BAB-IX MEMBANGUN PEMIKIRAN LOGIS

dokumen-dokumen yang mirip
Dasar-dasar Logika. Berpikir Rasional

Ilmu Penalaran atau Logika

MATERI DASAR-DASAR LOGIKA PERTEMUAN 13

Filsafat Ilmu dan Logika

MAKALAH FILSAFAT ILMU Silogisme dan Proposisi Kategoris. Disusun oleh : Nama : NPM :

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

SARANA BERPIKIR ILMIAH

Pengertian Logika (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

HAND OUT V KEPUTUSAN atau PROPOSISI

BAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA

PERTEMUAN III PENGERTIAN, KATA, DAN TERM

EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN. Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh:

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

Resume Materi Perkuliahan Dasar-Dasar MIPA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

PENGERTIAN. 3. Pengertian, adalah tanggapan atau gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang inti sesuatu.

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pusdiklat Spimnas 2011

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Peran Logika Dalam Filsafat

Catt: kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya. Kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta yang menentang kebenarannya.

Dr. Abdul Kadir POSTMODERNISM POSTMODERNISME

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA

Pendahuluan. Bab I Logika Manusia

YESI MARINCE, S.IP., M.SI

PANCASILA Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

TAHAP I PENALARAN : KONSEP

SARANA BERFIKIR ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

: SRI ESTI TRISNO SAMI

ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) ; Blog =nanikdn.staff.uns.ac.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha

FILSAFAT ILMU DAN PENGERTIAN LOGIKA. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Psikologi Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI.

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

APAKAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN ITU?

DASAR-DASAR LOGIKA. Ruang Lingkup Logika. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat

PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. dari proses berpikir. Berpikir merupakan suatu proses mempertimbangkan,

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

P ny n u y s u un u a n n a n Pr P oposal a P ne n liti t an Prof o. f Dr D. r H. H Al A ma m sdi d Sya y hz h a, SE., MP asya y hza

Dasar Dasar Logika. Oleh: Novy Setya Yunas. Pertemuan 1 dan 2

PERTEMUAN 3 DASAR-DASAR LOGIKA

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA NEGERI I TERAS BOYOLALI TAHUN 2009/2010 SKRIPSI

Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah

makalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

Hendri Koeswara. Pertemuan 5

Silabus. Pengantar Logika Informatika Logika Proposisi Logika Predikat UTS

ZANUAR BUDIANTO K

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SIL/PKP241/01 Revisi : 00 Hal. 1 dari 5 Gasal Judul praktek: - Jam: SILABUS. Menjelaskan epistemologi sebagai bagian dari cabangcabang

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF

Struktur Ilmu Pengetahuan Modern & Cara Memperoleh Pengetahuan Ilmiah: Penalaran (Scientific Reasoning) Kamis, 21 Mei 2015

6.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR BERPIKIR KRITIS/LOGIS

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

Pengenalan Logika Informatika. Pertemuan 1 Viska Armalina, ST.,M.Eng

Filsafat Ilmu dan Logika. Matematika dan Statistika

SIKAP ILMIAH 3/27/2014 Metil/dn 1

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

Silabus. Pengantar Logika Informatika Logika Proposisi Logika Predikat UTS Himpunan Relasi & Fungsi Bagian Aljabar Boolean UAs

A. A B. E C. I D. O E. S

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

IDEALISME (1) Idealis/Idealisme:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU KARAKTERISTIK ILMU Ernest van den Haag JENIS JENIS ILMU

19 October 2016 RGS 1

Buka Untuk melihat materi yang menyangkut matematika dan fisika

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini

KAJIAN ILMIAH TERHADAP PANCASILA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I HAKEKAT IPA. Ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, termasuk gejala-gejala alam ang ada. fisika biologi

BAGAIMANA MENENTUKAN BENAR TIDAKNYA SUATU PERNYATAAN?

