BAB I PENDAHULUAN. terakhir, produksi kaca lembaran di seluruh dunia meningkat tajam. Berdasarkan hasil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual

BAB I PENDAHULUAN. Inspirasi yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah adanya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

AGC Group. PT Asahimas Flat Glass Tbk

BAB I PENDAHULUAN. (subsidiary) dari PT. Pertamina (Persero). Ada dua sektor yang menjadi target

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 pasar pelumas di Indonesia telah terbuka dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan kapabilitas yang akan berujung pada kompetensi inti yang akan

BAB I PENDAHULUAN. konsumen terhadap mobil akan semakin tinggi. Sehingga persaingan antara

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

50001, BAB I PENDAHULUAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

1 BAB 1 PENDAHULUAN. kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di

BAB I PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi ini juga memicu pertumbuhan industri otomotif baik untuk kendaraan jenis

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Nilai pasar semen nasional pada semester I 2012 mencapai IDR (Indonesian

I. PENDAHULUAN. Penggunaan amplas di Indonesia sudah lama dikenal oleh. masyarakat namun pada saat itu penggunaannya masih terbatas untuk

BAB I PENDAHULUAN. sistem distribusi barang. Pada dasarnya sistem distribusi dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. baik itu persaingan nasional, regional, maupun internasional. Tahun 2014, indeks

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjabarkan pendahuluan penelitian. Pendahuluan berisi latar

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Resesi yang terjadi di benua Amerika dan Eropa pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat perusahaan merasa tidak aman bahkan di wilayah negaranya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar berasal dari sektor agraris. Utomo (2010) menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Setidaknya, dalam enam tahun terakhir penjualan mobil meningkat sekitar 334%,

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian terbesar dalam penggunaan modal perusahaan serta pengaruhnya terhadap

Prarancangan Pabrik Tetrafluoroethylene dari Chlorodifluoromethane dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995, pasar modal

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

Stabilitas Harga Menentukan Industri Baja

2015 ANALISIS TATA LETAK DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UNTUK UMUM PERTAMINA CABANG

Isu Prioritas - Standar (SNI)

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. ECO SMART GARMENT INDONESIA BOYOLALI, 26 AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III DAYA SAING INDUSTRI OTOMOTIF INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGANYA

I. PENDAHULUAN. motor dan kecenderungan penjualan yang meningkat terjadi hampir pada setiap

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

I. PENDAHULUAN. memikirkan potensi industrinya. Pertumbuhan industri di Indonesia semakin

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. terus melakukan peningkatan pendapatan dari produk inti PT. Pegadaian (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan kertas di Indonesia sendiri saat ini sudah mencapai 7,7 juta ton

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat bersaing guna meningkatkan penjualan sekaligus mempertahankan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini menimbulkan persaingan yang ketat diantara para produsen. mobil di Indonesia. Masuknya mobil-mobil import turut meramaikan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang yang datang ke skin care ingin melakukan perawatan agar terlihat lebih

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya perusahaaan-perusahaan sejenis yang bermunculan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

BAB I PENDAHULUAN. langkah-langkah yang tepat dan sesuai dengan kondisi internal dan eksternal

BAB 1 PENDAHULUAN. Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Angka produksi dan angka

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh aspek kehidupan membutuhkan energi. Kebutuhan energi saat ini

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik industri rokok merupakan consumer goods dan invisible (taste),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian. nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peradaban manusia di Indonesia telah mengalami perubahan yang cukup

I. PENDAHULUAN. Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya daya beli masyarakat. Tabel 1.1 Tren Penjualan Industri Komponen Otomotif

1 Universitas Indonesia Analisis understanding..., Ratu Kania Puspakusumah, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN. swasta maupun pemerintah didorong dalam peningkatan efisien dan efektifitas

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan yang terjadi antar perusahaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kaca lembaran merupakan salah satu produk hasil kimia yang banyak digunakan diseluruh dunia untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Selama beberapa tahun terakhir, produksi kaca lembaran di seluruh dunia meningkat tajam. Berdasarkan hasil penelitian The Fredonia Group (2014) yang dilakukan sejak tahun 2011, jumlah permintaan kaca lembaran dunia pada tahun 2014 akan mencapai 8.1 miliar meter persegi dengan nilai permintaan mencapai USD 90 miliar. Permintaan permintaan tersebut paling banyak diserap oleh negara negara di kawasan Asia Pasifik yang mencapai hingga 52%, Eropa Barat sebesar 19%, Amerika Utara sebesar 16% dan Negara negara lain sebesar 13%, peta permintaan kaca dunia dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini: Gambar 1.1: Permintaan Kaca lembaran Dunia 13% 16% 52% Asia Pasific 19% Western Europe North America Other Regions Sumber: The Fredonia Group (2014) 1

