Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

PENERAPAN ISO 9001:2000 PADA TINGKAT PENJUALAN PRODUK CPO, HARGA PRODUK CPO DAN KEUNTUNGAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V RIAU

3.2. Jenis dan Sumber Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA ANDRI VENO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

FAKTOR YANG MENENTUKAN HARGA REFERENSI DAERAH (HRD) JAGUNG DI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

PERAN PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR MINYAK SAWIT MENTAH DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

Kata kunci: China ASEAN Free Trade Area (CAFTA), ekspor, impor, volume, harga

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

IV. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

ANALISIS KOMPARASI DISTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI JERUK DAN USAHATANI KOPI DI KABUPATEN KARO

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gabriella Claudia Edy Yulianto M. Kholid Mawardi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

IV. METODE PENELITIAN

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF EKSPOR PRODUK BERBASIS KELAPA SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA ABSTRAK

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

ANALISIS KOMPARASI DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA TERHADAP VIETNAM DAN MALAYSIA DI PASAR ASEAN

STEVIA ISSN No Vol. III No. 01-Januari 2013

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini pengembangan sektor pertanian di Indonesia masih tetap strategis.

DAYA SAING KARET ALAM INDONESIA DI PASAR DUNIA COMPETITIVENESS OF INDONESIAN NATURAL RUBBER AT WORLD MARKET

PENGARUH PEMBERLAKUAN PAJAK EKSPOR TERHADAP HARGA DOMESTIK BIJI KERING KAKAO SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

Analisis Daya Saing Biji Kakao (Cocoa beans) Indonesia di Pasar Internasional

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

ANALISIS PANGSA PASAR DAN DAYA SAING CPO INDONESIA DI UNI EROPA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA TERHADAP EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DI PROVINSI JAWA TENGAH

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Bea dan Cukai (Instansi Kepabeanan di Indonesia), secara filosofis

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL

Pengaruh Jumlah Produksi, Harga Ekspor, Dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Ekspor Batu Bara Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Lina Yanti *) dan Widyastutik *)1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *)

Transkripsi:

ANALISIS TINGKAT DAYA SAING KARET INDONESIA Riezki Rakhmadina 1), Tavi Supriana ), dan Satia Negara Lubis 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU ) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp. 0831946331, E-Mail: riezki.rakhmadina@yahoo.com ABSTRAK Perkembangan dan meningkatnya produksi karet Indonesia serta permintaan dunia terhadap karet menjadikan peluang bagi Indonesia untuk menempatkan diri sebagai negara produsen utama karet di dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan besarnya tingkat daya saing karet Indonesia dibandingkan dengan negara Thailand ditinjau dari jumlah produksi, konsumsi, ekspor, impor dari tahun 007-011. Metode penelitian yang digunakan dengan Uji Beda ratarata dengan menggunakan Uji Mann-Whitney. Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan ada perbedaan yang nyata jumlah produksi karet alam dan karet sintetis; jumlah impor karet alam; jumlah ekspor karet alam dan karet sintetis; serta daya saing ekspor karet antara negara Indonesia dengan negara Thailand. Tidak ada perbedaan yang nyata jumlah konsumsi karet alam dan karet sintetis; jumlah impor karet sintetis antara negara Indonesia dengan negara Thailand. Kata kunci: tingkat daya saing karet, jumlah produksi karet, jumlah konsumsi karet, jumlah impor karet, dan jumlah ekspor karet ABSTRACT Development and production of rubber Indonesia increased global demand for rubber and creates the opportunity for Indonesia to put itself as a major producer of rubber in the world. The purpose of this study was to compare the level of competitiveness of Indonesian rubber with the Thai state in terms of total production, consumption, exports, imports from the year 007 to 011. The method used to test mean differences was the Mann-Whitney test. Based on the result of research there are significant differences in total production natural rubber and synthetic rubber; total natural rubber import, total natural rubber and synthetic rubber export, competitiveness of Indonesian rubber exports between the countries of Thailand. That there is no real difference between total natural rubber and synthetic rubber consumption; imports of synthetic rubber between Indonesia and Thailand countries. Keywords: level of competitiveness rubber, total rubber production, total consumption of rubber, total rubber imports and total exports rubber.

PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor unggulan yang dapat menghasilkan devisa negara yang cukup besar. Beberapa komoditi hasil perkebunan yang menjadi unggulan di Indonesia antara lain: karet, kelapa sawit, kakao, kopi, teh, dan sebagainya. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (004) salah satu komoditas yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia adalah karet dan hasil olahan karet di samping CPO yang tetap menjadi primadona ekspor. Produksi karet alam Indonesia yang cukup besar dan layak untuk diperhitungkan dalam pasar internasional. Indonesia merupakan negara penghasil karet alam terbesar di dunia setelah Thailand. Potensi karet alam Indonesia yang melimpah merupakan suatu sumber daya yang potensial untuk dikembangkan. Karet alam dapat diolah menjadi barang-barang untuk menunjang aktivitas masyarakat. Hasil olahan karet tersebut dapat digunakan baik secara langsung atau melalui proses industri lebih lanjut agar nilai tambah dari produk tersebut meningkat (Budiman, 004). Menurut data International Rubber Study Groups (IRSG) (008), konsumsi karet alam dunia meningkat sebesar 4,93% selama periode 001-007. Konsumsi karet alam dunia lebih besar dibandingkan peningkatan produksi karet alam. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan. Peningkatan konsumsi karet alam dunia juga terjadi karena perkembangan industri-industri barang jadi karet dunia. Permintaan karet alam yang tinggi memberi pengaruh terhadap perkembangan pasar karet alam dunia. Karet remah digunakan sebagai bahan baku industri hilir yang memproduksi barang-barang kebutuhan masyarakat seperti ban. Industri karet remah tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Keberadaan industri karet remah tersebut menjadi salah satu penyedia lapangan pekerjaan bagi masyarakat (Tim Penulis PS, 1999).

Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas perumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana jumlah produksi karet Indonesia apabila dibandingkan dengan negara Thailand dari tahun 007-011?. Bagaimana jumlah konsumsi karet Indonesia apabila dibandingkan dengan negara Thailand dari tahun 007-011? 3. Bagaimana jumlah impor karet Indonesia apabila dibandingkan dengan negara Thailand dari tahun 007-011? 4. Bagaimana jumlah ekspor karet Indonesia apabila dibandingkan dengan negara Thailand dari tahun 007-011? 5. Bagaimana tingkat daya saing ekspor karet Indonesia apabila dibandingkan dengan negara Thailand dari tahun 007-011? Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk membandingkan besarnya jumlah produksi karet Indonesia apabila dibandingkan dengan negara Thailand dari tahun 007-011.. Untuk membandingkan besarnya jumlah konsumsi karet Indonesia apabila dibandingkan dengan negara Thailand dari tahun 007-011. 3. Untuk membandingkan besarnya jumlah impor karet Indonesia apabila dibandingkan dengan negara Thailand dari tahun 007-011. 4. Untuk membandingkan besarnya jumlah ekspor karet Indonesia apabila dibandingkan dengan negara Thailand dari tahun 007-011. 5. Untuk membandingkan besarnya tingkat daya saing ekspor karet Indonesia apabila dibandingkan dengan negara Thailand dari tahun 007-011.

TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Teori Porter Menurut Porter (1990), suatu negara memperoleh keunggulan daya saing jika perusahaan (yang ada di negara tersebut) kompetitif. Daya saing suatu negara ditentukan oleh kemampuan industri melakukan inovasi dan meningkatkan kemampuannya perusahaan memperoleh daya saing karena tekanan dan tantangan. Konsep Daya Saing Tingkat daya saing suatu negara di kancah perdagangan internasional, pada dasarnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu: faktor keunggulan komparatif (comparative advantage) dan faktor keunggulan kompetitif (competitive advantage) (Apidar,009). Konsep Ekspor Menurut Sadono Sukirno (004), ekspor merupakan bagian dari perdagangan internasional. Ekspor dimungkinkan karena beberapa kondisi antara lain: Adanya kelebihan dalam negeri, sehingga kelebihan tersebut dapat dijual keluar negeri melalui kebijaksanaan ekspor Adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk walaupun produk tersebut karena adanya kekurangan produk dalam negeri Adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan keluar negeri dari pada penjualan di dalam negeri, karena harga dipasar dunia lebih menguntungkan Adanya barter produk tertentu dengan produk lain yang diperuntukkan dan tidak dapat diproduksi dalam negeri Adanya kebijaksanaan ekspor yang bersifat politik. Review Peneliti Terdahulu Hasil penelitian Pramusintho (009) menunjukkan (1) karet alam Indonesia dan Thailand memiliki keunggulan komparatif dan memiliki daya saing yang tinggi di pasar internasional. Daya saing karet alam Malaysia lebih rendah

dibanding Indonesia dan Thailand, serta tidak memiliki keunggulan komparatif. () Daya saing karet alam Indonesia cenderungan meningkat dan pangsa ekspor karet alam Indonesia unggul di pasar Amerika Serikat. (3) Berdasarkan Indeks ISP, posisi Indonesia dan Thailand kuat dalam merebut pangsa pasar ekspor karet alam, negara Indonesia dan Thailand merupakan net export karet alam (trade oriented), serta komoditas karet alam Indonesia dan Thailand berada pada tahap kemandirian. (4) Posisi Malaysia lemah dalam merebut pangsa ekspor karet alam (nontrade oriented) atau sebagai importir karet alam, serta komoditi karet alam Malaysia berada pada tahap subtitusi impor. METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian dipilih secara purposive atau secara sengaja yaitu negara Indonesia dan negara Thailand. Kedua negara dipilih karena negara Thailand dan negara Indonesia merupakan negara penghasil komoditi karet peringkat pertama dan kedua. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan di dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data runtut waktu (time series) dari tahun 007 hingga 011. Data sekunder ini diperoleh dari instansi dan dinas terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara, Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO), Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara serta literatur-literatur lain seperti jurnal dan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Metode Analisis Data Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dilakukan analisis dengan dua tahap. Tahap pertama untuk menganalisis identifikasi masalah dengan menggunakan perhitungan tingkat daya saing ekspor karet yaitu sebagai berikut (Amir, 1993) : NXS = Xi Xw

Keterangan: NXS : Net Export Share Xi : Total ekspor produk negara Xw : Total Ekspor produk dunia Setelah dilakukan perhitungan daya saing ekspor dilakukan tahap kedua, identifikasi masalah dianalisis dengan uji beda rata-rata (compare means). Dalam penelitian ini yang akan dibandingkan adalah negara Indonesia dan negara Thailand dengan menggunakan uji Mann-Whitney (U test) pada SPSS. Uji Mann- Whitney (U test) merupakan alternatif bagi uji-t dan bersifat independen. Statistik uji yang digunakan untuk menghitung jumlah produksi karet antara negara Indonesia dengan negara Thailand adalah sebagai berikut: U 1 = n 1 n + n 1(n 1 +1) - R 1 Keterangan : U = n 1 n + n (n +1) U 1 : Jumlah Produksi negara Thailand n 1 : Sampel negara Thailand R 1 : Ranking negara Thailand U : Jumlah Produksi negara Indonesia n : Sampel negara Indonesia R : Ranking negara Indonesia Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut: - R H o : Tidak ada perbedaan yang nyata jumlah produksi karet antara negara Indonesia H 1 Ada perbedaan yang nyata jumlah produksi karet antara negara Indonesia Kriteria pengambilan keputusan adalah: Jika signifikansi > 0,05 maka H o diterima Jika signifikansi < 0,05 H o ditolak

