BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian konsorsium mikroba dalam biofertilizer terhadap pertumbuhan kacang tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam, dan sumber daya manusia yang sangat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. serangan hama karena buahnya yang berupa polong berada dalam tanah.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein dan senyawa pati dari organisme lain. Di alam, zat-zat nutrisi tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang keberadaannya sering dimanfaatkan. Tidak hanya sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. pangan masyarakat antara lain dengan penganekaragaman pola makan sehari-hari

I. PENDAHULUAN. Saat ini kelangkaan pupuk menjadi suatu masalah di Indonesia. Harga pupuk

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

Aktivator Tanaman Ulangan Ʃ Ӯ A0 T1 20,75 27,46 38,59 86,80 28,93 T2 12,98 12,99 21,46 47,43 15,81 T3 16,71 18,85 17,90 53,46 17,82

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan

Deskripsi FORMULA PUPUK HAYATI TANAMAN KEDELAI

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga. Lampiran : Uji ANAVA jumlah tubuh buah dalam satu rumpun jamur tiram. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

TERM OF REFFERENCE (TOR) PENINGKATAN SERAPAN HARA, PENGISIAN TONGKOL, DAN PENCEGAHAN SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk buatan adalah bahan tertentu buatan manusia baik dari bahan alami

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sumber protein di Indonesia (Sumarno, 1983). Peningkatan produksi kedelai di Indonesia dari

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

VI. KELAYAKAN TANAH UNTUK APLIKASI PUPUK HAYATI

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat

I. PENDAHULUAN. Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN PUPUK HAYATI MIKORIZA MIRPROB

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanah sebagai media nutrisi dan media pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

TUGAS AKHIR (SB )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

Bioteknologi Mikroba Untuk Pertanian Organik

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS DAN FREKUENSI BIOFERTILIZER TERHADAP PRODUKTIVITAS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)

TUGAS AKHIR SB091358

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 1 (ISSN: ) (Halaman 1-8)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

Ainun Masfufah, Agus Supriyanto, Tini Surtiningsih Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pada penelitian ini diperoleh data pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan berat basah jamur tiram. 4.1.1 Pengaruh kombinasi konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Berikut tabel hasil pengamatan jumlah tubuh buah dalam satu rumpun jamur tiram: Tabel 4.1: Pengaruh kombinasi konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk hayati terhadap jumlah tubuh buah dalam satu rumpun jamur tiram. Konsentrasi (ml) Frekuensi I 1 I 2 I 3 Rata-rata K 1 11.30±0.58 bc 11.47±0.50 bc 10.80±0.40 bc 11.19±0.35 b K 2 10.40±0.53 b 11.53±1.29 bc 12.00±1.00 c 11.31±0.82 b K 3 11.07±0.31 bc 6.53±0.12 a 6.13±0.64 a 7.91±2.71 a Rata-rata 10.92±0.47 b 9.84±2.87 a 9.64±3.10 a Keterangan: K 1 :konsentrasi 5 ml, K 2 : konsentrasi 10 ml, K 3 : konsentrasi 15 ml, I 1 : 1x pemberian, I 2 : 2x pemberian, I 3 : 3x pemberian, Huruf (a), (b), dan (c) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar pengaruh kombinasi konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk hayati. 39

40 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata jumlah tubuh buah jamur yang paling besar adalah pada perlakuan K 2 I 3 (konsentrasi 10 ml dan frekuensi pemberian tiga kali selama masa tanam) yaitu sebanyak 12.00±1.00 tubuh buah pada setiap rumpun, sedangkan jumlah terkecil adalah perlakuan K 3 I 3 (konsentrasi 15 ml dan frekuensi pemberian tiga kali selama masa tanam) yaitu 6.13±0.64 tubuh buah pada setiap rumpunnya. Dalam bentuk diagram dapat dilihat sebagai berikut: 14 12 bc bc bc b bc c bc 10 8 6 a a 4 2 0 K1I1 K1I2 K1I3 K2I1 K2I2 K2I3 K3I1 K3I2 K3I3 Gambar 4: Diagram pengaruh konsentrasi, frekuensi serta kombinasi konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk hayati terhadap jumlah tubuh buah dalam satu rumpun jamur tiram. Huruf (a), (b), dan (c) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar pengaruh kombinasi konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk hayati. Data dianalisis menggunakan uji Kolmogorov-smirnov untuk mengetahui normalitasnya dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,731. Nilai tersebut lebih besar dari =0,05 yang menunjukkan bahwa data jumlah tubuh buah jamur dalam