Permintaan kaca lembaran diseluruh dunia dalam jangka panjang meningkat sebesar 7,1% setiap tahunnya. Permintaan tersebut didominasi terutama oleh China yang kemudian disusul oleh Eropa, Amerika Utara, Asia Tenggara, Amerika Selatan, Jepang, Negara pecahan Uni Soviet dan negara negara lainnya. Meningkatnya permintaan ini diakibatkan dari pertumbuhan industri sektor konstruksi gedung, sektor otomotif, penggunaan peralatan rumah tangga dan kontainer/wadah dari bahan baku kaca lembaran. Berdasarkan laporan dari Methodology for the free allocation of emission allowances in the EU ETS, Sector report for the glass industry (2012), sekitar 75% - 85% dari seluruh kaca lembaran di dunia diserap untuk penggunaan sektor konstruksi gedung dan sisanya sekitar 15% - 25% dari kaca lembaran tersebut digunakan sebagai bahan baku pembuatan kaca otomotif. Pada sektor konstruksi gedung, kaca lembaran digunakan sebagai bagian dari gedung yang tidak dapat dipisahkan untuk menunjang bangunan gedung tersebut. Pada dasarnya setiap gedung di dunia pasti membutuhkan kaca lembaran sebagai bagian dari gedungnya. Penggunaan kaca lembaran dipilih untuk menghemat penggunaan energi, penggunaan kaca lembaran yang maksimal pada suatu bangunan gedung memungkinkan lebih banyak cahaya yang masuk dan memberikan dampak positif berupa penyeimbangan suhu di dalam ruangan dengan tetap memaksimalkan jumlah cahaya yang masuk, sehingga penggunaan energi untuk mendinginkan dan menerangi ruangan dapat diminimalkan. Pada Negara negara Eropa, target untuk mengurangi emisi gas buang yang dihasilkan dari suatu gedung ditargetkan hingga 20% setiap tahunnya, sehingga penggunaan kaca lembaran akan berdampak sangat positif untuk pencapaian target tersebut. 2

Selain untuk bangunan gedung, penggunaan kaca lembaran dapat digunakan untuk kebutuhan bahan baku kaca pengaman otomotif. Kaca lembaran yang digunakan sebagai bahan baku kaca pengaman otomotif harus berkualitas tinggi, karena penggunaan kaca lembaran yang berkualitas rendah sangat berisiko terhadap keamanan dan kenyamanan pengemudi serta penumpang yang berada di dalam mobil tersebut. Kaca pengaman otomotif dibagi menjadi 2 jenis, yang pertama adalah kaca lembaran yang diperkeras atau kaca temper (tempered glass), dan yang kedua adalah kaca lembaran yang dilaminasi (laminated glass). Kedua jenis kaca mobil ini memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda. Kaca temper adalah kaca lembaran yang dihasilkan melalui proses khusus sehingga apabila terjadi kecelakaan pada mobil yang dikendarai, pengemudi dan penumpang tidak akan mengalami cidera karena pecahan kaca dan memudahkan proses penyelamatan pengemudi dan penumpang didalamnya, karena kaca temper ini tidak akan melukai pengemudi maupun penumpang. Kaca laminasi dibentuk dari 2 buah kaca lembaran dengan kualitas tinggi yang direkatkan menjadi satu dengan menggunakan polyvinyl butyral (pvb) atau layer yang diletakkan diantara kedua kaca lembaran tersebut yang berfungsi untuk menahan pecahan kaca sehingga mencegah masuknya benda benda dari luar dan menahan pengemudi maupun penumpang di dalam kendaraan untuk keluar apabila terjadi kecelakaan. Di Indonesia setidaknya terdapat 5 produsen kaca lembaran yaitu; PT Asahimas Flat Glass Tbk., PT Muliaglass, PT Tensindo, PT Abadi Rakyat Bhakti dan PT Tossa Sakti. Berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (2013), total kapasitas produksi dari kelima produsen kaca lembaran tersebut adalah sebesar 1.640.000 ton pertahun. 3

