Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

I. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

RINGKASAN DISERTASI. Oleh : Sayid Syarief Fathillah NIM 06/240605/SPN/00217

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB IV METODE PENELITIAN

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

PENANGANAN KAWASAN BENCANA LONGSOR DAS WAI RUHU. Steanly R.R. Pattiselanno, M.Ruslin Anwar, A.Wahid Hasyim

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGANN PARIWISATA DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT FELIK DWI YOGA PRASETYA

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KOEFISIEN RUNOFF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PREDIKSI PENGGUNAAN DAN PERUBAHAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA IKONOS MULTISPEKTRAL

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

Rahning Utomowati Prodi Pendidikan Geografi FKIP UNS dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) LPPM UNS

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS LAJU EROSI DAN SEDIMENTASI DENGAN PROGRAM AGNPS

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Bahan dan Alat

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

Ummi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1, T. Ferijal 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN

KAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. (catchment area) yang berperan menyimpan air untuk kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

LOGO Potens i Guna Lahan

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

Transkripsi:

APLIKASI DATA PENGINDERAAN JAUH DAN SIG UNTUK ANALISIS KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KEMAMPUAN LAHAN (Studi Kasus : Daerah Aliran Sungai Karang Mumus) Dwi Agung Pramono (*), Teguh Hariyanto, dan Agung Budi Cahyono Program Studi Pasca Sarjana Geomatika, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh November, Sukolilo, Surabaya, 60111. Indonesia e-mail: dwapra@ymail.com ABSTRAK Perkembangan aktivitas manusia dalam memanfaatkan suatu lahan harus disesuaikan dengan kemampuan lahan daerah yang akan digunakan, oleh sebab itu perlu adanya suatu analisis tentang kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kemampuan lahan. Hasil yang diharapkan dari analisis ini memberikan informasi untuk memanajemen suatu wilayah yang ramah lingkungan. Penelitian ini dilakukan pada wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus yang berada pada 2 wilayah adminstrasi yaitu Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Metode yang digunakan untuk menganalisa kemampuan lahan berdasarkan pedoman penentuan daya dukung lingkungan hidup wilayah dalam penataan ruang yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan penggunaan lahan menggunakan metode matching (mencocokan) dengan menganalisis data penginderaan jauh berupa citra Ikonos serta analisis di lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah Terdapat 7 kelas Kemampuan Lahan di wilayah DAS Karang Mumus dari 8 kelas, kelas yang tidak terdapat pada wilayah DAS Karang Mumus adalah kelas kemampuan lahan VIII. Wilayah DAS Karang Mumus mayoritas memiliki kelas kemampuan lahan III (15.631,26 Ha), dan tersebar merata pada seluruh kecamatan yang ada di wilayah DAS tersebut. Namun penggunaan lahan pada wilayah DAS Karang Mumus sekitar 85% merupakan Kuasa Pertambangan (KP) batu bara, dimana penggunaan lahan tersebut tidak sesuai dengan kemampuan lahan yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan pada wilayah tersebut. Kata kunci: Kemampuan lahan; Penggunaan lahan; DAS; Kuasa Pertambangan (KP). PENDAHULUAN Latar Belakang Suatu kemampuan lahan perlu diketahui karena dapat menjadi acuan dalam suatu pembangunan wilayah tertentu, agar keseimbangan dan kelestarian lingkungan tetap terjaga dan mencegah degradasi lahan. Penilaian kemampuan lahan bermaksud menetapkan perbaikan pengelolaan termasuk pemilihan bentuk penggunaan dan upaya konservasi yang perlu diterapkan dalam mengembangkan suatu program konservasi jangka panjang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan pemanfaatan lahan juga meningkat, hal tersebut tidak menutup kemungkinan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya akan terjadi. B-26-1

