Komunikasi Bergerak Frekuensi 2.3 GHz Melewati Pepohonan Menggunakan Metode Giovanelli Knife Edge

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

ABSTRAK dan EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

Radio Propagation. 2

ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL)

Analisa karakteristik lingkungan propagasi pada daerah pepohonan di area PENS ITS

ANALISIS NILAI LEVEL DAYA TERIMA MENGGUNAKAN MODEL WALFISCH-IKEGAMI PADA TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) FREKUENSI 1800 MHz

Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang)

Pengaruh Penggunaan Skema Pengalokasian Daya Waterfilling Berbasis Algoritma Greedy Terhadap Perubahan Efisiensi Spektral Sistem pada jaringan LTE

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel)

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center)

BAB IV ANALISA PENGUKURAN PERFORMAN IMPLEMENTASI WI-FI OVER PICOCELL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PERBANDINGAN PROPAGASI LOS DAN NLOS DALAM RUANG PADA JARINGAN WI-FI

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA

Antenna NYOMAN SURYADIPTA, ST, CCNP

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) BERDASARKAN PARAMETER JARAK E Node-B TERHADAP MOBILE STATION DI BALIKPAPAN

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

BAB IV PERENCANAAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem C-MIMO

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

UNJUK KERJA ALGORITMA HARD HANDOFF TERHADAP VARIASI KECEPATAN MOBILE STATION

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ANALISIS DAN PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DVB-T DAN DVB-H DI WILAYAH JAKARTA PUSAT

BAB IV ANALISA DAN HASIL

Optimasi Single Frequency Network pada Layanan TV Digital DVB-T dengan Menggunakan Metode Simulated Annealing L/O/G/O

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

III. METODE PENELITIAN

Analisa Perbandingan Nilai Breakpoint Pemancar CDMA Menggunakan Model Okumura-Hata di Daerah Surabaya

ANALISA PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM RUANG PADA KOMUNIKASI RADIO BERGERAK

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

Radio dan Medan Elektromagnetik

PERHITUNGAN LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI GSM DI DAERAH URBAN CLUSTER CENTRAL BUSINESS DISTRIC (CBD), RESIDENCES, DAN PERKANTORAN

ANALISIS NILAI LEVEL DAYA TERIMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL PROPAGASI WALFISCH-IKEGAMI

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PATHLOSS EXPONENT DI AREA TERBUKA

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

TEKNOLOGI WIMAX UNTUK LINGKUNGAN NON LINE OF SIGHT (Arni Litha)

Lisa Adriana Siregar Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Harapan

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung. Tabel 3.1. Jadwal kegiatan Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

ESTIMASI CAKUPAN JARINGAN WIMAX DAN ANALISIS PERFORMANSINYA UNTUK DAERAH MAKASSAR, MAROS, SUNGGUMINASA, DAN TAKALAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009

BAB IV. Pada bab ini akan dibahas mengenai perhitungan parameter-parameter pada. dari buku-buku referensi dan dengan menggunakan aplikasi Java melalui

BAB II LANDASAN TEORI

Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

ANALISIS RSCP PADA HSDPA DAN HSUPA DI WILAYAH KOTA MALANG

PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN PATHLOSS EKSPONEN UNTUK CLUSTER RESIDENCES, CENTRAL BUSINESS DISTRIC (CBD), DAN PERKANTORAN DI DAERAH URBAN

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi baik dari manusia maupun dunia maya semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM PERENCANAAN JARINGAN SISTEM SELULAR

ANALISA SINYAL WIRELESS DISTRIBUTION SYSTEM BERDASARKAN JARAK ANTAR ACCES POINT PADA PERPUSTAKAAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

Designing WLAN based Metropolitan Area Network (MAN)

Dasar Sistem Transmisi

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

BAB III PERANCANGAN SISTEM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

Analisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY

Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA

Simulasi Peningkatan Kemampuan Kode Quasi-Orthogonal melalui Rotasi Konstelasi Sinyal ABSTRAK

