BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara yang berpaham walfare state, Negara Republik Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif di Indonesia. Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar bebas di dunia. Khusus di kawasan ASEAN pada tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah singkat Usaha Kecil dan Menengah. pekerjaannya adalah petani penggarap dengan lahan yang sempit.

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal).

BAB I PENDAHULUAN. barang dari kulit dan alas kaki (KBLI 15) yang naik sebesar 1,67 %. Selanjutnya,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. didasari oleh kebutuhan masyarakat Manding untuk hidup layak. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang akan mengalami pertumbuhan lebih lambat dari pada yang. tumpuan harapan bagi pembangunan (Purnama, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

PEGUKURAN KINERJA KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendapatan secara merata. Pembangunan dewasa ini tidak bisa lepas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelayakan

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Industri Kecil dan Menengah (IKM) merupakan salah satu sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang. berpengaruh dalam persaingan global. SDM yang berkualitas, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak yang membutuhkan aliran informasi yang cepat dan murah.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Salah satunya dibuktikan oleh peningkatan jumlah wisatawan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. oleh kualitas SDM yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut. (Indriati, A. 2015)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi nasianal. Pada saat krisis ekonomi, usaha kecil menengah mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, peran pariwisata sangat berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendorong manusia untuk berbondong-bondong memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Ditegaskan bahwa tujuan Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap. ekonomi, maupun sosial budaya bahkan pertahanan-keamanan.

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia untuk disemayamkan. Hal ini menjadi amat penting bagi manusia

BAB VI PENUTUP. kualitas maupun kuantitas komponen wisata. Secara garis besar kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Mathieson, 2006). Pariwisata diyakini menjadi salah satu primadona

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

berkisar antara C di dataran tinggi

Bab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan dunia pariwisata di Indonesia

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

BAB I PENDAHULUAN. Kesultanan Surakarta dan Mangkunegaran masa lalu (Soemardjan, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan

BAB I PENDAHULUAN. menarik kunjungan wisatawan. Wisatawan yang datang berkunjung. negara dan masyarakat di lokasi obyek wisata.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kilometer dari Ibukota Kecamatan Imogiri. Batas administrasi Desa Kebonagung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

Sumber: data pribadi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam

BAB I PENDAHULUAN. rempah yang sudah diakui dunia, berbagai tanaman yang tumbuh disetiap

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang berpaham walfare state, Negara Republik Indonesia mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan rakyatnya. Dasar konstutisional bahwa Indonesia sebagai negara kesejahteraan diisyaratkan dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945. Pada pembukaan tersebut disebutkan bahwa cita-cita bangsa Indonesia adalah menciptakan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Artinya kewajiban bagi pemerintah itu tidak semata-mata melaksanakan tugas di bidang pemerintahan saja, tetapi juga melaksanakan kesejahteraan sosial atau untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. 1 Tujuan nasional yang disebutkan pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dilaksanakan oleh pemerintah melalui pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa bersama-sama segenap rakyat Indonesia di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata diseluruh wilayah Indonesia dengan memaksimalkan potensi yang ada di masingmasing daerah, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan desentralisai. Desentralisasi merupakan sistem pengelolaan pemerintahan yang berkebalikan dengan sistem sentralisasi. 2 melalui desentralisasi berarti pemerintah pusat 1 Ridwan, 2009, Hukum Administrasi Di Daerah, FH UII Press, Yogyakarta, hlm. 48 2 Siswanto Sunarno, 2005, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 52 1

2 menyerahkan wewenagnya kepada pemerintah daerah untuk menetapkan strategi, kebijakan dan program termasuk mengeluarkan peraturan daerah bagi kepentinganya sendiri. Dengan adanya kebijakan desentralisasi, pemerintah daerah dituntut lebih kreatif dalam memecahkan berbagai permasalahan yang terdapat di daerah. Salah satu permasalahan utama yang terdapat di daerah adalah penciptaan lapangan kerja bagi penduduk daerah. Sekarang ini banyak penduduk usia produktif di daerah yang tidak bekerja akibat kurang tersedianya lapangan pekerjaan di daerah, padahal ukuran paling fundamental bagi keberhasilan suatu pemerintahan dalam sebuah negara modern adalah seberapa jauhkah pemerintahan tersebut berhasil menciptakan lapangan kerja bagi kalangan warga masyarakat. 3 Penciptaan lapangan kerja merupakan masalah yang paling esensial karena dampak yang ditimbulkan bisa sangat beragam apabila tidak segera diatasi. Ditengah sulitnya pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja, keberadaan industri kecil dan menengah di Indonesia dapat menjadi alternatif solusi bagi permasalahan lapangan kerja dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Walaupun kecil dalam skala jumlah pekerja, aset, dan omzet, namun karena jumlahnya yang sangat besar, industri kecil dan menengah ini tetap memegang peran yang penting dalam menunjang tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Keberadaan industri kecil menengah ditengah masyarakat daerah bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. mengingat 3 Syaukani et.all, 2002, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 222