Transkripsi:

BAB-IX MEMBANGUN PEMIKIRAN LOGIS Perdebatan antar aliran filsafat tentang pengetahuan yang sudah berlangsung lama, sejak era klasik dan berlanjut pada era modern bahkan sampai era pasca modern abad dewasa ini, sesungguhnya merupakan perdebatan dalam membangun pemikiran logis dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar pengetahuan. Pengetahuan yang ingin dicarikan jawabnya oleh para filsuf tersebut adalah terkait dengan pemahaman akan hakekat realitas. Sehingga perdebatan epistemologis antar filsuf dengan latar belakang aliran yang berbeda sesungguhnya merupakan pengembangan cara berpikir manusia dalam memahami realitas. Kajian epistemologis atau filsafat pengetahuan menghadirkan representasi pemikiran manusia sejak dahulu sampai sekarang sebagai sebuah pencarian panjang manusia dalam mencari kebenaran dan kepastian pengetahuan. Tanpa memandang berbagai pendapat filsuf-filsuf yang ada sebagai benar atau salah, seseorang tetap dapat melihat dan menghargai pengaruh berbagai aliran pemikiran itu dalam aspek-aspek kehidupan, terutama aspek intelektualitasnya sepanjang sejarah pemikiran di Barat yang kemudian merambah ke hampir seluruh dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan pengetahuan yang sekarang mencapai puncaknya dalam bidang ilmu dan teknologi telah membawa manusia pada suatu kondisi yang sangat berlawanan dengan ketika pertama kali orang memulai berfikir filsafati, yaitu untuk mecintai kebenaran. Dengan mencintai kebenaran, manusia dapat mengaktualisasikan keluhuran dirinya sebagai "animal rationale". 139

Dialektika tentang peran subjek- objek dalam proses mengetahui selalu muncul dari zaman ke zaman. Penekanan pada peran subjek secara berlebihan telah membawa ke arah pengetahuan menjadi tertutup dan stagnan. Tetapi, sebaliknya penekanan pada objek pengetahuan telah menjadikan manusia sebagai objek, padahal eksistensi manusia merupakan eksistensi persona yang multi-dimensional dengan aneka kualitas dan kecenderungan di dalamnya. Dengan demikian tanpa disadari manusia telah dibawa pada suatu situasi keterasingan yang sejak semula tidak diinginkannya. Walaupun demikian haruslah disadari bahwa keterasingan manusia sebagai konsekuensi dari perkembangan pemikirannya tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Sebagaimana dikemukakan oleh Habermas, manusia tetap dapat berefleksi, "bertransendensi" untuk dapat keluar dari kerangkeng yang dibuatnya sendiri melalui pengembangan pemikiran logis-kritis- reflektif. Berfikir logis adalah suatu proses menalar tentang suatu objek dengan cara menghubungkan serangkaian pendapat untuk sampai pada sebuah kesimpulan menurut aturan-aturan logika. Berfikir logis sama dengan berfikir konsisten sesuai dengan rambu-rambu atau tata cara berfikir yang benar. Berfikir yang demikian diyakini dapat diperoleh kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan berfikir kritis adalah proses menalar tentang suatu objek yang menghubungkan serangkaian pendapat ataupun konsep secara utuh dan lengkap, dengan cara melihat sisi positif maupun negatif, sisi untung dan rugi, sisi baik dan buruk, sisi peluang dan tantang. Dengan kata lain berfikir kritis sama dengan berfikir lengkap dan utuh. Adapun berfikir reflektif adalah suatu proses menalar tentang suatu objek dengan cara menghubungkan aneka pendapat secara utuh, lengkap, dan mendalam. Dengan kata lain berfikir reflektif adalah proses menalar secara mendalam sedalam-dalamnya. 140

A. Komponen Berfikir Logis Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa berfikir logis adalah suatu proses menalar tentang suatu objek dengan cara menghubungkan serangkaian pendapat untuk sampai pada sebuah kesimpulan menurut aturan-aturan logika. Maka hasil atau buah dari berfikir logis adalah diperolehnya pemikiran logis. Aturan-aturan logika yang dipakai untuk mendapatkan pemikiran logis adalah aturan main atau tata cara yang harus dipenuhi oleh seseorang dalam berfikir lurus dan benar (correct). Untuk mewujudkan pemikiran logis, seseorang wajib memenuhi aturan main sebagai prasyarat dalam berfikir lurus dan benar, salah satunya adalah harus memenuhi komponen dasar berfikir. Istilah komponen diartikan sebagai bagian atau unsur yang membentuk suatu sistem tertentu. Misalnya komponen mobil berarti bagian dari pembentuk mobil (bodi, rangka, mesin, ban, spion, interior, suspensi, bensin, dan stir). Begitu juga komponen pendidikan adalah bagian dari pembentuk terwujudnya kegiatan pendidikan (pendidik, anak didik, materi atau isi pendidikan, tujuan pendidikan, alat dan metode, dan lingkungan pendidikan) yang membentuk sesuatu menjadi disebut mobil. Maka dari itu komponen dalam logika adalah bagian atau unsur yang membentuk suatu proses berfikir atau menalar. Keberadaan dan kelengkapan komponen dalam proses penalaran adalah sesuatu yang mutlak adanya. Bila terjadi keganjilan atau ketidaklengkapan salah satu dari komponen yang diperlukan, maka proses penalaran untuk berfikir lurus menjadi 'tidak sah'. Pertanyaannya sekarang adalah: Ada berapakah yang termasuk ke dalam komponen Logika? Apa sajakah yang termasuk ke dalam komponen Logika tersebut? 141