41 satu rumpun berdistribusi normal. Setelah itu, uji dilanjutkan menggunakan uji homogenitas dan ANAVA univariat. Nilai signifikansi uji ANAVA untuk kombinasi konsentrasi dan frekuensi sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari =0,05 yang artinya tolak H0 1, yakni Kombinasi konsentrasi dan frekuensi pupuk hayati berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram (Lampiran 3). Berdasarkan uji Duncan, kombinasi konsentrasi dan frekuensi yang paling baik terdapat pada perlakuan K 2 I 3 atau konsentrasi 10 ml dan frekuensi pemberian pupuk hayati tiga kali Selama masa tanam (Lampiran 3). Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata berat basah jamur tiram yang paling besar adalah pada perlakuan K 2 I 1 (konsentrasi 10 ml dan frekuensi pemberian satu kali selama masa tanam) yaitu sebanyak 114.40±3.60, sedangkan berat basah terkecil adalah perlakuan K 3 I 3 (konsentrasi 15 ml dan frekuensi pemberian tiga kali selama masa tanam) yaitu 65.60±0.28. Tabel 4.2: Pengaruh kombinasi konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk hayati terhadap berat basah jamur tiram. Konsentrasi (ml) Frekuensi I 1 I 2 I 3 Rata-rata K 1 111.87±2.73 cd 104.13±5.10 b 110.67±2.80 cd 108.89±4.17 b K 2 114.40±3.64 d 107.13±1.63 bc 108.67±0.76 bc 110.07±3.83 b K 3 104.60±4.04 b 66.84±1.11 a 65.60±0.68 a 79.01±22.17 a Rata-rata 110.29±5.09 b 92.70±22.45 a 94.98±25.46 a Keterangan: K 1 : konsentrasi 5 ml, K 2 : konsentrasi 10 ml, K 3 : konsentrasi 15 ml, I 1 : 1x pemberian, I 2 : 2x pemberian, I 3 : 3x pemberian. Huruf (a), (b), (c) dan (d) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar pengaruh kombinasi konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk hayati.

42 140 120 cd b cd d bc bc b 100 80 a a 60 40 20 0 K1I1 K1I2 K1I3 K2I1 K2I2 K2I3 K3I1 K3I2 K3I3 Gambar 5: Diagram pengaruh konsentrasi, frekuensi serta kombinasi konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk hayati terhadap berat basah jamur tiram. Huruf (a), (b), (c) dan (d) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar pengaruh kombinasi konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk hayati. Data dianalisis menggunakan uji Kolmogorov-smirnov untuk mengetahui normalitasnya dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,380. Nilai tersebut lebih besar dari =0,05 yang menunjukkan bahwa data berat basah jamur tiram berdistribusi normal. Setelah itu, uji dilanjutkan menggunakan uji homogenitas dan ANAVA univariat. Nilai signifikansi uji ANAVA untuk kombinasi konsentrasi dan frekuensi sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari =0,05 yang artinya tolak H0 1, yakni Kombinasi konsentrasi dan frekuensi pupuk hayati berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram (Lampiran 4). Berdasarkan uji Duncan, kombinasi konsentrasi dan frekuensi yang paling baik terdapat pada perlakuan K 2 I 1 atau konsentrasi 10 ml dan frekuensi pemberian pupuk hayati satu kali selama masa tanam (Lampiran 4).