3 banyaknya jumlah usia produktif di daerah, keberadaan industri kecil menengah sangat berguna untuk menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengganguran. Hal tersebut tentunya harus mendapat perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah agar industri-industri kecil menengah yang ada di daerah dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai daerah tujuan pariwisata yang banyak dikunjungi wisatawan baik lokal maupun manca negara. Selain mengandalkan sektor pariwisata ternyata propinsi ini juga memiliki sektor pertanian dan sektor industri, walaupun bukan industri dalam skala yang besar akan tetapi sektor industri di Yogyakarta dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi peningkatan perekonomian masyarakat. Yogyakarta sendiri terdiri dari empat Kabupaten yaitu Bantul, Gunung kidul, Kulonprogo, dan Sleman. Dari keempat Kabupaten tersebut Bantul merupakan salah satu Kabupaten yang mempunyai tingkat perkembangan industri yang relatif tinggi dibandingkan dengan Kabupaten yang lain. Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan Kota Yogyakarta dengan luas wilayah lebih kurang 506,85 km persegi, dibagi dalam 17 Kecamatan, 75 Desa, dan 933 Dusun. Jumlah penduduk Bantul pada tahun 2011 adalah 921.263 jiwa, dengan rincian penduduk laki-laki sebanyak 459.459 jiwa dan wanita sebanyak 461.804 jiwa, dimana tngkat kepadatan penduduknya sebesar 1.818/km2. Pada tahun 2010 jumlah tenaga kerja tercatat 481.422 jiwa, sementara tahun 2011 menjadi 476.567 jiwa. Jumlah penganggur pada tahun 2010 sebanyak 30.139 jiwa, turun menjadi 29.219

4 jiwa pada tahun 2011. 4 Perekonomian di Kabupaten Bantul bersumber dari tiga sektor secara berimbang yaitu pertanian, industri dan perdagangan. Sektor industri di Kabupaten Bantul mayoritas merupakan industri kecil. Jumlah industri kecil di Kabupaten Bantul sebesar 17.801 buah dengan mempekerjakan 77.600 orang, sementara industri besar/sedang sebesar 155 buah dengan tenaga kerja sebanyak 15.401 orang. Subsektor pada industri kecil yang menghasilkan produksi dalam jumlah yang besar antara lain yaitu industri pengolahan pangan, kimia dan bahan bangunan, sandang dan kulit, serta industri logam dan jasa. 5 Berdasarkan hasil FGD (forum group discussion) yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul dengan melibatkan narasumber yang kompeten dalam pengembangan industri kecil dan menengah, terpilih produk unggulan prioritas Kabupaten Bantul adalah produk berbasis kulit. 6 Industri pembuatan produk berbasis kulit di Kabupaten Bantul menghasilkan produk fashion yang berbasis kulit seperti jaket, tas, ikat pinggang, dompet, alas kaki, dll. Sentra industri produk berbasis kulit di Kabupaten Bantul berada di dusun Manding desa Sabdodadi, disini para pengerajin produk kulit mendirikan showroom untuk menjual berbagai barang hasil produksi kerajinan kulit. Selain menghasilkan produk kulit untuk kebutuhan fashion, industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul juga terkenal dengan industri kerajinan kulit tatah sungging yang berada di dusun 4 Bappeda Kabupaten Bantul, Informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah akhir tahun anggaran 2011 Kabupaten Bantul, dikutip pada htpp://bappeda.bantulkab.go.id pada tanggal 5 september 2012 pukul 17.45 WIB. 5 Madu Blog, Potensi ekonomi bantul dikutip pada http://di-yogyakarta.blogspot.com pada tanggal 5 september pukul 18.00 WIB. 6 Dinas Perindustrian, Perdagangan Dan Koperasi Kabupaten Bantul, Kajian Strategis Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Bantul.