Naskah buku Epistemologi dan Logika Pendidikann (Arif Rohman dkk) B. Tiga Komponen Berfikir Logis Logika mempersyaratkan adanya 3 (tiga) hal sebagai komponen berfikir logis. Ketiga hal tersebut meliputi; (1 ) pengertian (concept), (2) keputusan (decision), dan (3) penalaran (reasoning). Ketiganya tersebut merupakan persyaratan (preconditions) yang harus ada dalam berfikir lurus yang merupakan satu kesatuan. Ketiganya memiliki keterkaitan struktural satu dengan lainnya dalam membentuk dan proses sahnya suatu penyimpulan pemikiran. Untuk itu, di bawah ini dibuatkan bagan ketiga komponen tersebut, yang selanjutnya akan dijelaskan satu per satu supaya lebih gamblang dan jelas. Tampilan-3 Komponen Berfikir Logis 1. Pengertian (Concept) Pengertian adalah hasil penangkapan dari inti suatu obyek. berarti menangkap inti sesuatu, sedangkan memiliki pengertian Istilah mengerti berarti memiliki tangkapan terhadap inti sesuatu (obyek). Oleh karenanya, seseorang dikatakan telah mengerti, apabila ia telah menangkap inti obyek (sesuatu yang dimengerti). Inti sesuatu di sini disebut "hakekat". 142

Istilah lain dalam penyebutan pengertian adalah ide. Kata ide berasal dari kata idea' yang artinya sebenarnya adalah gambar. Hal-hal yang tergambar secara abstrak mengenai sesuatu benda atau bukan benda adalah idea. Orang yang telah memiliki ide sama dengan telah memiliki gambaran tentang sesuatu, sehingga dapat menjelaskan secara panjang lebar bila diminta menjelaskannya. Plato mengartikan ide atau idea dengan pengertian atau maksud. Penggunaan istilah ide pada abad pertengahan dipakai istilah universal, dan jamaknya adalah universalia yang artinya "umum". Dikarenakan pengertian ini sifatnya berlaku umum. Sebagaimana dikatakan di atas bahwa mengerti adalah menangkap inti atau hakekat sesuatu, sedangkan hakekat sesuatu ini dapat dibentuk oleh akal budi manusia dalam wujud ide yang memiliki kebenaran bersifat umum, maka istilah pengertian juga dapat disamakan dengan istilah ide atau idea dan universale. Kata lain dari pengertian adalah konsep atau conceptus yang artinya menangkap. Orang yang memiliki konsep berarti telah memiliki tangkapan tentang identitas objek. Tangkapan atas identitas objek yang merupakan hasil abstraksi dari suatu obyek tersebut. Sehingga pengertian atau ide atau konsep adalah gambar dari hasil penangkapan terhadap suatu obyek. Contoh ide atau konsep adalah: gedung sekolah, buku, balpoin, pencil, penggaris, penghapus, tas, lapangan sepak bola, raket, guru, wali kelas, dan lain-lain adalah contoh ide atau konsep tentang hal-hal yang kasat mata di lingkungan sekolah. Sedangkan kurikulum, cerdas, prestasi akademik, kefahaman, keteladanan, kerajinan, ketekunan, sekolah unggul, evaluasi, dan lain-lain adalah contoh ide atau konsep tentang hal-hal yang abstrak. Ide atau konsep tersebut dapat dibuat rumusan pengertiannya. Rumusan dari pengertian atau ide atau konsep disebut "definisi". 143