43 4.1.2 Pengaruh konsentrasi pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram. Tabel 4.3: Pengaruh konsentrasi pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram. Jumlah tubuh bah dalam Konsentrasi Berat basah (gram) satu rumpun (buah) K 1 11.19±0.35 b 108.89±4.17 b K 2 11.31±0.82 b 110.07±3.83 b K 3 7.91±2.71 a 79.01±22.17 a Keterangan: K 1 : konsentrasi 5 ml, K 2 : konsentrasi 10 ml, K 3 : konsentrasi 15 ml, Huruf (a) dan (b) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar pengaruh konsentrasi pemberian pupuk hayati. Nilai signifikansi uji ANAVA faktor konsentrasi untuk data jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan berat basah jamur tiram adalah sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari =0,05 yang artinya tolak H0 2, yakni konsentrasi pemberian pupuk hayati berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram (Lampiran 3 dan 4). Berdasarkan uji Duncan, konsentrasi yang paling baik terdapat pada perlakuan K 2 (10 ml). 4.1.3 Pengaruh frekuensi pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram. Tabel 4.4: pengaruh frekuensi pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram. Jumlah tubuh buah dalam Frekuensi Berat basah (gram) satu rumpun (buah) I 1 10.92±0.47 b 110.29±5.09 b I 2 9.84±2.87 a 92.70±22.45 a I 3 9.64±3.10 a 94.98±25.46 a Keterangan: I 1 : 1x pemberian, I 2 : 2x pemberian, I 3 : 3x pemberian. Huruf (a) dan (b) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar pengaruh frekuensi pemberian pupuk hayati.

44 Nilai signifikansi uji ANAVA faktor frekuensi untuk data jumlah tubuh buah dalam satu rumpun adalah sebesar 0.005 dan berat basah jamur tiram adalah sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari =0,05 yang artinya tolak H0 3, yakni frekuensi pemberian pupuk hayati berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram (Lampiran 3 dan 4). Berdasarkan uji Duncan, konsentrasi yang paling baik terdapat pada perlakuan I 1 (frekuensi pemberian pupuk hayati satu kali selama masa tanam). 4.1.4 Efektivitas pupuk hayati berdasarkan nilai RAE (relative agronomic effectiveness). Efektivitas pupuk hayati dihitung dengan menggunakan rumus RAE berdasarkan parameter produktivitas yaitu data berat basah jamur tiram. Nilai ini didapat dengan memasukkan nilai berat basah pada perlakuan pupuk hayati dengan nilai pada perlakuan kontrol negatif (tanpa pemberian pupuk) dan kontrol positif (diberi pupuk kimia NPK) pada rumus RAE. Berat basah jamur tiram pada perlakuan kontrol negatif adalah 99.53±0.81, sedangkan berat basah pada perlakuan kontrol positif adalah 110.13±2.14 (Lampiran 2). Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pupuk hayati efektif pada perlakuan K 1 I 1, K 1 I 3 dan K 2 I 1. Nilai RAE paling tinggi pada perlakuan K 2 I 1 (konsentrasi 10 ml dan frekuensi pemberian satu kali selama masa tanam) yaitu 140.28% (Lampiran 5). Berikut tabel hasil perhitungan nilai RAE berat basah jamur tiram: 45 Tabel 4.5 : Nilai RAE (relative agronomic effectiveness) berat basah jamur tiram. Kombinasi perlakuan Berat basah (Gram) Nilai RAE K 1 I 1 111.87±2.73 116.41 % (*)

K 1 I 2 104.13±5.10 43.39 % K 1 I 3 110.67±2.80 105.09 % (*) K 2 I 1 114.40±3.64 140.28 % (*) K 2 I 2 107.13±1.63 71.69 % K 2 I 3 108.67±0.76 86.22 % K 3 I 1 104.60±4.04 47.83 % K 3 I 2 66.84±1.11 - K 3 I 3 65.60±0.68 - Keterangan: K 1 : konsentrasi 5 ml, K 2 : konsentrasi 10 ml, K 3 : konsentrasi 15 ml, I 1 : 1x pemberian, I 2 : 2x pemberian, I 3 : 3x pemberian, Tanda (*) menunjukkan kombinasi konsentrasi dan frekuensi tersebut memiliki nilai RAE >100% yang artinya pupuk hayati efektif. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengaruh kombinasi konsentrasi dan frekuensi serta faktor konsentrasi dan faktor frekuensi pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Banyaknya tubuh buah dalam satu rumpun dan berat basah jamur tiram digunakan sebagai parameter pertumbuhan dan produktivitas karena menyangkut pertambahan ukuran organ jamur akibat dari perbanyakan dan pertambahan ukuran sel. Semakin banyak jumlah tubuh buah jamur dan semakin besar berat basah jamur maka jumlah selnya akan semakin banyak sehingga pertumbuhan dan produktivitas dikatakan meningkat. Pertumbuhan tanaman berarti proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga menentukan produktivitas tanaman. Pertambahan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari pertambahan ukuran bagianbagian (organ) tanaman akibat dari pertambahan ukuran sel (Purwantoro, 2008).

