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 48 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 48 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG B E C A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

Transkripsi:

IMenimbang : a. lllengingat : 1. 2. undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1gB4 Tentang perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);

I'Jcgara Tahun lggg hlomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nonror 3Ba8); 7. Undang-Undang Rl Nonror 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Unclang-Undang RI Nornor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246); B. Peraturan Pemerintah Rl Nomor 17 Tahun 1986 Tentang Kev'lenangan Pengaturan, Penrbinaan dan Pengembangan lndustri (Lembaran Negara Tahun 19BO Nomor 23, Tambahan Lembaran l.jegara Nomor 3352); 9. Peraturan Pemerintah Rl Nonror 13 Tahun lggs rentang lzin Usaha lndustri (Lembaran Negara Tahun lgg5 Nomor 25); 10. Peraturarr Pemerintalr Rl Nomor 2s rahun 2000 Tentang Kevrenangan Propinsi $ebagai Daerah otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nonror 54, Tambahan Lembaran Negara Nonror 3952); 11. Peraturan Pemerintah RI Nomor 84 Tatrun 200 Tentang pedoman organisasi Perangkat Daerah (Lenrbaran Negara Tahun 2000 Nomor 165): 12. Peraturan Pemerintah Rl Non:or 2a rahun 2oo1 Tentang Pembinaan dan Penqav,rasan Atas Fenyelenggaraan pemerintah Daerah (Lenrbaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran l,jegara Nomor 4090); l3.peraturan Daerair l(abupaten Daerah,Tingkat Il Kutai Nomor B Tahun 19sg Penyidik Pegiav,zai Negei'i $ipil dilingltungan Pemer-intah Daci'ah Kabupaten Kutai ; 14. Peraturan Daerai-i Kabupaten Kutai I'Jornor zr rahun 2000 Tentang l(ewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai (Lembareri'r Daerah l(abupaten Kutai Nonror 24 Tahun 2000); 15. Peratnran Daerah Kabr-rpaten Kutai Nomor 39 rahun 2000 Tentang i:)ernbei"itukan Lonibaga perangkat Daerah Kabupaten Kutai (Lenri:aran Daeralr Kabupaten Kr-rtai Nomor Tahun 2000);

a. Daerah adalah KabuPaten Kutai; b. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkatnyat"daerah Otonom yang sebagai badan eksekutif Daerah; lain Pasal 2 ('i) Setiap penclirian perusalraan lnclustri rn,ajib memperoleh atau harus terlebih dahulu ' ' **ndupatl<an lein Usaha lnclnstri clarikepala Daerah yang selanjutnya disebut lul; (2) Jenis lndusiri tertentu cjalanr kelompok inclustri kecil dikecualikan dari kewajiban untuk memperoleh IUI;

Terhaclap inclustri tedeniu scbagainrana dirnal<sud pada ayat (2) cukup dengan Tanda Daftar lnciustri yang seianjutnya disebut TDI dan diberlakukan sebagai IUI;. Penetapan kelompok irrdustri sebagiimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) clilakukan oleh Bupati berdasarkan nilai investasi perusahaan keseluruhan di Iuar Pasal 3 Perusahaan lndustri yang melakukan perluasan melebihi 30 % (tiga puluh prosen) dari kapasitas produksi yang telah diizinkan sesuai dengan lzin Usaha lndustri yang dimiliki, diwajibkan memperoleh lzin Perluasan dari Kepala Daerah;Pasal 4 lul, lzin Perluasan dan TDI berlaku selama 4 (empat) tahun dan setiap tahunnya diwajibkan mendaftarkari ulang ; lul dan lzin Perluasan diberikan untuk jenis industri yang tidak termasuk negatif investasi (DNl); daftar(3) Ketentuan lul dan lzin Perluasan bagi perusahaan PMA dan PMDN ditetapkan dengan ketentuan tersencliri ; Pasal 5 (1) Untuk memperoleh lul diperlukan tahap persetujuan prinsip atau tanpa melalui tahap persetujuan prinsip; Perusahaan industri yang telah memperoleh tul, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan wajib mendaftarkan peruiahaannya dalam Daftar Perus'ahain sesuai ket'entuan UU No.3 Tahun 1992 tentang Wajib Daftar Perusahaan; Persetujuan Prinsip diberikan kepada perusahaan industri untuk melakukan persiapan-persiapan dan pembangunan pabrik serta instalasi peralatan dan bukan untuk produksi komesial; Persetujuan prinsip diberikan untuk jangka waku paling lama 1 (satu) tahun; Pasal 6 (1).Perusalraan industri yang ciiv,,ajibkan melalui tahap persetujuan prinsip adalah : a). Jcnis industri yang proses oroduksinya bcrpotensr merusak alau membahayakan lingkungan serta menggunakan sumber daya alam secara berlebihan; atau b). Tidak berlokasi di dalam kawasan industri; (2).Perusahaan industri yang tidak tergolong sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), untuk memperoleh lul tidak diwajibkan melalui tahap persetujuan prinsip, tetapi wajib membuat surat pernyakan;