Ide bukanlah realita yang kongkrit, melainkan abstrak. Cara manusia menangkap ide adalah dengan apa yang disebut "abstraksi". Yaitu, mencari aspekaspek yang sama dan mengabaikan aspek yang berbeda. Misalnya: untuk menangkap ide tentang manusia maka kita perlu menyingkirkan aspek-aspek yang berbeda dari banyak manusia yang ada yaitu bentuk tubuhnya, rambutnya, bentuk wajahnya, warna kulitnya, bentuk dan warna matanya, perawakannya, bahasanya, gaya hidupnya, dan sebagainya; yang akhirnya diketemukan kesamaannya antara lain mahluk ciptaan Tuhan, memiliki roh, pada akhirnya akan mati, bisa bermain-main, suka bekerja, suka berkumpul, wajib dididik yang disebut dengan istilah kata manusia. Dari sini maka muncul ide atau pengertian tentang zoon politicon (mahluk berkumpul), homo ludens (mahluk bermain), homo faber (mahluk bekerja), homo homini lopus (mahluk pemangsa sesama), homo educandum (mahluk yang wajib dididik). 2. Keputusan (Decision) Keputusan dalam logika diartikan sebagai aksi manusia dalam dan dengan manaa ia mengakui atau memungkiri suatu hal tentang hal lain. Keputusan merupakan kegiatan rohani yang menyebabkan akal budi manusia menyatakan sesuatu tentang sesuatu yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan adalah tindakan budi manusia yang mengakui atau mengingkari sesuatu terhadap sesuatu yang lain. Keputusan yang merupakan hasil tindakan akal budi manusia dalam mengakui atau mengingkari sesuatu terhadap sesuatu dapat dirumuskan dalam sebuah pernyataan kalimat terdiri dari unsure subjek dan predikat. 144

Misalnya: Semua manusia akan mati, gunung itu tinggi, pohon kelapa lebih tinggi dari pohon mangga, sebagian mahasiswa adalah laki-laki, beberapa mahasiswa UNY memperoleh beasiswa Toyota, semua mahasiswa FIP rajin dan pandai. Pada contoh-contoh keputusan tersebut, akal budi manusia mengakui sesuatu terhadap sesuatu yang lain: manusia terhadap mati, gunung terhadap tinggi, pohon kelapa terhadap pohon mangga, dan lain-lain. Pengakuan akal budi tentang manusia terhadap kematian tersebut sesungguhnya menggambarkan adanya pengakuan yang dapat dinyatakan dengan bahasa akan berbunyi "semua manusia akan mati". Pengakuan akal budi tentang gunung terhadap tinggi yang digambarkan bahwa pengakuan tersebut bila dinyatakan dengan bahasa akan berbunyi "gunung itu tinggi". Adapun pengakuan akal budi manusia tentang pohon kelapa terhadap pohon mangga, yang digambarkan bahwa pengakuan tersebut bila dinyatakan dalam bahasa berbunyi "pohon kelapa lebih tinggi dari pohon mangga". 3. Penalaran (Reasoning) Yang dimaksud dengan penalaran adalah suatu proses rangkaian kegiatan budi manusia untuk sampai pada suatu kesimpulan (pendapat baru) dari satu atau lebih pendapat yang telah diketahui. Hal-hal yang merupakan pendapat yang telah diketahui itu disebut: data, sedangkan hal-hal yang belum diketahui merupakan pendapat baru sebagai kesimpulan. Dalam dunia ilmu pengetahuan, proses penalaran yang berpijak pada beberapa data untuk selanjutnya ditarik suatu kesimpulan umum tersebut disebut 145