46 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Rata-rata jumlah tubuh buah paling tinggi pada perlakuan K 2 I 3 adalah 12.00 buah, sedangkan rata-rata berat basah jamur tiram paling tinggi pada perlakuan K 2 I 1 adalah 114.40 gram. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk hayati yang terdiri dari konsorsium mikroba berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram. Hal ini dikarenakan peningkatan pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram tidak hanya bergantung pada komposisi unsur yang terdapat pada Baglog saja, tetapi juga dipengaruhi oleh keberadaan mikroba dalam pupuk hayati yang dapat membantu agar unsur pada Baglog yang dibutuhkan oleh jamur mudah diserap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widawati dan Suliasih (2006) kesuburan media tanam untuk menghasilkan produksi tanaman yang lebih baik tidak hanya bergantung pada komposisi kimia dan sifat fisik media tanam saja, melainkan juga pada jumlah mikroba potensial yang terdapat pada media tanam. Seperti halnya pupuk lainnya, pupuk hayati ini juga mampu menyediakan unsur nitrogen, fosfor dan kalium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur dengan bantuan mikroba potensial. Mikroba penambat nitrogen Azotobacter sp. dan Rhizobium sp. yang mampu menambat nitrogen dari udara untuk membantu menyediakan unsur nitrogen lebih banyak bagi jamur tiram (Simanungkalit, 2001). Azotobacter sp. merupakan mikroba yang dapat memfiksasi nitrogen bebas dan tidak bersimbiosis dengan tanaman. Dengan bantuan enzim azotase Azotobacter sp. mengkonversi dinitrogen menjadi ammonium melalui reduksi elektron dan protonasi gas dinitrogen (Hendarsah dan Simarmata, 2004). Molekul nitrogen bebas diubah menjadi nitrogen sel. Nitrogen yang terikat pada struktur

47 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga tubuh bakteri ini dilepas dalam bentuk organik sebagai sekresi atau setelah Azotobacter sp. itu mati (Isminarti dkk, 2007). Unsur nitrogen sangat penting bagi pertumbuhan jamur karena berperan untuk pembentukan asam amino dan senyawa organik pada jamur (Hendaryono dan Ari, 2011). Mikroba pelarut fosfat Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. yang dapat melarutkan fosfat dalam media serbuk kayu dari bentuk yang tidak tersedia bagi jamur tiram menjadi bentuk-bentuk fosfat yang tersedia bagi jamur tiram (Saraswati dan Sumarmo,2008). Bakteri tersebut juga berperan dalam transfer energi, penyusunan protein, koenzim, asam nukleat dan senyawa-senyaea metabolik lainnya yang dapat menambah aktivitas penyerapan fosfat pada tumbuhan yang kekurangan fosfat. Efektivitas mikroba pelarut fosfat dalam proses mineralisasi senyawa P organik ini melalui aktivitas enzimatis yang melibatkan enzim fosfatase, fitase dan nuklease akan menghasilkan fosfat terlarut yang tersedia bagi tanaman (Widawati dan Suliasih, 2006). Unsur fosfat dibutuhkan jamur untuk pembentukan karbohidrat dan mempercepat pertumbuhan serta memperkuat tubuh buah jamur (Hendaryono dan Ari, 2011). Mikroba perombak bahan organik Cellulomonas sp., Lactobacillus plantarum dan Saccharomyces cereviceae dapat menyediakan unsur N, P dan K yang diuraikan dari bekatul dan tepung jagung pada Baglog. Selain itu, mikroba perombak bahan organik ini juga dapat menguraikan selulosa yang terdapat pada serbuk kayu menjadi lebih sederhana sehingga mudah diserap oleh jamur tiram dengan banuan enzim selulase. Mikroba perombak bahan organik ini banyak digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi sisa-sisa tanaman yang banyak

