BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Salah satu proses

BAB II LANDASAN TEORI. mengontrol diri sendiri. Self regulation merupakan penggunaan suatu proses yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Syah (2006), belajar adalah tahapan perubahan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

BAB II LANDASAN TEORI. Zimmerman & Martinez Pons, (1990) menyatakan bahwa self regulated

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI. emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan

BAB II LANDASAN TEORI. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut pendapat Ryff (Widyati Ama & Utami, 2012) psychological well

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Tidak dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Santrock (Komalasari, 2005) mengatakan self regulatory learning

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Teori dan penelitian mengenai self regulated learning mulai muncul

Hubungan antara Self Regulated Learning Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Pembelajaran Matematika Pada Siswa SMUN 53 Di Jakarta Timur.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. mengenai bagaimana individu menjadi regulator atau pengatur bagi dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. paradigma lama. Para paradigma baru mahasiswa menjadi active learner. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang bervariasi. Manusia terkadang merasa semangat untuk melakukan sesuatu dan

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. mengerti fisika secara luas, maka harus dimulai dengan kemampuan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Siswa. yang belum dapat dikatakan dewasa, ia memerlukan seseorang untuk

REGULASI BELAJAR PADA MAHASISWA PSIKOLOGI. Ermida Simanjuntak Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pembangunan bangsa dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP N 1 TAMBUN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Penerapan Metode Cooperative Learning Model Jigsaw Pada Layanan Bimbingan Klasikal...

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara Harfiah self regulated learning terdiri atas dua kata, yaitu self

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

kebutuhan khusus seperti itu saja, bisa terjadi juga pada anak yang sulit bersosialisasi dengan banyak orang. Anak dengan kesulitan sosialisasi sepert

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun

MODEL PEMBELAJARAN WEB ENHANCE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. banyak perusahaan yang menuntut pegawainya berpendidikan minimal sarjana,

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY PESERTA D IDIK D ALAM MENGHAFAL AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian self regulated learning. social dari bbandura. Menurut teori triadic kognisi social, manusia

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG IKLIM KELAS DENGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING SISWA SMA NEGERI 2 KOTA TANGERANG SELATAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mencapai tujuan pembangunan, karena sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. seolah tidak kunjung selesai bahkan muncul permasalahan lain. Hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I. Pendahuluan. lebih kompetitif ( Pemerintah Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Fatma Nurmulia, 2015 ANALISIS KEYAKINAN DAN KEMANDIRIAN GURU TENTANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). SBMPTN 2013 merupakan satu-satunya pola seleksi nasional yang

Educational Psychology Journal

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

DAMPAK MODEL PEMBELAJARAN AGT Re-Con TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SELF REGULATED LEARNING SISWA MTs

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan perilaku mengabaikan tugas di kelas pada anak ADHD. Peneliti memberikan intervensi berupa video

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. SELF REGULATED LEARNING 1. Pengertian Self-Regulated Learning Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) mengatakan bahwa self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara sistematik mengarahkan perilaku dan kognisinya dengan cara memberi perhatian pada instruksi tugas tugas, melakukan proses dan mengintegrasikan pengetahuan, mengulang-ulang informasi untuk diingat serta mengembangkan dan memelihara keyakinan positif tentang kemampuan belajar (self-efficacy) dan mampu mengantisipasi hasil belajarnya. Zimmerman (Woolfolk, 2004) mengatakan bahwa self-regulation merupakan sebuah proses dimana seseorang peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan. Ketika tujuan tersebut meliputi pengetahuan maka yang dibicarakan adalah self-regulated learning. Self-regulated learning dapat berlangsung apabila peserta didik secara sistematis mengarahkan perilakunya dan kognisinya dengan cara memberi perhatian pada instruksi-instruksi, tugas-tugas, melakukan proses dan menginterpretasikan pengetahuan, mengulang-ulang informasi untuk mengingatnya serta mengembangkan dan memelihara keyakinannya positif tentang kemampuan belajar dan mampu mengantisipasi hasil belajarnya (Zimmerman dalam Schunk & Zimmerman, 1989). Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning adalah proses bagaimana