Ketidaksesuaian penggunaan lahan yang berdasarkan kemampuan lahan akan menimbulkan dampak negatif seperti bencana alam dan penurunan nilai ekologi secara drastis di suatu wilayah. Salah satu wilayah yang menarik untuk dilakukan analisis tersebut adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus. Pada beberapa wilayah DAS Karang mumus tersebut, sering terjadi bencana alam yaitu banjir khususnya pada bagian hilir DAS Karang Mumus yaitu pada wilayah kecamatan Samarinda Ulu dan Kecamatan Samarinda Utara. Banjir tersebut dapat menjadi salah satu indikasi adanya ketidaksesuaian penggunaan lahan dibagian hulu maupun hilir DAS Karang mumus. Analisis yang akan dilakukan pada wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus dapat memberikan informasi yang berbasis geografis guna memberikan suatu arahan penggunaan yang tepat untuk pengembangan pembangunan serta perbaikan penataan kota agar ramah lingkungan dan sesuai dengan kemampuan lahan di wilayah tersebut. Tujuan Tujuan dalam penelitian yang akan dilakukan pada wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus adalah untuk menganalisis hubungan kesesuaian penggunaan lahan dan kemampuan lahan dan membuat arahan penggunaan lahan sesuai kemampuan lahannya. Studi Literatur Konsep Daya Dukung Lingkungan Hidup Kemampuan Lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah (sifat fisik dan kimia), topografi, drainase, dan kondisi lingkungan lain. Berdasarkan karakteristik Lahan tersebut, dapat dilakukan klasifikasi kemampuan Lahan (Anonim, 2009). Anonim (2009) menyatakan bahwa Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan dan kapasitas tampung limbah, dari telaahan daya dukung lingkungan hidup masih terbatas pada kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan dengan kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas sumber daya alam tergantung kepada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan air, maka penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan, yaitu: 1. Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang; 2. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan tahan; 3. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Klasifikasi Kemampuan Lahan Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), pengelompokan kemampuan Lahan dilakukan untuk membantu dalam penggunaan dan, interpretasi peta tanah. Kemampuan Lahan sangat berkaitan dengan tingkat bahaya kerusakan dan hambatan dalam mengelola Lahan. Dengan demikian, apabila tingkat bahaya/risiko kerusakan dan hambatan penggunaan meningkat, maka spektrum penggunaan lahan menurun seperti yang diilustrasikan dalam Tabel 1. B-26-2

Tabel 1. Hubungan antara Kelas Kemampuan Lahan dengan intensitas dan penggunaan lahan. macam Kelas Kemampuan Lahan Hambatan meningkat dan Pilihan penggunaan lahan berkurang I Cagar Alam Intensitas dan macam penggunaan lahan meningkat Hutan Penggembalaan Pertanian T S I T S I SI II III IV V VI Bagian yang diarsir VII VIII menujukkan penggunaan yang sesuai dari kelas yang bersangkutan Keterangan : T = Terbatas S = Sedang I = Intensif SI = Sangat Intensif Kemampuan Lahan dalam Tingkat Kelas Anonim (2009) menyatakan bahwa Lahan diklasifikasikan ke dalam 8 kelas, yang ditandai dengan huruf Romawi I -.VIII. Pada dua kelas pertama (kelas I, II) adalah lahan yang cocok untuk penggunaan pertanian dan dua kelas terakhir (Kelas VII dan VIII) merupakan Lahan yang harus dilindungi atau untuk fungsi konservasi. Kelas III, IV, V dan VI dapat dipertimbangkan untuk berbagai pemanfaatan lainnya. Meskipun demikian, Lahan Kelas III dan IV masih dapat digunakan untuk pertanian, dalam kategori unit pengelolaan telah diindikasikan kesamaan potensi dan hambatan/risiko, sehingga dapat dipakai untuk menentukan tipe pengelolaan atau teknik konservasi yang dibutuhkan. METODE Tahap Persiapan Studi Pustaka Penulis mempelajari literatur-literatur/referensi yang berhubungan dengan topik penelitian yang akan dilakukan sebagai dasar teori dalam penyusunan skripsi ini agar tidak menyimpang dari pembahasan. Menyiapkan Alat dan Bahan Kegiatan ini dilakukan untuk menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan selama kegiatan penelitian dan mencari data penunjang penelitian (data pertambangan, data erosi, dll). B-26-3