5 Pucung dan Gendeng. Kerajinan kulit tatah sungging di desa pucung dan gendeng menggunakan bahan kulit sebagai media kreatif untuk menghasilkan berbagai produk kerajinan seperti wayang kulit, kipas, hiasan dinding, miniatur wayang, kaligrafi dll. Sebenarnya industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul sudah diterima dengan baik oleh pasar. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya pengunjung yang datang ke showroom milik para pengerajin kulit untuk membeli produk-produk kerajinan kulit mereka, selain itu hasil produk industri kerajinan kulit Kabupaten Bantul juga sudah dipasarkan ke distributor lokal (dalam negeri) maupun luar negeri (ekspor) seperti ke Korea, Jepang dan Amerika. Sayangnya akibat era globalisasi dan perdaganagan bebas, beberapa tahun belakangan ini industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul mulai mengalami kemunduran. Permasalahan yang terdapat pada industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul diantaranya para pengerajin kulit kesulitan memperoleh modal untuk mengembangkan usahanya, bahan baku produksi juga sulit diperoleh karena masih bergantung pada daerah lain dan mesin-mesin milik pengerajin sudah tidak memadai. Hal ini menyebabkan produk-produk kulit dari Kabupaten Bantul kesulitan dalam bersaing dengan produk-produk yang berasal dari luar negeri seperti produk kulit imitasi dari China yang banyak masuk ke Indonesia. Dengan harga yang relatif lebih murah, produk kulit imitasi dari China lebih diminati oleh masyarakat sehingga produk kerajinan kulit lokal khususnya dari Kabupaten Bantul mulai kehilangan pasar. Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah dalam hal ini tidak dapat membendung masuknya produk impor tersebut karena apabila hal tersebut dilakukan akan bertentangan dengan perjanjian (perdagangan WTO).

6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian menyebutkan bahwa, salah satu tujuan dari pembinaan dan pengembangan industri adalah untuk memberikan perlindungan yang wajar bagi industri dalam negeri terhadap kegiatankegiatan industri dan perdagangan luar negeri yang bertentangan dengan kepentingan nasional pada umumnya serta kepentingan perkembangan industri dalam negeri pada khususnya. 7 Atas dasar hal tersebut peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam membuat kebijakan dan strategi yang tepat bagi pengembangan industri nasional sangat diperlukan agar industri dalam negeri khususnya industri kecil menengah dapat menghasilkan produk-produk yang inovatif dan berkualitas sehingga mampu bertahan dan bersaing dengan produk produk asing. Berdasarkan hal tersebut pemerintah Kabupaten Bantul melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul yang berfungsi melaksanakan berbagai urusan pembangunan dan pengembangan industri di Kabupaten Bantul diharapkan mampu membuat program dan strategi yang tepat untuk pengembangan industri kerajinan kulit yang ada di Kabupaten Bantul. Peran Dinas Perindustrian Perdagangan Dan Koperasi Kabupaten Bantul diharapkan mampu menjawab permasalahan dan mengembangkan industri kerajinan kulit Kabupaten Bantul menjadi industri unggulan di daerah Kabupaten Bantul. Bertolak atas latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membuat penulisan hukum yang berjudul : 7 undang-undang nomor 5 tahun 1984 tentang perindustrian

7 PERAN DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI DALAM STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN KULIT DI KABUPATEN BANTUL. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka penulis perlu untuk merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penulisan hukum ini. Masalah yang akan dibahas dalam penulisan hukum ini adalah : 1. Bagaimanakah peran Dinas Perindustrian, Perdagangan Dan Koprasi Kabupaten Bantul dalam strategi pengembangan industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul? 2. Kendala-kendala apa yang dialami Disperindagkop Kabupaten Bantul dalam pengembangan industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul? 3. Upaya apa yang dilakukan Disperindagkop Kabupaten Bantul untuk mengatasi kendala-kendala tersebut? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1 Mengetahui peran Dinas Perindustrian, Perdagangan Dan Koprasi Kabupaten Bantul dalam strategi pengembangan industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul. 2 Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Disperindagkop dalam strategi pengembangan industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul

8 3 Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Disperindagkop dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah suatu manfaat yang bersifat teoritis dan praktis, baik bagi penulis, bagi pemerintah, bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan. Lebih lanjut manfaat tersebut antara lain : 1. Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan terhadap bidang hukum administrasi negara, terutama yang berkaitan dengan peran pemerintah daerah 2. Bagi pemerintah daerah khususnya Disperindagkop Kabupaten Bantul diharapkan penelitian ini bisa menjadi masukan dan pertimbangan dalam membuat program-program dan kebijakan yang berkaitan dengan penggembangan industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul. 3. Bagi masyarakat hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat umum tentang peran Disperindagkop Kabupaten Bantul dalam strategi pengembangan industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul. Bagi pelaku industri kerajinan kulit, penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuaan tentang kebijakan-kebijakan apa yang dikeluarkan oleh Disperindagkop guna mengembangkan industri kerajianan kulit di Kabupaten Bantul.