5(3).Penetapan jenis-jenis industri sebagaimana dimaksud ayat (1) butir (a) serta surat pernyataan sebagaimana dimaksud ayat (2) dilakukan oleh Kepala Daerah; Pasal 9 (1).Bagi perusahaan industri yang telah memperoleh persetujuan prinsip wajib menyampaikan informasi kemajuan pembangunan pabrik dan sarana produksi kepada pejabatyang mengeluarkan persetujuan prinsip setiap 6 (enam) bulan;

(2).Bagi perusahaan industri yang telah memperoleh lul/tdl wajib menyampaikan informasi industri secara berkala kepada pejabat yang mengeluarkan izin yaitu setiap 3 (tiga) bulan; C. INDUSTRI PENGGILINGAN PADI.PADIAN, TEPUNG DAN MAKANAN TERNAK 1. lndustri Penggilingan dan Pembersihan Padi-Padian lainnya 2. lndustri Pengupasan dan Pembersihan Kopi 3. lndustri Pengupasan, Pembersihan dan Pengeringan Coklat (Kakao) 4. lndustri Pengupasan dan Pembersihan Biji-bijian selain Kopi dan Coklat 5. lndustri Pengupasan dan Pembersihan Kacang-kacangan 6. lndustri Pengupasan dan Pembersihan Umbi-Umbian (Termasuk Rizona)

7. lndustri Kopra B. lndustri Tepung Terigu q lndustri Berbagai macam Tepung dan Padi-Padian, Biji-Bijian, Kacang- Kacangan, Umbi 10. lndustri Pati Ubi Kayu (Tapioka) 11. lndustri Berbagai Macam Pati Palma 12. lndustri Pati lainnya 13. lndustri Ransum Pakan Ternalo'lkan 14. lndustri Konsentrat Pakan Ternak

3. lndustri Pengawetan Rotan, Bumbu dan sejenisnya 4. lndustri Pengolahan Rotan INDUSTRI BARANG-BARANG DARI KAYU DAN BARANG-BARANG ANYAMAN 1. lndustri Kayu Lapis \ 2. lndustri Kayu Lapis Laminasi, termasuk Decorative Playwood 4. lndustriveneer 5. tndustri Moulding dan Komponen Bahan Bangunan 6. Industri Peti Kemas dari Kayu kecuali Peti Mati 7. lndustrianyaman-anyaman dari Rotan dan Bambu 8. IndustriAnyaman-anyaman dari Tanaman selain Rotan dan Bambu 9. lndustri Kerajinan Ukir-Ukiran dari Kayu kecuali Furniture 10. lndustri Alat-alat Dapur dari Kayu Rotan dan Bambu 11. lndustri barang dari Kayu, Rotan, Gabus yang belum tercakup sebelumnya J. INDUSTRI KERTAS BARANG DARI KERTAS DAN SEJENISNYA : 1. lndustri Bubur Kertas (PulP) 2. lndustri Kertas BudaYa 3. lndustri Kertas Berharga 4. lndustri Kertas Khusus 5. lndustri Kertas lndustri 6. lndustri Kertas Tissue 7. lndustri Kertas Lainnya 8. lndustri Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton g. lndustri Barang dari Kertas dan Karton yang tidak termasuk dalam sub golongan manapun; K. INDUSTRI PENERBITAN : 1. lndustri Buku, Brosur, Buku Musik dan Publikasi Lainnya 2. lndustri Surat Kabar, Jurnal dan Majalah 3. lndustri Penerbitan Lainnya 4. Industri Percetakan 5. lndustri Jasa Penunjang Percetakan; L. INDUSTRI BARANG-BARANG DARI BATU BARA: 1. lndustri Barang-Barang dari Batu Bara; M. INDUSTRI BARANG-tsAR,ANG DARI HASIL PENGILANGAN MINYAK BUMI 1. lndustri Barang-Barang dari Hasil Kilang Minyak Bumi N. INDUSTRI BAHAN KIMIA INDUSTRI : 1. lndustri Kimia Dasar Anorganik, Khlor dan Alkali; 2. lndustri Kimia Dasar Anorganik, Gas lndustri; 3. lndustri Kimia Dasar Anorganik, Pigmen; 4. lndustri Kimia Dasar Anorganik, yang idak diklasifikasikan di tempat lain ; 5. tndustri Kimia Dasar Anorganik, Bahan Kimia dari Kayu dan Getah (GUM) hasil Pertanian; 6. lndustri Kimia Dasar Anorganik, Hasil Antara Siklis, ZatWarna dan Pigmen;