Tahap Pengolahan Data Pemindaian (scanning) Peta Kegiatan ini melakukan pemindaian peta cetakan menggunakan perangkat keras scanner agar dapat diolah menggunakan perangkat lunak, namun apabila memiliki peta digital maka tidak perlu melakukan pemindaian peta. Koreksi Geometrik Koreksi Geometrik perlu dilakukan pada peta-peta input agar posisi peta sesuai dengan letak geografis di permukaan bumi yang sebenarnya. Koreksi Geometrik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.3 dengan berpedoman pada peta yang sudah benar ketepatan geometriknya. Pembuatan Peta Tematik Berdasarkan kebutuhan analisis kemampuan lahan DAS Karang Mumus. Oleh karena peta erosi merupakan hasil analisa Afif (2010), maka peta tematik yang perlu dibuat adalah peta lereng, jenis tanah, drainase, dan peta ancaman banjir dengan menggunakan program ArcGis 9.3. Pengolahan Peta Kemampuan Lahan Kemampuan Lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah (sifat fisik dan kimia), topografi, drainase, dan kondisi lingkungan lain. Berdasarkan karakteristik Lahan tersebut, dapat dilakukan klasifikasi kemampuan Lahan (Anonim, 2009). Metode yang yang digunakan dalam pengamatan kemampuan lahan adalah metode Matching (mencocokkan), pada setiap satuan lahan dapat dideskripsikan sifat-sifatnya yang berkaitan faktor-faktor penghambat maupun potensi yang dikembangkan. Pengolahan Penggunaan Lahan Proses analisis penggunaan lahan dengan bahan citra Ikonos dilakukan dengan langkah pertama adalah melakukan proses koreksi geometrik dengan peta administrasi hingga nilai RMSe 1 pixel, kemudian melakukan proses croping area penelitian, proses selanjutnya adalah melakukan proses digitasi penggunaan lahan sesuai dasar intrepetasi citra hingga dihasilkan wilayah pemukiman, perdagangan, kawasan hutan, pertambangan dan kawasan perkebunan. Pengolahan Kesesuaian Penggunaan Lahan dengan Dasar Kemampuan Lahan Proses analisis kesesuaian lahan berdasarkan penggunaan lahan dan kemampuan yang ada pada wilayah Daerah Aliran Sungai Karang Mumus. Dimana data vektor penggunaan lahan akan di overlay-kan dengan data vektor kemampuan lahan pada wilayah Daerah Aliran Sungai Karang Mumus. Hasil yang diperoleh dari overlay tersebut, merupakan pembentukan suatu areal dengan 3 (tiga) keterangan yaitu sesuai, tidak sesuai dan sesuai dengan persyaratan tertentu. HASIL DAN PEMBAHASAN Kecamatan Anggana Berdasarkan hasil pengolahan data, pada Kecamatan Anggana yang termasuk wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus hanya terdapat 1 jenis penggunaan lahan yaitu Kuasa Pertambangan (KP) batu bara. Penggunaan lahan Kuasa Pertambangan (KP) batu bara tersebut memiliki luas sebesar 959,88 Ha atau 100% dari B-26-4

luasan Kecamatan Anggana yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus. Penggunaan lahan tersebut tidak sesuai dengan kelas kemampuan lahan yang ada, kelas kemampuan lahan yang ada pada wilayah tersebut adalah kelas kemampuan lahan II, III, IV, dan VI. Pada wilayah Kecamatan Anggana yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus ±99% merupakan KP milik PT. Lanna Harita Indonesia dengan luas 954,34 Ha sedangkan PT. Cahaya Energi Mandiri memiliki luas yang sedikit yaitu 5,54 Ha dibagian selatan wilayah Kecamatan Anggana yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus, untuk memperjelas dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 1. Peta Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemampuan Lahan DAS Karang Mumus B-26-5