metode ilmiah". Data merupakan informasi empirik yang diketahui manusia. Sedangkan data ini bisa menjadi fakta kalau data tersebut diyakini kebenarannya. C. Kaitan Antar Komponen Berfikir Logis Dalam Logika, ketiga komponen sebagaimana disebutkan di atas, harus saling terkait terutama dalam proses berfikir atau penyimpulan. Sebab dalam proses penyimpulan tersebut antara lain harus ada pendapat yang diasumsikan diakui kebenarannya atau sudah diketahui karena sudah terbukti. Pendapat yang sudah diketahui inilah yang merupakan dasar suatu penyimpulan terhadap pendapat baru yang belum diketahui. Pendapat ini dalam proses penyimpulandisebut dengan "premis". Ada "premis mayor" dan ada "premis minor". Pendapat atau selanjutnya disebut premis ini tersusun atas hubungan antara dua konsep atau lebih yang menggambarkan suatu fenomena atau hal. Misalnya konsep "manusia" dan konsep "mati", yang tersusun dalam sebuah premis yang berbunyi "semua manusia akan mati". Hubungan antara konsep "manusia" dengan konsep "mati" inilah yang merupakan premis. Konsep atau ide, tentang "manusia" dan "mati"sebagaimana disebutkan tadi, dalam proses penyimpulan disebut "term". Contoh lain term misalnya: Guru, anak, dosen, mahasiswa, laki-laki, perempuan, batu, merah, mawar, senang, pintar, bodoh, masyarakat, dan lain-lain. Selain itu terdapat pula yang disebut "term tengah". Term tengah adalah term yang tercantum pada premis mayor dan minor. Term ini berada di dalam premis-premis yang ada, yang menandai bahwa dua premis mayor dan minor tersebut ada keterhubungannya. Sehingga satu premis paling sedikit tersusun atas dua term. Dan proses penalaran pasti melibatkan banyak term. 146

Sampai disini dapat dimengerti bahwa suatu penyimpulan harus melibatkan komponen pertama yaitu konsep atau ide atau pengertian dan komponen kedua yaitu keputusan atau pendapat. Dalam penyimpulan disamping kedua komponen tersebut harus ada, juga ada komponen ketiga yaitu penalaran atau kegiatan penyimpulan itu sendiri. p enalaran merupakan proses kegiatan fikir manusia dengan cara mengkaitkaitkan antar pendapat-pendapat atau disebut premis-premis tadi untuk Sampai pada suatu konklusi atau kesimpulan yang benar. Jadi tanpa mengkaitkan secara logis antar premis yang ada tersebut, maka mustahil suatu proses penyimpulan berlangsung. Dari uraian di atas akhirnya dapat dimengerti dan dipahami bahwa ketiga komponen logika, yaitu (1) pengertian atau ide atau konsep, (2) keputusan atau pendapat, serta (3) penalaran harus saling kait mengkait satu sama lain, khususnya dalam proses melakukan penyimpulan untuk memperoleh konklusi yang benar. Adapun untuk lebih detailnya mengenai proses penalaran beserta syarat dan macammacamnya, akan dijelaskan secara lengkap pada bab X nanti. D. Prinsip-Prinsip Dasar Berfikir Logis Prinsip adalah pernyataan yang mengandung kebenaran universal. Kebenaran universal adalah kebenaran yang berlaku umum, dimana pun dan kapan pun ia seluruhnya benar dan tidak terbantahkan, Sedangkan kebenaran parsial (khusus) adalah kebenaran yang hanya berlaku bagi beberapa hal saja. Suatu prinsip dikatakan sebagai "prinsip dasar " apabila prinsip tersebut tidak memerlukan bukti dari yang lain karena sudah terbukti dengan sendirinya. Oleh karenanya, prinsip dasar merupakan pernyataan yang mengandung kebenaran universal yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya. Artinya, kebenaran 147

universal tersebut sudah tidak membutuhkan lagi hal-hal lain untuk membuktikan kebenarannya. Bahkan prinsip dasar tersebut merupakan dasar dari semua pembuktian. Istilah lain dari prinsip dasar adalah Azas pemikiran. Azas adalah sesuatu yang mendahului atau sesuatu yang menjadi pedoman. Sebagai sesuatu yang mendahului, maka azas berfungsi sebagai landasan atau melandasi atas sesuatu yang lain. Sedangkan sebagai pedoman, maka azas berfungsi sebagai penuntun dan pengarah dalam setiap nafas proses berlangsungnya sesuatu. Adapun azas pemikiran adalah pengetahuan dari mana pengetahuan-pengetahuan lain tergantung dan dimengerti. 1. Pembagian Prinsip Dasar Ada beberapa prinsip dasar yang dikenal dalam Logika. Beberapa prinsip dasar tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (a) Primer, dan (b) Sekunder. a). Prinsip Primer Prinsip dasar ini mendahului prinsip-prinsip lainnya. Prinsip ini tidak tergantung pada yang lain dan berlaku untuk segala sesuatu yang ada. Di bawah ini dipaparkan prinsip dasar berfikir logis primer sebagaimana diuraikan oleh Achmad Dardiri (1986), sebagai berikut. (1) Principium Idenititatis (The Principle of identity). Prinsip ini merupakan prinsip kesamaan, yang berbunyi: Suatu benda adalah benda itu sendiri dan bukan yang lain". Dalam Logika pernyataan itu berarti apabila sesuatu diakui semua, maka kesimpulan yang lain yang ditarik dari pengakuan itu juga harus diakui. Apabila sesuatu diakui, lalu kesimpialan yarig ditark dari padanya dipungkiri, maka pengakuan seperti ini harus dibatalkan. Kalau dalam Ilmu Hukum, pengingkaran sebagaimana 148