Statistik uji yang digunakan untuk menghitung jumlah konsumsi karet antara negara Indonesia dengan negara Thailand adalah sebagai berikut: Keterangan : U 1 = n 1 n + n 1(n 1 +1) U = n 1 n + n (n +1) U 1 : Jumlah Konsumsi negara Thailand n 1 : Sampel negara Thailand R 1 : Ranking negara Thailand U : Jumlah Konsumsi negara Indonesia n : Sampel negara Indonesia R : Ranking negara Indonesia Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut: - R 1 - R H o : Tidak ada perbedaan yang nyata jumlah konsumsi karet antara negara Indonesia H 1 Ada perbedaan yang nyata jumlah konsumsi karet antara negara Indonesia Kriteria pengambilan keputusan adalah: Jika signifikansi > 0,05 maka H o diterima Jika signifikansi < 0,05 H o ditolak Statistik uji yang digunakan untuk menghitung jumlah impor karet antara negara Indonesia dengan negara Thailand adalah sebagai berikut: Keterangan : U 1 : Jumlah Impor negara Thailand n 1 : Sampel negara Thailand R 1 : Ranking negara Thailand U : Jumlah Impor negara Indonesia n : Sampel negara Indonesia R : Ranking negara Indonesia U 1 = n 1 n + n 1(n 1 +1) U = n 1 n + n (n +1) - R 1 - R

Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut: H o : Tidak ada perbedaan yang nyata jumlah impor karet antara negara Indonesia H 1 Ada perbedaan yang nyata jumlah impor karet antara negara Indonesia Kriteria pengambilan keputusan adalah: Jika signifikansi > 0,05 maka H o diterima Jika signifikansi < 0,05 H o ditolak Statistik uji yang digunakan untuk menghitung jumlah ekspor karet antara negara Indonesia dengan negara Thailand adalah sebagai berikut: Keterangan : U 1 : Jumlah Ekspor negara Thailand n 1 : Sampel negara Thailand R 1 : Ranking negara Thailand U 1 = n 1 n + n 1(n 1 +1) U = n 1 n + n (n +1) U : Jumlah Ekspor negara Indonesia n : Sampel negara Indonesia R : Ranking negara Indonesia Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut: - R 1 - R H o : Tidak ada perbedaan yang nyata jumlah ekspor karet antara negara Indonesia H 1 Ada perbedaan yang nyata jumlah ekspor karet antara negara Indonesia Kriteria pengambilan keputusan adalah: Jika signifikansi > 0,05 maka H o diterima Jika signifikansi < 0,05 H o ditolak

Statistik uji yang digunakan untuk menghitung tingkat daya saing ekspor karet antara negara Indonesia dengan negara Thailand adalah sebagai berikut: Keterangan : U 1 = n 1 n + n 1(n 1 +1) U = n 1 n + n (n +1) - R 1 - R U 1 : Tingkat daya saing ekspor karet negara Thailand n 1 : Sampel negara Thailand R 1 : Ranking negara Thailand U : Tingkat daya saing ekspor karet negara Indonesia n : Sampel negara Indonesia R : Ranking negara Indonesia Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut: H o : Tidak ada perbedaan yang nyata tingkat daya saing ekspor karet antara negara Indonesia H 1 Ada perbedaan yang nyata tingkat daya saing ekspor karet antara negara Indonesia Kriteria pengambilan keputusan adalah: Jika signifikansi > 0,05 maka H o diterima Jika signifikansi < 0,05 H o ditolak HASIL DAN PEMBAHASAN Perbandingan Jumlah Produksi Karet Alam Dari hasil uji Mann-Whitney terlihat bahwa nilai Asymp Sig = 0.009. Maka keputusan yang diambil adalah H o ditolak. Artinya ada perbedaan yang nyata jumlah produksi karet alam antara negara Indonesia dengan negara Thailand. Rata-rata jumlah produksi karet alam negara Thailand lebih besar dari rata-rata jumlah produksi karet alam negara Indonesia yaitu 3191, > 73,84. Perbandingan Jumlah Produksi Karet Sintetis 0.009. Maka keputusan yang diambil adalah H o ditolak. Artinya ada perbedaan yang nyata jumlah produksi sintetis antara negara Indonesia dengan negara