Kecamatan Muara Badak Luas Kecamatan Muara Badak yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus adalah 10.096,68 Ha, mayoritas penggunaan lahan pada wilayah tersebut adalah Kuasa Pertambangan (KP) batu bara, KP pada Kecamatan Muara Badak yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus merupakan penggunaan lahan terbesar dengan 8.359,86 Ha atau ±80% dari luasan yang ada. Penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan pada wilayah Kecamatan Muara Badak yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus ada sekitar 1.392,57 Ha, lahan ini berupa hutan primer dataran rendah, hutan produksi, semak belukar (tanaman pioner) dan ladang berpindah, sedangkan untuk lahan yang sesuai bersyarat dengan kemampuan lahan terdapat sekitar 344,25 Ha. Kelas kemampuan lahan yang ada pada wilayah Kecamatan Muara Badak yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus adalah kelas kemampuan lahan I, II, dan III, dimana merupakan daerah yang cocok untuk kegiatan pada bidang kehutanan, pertanian dan penggembalaan, selain itu terdapat kelas kemampuan lahan IV, VI dan VII yang merupakan kawasan konservasi. Berdasarkan penggunaan lahan tersebut, banyak sekali penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan yang ada pada wilayah tersebut ada sekitar ±80% dari luasan wilayah yang ada yaitu sebesar 8359,86 Ha, dimana penggunaannya mayoritas berupa Kuasa Pertambangan (KP) batu bara. Kecamatan Tenggarong Seberang Wilayah Kecamatan Tenggarong Seberang yang termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus memiliki luas sekitar 160,71 Ha. Penggunaan lahan pada wilayah ini berupa Kuasa Pertambangan (KP) dari 2 perusahaan yaitu PT. Mahakam Sumber Jaya dan CV. Dua Tiga Empat. Pada wilayah yang memiliki kelas kemampuan lahan IV dan VI seharusnya tidak diperbolehkan ada kegiatan pertambangan batu bara, karena akan merusak ekologi suatu wilayah dan fungsi-fungsi lingkungan yang ada seperti daerah tangkapan air, konservasi tanaman maupun hewan, dan lain-lain. Hal tersebut terjadi karena kegiatan pertambangan akan merubah komposisi tanah, struktur dan bentuk fisik suatu wilayah. Selain itu, mengakibatkan sedimentasi yang besar pada hilir sungai DAS Karang Mumus. Kecamatan Samarinda Utara Wilayah Samarida Utara yang termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus memiliki luasan yang terluas yaitu 17.812,68 Ha, terdapat beberapa penggunaan lahan pada wilayah tersebut seperti kawasan hutan, industri, perdagangan, perkebunan,pertanian, pemukiman, serta kawasan pertambangan maupun penggunaanlahan yang lain. Berdasarkan pengolahan data, kesesuaian penggunaan lahan yang ada pada wilayah Kecamatan Samarinda Utara yang termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus, mayoritas memiliki penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan yang ada seperti terdapat kuasa pertambangan (KP) batu bara pada kelas kemampuan lahan IV,V,dan VI dimana kelas kemampuan lahan tersebut seharusnya digunakan sebagai hutan lindung, pertanian dan lahan penggembalaan. Wilayah yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya memiliki luas sebesar 11.962,21 Ha atau 67% dari total luasan wilayah tersebut, kawasan tidak sesuai dengan B-26-6

kemampuan lahan tersebut tersebar merata pada wilayah Kecamatan Samarinda Utara yang termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus, sedangkan untuk daerah yang sesuai dengan kemampuan lahan yang ada memiliki luas yaitu 5.321,99 Ha dan untuk wilayah sesuai bersyarat memiliki luasan 528,48 Ha. Kecamatan Samarinda Ulu Kawasan Kecamatan Samarinda Ulu yang termasuk dalam wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus memiliki luas 2.571,46 Ha, wilayah tersebut memiliki daerah pemukiman penduduk yang tidak teratur pada bagian selatan dengan luas 1.120,55 Ha, sedangkan untuk pemukiman teratur berada pada bagian tengah wilayah tersebut dengan luasan 84,13 Ha. Penggunaan lahan untuk wilayah perdagangan dan jasa memiliki total luas sebesar 150,73 Ha yang tersebar dibagian selatan wilayah tersebutn perdagangan dan jasa tersebut seperti Pasar Pagi, Mall Mesra, pusat-pusat elektronik, dll. Pertanian lahankering pada wilayah ini,terdapat pada bagian tengah wilayah dengan luas 7,01 Ha, sedangkan penggunaan lahan berupa Kuasa Pertambangan (KP) batu bara memiliki luasan yang cukup luas, dimana kawasan tersebut memiliki luas 748,97 Ha. Pada wilayah Kecamatan Samarinda Ulu yang termasuk dalam wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus terdapat penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan dengan luas 502,61 Ha, penggunaan lahan yang sesuai tersebut berupa hutan alam maupun hutan kota, selain itu terdapat danau pada areal tersebut. Kesesuaian penggunaan lahan yang tidak sesuai memiliki luas 843,18 Ha, dimana penggunaan lahannya berupa Kuasa Pertambangan (KP) batu bara, tanah kosong pada kelas kemampuan III, IV, V dan VI, selain itu terdapat pemukiman tidak teratur pada kelas kemampuan VI yang seharusnya areal ini digunakan sebagai wilayah konservasi guna menjaga keseimbangan siklus air maupun mengurangi tingkat bahaya erosi tanah. Wilayah tersebut mayoritas memiliki areal yang sesuai bersyarat sebesar 1.225,67 Ha dengan penggunaan lahan berupa pemukiman tidak teratur, pemukiman teratur, perdagangan dan jasa serta wilayah industri. Kecamatan Samarinda Ilir Kecamatan Ilir memiliki wilayah yang termasuk dalam kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus dengan luas sebesar 450,13 Ha, terdapat beberapa penggunaan lahan pada wilayah ini yaitu pemukiman tidak teratur seluas 125,35 Ha yang tersebar dibagian barat wilayah tersebut, selain itu terdapat penggunaan lahan sebagai areal perdagangan dan jasa dengan luas 2,2 Ha. Wilayah tersebut memiliki penggunaan lahan berupa hutan kota dengan luas 0,21 Ha dibagian selatan \, sedangkan mayoritas wilayah ini memiliki penggunaan lahan sebagai Kuasa Pertambangan (KP) batu bara dengan luas sebesar 225,73 Ha, KP tersebut dikelola oleh 2 perusahaan yaitu PT. Insani Bara Perkasa dengan luas KP sebesar 12,97 Ha dan CV. Limbuh dengan luas 212,76 Ha. Mayoritas penggunaan lahan pada wilayah ini tidak sesuai dengan kemampuan lahan yang ada, hal tersebut terjadi karena terdapat Kuasa Pertambangan (KP) batu bara yang cukup luas mencapai 253,02 Ha atau lebih 50% dari luas wilayah Kecamatan Samarinda Ilir yang termasuk dalam kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus, selain itu terdapat tanah kosong pada kelas kemampuan lahan IV, V, dan VI, dimana kelas kemampuan lahan tersebut seharusnya digunakan sebagai areal konservasi tanaman, air maupun suatu hewan tertentu untuk menjaga keseimbangan alam dalam B-26-7