seorang peserta didik mengatur pembelajarannya sendiri dengan mengaktifkan kognitif, afektif dan perilakunya sehingga tercapai tujuan belajar. 2. Perkembangan Self-Regulated Learning Schunk dan Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) mengemukakan model perkembangan self-regulated learning. Berkembangnya kompetensi self-regulated learning dimulai dari beberapa faktor yaitu: a) Pengaruh sumber sosial: Berkaitan dengan informasi mengenai akademik yang di peroleh dari lingkungan teman sebaya. b) Pengaruh lingkungan: Berkaitan dengan orang tua dan lingkungannya, sehingga peserta didik dapat menetapkan rencana dan tujuan akademiknya secara maksimal. c) Pengaruh personal atau diri sendiri. Berkaitan dengan diri sendiri peserta didik yang memiliki andil untuk memunculkan dorongan bagi dirinya sendiri untuk mencapai tujuan belajarnya. Di dalam faktor-faktor ini terdapat beberapa level berkembangnya self regulated learning. a. Level pengamatan (observasional) Peserta didik yang baru awalnya memperoleh hampir seluruh strategistrategi belajar dari proses pengajaran, pengerjaan tugas, dan dorongan dari lingkungan sosial. Pada level pengamatan ini, sebagian peserta didik dapat menyerap ciri-ciri utama strategi belajar dengan mengamati model, walaupun hampir seluruh peserta didik membutuhkan latihan untuk menguasai kemampuan self-regulated learning. b. Level pesamaan (emultive)

Pada level ini peserta didik menunjukkan performansi yang hampir sama dengan kondisi umum dari model. Peserta didik tidak secara langsung meniru model, namun mereka berusaha menyamai gaya atau pola-pola umum saja. Oleh karena itu, mereka mungkin menyamai tipe pertanyaan model tapi tidak meniru kata-kata yang digunakan oleh model. c. Level kontrol diri (self-controlled) Peserta didik sudah menggunakan dengan sendiri strategi-strategi belajar ketika mengerjakan tugas. Strategi-strategi yang digunakan sudah terinternalisasi, namun masih dipengaruhi oleh gambaran standar performansi yang ditujukan oleh model dan sudah menggunakan proses self-reward. d. Level pengaturan diri Level ini merupakan level terakhir dimana peserta didik mulai menggunakan strategi-strategi yang disesuaikan dengan situasi dan termotivasi oleh tujuan serta self-efficacy untuk berprestasi. Peserta didik memilih kapan menggunakan strategi-strategi khusus dan mengadaptasinya untuk kondisi yang berbeda, dengan sedikit petunjuk dari model atau tidak ada. 3. Strategi self-regulated learning Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) ditemukan empat belas strategi self-regulated learning sebagai berikut: 1. Evaluasi terhadap diri (self-evaluating) Merupakan inisiatif peserta didik dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas dan kemajuan pekerjaannya. 2. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming)

Peserta didik mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan meningkatkan efektivitas proses belajar. Perilaku ini dapat bersifat covert dan overt. 3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning) Strategi ini merupakan pengaturan peserta didik terhadap tugas, waktu, dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan tersebut. 4. Mencari informasi (seeking information) Peserta didik memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas. 5. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring) Peserta didik berusaha mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan topik yang dipelajari. 6. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring) Peserta didik berusaha mengatur lingkungan belajar dengan cara tertentu sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih baik. 7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating Peserta didik mengatur atau membayangkan reward dan punisment bila sukses atau gagal dalam mengerjakan tugas atau ujian. 8. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing) Peserta didik berusaha mengingat bahan bacaan dengan perilaku overt dan covert. 9. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance) Bila menghadapi masalah yang berhubungan dengan tugas yang sedang dikerjakan, peserta didik meminta bantuan teman sebaya. 10. Meminta bantuan guru/pengajar (seek teacher assistance)

Bertanya kepada guru di dalam atau pun di luar jam belajar dengan tujuan untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan baik. 11. Meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance) Meminta bantuan orang dewasa yang berada di dalam dan di luar lingkungan belajar bila ada yang tidak dimengerti yang berhubungan dengan pelajaran. 12. Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work) Pertanyaan-pertanyaan ujian terdahulu mengenai topik tertentu dan tugas yang telah dikerjakan dijadikan sumber infoemasi untuk belajar. 13. Mengulang catatan (review notes) Sebelum mengikuti tujuan, peserta didik meninjau ulang catatan sehingga mengetahui topik apa saja yang akan di uji. 14. Mengulang buku pelajaran (review texts book) Membaca buku merupakan sumber informasi yang dijadikan pendukung catatan sebagai sarana belajar. Landasan teori dari self regulated learning yang akan digunakan menjadi alat ukur ialah keempat belas strategi selfregulated learning dari penjelasan di atas. B. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Banyak para ahli yang mengemumakan pengertian motivasi dengan dengan berbagai sudut pandang mereka masing masing, namun intinya sama, yaitu sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu (Djamarah, 2002). Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.

