Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

dokumen-dokumen yang mirip
Daftar Pertanyaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta

SE - 113/PJ/2010 PENGGALIAN POTENSI DAN PENGAMANAN PENERIMAAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. IV.1. Ruang Lingkup Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi. Pajak di KPP Pratama Tanah Abang Dua

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG

BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI. Besar/ Large Taxpayers Office (LTO) pada tahun 2002 yang diikuti peresmian

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 20/PJ/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN. Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman Nomor 102, Jakarta Barat berdasarkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Sejarah Singkat Berdirinya Instansi. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-03/PJ/2012 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Dasar Hukum Kegiatan Ekstensifikasi Wajib pajak dan Intensifikasi Pajak. pada KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-06/PJ/2012 TENTANG

Bab 3. Penjelasan Mengenai Ketentuan Sunset Policy Berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara

LAPORAN PERKEMBANGAN PELAKSANAAN DAN PENGGUNAAN ALOKASI ANGGARAN KEGIATAN EKSTENSIFIKASI, PENDATAAN DAN PENILAIAN KANTOR WILAYAH DJP...

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan

BAB III OBJEK PENELITIAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Satu

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring pertumbuhan ekonomi dewasa ini, saat ini Pajak menjadi tulang

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Gambaran Umum KPP Madya Jakarta Timur. 1. Sejarah Singkat KPP Madya Jakarta Timur

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-05/PJ/2012 TENTANG

Maya Safira Dewi; Mirza Maulida

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun diubah/disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-06/PJ/2012 TENTANG

BAB III GAMBARAN UMUM KPP PMA LIMA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 26 Juli

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

DAFTAR KANWIL DJP BERDASARKAN KELOMPOK TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUN 2011

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah.

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Organisasi Direktorat Jenderal Pajak. merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB V PENUTUP. sudah selayaknya ditarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan di

BAB II KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MADYA MEDAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-53/PJ/2012 TENTANG

BAB II HASIL SURVEY. Gambar 2.1 Logo Kanwil DJP Jatim I Surabaya. mengalami beberapa kali perubahan yaitu pada mulanya bernama Kantor

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang. Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan dengan

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Sebelum diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern, Kantor

BAB I PENDAHULUAN. Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi di antaranya KDL Tk. I

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentunya berusaha untuk dapat meningkatkan dan meratakan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Bentuk, Bidang Dan Perkembangan Usaha. kepada Wajib Pajak menjadi lebih optimal.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN. peningkatan jumlah penerimaan pajak dengan cara melakukan penghapusan sanksi

Transkripsi:

L 1 Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah Abang II? Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan Objek Pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Intensifikasi pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi DJP dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak. Contoh: Account Representative yang mengemban tugas intensifikasi perpajakan melalui pemberian bimbingan atau himbauan, konsultasi, analisis dan pengawasan terhadap Wajib Pajak, Seksi Penagihan melakukan intensifikasi kegiatan penagihan pajak dan sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- 06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2001 tujuan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak Orang Pribadi adalah meningkatkan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan mengoptimalkan penerimaan pajak. 2. Apakah ada pedoman atau dasar hukum yang menjadi acuan dalam pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak Orang Pribadi? Jika ada, apa sajakah pedoman tersebut?

L 2 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-12/PJ.43/2002 tanggal 20 Juni 2002 tentang Intensifikasi Kewajiban Pemotong PPh dan PPN Dalam Rangka Peningkatan Potensi Perpajakan. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.4/2001 tanggal 21 Februari 2001 tentang Intensifikasi Wajib Pajak Pemotongan dan Pemungutan, khususnya PPh Pasal 21/26. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-113/PJ/2010 tanggal 5 November 2010 tentang Penggalian Potensi Dan Pengamanan Penerimaan Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Baru. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-175/PJ./2006 tanggal 19 Desember 2006 tentang Tata Cara Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat Usaha di Pusat Perdagangan dan/atau Pertokoan. Ekstensifikasi berbasis properti dilakukan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-116/PJ./2007 Tanggal 29 Agustus 2007 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi Melalui Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan PER-32/PJ/2008. Ekstensifikasi berbasis pemberi kerja dilakukan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2007 Tanggal 25 Januari 2007 tentang Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi yang Berstatus sebagai Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham atau Pemilik dan Pegawai Melalui Pemberi Kerja atau

L 3 Bendaharawan Pemerintah, termasuk kegiatan multi level marketing, pemasok (supplier) dan sejenisnya. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-59/PJ/2008 tanggal 17 Oktober 2008 tentang Pemberian NPWP bagi Karyawan. 3. Siapa sajakah yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak Orang Pribadi pada KPP Jakarta Tanah Abang II? Sesuai butir 4 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2011, petugas pelaksana yang melakukan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi adalah petugas yang memenuhi kualifikasi dan melalui penunjukan oleh Kepala kantor. 4. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi yang di lakukan oleh petugas ekstensifikasi dan intensifikasi pajak pada KPP Tanah Abang II? Sesuai butir 6 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2011, tahap awal proses pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi adalah pencarian data. Pada KPP Tanah Abang II, data berasal dari Direktorat Informasi Perpajakan (sekarang namanya berubah menjadi Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan) dan data dari internal KPP.