suatu ekositem. Daerah yang sesuai dengan kemampuan lahan pada areal ini seluas 114,42 Ha berada pada tengah wilayah tersebut, penggunaan lahan yang sesuai dimaksud berupa hutan kota dengan luas 0,21 Ha pada kelas kemampuan lahan III, selain itu pemukiman tidak teratur pada kelas kemampuan lahan III dengan luas 51,51 Ha dan penggunaan lahan yang sesuai selanjutnya adalah semak belukar/tumbuhan pioner dengan luas 62,69 Ha pada kelas kemampuan lahan III. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus memiliki penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan seluas 22.538,77 Ha atau 70,32% dari luas DAS Karang Mumus, sedangkan wilayah yang sesuai memiliki luas 7.331,59 Ha atau sekitar 22,87% dari luas seluruh DAS Karang Mumus dan penggunaan lahan yang sesuai bersyarat dengan kemampuan lahan seluas 2.181,09 Ha atau 6,8% dari luas DAS Karang Mumus. Saran Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya agar lebih baik adalah sebagai berikut : 1. Perlu adanya kegiatan penelitian yang sama pada wilayah-wilayah lain, berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dan penggunaan lahan selain di wilayah DAS Karang Mumus, 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dalam penentuan pembangunan di wilayah Sub DAS Karang Mumus, agar dapat meminimalisir tingkat kerusakan lingkungan dan kemudahan dalam pengelolaan suatu lahan. 3. Perlu adanya penelitian lanjutan, tentang kesesuaian penggunaan lahan secara berkala pada Sub DAS Karang Mumus untuk memberikan informasi perubahanperubahan yang terjadi. DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, R., 2012. Analisis Tata Ruang Pembangunan. Penerbit Graha ilmu. Yogyakarta. Anonim. 1999. Kunci Taksonomi Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Bogor. Anonim. 2001. Rehabilitas Hutan dan DAS. Departemen Kehutanan RI. Jakarta. Anonim. 2009. Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Wilayah dalam Penataan Ruang. Asisten Deputi Urusan Pengawasan dan Evaluasi Lingkungan. Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. B-26-8

Darmawijaya, M.I. 1990. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Kertonegoro, B.D. dan Siradz, S. 2006. Kamus Istilah Ilmu Tanah. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Munsell, 1975. Soil Color Charts. Macbeth a Division of Kollmorgen Corporation. Baltimore, Maryland. B-26-9