Maksudnya, perilaku yang memiliki motivasi dengan perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2009). Motivasi merupakan suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik dalam Djamarah, 2002). Berdasarkan beberapa penjelasan motivasi belajar diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan dari pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang yang dapat memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa adalah sebagai berikut menurut (Elliot, dkk, 1996): a. Kecemasan Kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan situasional, yang diartikan sebagai suatu kecendrungan untuk merasa cemas pada beberapa situasi tetapi tidak pada situasi lainnya. b. Sikap Sikap dapat didefinisikan sebagai cara individu yang relatif permanen dalam hal merasakan, berpikir dan bertingkah laku terhadap sesuatu atau orang lain. c. Keingintahuan Keingintahuan sering digambarkan sebagai perilaku yang aktif, suka mengeksplorasi atau memanipulasi sesuatu.

d. Locus of control Locus of control dapat diartikan sebagai penyebab terjadinya tingkah laku, yang dapat diatribusikan terhadap diri sendiri (internal locus of control) atau dari luar diri (external locus of control). e. Learned helplessness Perasaan tak berdaya yang dipelajari (learned helplessness) adalah reaksi individu untuk merasa frustasi dan putus asa setelah kegagalan yang terjadi berulang kali. f. Efikasi diri Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasaan dan kompetensinya. g. Belajar bersama Belajar bersama (kooperatif) diartikan sebagai serangkaian metode instruksional dimana peserta didik didorong untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas akademik yang bertujuan membantu peserta didik yang satu dengan yang lain untuk belajar. 3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar Menurut Djamarah, (2002) motivasi belajar diuraikan menjadi tiga fungsi sebagai berikut: 1. Motivasi sebagai pendorong pembuatan Pada awalnya peserta didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minat untuk belajar. 2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap peserta didik yang merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. 3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan Peserta didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. 4. Aspek Aspek Dalam Motivasi Belajar Terdapat dua aspek dalam motivasi belajar (Santrock, 2009), yaitu: a. Motivasi Instrinsik Melibatkan motivasi internal untuk melakukan sesuatu untuk karena keinginan sendiri. Terdapat dua tipe dari motivasi instrinsik yang dikemukakan Santrock (2009), yaitu: 1. Motivasi instrinsik berdasarkan penentuan diri dan pilihan personal. 2. Motivasi instrinsik berdasarkan pengalaman optimal. b. Motivasi Ekstrinsik Melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain atau cara untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. C. E-LEARNING 1. Pengertian E-learning E-learning semakin berkembang karena teknologi membuat proses pembelajaran dapat dilakukan lebih efisien dilihat dari segi waktu, jarak dan biaya. Menurut Munir (2008) e-learning berarti pembelajaran dengan

menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Apabila mengacu pada definisi ini, tidak semua e-learning dilakukan secara online dan jarak jauh. Dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video, perangkat komputer, atau kombinasi dari ketiganya. Menurut Naidu (2006) e-learning merupakan penggunaan jaringan teknologi informasi dan komunikasi yang disengaja dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Teknologi informasi dan komunikasi tentu saja banyak berperan dalam kehidupan di perguruan tinggi. Teknologi telah menjadi bagian dari institusi pendidikan selama beberapa dekade. Hanya saja, komputer masih sering dipakai untuk kegiatan yang biasa, bukan untuk pembelajaran yang konstruktif dan aktif (Newby dalam Santrock, 2007). D. MAHASISWA Secara harfiah, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut, maupun akademi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa adalah sosok yang semestinya kritis, logis, berkemauan tinggi, respect dan tanggap terhadap permasalahan umat dan bangsa, mau bekerja keras, belajar terus menerus, mempunyai nyali (keberanian yang tinggi) untuk menyatakan kebenaran, aplikatif di lingkungan masyarakat serta spiritualis dan konsisten dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ketuhanan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Yakuza, 2010). Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008).

Salah satu perguruan tinggi yang memiliki berbagai jurusan bagi calon mahasiswa agar dapat memilih jurusan yang sesuai dengan yang dikehendaki adalah USU, yang dimana terdapat 13 fakultas, yaitu : Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Ekonomi, Kedokteran gigi, Ilmu budaya, Matematika dan IPA, Ilmu sosial atau ilmu politik, Keshatan masyarakat, Keperawatan, Psikologi, dan Farmasi. Beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran elektronik sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan secara reguler di kelas. Secara konsep, dosen harus mempunyai kemampuan pemahaman pada materi yang disampaikannya, memahami strategi e-learning yang efektif, bertanggung jawab pada materi pelajaran, persiapan pelajaran, pembuatan modul pelajaran, penyeleksian bahan penunjang, penyampaian materi pelajaran yang efektif, penentuan interaksi mahasiswa, penyeleksian dan pengevaluasian tugas secara elektronik ( Natakusumah, dalam Indrayani, 2007). Namun, beberapa perguruan tinggi lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi mahasiswa yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti perkuliahan secara tatap muka. Dalam kaitan ini, e-learning berfungsi sebagai pilihan bagi mahasiswa ( Indrayani, 2007). E. Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Universita Sumatera Utara Yang Mengalami Pembelajaran E-learning Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh

energi, terarah, dan bertahan lama. Di dalam motivasi belajar terdapat dua jenis yaitu: Motivasi Instrinsik yang melibatkan motivasi internal untuk melakukan sesuatu karena keinginan sendiri yang berdasarkan penentuan diri dan pilihan personal, dan motivasi ekstrinsik melakukan sesuatu untuk mendapatkan untuk mencapai tujuan yang dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman (Santrock, 2007). Motivasi sangat mempengaruhi sukses atau tidaknya seseorang dalam melakukan sesuatu, serta berfungsi sebagai pendorong individu untuk memulai maupun meneruskan kegiatannya. Misalnya, ketika peserta didik menghadapi tugas-tugas kuliah, mahasiswa yang dihadapkan pada berbagai sumber belajar yang melimpah yang dengan kebutuhan dan tujuan mahasiswa bersangkutan. Pada kondisi demikian, mereka harus memiliki inisiatif sendiri dan motivasi, menganalisis kebutuhan, dan merumuskan tujuan, memilih dan menerapkan strategi pemecahan masalah, menseleksi sumber yang relevan, serta mengevaluasi diri. Motivasi belajar dapat dipandang sebagai suatu rantai reaksi yang dimulai dari adanya kebutuhan, kemudian timbulnya keinginan untuk mencapai tujuan (Pujadi, 2007). Untuk mencapai tujuan belajarnya kemampuan belajar mandiri menjadi lebih diperlukan oleh mahasiswa yang menghadapi tugas/kajian mandiri, tugas dalam bentuk proyek terbuka, penyusunan skripsi atau tugas akhir, dan sebagainya. Individu yang memiliki kemandirian belajar tinggi cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, mengatur belajar dan waktu secara efisien (Hidayati, 2007). Istilah yang berkaitan dengan penjelasan di atas adalah self regulated learning.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi dapat dipandang sebagai pendorong dalam belajar dan belum sampai pada self regulatred learning, yang dimana self regulated learning merupakan sebuah energi membuat peserta didik berusaha secara persisten dengan menggunakan berbagai strategi belajar untuk meregulasi dirinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Apabila seorang peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan dan ketika tujuan tersebut meliputi pengetahuan, maka peserta didik memiliki self-regulated learning (Zimmerman, dalam Woolfolk, 2004). Faktor-faktor berkembangnya self-regulated learning adalah adanya pengaruh sumber yang berkaitan dengan kemampuan akademik, dipengaruhi oleh lingkungan da dipengaruhi oleh diri sendiri ( Zimmerman, dalam Woolfolk, 2004). Dari beberapa faktor dari self regulated learning terdapat beberapa level,yaitu:level pengamatan (observasional), Level pesamaan (emultive), Level kontrol diri (self-controlled), Level pengaturan diri. Peserta didik memilih kapan menggunakan strategi-strategi khusus dan mengadaptasikannya. Salah satu strategi khusus yang dilakukan para peserta didik ialah dengan menggunakan bantuan elektonika, seperti internet (Yulinawati, 2009). Proses pembelajaran ini disebut dengan e-learning. Menurut Munir (2008) e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Penggunaan e-learning dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa sehingga menumbuhkan semangat peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dan mampu mendorong peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang lebih tinggi

(Hidayat, 2007). E-learning sebagai suatu aktivitas menuntut para pelajar untuk memiliki motivasi yang kuat apabila ingin sukses dalam proses pembelajaran yang diikutinya. Terlebih lagi sistem e-learning adalah sistem yang menuntut usaha dari individu, sehingga motivasi diri haruslah kuat dan datang dari individu tersebut (Albert & Mulyadi, 2009). Hal ini di dukung juga oleh hasil penelitian dari (Mustofa, 2008) yang menjelaskan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengaplikasian e-learning dengan motivasi belajar. Selain motivasi belajar di dalam proses belajar dengan menggunakan internet, juga menuntut peserta didik memiliki pengaturan diri belajar yang lebih baik dalam penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan motivasi dalam menggunakan strategi belajar yang disebut dengan self regulated learning (Wahyono, 2010). Peserta didik membutuhkan self regulated learning agar dapat menjalankan perannya dengan baik, terutama peran akademis. Peserta didik juga menerapkan strategi manajemen sumber daya seperti memilih atau mengatur aspek lingkungan fisik untuk mendukung belajar mereka dan untuk mengatur waktu mereka secara efektif (Corno & Mandinach, dalam Wahyono,2010). Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melihat hubungan hubungan antara motivasi belajar dengan self-regulated learning pada mahasiswa USU. F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian sebelumnya, hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara motivasi belajar dengan self-regulated learning pada mahasiswa USU.