Kapasitas produksi masing masing produsen dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini: Tabel 1.1: Produsen dan Jumlah Produksi Kaca lembaran di Indonesia No. Produsen Jumlah Kapasitas Produksi Kaca lembaran (dalam Ton) 1. PT Asahimas Flat Glass Tbk. 570.000 2. PT Muliaglass 590.000 3. Tossa Sakti 230.000 4. PT Tensindo 130.000 5. PT Abadi Rakyat Bhakti 120.000 Sumber: Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (2014) Industri kaca di dalam negeri mulai diminati investor sejak awal tahun 1970 yang ditandai dengan didirikannya pabrik kaca lembaran pertama yaitu milik PT Asahimas Flat Glass Tbk. Apabila kita melihat produsen produsen di dalam negeri, maka berikut adalah informasi mengenai produsen produsen tersebut: a. PT Asahimas Flat Glass Tbk. Perusahaan ini didirikan bersama pada tahun 1971 oleh Asahi Glass Company (AGC), yang memiliki teknologi produksi modern dan PT Rodamas yang memiliki jaringan distribusi besar di Indonesia. Perseroan menjalankan kegiatan usaha produksi dan pemasaran kaca, baik kaca lembaran, cermin, maupun kaca otomotif. Khusus untuk kaca lembaran, saat ini Perseroan memiliki 4 buah tungku produksi kaca lembaran yang tersebar di Jakarta (2 tungku) dan di Sidoarjo (2 tungku) dengan total kapasitas produksi mencapai 570.000 ton/tahun. b. PT Muliaglass PT Muliaglass merupakan salah satu anak perusahaan Mulia Industrindo. Saat ini Muliaglass juga memproduksi produk kaca pengaman otomotif, glass containers dan glass block yang dihasilkan dari kaca lembaran. Muliaglass memiliki 3 buah tungku produksi dengan kapasitas produksi sebesar 590.000 ton/tahun. 4

c. PT Tossa Shakti Tidak banyak informasi publik yang tersedia mengenai PT Tossa Shakti, namun demikian berdasarkan informasi yang diperoleh dari data atau laporan Kementerian Perindustrian, dinyatakan bahwa PT Tossa Shakti adalah perusahaan berstatus PMDN yang bergerak di bidang usaha industri kaca lembaran. PT Tossa Shakti memiliki 1 (satu) fasilitas pembakaran dengan kapasitas produksi sebanyak 230.000 ton per tahun. d. PT Abadi Rakyat Bhakti PT Abadi Rakyat Bhakti memiliki 1 (satu) buah tunggu pembakaran di daerah Medan, Sumatera Utara. Tungku pembakaran ini memiliki kemampuan untuk memproduksi kaca lembaran sebanyak 120.000 ton setiap tahunnya. e. PT Tensindo Perusahaan yang terletak di daerah Semarang ini memiliki 1 (satu) buah fasilitas produksi yang mampu memproduksi kaca lembaran sebanyak 130.000 ton setiap tahunnya. Berdasarkan pernyataan dari Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) (2012) yang dikutip dari website Kementrian Perindustrian, permintaan kaca lembaran di Indonesia paling banyak diserap oleh sektor industri konstruksi gedung sebesar 70% dari produksi kaca lembaran dan 30% sisanya diserap oleh industri otomotif. Sektor Konstruksi Gedung 5

Sejak tahun 2009, nilai sektor konstruksi gedung meningkat cukup tajam setiap tahunnya, hal ini terjadi karena pulihnya keadaan ekonomi Nasional dari krisis yang melanda di tahun 2008, pertumbuhan sektor konstruksi gedung di Indonesia dapat dilihat dari Grafik 1.1 di bawah ini: Grafik 1.1: Pertumbuhan Sektor Konstruksi Gedung di Indonesia (dalam 000.000 rupiah) 600000000 500000000 400000000 300000000 200000000 100000000 261.108.766 320.249.553 376.123.348 504.582.993 440.353.173 0 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: BPS - Nilai Konstruksi Yang Diselesaikan Menurut Jenis Pekerjaan 2009-2013 Dilihat dari Grafik 1.1 di atas, pertumbuhan sektor konstruksi gedung di Indonesia mencapai sekitar 14% 15% setiap tahunnya. Semakin meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi gedung di Indonesia, diharapkan juga mendorong tingkat pertumbuhan industri kaca lembaran Nasional. Sektor otomotif Terus meningkatnya produksi mobil di Indonesia juga turut meningkatkan jumlah permintaan kaca mobil di Indonesia. Sebagai pendukung industri otomotif, industri kaca mobil dipersiapkan untuk dapat memberikan pasokan yang tetap terjaga di Indonesia. Data yang diperoleh dari Gaikindo (2014) menunjukkan bahwa, produksi mobil ditahun 6