BAB II TEORI DASAR. Propagasi gelombang adalah suatu proses perambatan gelombang. elektromagnetik dengan media ruang hampa. Antenna pemancar memang

Evaluasi Kinerja VANET pada Berbagai Model Propagasi Menggunakan Simulator Jaringan NS-3

SISTEM KOMUNIKASI SATELIT PERBANDINGAN PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT DENGAN SIMULASI SOFTWARE DAN MANUAL

ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

PERBANDINGAN NILAI BREAKPOINT DI DAERAH RURAL, URBAN DAN SUB URBAN PADA FREKWENSI CDMA

BAB III PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT

BAB II KOMUNIKASI SELULER INDOOR. dalam gedung untuk mendukung sistem luar gedung (makrosel dan mikrosel

Universitas Kristen Maranatha

BAB II DASAR TEORI. cara menitipkan -nya pada suatu gelombang pembawa (carrier). Proses ini

Proses. Pengolahan. Pembuatan Peta. Analisa. Kesimpulan

ANALISIS LINK BUDGET UNTUK KONEKSI RADIO WIRELESS LOCAL AREA NETWORK ANTARA UNIVERSITAS RIAU PANAM DAN UNIVERSITAS RIAU GOBAH

Analisis BTS Initial Planning Jaringan Komunikasi Selular PT. Provider GSM di Sumatera

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

BAB II LANDASAN TEORI

KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT

Transkripsi:

Komunikasi Bergerak Frekuensi 2.3 GHz Melewati Pepohonan Menggunakan Metode Giovanelli Knife Edge Andrita Ceriana Eska Fakultas Teknik, Universitas Jember Jalan Kalimantan No. 37, Kampus Tegalboto Jember, Jawa Timur, Indonesia Email korespondensi : andritacerianaeska@gmail.com Dikirim 06 April 2016, Diperbaiki 24 April 2016, Diterima 05 Mei 2016 Abstrak Sistem komunikasi antara MS (Mobile Station) dan RBS (Radio Base Station) dengan frekuensi 2.3 GHz kondisi uplink, komunikasi yang terjadi ketika pengguna MS yang bergerak disepanjang trotoar terhadap RBS yang berada di tepi bagian atas gedung. Propagasi melewati pepohonan yang berada diantara kedua ruas jalan dan juga berada disepanjang trotoar, sehingga metode difraksi menggunakan single knife-edge dan Giovanelli knife-edge. Pada penelitian ini berfokus pada variasi ketinggian gedung dan daya pancar. Analisa ditunjukkan pada persentase daerah cakupan disepanjang lintasan MS. Persentase tersebut terjadi peningkatan dengan variasi daya pancar 20 dbm hingga 40 dbm yang diikuti peningkatan ketinggian gedung. Hasil penelitian, menunjukkan beberapa titik pada lintasan yang memiliki loss yang sangat besar, menjadikan sedikit peningkatan persentase daerah tercakup RBS. Pengaruh dari komunikasi tersebut diantaranya karena pepohonan, atmosfer, dan juga jarak komunikasi. Kata kunci - Single-Knife-Edge, Giovanelli-Knife-Edge, 2.3 GHz, uplink, pepohonan Abstract - The communication system between MS (Mobile Station) and RBS with frequency 2.3 GHz uplink condition, the communication was happened when the user MS moved along of sidewalk toward RBS on the top edge of the building. The propagation through trees in the location between both roads and also along the sidewalk, so that diffraction method used single knife-edge and Giovanelli knife-edge. The research that communication focused at variation of high building and transmit power. Analysis shown in percentage coverage area along the path MS. That percentage was getting increase with the power transmit 20 dbm until 40 dbm with following an increase of high building. The result, shown in some point at path MS that have high loss, become less an increase percentage coverage area RBS. The influence from that communication is because tress, atmospheric, and also distance communication. Keywords - Single-Knife-Edge,Giovanelli-Knife-Edge, 2.3 GHz, uplink, trees I. PENDAHULUAN Komunikasi MS (mobile station) terhadap RBS (Radio Base Station) menggunakan frekuensi 2.3 GHz, dimana RBS juga dapat diletakkan pada gedung. Pengguna MS (Mobile Station) dapat berkomunikasi di jalan, trotoar, dan sebagainya. Keberadaan pepohonan disekitar trotoar dapat mempengaruhi sistem komunikasi. Keberadaan pepohonan pada ruas jalan, utamanya daerah perkotaan yang memiliki gedung di sepanjang jalan, menjadikan keberadaan gedung yang dekat dengan jalan dapat digunakan sebagai tempat RBS (Radio Base Station). Keberhasilan komunikasi juga dipengaruhi oleh penggunaan frekuensi, diantaranya atmosfer. Seperti penelitian yang melakukan pengukuran WiMax di daerah perkotaan [1]. Selain itu, keberadaan pepohonan disekitar daerah MS mempengaruhi komunikasi. Beberapa metode untuk menunjukkan mekanisme difraksi, seperti metode knife-edge. Salah satu penelitian yang menggunakan metode single knife edge [2], berfokus pada analisa loss difraksi antara pemancar dan penerima pada lingkungan urban canyon menggunakan frekuensi milimeter wave. Ada juga sebuah penelitian lain yang berfokus pada pemecahan masalah multiple knife edge[3]. Kedua penelitian tersebut penentuan gain difraksi dari knifeedge juga menerapkan perhitungan Fresnel zone. Mekanisme difraksi knife edge diterapkan untuk perhitungan pengaruh pepohonan untuk sistem komunikasi MS terhadap RBS. Penelitian ini berfokus pada RBS yang diletakkan pada tepi gedung. Gedung memiliki berbagai macam ketinggian yang cukup untuk RBS, tanpa harus mendirikan tower. Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui besar pengaruh komunikasi pada kondisi uplink yang menggunakan frekuensi 2.3 GHz saat melewati rintangan pepohonan, atmosfer, dan juga jarak 94