Thailand. Rata-rata jumlah produksi karet sintetis negara Thailand lebih besar dari rata-rata jumlah produksi karet sintetis negara Indonesia yaitu 19,66 > 48,5. Perbandingan Jumlah Konsumsi Karet Alam 0.51. Maka keputusan yang diambil adalah H o diterima. Artinya tidak ada perbedaan yang nyata jumlah konsumsi karet alam antara negara Indonesia Rata-rata jumlah konsumsi karet alam negara Thailand lebih kecil dari rata-rata jumlah konsumsi karet alam negara Indonesia yaitu 403,4 < 48. Perbandingan Jumlah Konsumsi Karet Sintetis 0.465. Maka keputusan yang diambil adalah H o diterima. Artinya tidak ada perbedaan yang nyata jumlah konsumsi karet sintetis antara negara Indonesia Rata-rata jumlah konsumsi karet sintetis negara Thailand lebih besar dari rata-rata jumlah konsumsi karet sintetis negara Indonesia yaitu 7,6 > 3,68. Perbandingan Jumlah Impor Karet Alam 0.009. Maka keputusan yang diambil adalah H o ditolak. Artinya ada perbedaan yang nyata jumlah impor karet alam antara negara Indonesia dengan negara Thailand. Rata-rata jumlah impor karet alam negara Thailand lebih kecil dari ratarata jumlah impor karet alam negara Indonesia yaitu 4,1 < 13,7. Perbandingan Jumlah Impor Karet Sintetis 0.116. Maka keputusan yang diambil adalah H o diterima. Artinya tidak ada perbedaan yang nyata jumlah impor karet sintetis antara negara Indonesia dengan negara Thailand. Rata-rata jumlah impor karet sintetis negara Thailand lebih besar dari rata-rata jumlah impor karet sintetis negara Indonesia yaitu 48,8 > 197. Perbandingan Jumlah Ekspor Karet Alam Dari hasil uji Mann-Whitney di atas terlihat bahwa nilai Asymp. Sig. = 0.009. Maka keputusan yang diambil adalah H o ditolak. Artinya ada perbedaan yang nyata jumlah ekspor karet alam antara negara Indonesia dengan negara