48 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga mengandung lignin dan selulosa untuk meningkatkan kandungan bahan organik dalam media tanam (Rosmarkam dan Nasih, 2002). Kombinasi konsentrasi dan frekuensi yang paling baik untuk parameter jumlah tubuh buah dalam satu rumpun adalah K 2 I 3 atau konsentrasi 10 ml dengan frekuensi pemberian tiga kali selama masa tanam, sedangkan untuk parameter berat basah jamur tiram adalah K 2 I 1 atau konsentrasi 10 ml dengan frekuensi satu kali selama masa tanam. Konsentrasi dan frekuensi yang disarankan untuk budidaya jamur tiram adalah K 2 I 1 yang berasal dari parameter produktivitas yaitu berat basah jamur tiram, selain itu kombinasi ini juga diperkuat dengan hasil uji Duncan untuk faktor konsentrasi dan faktor frekuensi. Pada konsentrasi 10 ml dan frekuensi pemberian pupuk hayati satu kali selama masa tanam ini berat basah jamur tiram paling tinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan dengan konsentrasi pupuk yang lebih tinggi. Hal ini bisa disebabkan pada konsentrasi dan frekuensi ini pupuk hayati bekerja optimal. Untuk faktor konsentrasi, perlakuan K 2 atau konsentrasi 10 ml memiliki rata-rata jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan berat basah jamur tiram paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi pupuk hayati lebih besar karena pada konsentrasi ini pupuk hayati bekerja optimal. Rata-rata jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan berat basah jamur tiram paling rendah terdapat pada perlakuan K 3 (15 ml). Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi K 3 (15 ml) jumlah mikroba yang diinokulasikan lebih banyak. Banyaknya jumlah mikroba ini menyebabkan terjadinya kompetisi antara mikroba dengan jamur untuk mendapatkan nutrisi dari Baglog sehingga menyebabkan pertumbuhan jamur

49 terhambat. Menurut Champbell (1989) kompetisi terjadi jika dua jenis mikroorganisme memerlukan sesuatu yang sama dan jumlahnya terbatas seperti nutrisi, ruang atau udara. Kompetisi merupakan bagian dari mekanisme antagonisme yang berarti suatu keadaan interaksi antar berbagai organisme, dimana pertumbuhan suatu organisme terganggu oleh kehadiran organisme lainnya. Untuk faktor frekuensi, perlakuan I 1 (frekuensi pemberian pupuk hayati satu kali selama masa tanam) memiliki nilai rata-rata jumlah buah dalam satu rumpun dan berat basah yang paling tinggi, pada perlakuan ini pupuk hayati pertama kali diinokulasikan. Inokulasi pertama ini meyebabkan nutrisi yang terdapat pada Baglog masih dalam keadaan maksimal sehingga tingkat kompetisi antara mikroba dalam pupuk hayati dengan jamur rendah, sedangkan pada perlakuan I 2 dan I 3 jumlah pupuk hayati yang diinokulasikan lebih banyak senhingga jumlah mikroba dalam Baglog juga semakin banyak. Banyaknya mikroba ini menyebabkan terjadinya kompetisi sehingga menyebabkan pertumbuhan jamur terhambat. Pada dasarnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur sudah tersedia dari serbuk kayu, bekatul dan tepung jagung yang dicampurkan pada media Baglog. Pupuk hayati terdiri dari mikroba fiksasi nitrogen (Azotobacter sp. dan Rhizobium sp.), mikroba pelarut fosfat (Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.) dan mikroba perombak bahan organik (Cellulomonas sp., Lactobacillus plantarum dan Saccharomyces cereviceae), mikroba tersebut mampu membantu agar unsur-unsur yang terdapat dalam media Baglog mudah diserap oleh jamur