komunikasi. Pengaruh ketinggian pepohonan yang berada pada tepi trotoar dan juga diantara kedua ruas jalan. Pepohonan tersebut juga diperhitungkan untuk komunikasi dari MS menuju RBS yang berada pada sisi ditepi gedung, dengan ketinggian gedung yang bervariasi. Komunikasi tersebut dapat diperhatikan akan menghadapi beberapa pohon, yang diperhitungkan menggunakan single knife edge, dan Giovanelli knife edge. Single knife edge digunakan untuk melewati satu rintangan pohon, dan Giovanelli knife edge lebih berfokus untuk dua rintangan pohon. Selama komunikasi, dilakukan penelitian dari variasi daya pancar, yaitu ketika 20 dbm, 25 dbm, 30 dbm, dan 40 dbm. Perbedaan daya pancar tersebut memberikan variasi dari seberapa besar persentase daerah yang tercakup selama komunikasi terjadi disepanjang lintasan. Variasi ketinggian gedung, juga mempengaruhi ketinggian RBS, semakin tinggi gedung maka peletakan RBS juga dapat diletakkan semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan menggunakan beberapa variasi dari ketinggian gedung yaitu 15 meter, 20 meter, dan 25 meter. Sehingga dapat diketahui pengaruh dari ketinggian gedung terhadap persentase daerah yang tercakup. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kualitas sinyal ketika dilakukan perubahan beberapa variasi daya pancar dan juga variasi dari ketinggian gedung, dimana ketinggian gedung tersebut sama dengan ketinggian RBS karena sesuai dengan peletakan RBS pada sisi tepi gedung. Selain itu untuk mengetahui besar persentase daerah tercakup pada lintasan MS. Komunikasi tersebut diperhitungkan menggunakan metode single knife edge, dan Giovanelli knife edge. II. A. Model Sistem Komunikasi METODOLOGI PENELITIAN Model penelitian menggunakan kondisi jalan yang memiliki trotoar pada kedua ruas jalan. Pada kedua ruasnya terdapat pepohonan yang akan dilakukan perhitungan. Selain pepohonan, model sistem komunikasi untuk penelitian juga memperhitungkan keberadaan RBS pada gedung, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Penelitian ini memodelkan sistem komunikasi dengan rintangan jalan raya yang dipenuhi dengan pepohonan, hal tersebut menjadikan komunikasi memiliki rintangan pepohonan. Pepohonan berada di tepi trotoar kedua ruas jalan. Ketinggian pepohonan memiliki keseragaman yaitu 7.5 meter, yang terdiri dari batang pohon setinggi 5 meter dan daun 2.5 meter. Jarak antar pohon di sepanjang trotoar sejauh 6 meter, seragam untuk semua jarak pepohonan tersebut. Pepohonan juga ada diantara kedua ruas jalan. Lebar setiap ruas jalan sejauh 6 meter, sehingga untuk kedua ruas jalan selebar 12 meter. Diantara kedua ruas juga terdapat pepohonan, dengan lebar 2 meter. Pada Gambar 1, juga terdapat gedung yang berdiri pada ruas kanan. Penelitian ini melakukan variasi ketinggian gedung yaitu 15 meter, 20 meter, dan 25 meter. Pada sisi tepi gedung sebelah atas dan paling ujung terdapat RBS, sehingga komunikasi dapat terjadi. Keberadaan satu gedung hanya untuk menunjukkan penempatan RBS pada model, sehingga tidak menempatkan banyak gedung di sekitar model. Gambar 1. Model Sistem Komunikasi Pada Jalan Raya Dengan Kondisi Pepohonan Dari Gambar 1 tersebut, model sistem komunikasi untuk penelitian dilakukan dari MS yang berjalan di trotoar berjarak 0.5 meter dari sisi kiri trotoar terhadap RBS yang berada di atas gedung. B. Atmosfer Gambar 2. Redaman Atmosfer [4] Frekuensi 2.3 GHz untuk sistem komunikasi juga dipengaruhi oleh atmosfer. Perhatikan pada Gambar 2 yang menunjukkan hubungan frekuensi dengan redaman atmosfer [4], karakteristik pressure: 1.013 hpa, temperature: 15, dan water vapour density: 7.5. Karakteristik tersebut diperhitungkan untuk komunikasi pada penelitian. 95