1. lndustri Mesin Kantor dan Akuntansi Manual 2. lndustri Mesin Kantor dan Akuntansi Elektrik

Pasal 11 (1) Bagi perusahaan industri yang melakukan pelanggaran, sebelum dilakukan tindakan pidana terlebih dahuiu dikenakair sanksi administi-atif berupa : a. Peringatan secara tertulis ; b. Fembekuan s*nrentara lulitdi. c. Pencabuian iul,itdi ; (2).Pelanggaran sebagainrana cjinraksuci ayai (1) diaiur ciengan Keputusan Bupati ;

Pasal 12 (1).Pembinaan dan Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan Usaha lndustri di laksanakan oleh Dinas Perindustrian dan atau bersama Dinasllnslansi terkait dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undang yang berlaku; (2).Pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan akan diatur dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati ; Pasal 13 (1).Biaya Operasional Pembinaan dan Pengawasan di bidang usaha industri di bebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kutai ; Pasal 14 Selain Pejabat Penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas pelanggaran tindak pidana sebagimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai yang pangkatnya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku ; Pasal 15 Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 Peraturan Daerah ini berwenang ; a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana ; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan ; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penyikan benda dan atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang ; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara ; _/'

h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendqpat petunjuk dari penlidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersei'ut bukan merupakan tinoat pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tesangka atau keluarganya ; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan ; BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 16 (1).Pelanggaran dengan sengaja terhadap pasal 2 ayat (1), dan pasal 4 ayat (1) Peraturan Daerah ini diancam. dengan pidana kurungin piting lama 6 (enamj uufin atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- ( Lima Juta Rupiah) dengan?^\. hukuman tambahan pencabutan izin usaha industri ; (2)'Pelanggaran karena kelalaian terhadap pasal 2 ayat (1), pasal 3, dan pasal 4 ayat (1) Peraturan Daerah ini dipidana kurungan paling tiriia'1 (satu) bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 1.000.000 (satu Juta Rupiah)';

Ditetapkan di Tenggarong Pada Tanggal 24 Oktober 2001 Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kqlai Nonror l+4

I. PENJELASAN UMUM. : Cukup Jelas Dalam rangka pencapaian pertumbuhan industri, aspek perizinan memainkan peranan penting, harus mampu memberikan motivasi yang dapat mendorong dan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya disektor industri dan karenanya harus mendapatkannya pembinaan secara terarah. Bahwa perizinan merupakan salah satu alat kebijaksanaan yang apabila dilaksanakan secara efesien akan merupakan alat efektif untuk menggerakkan perkembangan dunia usaha kebidang yang benar-benar mendukung pembangunan. Karena itu sistem perizinan dapat dimanfaatkan antara lain untuk menghindari pemborosan atau menyalahgunaan dana investasi yang langka. Melalui upaya pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri yang dilakukan, Pemerintah mengarahkan untuk penciptaan lklim Usaha lndustri secara sehat dan mantap, dengan demikian diharapkan industri dapat memberikan rangsangan dalam menciptakan lapangan kerja yaqg luas, menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan dan kekuatan sendiri dalam membangun industri. Dalam kerangka hal inilah Undang-Undang No.S tahun 1984 tentang Perindustrian mengamanatkan adanya pengaturan tentang izin usaha industri, sehingga perijinan yang ada hanya benar-benar diperlukan bagi kegiatan masyarakat dan yang perlu dikendalikan bagi setiap pendirian perusahaan industri baru dan perluasan. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Rl Nomor 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Rl Nomor 25 Tahun 2000 sebagian besar kewenangan bidang Perindustrian diserahkan kepada Daerah KabupatenlKota, diantaranya adalah kewenangan dibidang perijinan usaha industri dimana sebelum otonomi daerah kewenangan dimaksud berada di pemerintah pusat dan propinsi. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL : Cukup Jelas : Cukup Jelas Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah untuk menyelenggarakan kewenangan dibidang perizinan usaha industri dalam Wilayah Kabupaten Kutiai, maka perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.