2013 sudah melampaui jumlah satu juta unit mobil atau meningkat 11% dari tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan di Grafik 1.2 di bawah ini: Grafik 1.2: Total Produksi Mobil di Indonesia 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 1.298.523 1.208.211 1.086.667 702.508 837.948 428.000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: Gaikindo, Statistic Data. Dapat diakses di: www.gaikindo.or.id Jika dibandingkan dengan pertumbuhan sektor industri kaca lembaran dengan sektor konstruksi gedung dan sektor industri otomotif, maka pertumbuhan industri kaca lembaran tertinggal pertumbuhannya, padahal indikasi pertumbuhan industri kaca lembaran dapat dilihat dari kedua sektor industri ini. Oleh karena itu, produsen kaca lembaran Nasional harus memperhatikan kembali strategi yang diambilnya dan memperhatikan aspek aspek yang terkait baik internal maupun eksternal agar dapat meningkatkan pertumbuhan industri kaca lembaran Nasional. Menurut Kelly dan Booth (2004), kemampuan untuk melakukan perumusan, menerapkan, melakukan evaluasi serta juga melaksanakan mengawasi setiap keputusan strategis perusahaan secara tidak langsung mengarah dan memusatkan pada pengintegrasian fungsi fungsi dari 7

manajemen, marketing, sumber daya manusia, keuangan, research & development yang berada pada lingkungan internal maupun eksternal perusahaan atau industri tersebut. 1.2 Rumusan Masalah PT Asahimas Flat Glass Tbk (selanjutnya disebut sebagai Perseroan ) yang telah didirikan sejak tahun 1971 mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dan dapat selalu bertahan dalam kondisi ekonomi global di mana pada tahun tertentu mengalami krisis. Sejak tahun 2008 hingga tahun 2014, Perseroan mengalami peningkatan penjualan yang cukup signifikan, rata rata sekitar 8% - 10% setiap tahunnya. Meskipun terjadi penurunan penjualan pada tahun 2009 yang diakibatkan oleh krisis global, tren penjualan bersih perusahaan menunjukkan hasil yang positif. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 1.3 di bawah ini: Grafik 1.3: Penjualan Bersih Perseroan dari tahun 2008 sampai 2014 Dalam Juta Rupiah IDR 4.000.000,00 IDR 3.500.000,00 IDR 3.000.000,00 IDR 2.500.000,00 IDR 2.000.000,00 IDR 1.500.000,00 IDR 1.000.000,00 IDR 500.000,00 IDR - Penjualan Bersih 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: Laporan Tahunan tahun 2008 sampai dengan 2014 8

Dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan pertumbuhan rata rata industri kaca lembaran Nasional (AKLP, 2014) yang hanya mencapai 5% pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Perseroan menunjukkan hasil yang cukup baik. Tetapi hasil positif yang ditunjukkan dari nilai penjualan bersih Perseroan tidak dihasilkan dari peningkatan penjualan unit barang jadi kaca lembaran yang telah diproduksi Perseroan. Rata rata peningkatan penjualan unit barang jadi hanya berkisar 1% hingga 4% setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari Grafik 1.4 di bawah ini: Grafik 1.4 Penjualan Unit Barang Jadi Perseroan 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - *. dalam ton 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: Laporan Tahunan tahun 2008 sampai dengan 2014 Dengan memperhatikan grafik grafik tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan penjualan bersih yang mencapai hingga 8% - 10% setiap tahunnya dihasilkan dari peningkatan harga jual produk Perseroan dan tidak diimbangi dengan peningkatan volume penjualan unit produk Perseroan yang hanya berkisar rata rata 4% hingga tahun 2014. Dibandingkan dengan pesaing terdekatnya, peningkatan penjualan produk kaca lembaran sampai dengan tahun 2014 mencapai hingga rata rata 8%. Hal ini sangat membahayakan kondisi ekonomi dan posisi Perseroan dalam persaingan di industri kaca lembaran Nasional. Dengan rendahnya penjualan unit produk kaca lembaran Perseroan setiap tahunnya, dapat berpotensi menyebabkan penurunan kondisi ekonomi Perseroan dalam pasar kaca lembaran Nasional. 9