C. Knife Edge Pergerakan MS pada lintasan atau trotoar, selama komunikasi menuju RBS dapat terhalang oleh adanya pepohonan. MS yang bergerak di sepanjang lintasan, pada titik tertentu selama komunikasi dapat saja tidak terhalang pepohonan sama sekali, terhalang satu pohon, maupun terhalang dua pohon. Difraksi untuk terhalang satu pohon, dapat ditunjukkan pada persamaan (1) [5] 2 (1) Fresnel kirchhoff diffraction parameter, perhatikan persamaan 2, dan Gambar 3. [5] 20 log 0.5 0.62 20 log 0.5 exp 0.95 20 log 0.4 0.1184 0.38 0.1 / 20 log 0.222/ 0.8 0 0 1 1 2.4 2.4 Gambar 3. Difraksi Single Knife-Edge [5] Gambar 4. Difraksi Single Knife Edge, Parameter v [6] Gambar 5. Metode Giovanelli [6] (2) (3) (4) Pada Gambar 4 ditunjukkan difraksi single knifeedge dari parameter v. Untuk difraksi yang terhalang dua pohon diperhitungkan menggunakan Giovanelli knife edge [6], perhatikan Gambar 5. Gambar tersebut merupakan metode Giovanelli knife-edge, dengan sumber (T) dan penerima (R). Ketika sinar dari T mencapai pengamatan di R setelah melalui sudut alfa, perhatikan pada persamaan (3-5), untuk mendapatkan parameter v.,,,, D. Pathloss (5) Penelitian yang dilakukan pada kondisi uplink, dengan variasi daya pancar 20 dbm, 25 dbm, 30 dbm, dan 40 dbm, dan gain antenna RBS 3 db. Definisi pada persamaan (6) [7], diantaranya konstanta Boltzman (K), bandwidth (B), signal-tonoise ratio / yang dibutuhkan untuk deteksi, dan noise figure (F). Asumsi penelitian sebagai berikut: noise figure sebesar 7 db, menggunakan bandwidth 200 MHz. (6) 20 log 4 (7) Pada persamaan (7) [7], menunjukkan lamda, dan jarak komunikasi (d). Komunikasi tersebut menggunakan frekuensi 2.3 GHz. Selanjutnya dapat diakumulasi dengan pengaruh atmosfer, dan juga EIRP. Selanjutnya dapat menentukan daerah tercakup dari SNR pada lintasan MS atau pada trotoar. III. HASIL PENELITIAN Pada bagian ini menjelaskan hasil penelitian pergerakan MS di sepanjang trotoar yang berkomunikasi dengan RBS pada kondisi uplink, menggunakan variasi daya pancar mulai dari 20 dbm, 25 dbm, 30 dbm, 35 dbm, dan 40 dbm. Pada Gambar 6 menunjukkan hasil komunikasi dengan daya pancar 20 dbm ketika ketinggian gedung 15 meter. Komunikasi tersebut mendapatkan rintangan pepohonan, yang diperhitungkan menggunakan pathloss, single knife-edge, Giovanelli knife-edge, dan pengaruh atmosfer. Dari gambar terdapat titik-titik untuk setiap satu meternya. Garis dengan SNR tertinggi, merupakan titik-titik tertentu pada lintasan MS ketika terjadi pathloss. Garis dengan SNR terendah dan garis lainnya, merupakan titik-titik tertentu pada lintasan MS ketika terhalang pepohonan. 96