Thailand. Rata-rata jumlah ekspor karet alam negara Thailand lebih besar dari rata-rata jumlah ekspor karet alam negara Indonesia yaitu 784,6 > 343,1. Perbandingan Jumlah Ekspor Karet Alam Dari hasil uji Mann-Whitney di atas terlihat bahwa nilai Asymp. Sig. = 0.009. Maka keputusan yang diambil adalah H o ditolak. Artinya ada perbedaan yang nyata jumlah ekspor karet alam antara negara Indonesia dengan negara Thailand. Rata-rata jumlah ekspor karet alam negara Thailand lebih besar dari rata-rata jumlah ekspor karet alam negara Indonesia yaitu 784,6 > 343,1. Perbandingan Jumlah Ekspor Karet Sintetis 0.009. Maka keputusan yang diambil adalah H o ditolak. Artinya ada perbedaan yang nyata jumlah ekspor karet sintetis antara negara Indonesia dengan negara Thailand. Rata-rata jumlah ekspor karet sintetis negara Thailand lebih besar dari rata-rata jumlah ekspor karet sintetis negara Indonesia yaitu 144,34 > 1,76. Perbandingan Daya Saing Ekspor Karet 0.009. maka keputusan yang diambil adalah H o ditolak. Artinya ada perbedaan yang nyata daya saing ekspor karet antara negara Indonesia dengan negara Thailand. Rata-rata daya saing ekspor karet negara Thailand lebih besar dari ratarata daya saing ekspor karet negara Indonesia yaitu 0,383 > 0,318. Pembahasan Analisis Perbandingan Produksi, Konsumsi, Impor, dan Ekspor Karet Thailand dan Indonesia Hasil analisis perbandingan produksi, konsumsi, impor dan ekspor karet Thailand dan Indonesia disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1.Perbandingan Produksi, Konsumsi, Impor, dan Ekspor Karet Thailand dan Indonesia Pembanding Rata-rata Selisih Uji Mann-Whitney Thailand Indonesia Produksi Karet Alam 3191, 73,84 458,38 Produksi Karet Sintetis 19,66 48,5 144,16 Konsumsi Karet Alam 403,4 48-4,6 Konsumsi Karet Sintetis 7,6 3,68 48,58 Impor Karet Alam 4,1 13,7-9,6 Impor Karet Sintetis 48,8 197 51,8 Ekspor Karet Alam 784,6 343,1 441,48 Ekspor Karet Sintetis 144,34 1,76 1,58 Daya Saing Ekspor Karet 0,383 0,318 0,065 Asymp Sig = 0.009 < Asymp Sig = 0.009 < Asymp Sig = 0.51 > Asymp Sig = 0.465 > Asymp Sig = 0.009 < Asymp Sig = 0.116 < Asymp Sig = 0.009 < Asymp Sig = 0.009 < Asymp Sig = 0.009 < KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari analisis yang dilakukan terhadap tingkat daya saing karet Indonesia dan Thailand maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan yang nyata jumlah produksi karet alam dan karet sintetis antara negara Indonesia. Tidak ada perbedaan yang nyata jumlah konsumsi karet alam dan karet sintetis antara negara Indonesia 3. Ada perbedaan yang nyata jumlah impor karet alam antara negara Indonesia dengan negara Thailand dan tidak ada perbedaan yang nyata jumlah impor karet sintetis antara negara Indonesia 4. Ada perbedaan yang nyata jumlah ekspor karet alam dan karet sintetis antara negara Indonesia 5. Ada perbedaan yang nyata daya saing ekspor karet antara negara Indonesia Saran Diharapkan kepada pemerintah melalui badan-badannya seperti Direktorat Jendral Perkebunan, Dinas perindustrian dan Perdagangan, serta badan-badan lainnya yang terkait dengan persaingan karet Indonesia diharapkan untuk lebih

mendukung dan mewadahi dalam peningkatan persaingan karet di Indonesia melalui peraturan-peraturan serta kebijakan-kebijakannya guna meningkatkan hasil produktivitas yang dapat membantu dalam peningkatan devisa dan penerimaan negara. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis tingkat daya saing karet Indonesia guna memperoleh data yang lebih akurat mengenai persaingan karet di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Amir. 1993. Ekspor Impor Teori dan Penerapannya. PT. Ikrar Mandiri abdi. Jakarta Apridar. 009. Ekonomi Internasional Sejarah, Teori, konsep, dan Permasalahan Dalam Aplikasinya. Graha Ilmu. Yogyakarta Ditjen BN Perkebunan. 004. Statistik Perkebunan Indonesia 00-003. Karet. Departemen Perkebunan. Direktorat Jendral Perkebunan Bina Produksi Perkebunan. Jakarta. Budiman, A. F. S. 004. The Global NR Industry: Corrent Development and Future Prospects. Jakarta. International Rubber Study Group (IRSG). 008. Rubber Statistical Bulletin Vol. 66, No. 7-9. International Rubber Study Group. Porter, M. E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. Free Press. New York. Sukirno, Sadono. 004. Pengantar Ekonomi Makro. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Tim Penulis PS. 1999. Karet: Strategi Pemasaran, Budidaya dan Pengolahan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.