Kemampuan Perseroan dalam melakukan kegiatan penjualan juga dapat dikatakan belum maksimal dikarenakan dari total produksi setiap tahunnya Perseroan hanya mampu melakukan penjualan paling tinggi sekitar 85% dari total barang jadi yang tersedia untuk dijual oleh Perseroan. Berdasarkan Laporan Keuangan Perseroan dari tahun 2008 hingga 2014, sisa barang jadi yang tidak terjual sehingga menjadi persediaan Perseroan mencapai rata rata hingga 15% dari total barang jadi Perseroan pada tahun yang sama. Bercermin pada hal hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa Perseroan belum melaksanakan strategi penjualannya produk kaca lembarannya secara maksimal. Untuk itu dibutuhkan analisis lebih rinci mengenai strategi yang diterapkan oleh Perseroan untuk meningkatkan penjualan dan dapat bersaing di pasar kaca lembaran. Beberapa strategi yang telah dijalankan oleh Perseroan adalah sebagai berikut: 1. Lean Services dengan sistem Kanban Dengan menggunakan sistem Kanban Perseroan dapat memaksimalkan proses produksi produk, sistem ini cukup efektif untuk mendukung jalannya sistem produksi secara keseluruhan, dan digunakan untuk mengontrol kecepatan produksi. 2. Pemasaran produk kaca lembaran secara manual Perseroan dalam memasarkan produknya menggunakan katalog atau brosur yang berisi informasi tentang produk produk kaca lembaran Perseroan. Selain itu, Perseroan juga memberikan kesempatan kepada konsumennya untuk melakukan komunikasi mengenai produk kaca lembaran yang dibutuhkan melalui surat elektronik (e-mail) maupun sambungan melalui telepon. 10

3. Menggunakan distributor tunggal untuk mendistribusikan produknya. Untuk memenuhi kebutuhan konsumennya, khususnya sektor konstruksi dan sektor rumah tangga, Perseroan fasilitas jalur distribusi tunggal. Distributor tunggal ini bertanggung jawab untuk melakukan distribusi produk kaca lembaran Perseroan ke seluruh agen agen sebelum akhirnya produk kaca lembaran tersebut dapat dibeli oleh konsumen. 1.3 Pertanyaan dan Tujuan Penelitian 1. Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka pertanyaan penelitian ini adalah: a. Seberapa ketat persaingan di industri kaca lembaran saat ini? Apakah industri kaca lembaran masih merupakan industri yang menarik? b. Apakah strategi yang digunakan Perseroan saat ini masih efektif jika digunakan untuk menghadapi persaingan usaha pada industri kaca lembaran? c. Strategi apakah yang lebih tepat dilakukan oleh Perseroan dalam menghadapi persaingan bisnis kaca lembaran saat ini? 2. Adapun tujuan dari penelitian yang dibuat adalah sebagai berikut. a. Memberikan gambaran mengenai kondisi industri kaca lembaran Nasional. b. Mengevaluasi penerapan strategi Perseroan saat ini masih efektif untuk diterapkan pada persaingan di industri kaca lembaran. c. Merumuskan strategi yang sesuai untuk meningkatkan daya saing serta pangsa pasar Perseroan pada pasar korporasi di industri kaca lembaran. 1.4 Manfaat Penelitian 11

Hasil penelitian diharapkan menjadi masukan atau bahan pertimbangan untuk pihak manajemen perusahaan dalam menerapkan strategi bersaing dalam pasar kaca lembaran. 1.5 Sistimatika Penulisan Dalam penulisan tesis ini dibagi masing masing bab akan membahas seperti berikut ini: BAB I : PENDAHULUAN Akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, keterangan mengenai objek penelitian, perumusan masalah, batasan studi, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Akan mengulas teori teori dan praktik praktik Strategi Bersaing. Termasuk dalam Bab ini adalah kerangka berfikir, pertanyaan penelitian dan rencana penelitian. BAB III: METODOLOGI DAN PROFIL OBYEK PENELITIAN Akan membahas tentang metodologi penelitian yang meliputi; data primer dan sekunder, cara memperoleh data, alat analisa data serta profil objek penelitian. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dipaparkan hasil pengambilan data wawancara, pengamatan dan pengolahannya serta pembahasan umum maupun yang spesifik hasil penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 12

Dalam Bab ini akan disampaikan kesimpulan penelitian dan rekomendasi serta keterbatasan penelitian. 13