Untuk hasil dari variasi daya pancar 20 dbm, 25 dbm, 30 dbm, 35 dbm, dan 40 dbm ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar tersebut menunjukkan komunikasi ketika variasi ketinggian gedung 15 meter. Ketika MS bergerak pada titik 353 meter pada lintasan MS atau trotoar, dengan daya pancar 20 dbm, tinggi gedung 15 meter, menghasilkan lintasan propagasi sejauh 355.16 meter, yang diakumulasi karena ketinggian satu pohon yaitu berada ditengah kedua ruas jalan, diperoleh SNR -14.15 db. Pada titik yang sama dengan daya pancar 35 dbm diperoleh SNR 0.85 db. Ketika MS bergerak pada titik 454 meter menghasilkan lintasan propagasi sejauh 455.72 meter, yang diakumulasi karena ketinggian satu pohon yaitu berada di trotoar dekat MS, diperoleh SNR 5.94 db. Pada titik yang sama dengan daya pancar 35 dbm diperoleh SNR 20.94 db. Ketika MS bergerak pada titik 1 meter pada lintasan MS, menghasilkan lintasan propagasi sejauh 25.54 meter, yang diakumulasi karena ketinggian pohon dua buah yaitu ditunjukkan dengan besar 4.5, dan 5.1. Pada titik tersebut dari besar dan diakumulasi berdasarkan freznel zone, sehingga dihasilkan gainknife-edge 0 dbm dan SNR sebesar 37.69 db. Pada titik yang sama dengan daya pancar 35 dbm diperoleh 52.69 db. Hasil dari variasi daya pancar 20 dbm sampai 40 dbm dengan ketinggian gedung 20 meter ditunjukkan pada Gambar 8. Untuk daya pancar 20 dbm, ketika MS bergerak pada titik 353 menghasilkan lintasan propagasi sejauh 355.30 meter dengan SNR -13.90 db. Ketika MS bergerak pada titik 454 meter menghasilkan propagasi sejauh 455.83 meter dengan SNR 12.11 db. Ketika MS bergerak pada titik 1 meter menghasilkan propagasi sejauh 29.05 meter dengan SNR 36.58 db. Untuk daya pancar 40 dbm, ketika MS bergerak pada titik 353 menghasilkan SNR 6.09 db, titik 454 meter menghasilkan SNR 32.11 db, titik 1 meter menghasilkan SNR 56.59 db. Gambar 7. Variasi Daya Pancardengan Ketinggian Gedung 15 m Gambar 8. Variasi Daya Pancardengan Ketinggian Gedung 20 m Hasil dari variasi daya pancar 20 dbm sampai 40 dbm dengan ketinggian gedung 25 meter ditunjukkan pada Gambar 9. Untuk daya pancar 20 dbm, ketika MS bergerak pada titik 353 menghasilkan lintasan propagasi sejauh 355.58 meter dengan SNR -13.65 db. Ketika MS bergerak pada titik 454 meter menghasilkan propagasi sejauh 456.01 meter dengan SNR 12.62 db. Ketika MS bergerak pada titik 1 meter menghasilkan propagasi sejauh 33.19 meter dengan SNR 35.42 db. Untuk daya pancar 40 dbm, ketika MS bergerak pada titik 353 menghasilkan SNR 6.35 db, titik 454 meter menghasilkan SNR 32.62 db, titik 1 meter menghasilkan SNR 55.42 db. Gambar 10 menunjukkan komunikasi MS ke RBS dengan daya pancar 20 dbm. Hasil tersebut merupakan salah satu hasil komunikasi seperti pada Gambar 5, namun pada Gambar 10 tersebut ditunjukkan dengan hasil SNR diatas 12 db. Untuk hasil lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 6. Daya Pancar 20 dbm Dengan Ketinggian Gedung 15 m. 97