diungkapkan tersebut harus dinyatakan "Batal demi hukum''. Oleh karena itu, poin penting yang harus dipegang erat adalah bahwa tidaklah dapat sesuatu itu diakui serentak sekaligus juga dipungkiri. (2) Principium Contradictionis (The Principle of Contradiction). Prinsip ini merupakan prinsip pertentangan, yang berbunyi: Sesuatu benda tidak dapat merupakan benda itu sendiri dan benda yang lain pada waktu yang sama". Prinsip ini ingin memberikan penegasan kepada kita bahwa segala sesuatu tidak mungkin mendua. Dengan pernyataan lain, prinsip ini dapat dinyatakan bahwa, ''Sesuatu itu tidak dapat positif dan negatif sekaligus". (3) Principium Tertii Exclusi (The Principle of Excluded Middle). Prinsip ini merupakan prinsip jalan tengah, yang berbunyi: Segala sesuatu harus positif atau negatif. Atau dapat dikatakan, jikalau ada dua keputusan yang kontradiktoris., pastilah salah satu diantaranya salah, sebab keputusan yang satu merobohkan keputusan yang lain. Tidak mungkin keduanya sama-sama benar atau sama-sama salah. (4) Principium Rationis Sufficientis (The Principle of sufficient reason). Prinsip ini merupakan prinsip cukup alasan, yang berbunyi: Adanya sesuatu pastilah mempunyai alasan cukup yang menyebabkan sesuatu itu ada". Prinsip tersebut mempunyai maksu bahwa adanya segala sesuatu itu pastilah mempunyai sebab, tidaklah mungkin sesuatu itu tiba-tiba ada tanpa sebab yang mendahuluinya. Adanya suatu kesimpulan pastilah ada pendapat-pendapat yang mendahuluinya. Tak mungkin menarik kesimpulan tanpa ada alasan-alasan yang cukup. 149

b). Prinsip Sekunder Selain prinsip dasar berfikir logis yang primer, juga ada prinsip dasar berfikir logis yang sekunder. Prinsip ini merupakan hasil turunan dari prinsip dasar berfikir logis primer di atas. Prinsip dasar berfikir logis yang sekunder ini meliputi beberapa prinsip, diantaranya adalah: (1) Prinsip Komprehensi, prinsip yang melihat sudut isinya, dibedakan: Prinsip kesesuaian (Principium Convenientiae) Yaitu suatu prinsip yang menyatakan bahwa, Bila ada dua hal yang sama, dimana salah satu diantaranya sama dengan hal yang ketiga, maka yang lain juga sama dengan hal yang ketiga. Misalnya: Jika S=M, dan M=P maka S=P Prinsip ketidaksesuaian (Principium Inconvenientiae) Yaitu suatu prinsip yang menyatakan bahwa, Bila ada dua hal yang sama, dimana salah satu diantaranya berbeda dengan hal yang ketiga, maka yang lain juga berbeda dengan hal yang ketiga. Misalnya: Jika S=M, dan M P maka S P (2) Prinsip Ekstensi, prinsip yang melihat sudut luasnya, dibedakan: Prinsip penerimaan (Principium Dictum de Omni) Yaitu suatu prinsip yang menyatakan bahwa, Apa yang secara universal berlaku bagi seluruhnya, juga berlaku bagi sebagiannya. Prinsip penolakan (Principium Dictum de Nullo) Yaitu suatu prinsip yang menyatakan bahwa, Apa yang secara universal tidak berlaku bagi seluruhnya, juga tidak berlaku bagi sebagiannya. 150