50 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga sehingga pertumbuhannya optimal. Berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari pupuk hayati yang terdiri dari konsorsium mikroba adalah: 1. Menyediakan sumber hara bagi tanaman. 2. Melindungi akar dari gangguan hama dan penyakit. 3. Menstimulir perakaran agar dapat berkembang sempurna. 4. Memacu mitosis jaringan meristem pada titik tumbuh pucuk, stolon dan kuncup bunga. 5. Sebagai penawar racun beberapa logam berat. 6. Sebagai metabolit pengatur tumbuh. 7. Sebagai bioaktivator perombak bahan organik (Saraswati et al, 2007). 4.2.2 Efektivitas pupuk hayati berdasarkan nilai RAE (relative agronomic effectiveness). Penelitian jamur tiram sebelumnya menyatakan bahwa pemberian pupuk kimia NPK dapat meningkatkan berat basah jamur tiram (Semiatun, 2007). Pada penelitian ini, perbandingan hasil perlakuan pemberian pupuk hayati dengan kontrol positif (diberi pupuk kimia NPK) rata-rata jumlah tubuh buah jamur tiram dalam satu rumpun pada perlakuan pupuk hayati (K 2 I 3 ) adalah 12.00 buah hampir sama dengan perlakuan kontrol positif (diberi pupuk kimia NPK) yaitu 12.20 buah (Lampiran 1), sedangkan rata-rata berat basah pada perlakuan pupuk hayati (K 2 I 1 ) adalah 114.40 gram, lebih besar dari perlakuan kontrol positif (diberi pupuk kimia NPK) yaitu 110.13 gram (Lampiran 2). Ini menunjukkan bahwa pupuk hayati dapat digunakan sebagai alternatif pengganti pupuk kimia NPK untuk budidaya jamur tiram. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suriawiria (2006) untuk kehidupan dan perkembangannya jamur memerlukan nutrisi dalam bentuk unsur-unsur kimia seperti nitrogen, fosfor, belerang, kalium, dan karbon yang telah tersedia dalam jaringan kayu walaupun dalam jumlah sedikit. Untuk itu, diperlukan penambahan

51 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga dalam bentuk pupuk yang digunakan untuk bahan campuran pembuatan substrat tanaman atau media tumbuh jamur. Pertanian organik sebagai bagian dari pertanian yang ramah lingkungan perlu dilakukan mulai dari sekarang karena makin banyaknya dampak negatif yang terjadi akibat penerapan teknologi modern yang mengandalkan bahan kimia pertanian. Meskipun efek penggunaan pupuk hayati tidak secepat pupuk kimia, tetapi pupuk hayati lebih aman terhadap bahan pangan dan lebih murah. Hasil perhitungan nilai RAE (relative agronomic effectiveness) untuk mengetahui efekftivitas pupuk hayati sebagai pupuk alternatif pengganti pupuk kimia NPK pada parameter berat basah jamur tiram menunjukkan bahwa pupuk hayati efektif pada perlakuan K 1 I 1 (Konsentrasi 5 ml dan frekuensi pemberian satu kali selama masa tanam), K 1 I 3 (Konsentrasi 5 ml dan frekuensi pemberian tiga kali selama masa tanam) dan K 2 I 1 (Konsentrasi 10 ml dan frekuensi pemberian satu kali selama masa tanam). Hasil perhitungan nilai RAE (relative agronomic effectiveness) terbesar juga sesuai dengan hasil uji statistik, nilai paling besar terdapat pada perlakuan K 2 I 1 yaitu 140.28% (Lampiran 6). Pemakaian pupuk hayati dalam budidaya jamur tiram (Pleurotus ostreatus) untuk menggantikan pupuk kimia merupakan salah satu penerapan konsep pertanian organik yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari pupuk kimia. Pupuk hayati dengan konsorsium mikroba merupakan produk biologi aktif yang terdiri atas berbagai macam mikroba yang berfungsi meningkatkan efisiensi pemupukan dan kesuburan media tanam (Saraswati dan Sumarno, 2008).

Untuk membantu meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram, faktor lingkungan juga harus diperhatikan karena jamur memiliki beberapa syarat tumbuh yang harus dipenuhi. Pada saat penelitian suhu lingkungan yang diukur dengan menggunakan termometer ruang adalah suhu 25 C dan kelembapan 82%. Pada umumnya jamur akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 22 C - 28 C dan kelembapan antara 95% 100% (Suriawiria, 2006, Gunawan, 2005). Kelembapan yang rendah ini dapat diatasi dengan cara menyiram kumbung jamur setiap pagi hari. Jika suhu udara pada lingkungan terlalu panas penyiraman dapat dilakukan dua kali sehari yaitu pada waktu pagi dan sore.