persentase terendah diperoleh saat ketinggian gedung 15 meter sebesar 57.6%, ketika 20 meter sebesar 74%, dan ketika 25 meter sebesar 76.8%. Persentase daerah tercakup ketika daya pancar 40 dbm, dengan ketinggian gedung 15 meter sebesar 84.8%, ketinggian gedung 20 meter sebesar 85%, dan ketinggian gedung 25 meter sebesar 85.4%. Gambar 9. Variasi Daya Tx Ketika Ketinggian Rx 25 m Gambar 10. Daya Pancar 20 Dbm Ketika Ketinggian Gedung 15 m SNR Diatas Threshold Gambar 11. Persentase Daerah Tercakup Dengan SNR Diatas Threshold Gambar 11 menunjukkan persentase daerah yang tercakup dari titik-titik di sepanjang lintasan MS. Besar persentase diperoleh dari SNR yang didapatkan selama komunikasi terjadi di sepanjang lintasan. Gambar tersebut terdiri dari tiga garis yang menunjukkan ketinggian gedung mulai dari 15 meter, 20 meter, dan 25 meter. Ketika daya pancar 20 dbm, IV. PEMBAHASAN Sistem komunikasi dari MS ke satu RBS menggunakan frekuensi 2.3 GHz, dimana pengguna MS yang berjalan di trotoar harus melalui kondisi lingkungan dengan banyak pohon, atmosfer, dan jarak komunikasi. Letak RBS berada pada sisi tepi gedung. Penelitian melakukan pengujian pada beberapa variasi daya pancar, dan juga beberapa variasi ketinggian gedung. Sebagai hasil akhirnya ditunjukkan dengan besar persentase daerah tercakup dari lintasan MS. Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, salah satu data pergerakan MS yaitu jarak 454 meter, ketika daya pancar 20 dbm dengan berbagai macam variasi ketinggian RBS yang terletak di atas tepi gedung. Untuk ketinggian gedung 15 meter diperoleh SNR 12.11, untuk ketinggian gedung 20 meter diperoleh SNR 12.11, untuk ketinggian gedung 25 meter diperoleh SNR 12.62. Dari data tersebut menunjukkan semakin tinggi keberadaan RBS maka terjadi peningkatan kualitas sinyal yang diterima oleh MS. Ketika daya pancar 40 dbm dengan jarak pergerakan MS yang sama, untuk ketinggian gedung 15 meter didapat SNR 32.11, untuk ketinggian gedung 20 meter didapat SNR 32.11, dan untuk ketinggian gedung 25 meter didapat SNR 32.62. Dari data tersebut menunjukkan semakin tinggi keberadaan RBS maka terjadi peningkatan kualitas sinyal yang diterima oleh MS. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kualitas SNR ketika daya pancar 20 dbm hingga 40 dbm, seperti data berikut yang ditunjukkan pada pergerakan MS pada titik 454 meter dengan daya pancar 20 dbm dan ketinggian gedung 25 meter menghasilkan SNR 12.62, ketika daya pancar 40 dbm dan ketinggian gedung 25 meter menghasilkan SNR 32.62. Berdasarkan dari hasil penelitian, persentase daerah tercakup menunjukkan peningkatan yang dibuktikan dari beberapa data berikut. Ketika daya pancar 20 dbm dengan ketinggian gedung 15 meter menghasilkan daerah tercakup sebesar 57.6 persen, dan untuk ketinggian gedung 25 meter, daerah tercakup sebesar 76.8 persen. Kemudian ketika daya pancar 40 dbm dengan ketinggian gedung 15 meter, daerah tercakup sebesar 84.8 persen, dan untuk ketinggian gedung 25 meter, daerah tercakup sebesar 85.4 persen. Data tersebut menunjukkan semakin banyaknya daerah yang tercakup pada lintasan MS. Meningkatnya persentase MS selain pengaruh dari 98