9 4. Bagi ilmu pengethuan penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai refernsi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum administrasi negara dan sebagai referensi penelitian sejenis. E. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran yang dilakukan penulis, di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penulisan hukum dengan judul PERAN DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI DALAM STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN KULIT DI KABUPATEN BANTUL belum ada yang meneliti sebelumnya. Namun ada beberapa penulisan yang memiliki kesamaan unsur, diantaranya adalah : 1 Berjudul Peran Dinas Tata Kota dalam upaya pengembangan dan pelestarian obyek-obyek wisata di Kotamadya Yogyakarta. Yang diajukan oleh Jatmiko Widiarso. Bagian hukum administrasi negara tahun 1997. 8 2 Berjudul Peran Dinas Pemukiman Dan Prasarana Wilayah (DESKIMPRASIL) Dalam program penataan dan Revitalisasi kawasan wisata pasar ngasem. Yang diajukan oleh Novita NIM 01/150357/HK/15751 bagian hukum administrasi negara tahun 2005. 9 Adapun perumusan masalahnya yaitu: 8 Jatmiko Widiarso, 1997, Peran Dinas Tata Kota dalam upaya pengembangan dan pelestarian obyekobyek wisata di Kotamadya Yogyakarta, Skripsi, FH UGM 9 Novita, 2005, Peran Dinas Pemukiman Dan Prasarana Wilayah (DESKIMPRASIL) Dalam program penataan dan Revitalisasi kawasan wisata pasar ngasem, Skripsi, FH UGM

10 a. Bagaimanakah peran Dinas pemukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi DIY dalam program penataan dan revitalisasi kawasan pasar ngasem yogyakarta, terutama dalam menjaring aspirasi dan peran serta masyarakat untuk menerapkan program Bottom Up Planning? b. Apa kendala yang dihadapi oleh Dinas Kimpraswil Propinsi DIY dalam pelaksanaan program penataan dan revitalisasi kawasan wisata pasar Ngasem Yogyakarta? c. Bagaimanakah upaya uantuk mengatasi kendala yang dihadapi agar program penataan dan revitalisasi kawasan pasar Ngasem dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan? 3 Berjudul Peran Dinas Kesehatan dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat. Yang diajukan oleh Yunarwanti. Bagian administrasi negara tahun 2005. 10 4 Berjudul Peran Dinas Tenagakerja Dan transmigrasi dalam mengurangai pengangguran di Kota Yogyakarta. Yang diajukan oleh Iswahyuni Nugroho Wari bagian administrasi negara tahun 2006. 11 5 Berjudul Peranan Dinas Pariwisata dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Bantul. Yang diajukan oleh Suci Dwi Hapsari bagian hukum administrasi negara 2008. 12 Adapun perumusan masalahnya yaitu 10 Yunarwanti, 2005, Peran Dinas Kesehatan dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, Skripsi, FH UGM 11 Iswahyuni Nugroho Wari, Peran Dinas Kesehatan dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, Skripsi, FH UGM 12 SucI Dwi Hapsari, 2008, Peranan Dinas Pariwisata dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Bantul, Skripsi, FH UGM

11 a. Bagaimanakah peranan Dinas Pariwisata dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Bantul? b. Apakah kendala-kendala yang menghambat Dinas Pariwisata dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah? c. Upaya apa yang dapat dilakukan Dinas pariwisata untuk mengatasi kendala tersebut agar pendapatan asli daerah dapat ditingkatkan? 6 Berjudul Peranan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Dan Pertanian Kota Yogyakarta Dalam Strategi Pengembangan Usaha Batik Skala Kecil Di Kota Yogyakarta. Yang diajukan oleh Januar Stedi Alfani Bagian hukum administrasi negara 2013 13 Dari semua penelitian yang telah disebutkan diatas, penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan penelitian sebelumnya. Adapun Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada objek yang diteliti yaitu Peran Dinas Perindustrian Perdangangan Dan Koperasi Kabupaten Bantul Dalam Strategi Pengembangan Kerajinan Kulit Di Kabupaten Bantul. Selama penulis melakukan penelusuran belum ada penulisan hukum yang meneliti hal tersebut. Sehingga, dengan demikian penelitian penulisan hukum ini dapat dipastikan keasliannya. 13 Januar Stedi Alfani, 2013, Peranan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Dan Pertanian Kota Yogyakarta Dalam Strategi Pengembangan Usaha Batik Skala Kecil Di Kota Yogyakarta, Skripsi, FH UGM