Je m'appelle Lintang
Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
To myself 7 years ago Thanks for dreaming I m proud of you -Ollie 2012-
1 Bonjour! Bonjour, Monsieur! Je m appelle Lintang. Seorang pria bermata biru, berkebangsaan Prancis, duduk menghadap seorang perempuan berwajah ketimuran dengan rambut ikal yang diikat rapi sehingga menonjolkan kulitnya yang coklat namun bersih. Perempuan itu baru saja memperkenalkan dirinya. Ia biasa dipanggil Lintang. Bonjour! Nama saya Louis Benoit. Anda dari Rote? Pantai Nembrala? C est une jolie plage! Seru pria bermata biru itu dengan bersemangat namun tetap dengan gaya yang elegan, profesional, serta efektif. Ah, oui! Merci, Monsieur Benoit. Nembrala memang cantik, Lintang menjawab dengan mata berbinar. Senang karena ada orang asing yang mengetahui tentang kampung halamannya di Nusa Tenggara Timur.
Monsieur Benoit tersenyum, sambil menggumamkan sesuatu yang tidak terdengar oleh Lintang. Tangannya sigap menyortir kertaskertas berisi contoh desain baju yang berserakan di depannya. Lintang, selamat datang di Merci Beaucoup Foundation atau yang biasa disingkat MBF. Yayasan ini berkomitmen menyalurkan gairah orang muda se-asia untuk belajar di Prancis! Saya sudah baca CV-mu, melihat desaindesain bajumu dan sangat tertarik dengan latar belakangmu yang berasal dari Rote. Pria bule itu berdehem sebentar, Lintang merasakan keringat mengalir di punggungnya. Lebih lanjut, saya ingin tahu, apa yang membuat kamu ingin pergi ke Paris? Mata Lintang mulai berputar gelisah mencari-cari alasan yang sekiranya tepat dan mungkin akan meloloskannya ke tahap selanjutnya. Mmm saya ingin mendapatkan pengalaman baru dan, Lintang, Monsieur Benoit tiba-tiba memotong. Saya sudah bosan mendengar alasan yang klise dan cari aman seperti itu.
Lintang tercekat, tidak menyangka akan reaksi Monsieur Benoit. Dia tidak bisa mencari alasan palsu yang lebih baik dari yang telah ia ucapkan tadi. Saya ingin dengar yang sebenarnya, suara Monsieur Benoit terdengar lagi. Lintang merasa tubuhnya tiba-tiba mengkerut dan segala yang berada di sekitarnya menjadi raksasa. Ia berpikir keras mencari alasan lain, sebelum akhirnya menyerah. Baiklah, Monsieur. Satu-satunya tujuan saya ke Paris adalah... Flashback Senja menebarkan cahaya merah yang melintas di bola mata sepasang anak manusia. Pantai Nembrala, sore itu, mengantarkan angin dan ombak yang bersahabat, seakan mengajak semua orang yang berada di pinggir, untuk melepaskan beban sejenak dan luruh di dalamnya. Dua orang anak berlainan bangsa terlihat duduk sambil memandangi laut. Anak lelakinya
berambut coklat kekuningan sedangkan yang perempuan berambut hitam legam. Tidak jauh dari tempat mereka duduk, bersandar perahu nelayan yang sudah lapuk namun masih cukup baik untuk dipakai berlayar. Rumahmu dimana, sih? Anak perempuan itu menggores-gores pasir dengan jari mungilnya. Baju merah bunga-bunganya sudah penuh dengan pasir. Kamu kan udah pernah ke sana! Itu, di ujung jalan! Anak lelaki itu menunjuk ke suatu arah. Bukan maksudku rumahmu yang sebenarnya! Kalau yang di ujung jalan itu kan penginapanmu! Ooh rumah mamaku sih ada di Paris. Jauuuuh banget dari sini. Tapi tempatnya indah sekali. Suatu saat, aku akan ajak kamu ke sana! Betul? Janji, ya?! Janji! Pagi ini, Lintang bangun dengan keheranan. Ia bingung memikirkan arti mimpinya yang aneh semalam. Mulai dari berangkat hingga pulang sekolah, ia masih belum dapat menemukan
apa kira-kira arti mimpinya itu. Dengan langkah gontai, ia berjalan sambil membawa beberapa pekerjaan rumah dan segera mencari tempat yang nyaman untuk mengerjakan tugasnya itu. Ia akhirnya mendaratkan tubuhnya di bawah pohon kelapa yang lumayan rindang sehingga sinar matahari tidak dapat menyengat ke arahnya. Hai, Lin! Sesosok pria berkulit sawo matang datang mendekat sambil menenteng papan selancar. Lintang mengangkat sedikit kepalanya kemudian tersenyum acuh tak acuh. Sedang apa? Pria melongokkan kepalanya ke arah Lintang. Bikin PR. Lintang menjawab tanpa menoleh. Weh? Tumben! Pria bernama Jerry, dengan gaya surfer yang kental, berjalan menuju sebuah pohon kelapa untuk menyandarkan papan selancarnya. Kemudian ia duduk di sebelah Lintang, siap untuk menggoda wanita manis berambut ikal itu. Lintang melirik sebentar, Tumben?? Enak aja! Lu kan biasanya cuek, nggak pedulian, berantakan, dan
Eits! Lintang mengambil sejumput pasir putih dan melemparkannya ke arah Jerry. Yang dilempari hanya berkelit sambil tertawa-tawa bahagia. Salut nih sama lu pung mama yang udah sukses bikin lu jadi anak baik begini hehe, Jerry tersenyum lebar. Iya, kalo yang itu, beta setuju deh, Lintang mengangguk. Benar juga apa yang dikatakan Jerry. Apapun yang berubah dari Lintang, memang tidak dapat dilepaskan dari andil Mama. Mama yang rajin, pandai memasak dan mau mendengar curhat anak-anaknya. Mama yang setia mendampingi Bapak mendirikan penginapan Nembrala Homestay yang sederhana, tiga kamar mereka sewakan untuk turis yang ingin menginap dengan harga murah. Tentu kondisi penginapan sesuai dengan harganya yang ekonomis. Lantai penginapan masih terbuat dari tanah, tapi setiap tamu yang menginap