meningkatnya besar daya pancar, juga pengaruh dari ketinggian gedung dimana RBS berada. V. PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian, sistem komunikasi menggunakan frekuensi 2.3 GHz pada kondisi uplink melewati rintangan pepohonan, atmosfer, dan jarak komunikasi, menunjukkan peningkatan daerah tercakup untuk komunikasi seiring dengan peningkatan daya pancar dan ketinggian gedung. Hal tersebut dibuktikan dari besarnya persentase daerah tercakup pada lintasan MS, seperti daya pancar 20 dbm untuk ketinggian gedung 15 meter, daerah tercakupnya sebesar 57.6%, hingga daya pancar 40 dbm untuk ketinggian gedung 25 meter, daerah tercakupnya sebesar 85.4%. Hal tersebut menunjukkan kualitas sistem komunikasi dari MS terhadap RBS menjadi lebih baik. DAFTAR PUSTAKA [1] C. Dalela, M.V.S.N. Prasad, P.K. Dalela, dan R. Saraf, Analysis of WiMax Radio Measurements and Comparison with some Models Over Dense Urban Western India at 2.3 GHz, IEEE Antennas and Wireless Propagation, Vol. 10, 2011. [2] B. Malila, O. Falowo, dan N. Ventura, Millimeter Wave Small Cell Backhaul, AFRICON: IEEE, 2015. [3] H. Oraizi, dan S. Hosseinzadeh, Radio-Wave- Propagation Modeling in the Presence of Multiple Knife Edges by the Bidirectional Prabolic-Equation Method, IEEE Transactions on Vehicular Technology, vol. 56, no.3, May, 2007. [4] ITU-R Radio Communication Sector of ITU (Attenuation by atmospheric gases), ITU-R P.676-10, Geneva: Electronic Publication, 2013. [5] A. Goldsmith, Wireless Communications, Cambridge University Press, 2005. [6] J.D. Parsons, The Mobile Radio Propagation Channel Second Edition, England: John Wiley&Sons, ISBN 0-470-84152-4, 2000. [7] J.S. Seybold, Introduction to RF Propagation, New Jersey: John Wiley&Sons, 2005. 99