L4 Sesuai butir 7 SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2011, tahap kedua adalah proses persiapan pelaksanaan kegiatan. Tahap ketiga diatur butir 8 dan 9 SE-06/PJ.9/2001 tentang pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak (Pelaksanaan ekstensifikasi: lihat butir 8 dan pelaksanaan intensifikasi : lihat butir 9) Tahap keempat diatur butir 11 SE-06/PJ.9/2001, mengenai pengawasan pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak. 5. Apakah dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak orang Pribadi KPP Tanah Abang II, melakukan kerjasama dengan instansi atau pihak lain yang terkait dengan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak? Jika ada dengan siapa saja dan dalam bentuk apa saja kerjasama tersebut dilakukan? Ya, SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2001, KPP harus melaksanakan koordinasi dengan instansi di luar DJP yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-113/PJ/2010 tanggal 5 November 2010 tentang Penggalian Potensi dan Pengamanan Penerimaan Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Baru, KPP Pratama harus melakukan kerjasama dan koordinasi dengan Pemerintah Daerah (Dinas Pajak atau Dinas Pendapatan) untuk mensukseskan kegiatan tersebut dengan memberikan penjelasan pentingnya penerimaan PPh 21 dan PPh Orang Pribadi bagi Pemerintah Daerah.

L5 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-113/PJ/2010 tanggal 5 November 2010 tentang Penggalian Potensi dan Pengamanan Penerimaan Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Baru, KPP Pratama harus melakukan koordinasi dan mengikutsertakan pihak ketiga seperti asosiasi pedagang, pengelola pasar, pengelola pusat perdagangan atau perhimpunan penghuni apartemen. Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-13/PJ.43/2000 tanggal 30 Mei 2000 tentang Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak Orang Asing, dalam rangka intensifikasi dan ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Asing, para Kepala KPP harus melakukan kerjasama dengan instansi terkait untuk mendapatkan data tentang keberadaan dan kegiatan usaha Wajib Pajak Orang Asing, antara lain dengan pihak Badan Koordinasi dan Penanaman Modal atau Daerah atau dengan Kantor Wilayah Depnaker untuk mendapatkan data Ijin Kerja Tenaga Asing (IKTA), Kantor Imigrasi untuk mendapatkan data jumlah orang asing dan maksud kedatangannya dan instansi terkait lainnya. Misalnya: di KPP Tanah Abang Dua, koordinasi dengan Pengelola Thamrin Residence, Pengelola Thamrin City, Pengelola PGMTA, Pengelola Pasar Tanah Abang Blok A. 6. Selain dengan instansi dan pihak eksternal, apakah KPP Tanah Abang II juga bekerja sama dengan KPP dan instansi lain di Jajaran Dirjen Pajak? Bagaimana bentuk kerja sama tersebut di lakukan? Ya, berupa pertukaran data Wajib Pajak, misalnya mengirimkan surat ke KPP di luar Jawa (lokasi) tempat Wajib Pajak memiliki lahan kelapa sawit atau lokasi tambang

batu bara. Isinya: meminta data SPPT PBB, kewajiban PPN, kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23. L6 7. Apakah ada hambatan atau kendala yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi yang dilakukan KPP Tanah Abang II? Ada, Contoh hambatannya yaitu: a. Surat permintaan data tidak direspon oleh KPP lokasi karena petugas di sana sibuk dan akhirnya suratnya mungkin terselip. b. Wajib Pajak hanya menyewa tempat sekian tahun di JDC (Jakarta Design Centre), sehingga sudah pindah alamat dan sulit dilacak. 8. Apakah upaya-upaya yang dilakukan oleh KPP Tanah Abang II, sebagai pemecahan dari permasalahan yang dihadapi? Mengirim Surat permintaan data kedua ke KPP lokasi dan berkunjung (visit) ke lokasi tempat usaha Wajib Pajak. Meminta bantuan pengelola JDC, siapa pihak yang menandatangani kontrak sewa dengan JDC dan dimana alamat di KTP-nya, sehingga pelacakan dilakukan melalui alamat KTP direktur.

L7 9. Apakah tujuan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan? Jumlah WP Orang Pribadi per akhir tahun di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang II semakin bertambah: Tahun 2007: 16.925 OP Tahun 2008: 24.913 OP Tahun 2009: 32.214 OP Tahun 2010: 35.938 OP Realisasi penerimaan PPh Orang Pribadi di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang II: Tahun 2006 Rp 4.999.750.000,- Tahun 2007 Rp 8.797.933.683,- Tahun 2008 Rp 11.006.215.993, - Tahun 2009 Rp 11.449.644.225,- Tahun 2010 Rp 10.326.571.820,- Kesimpulan: tujuan kegiatan ini yaitu meningkatkan jumlah Wajib Pajak terdaftar tercapai tetapi mengoptimalkan penerimaan pajak Orang Pribadi belum optimal. 10. Penyempurnaan data potensi pajak yang terdiri dari tahapan mapping, profiling, benchmarking, pemanfaatan data potensi pajak pihak ketiga dan optimalisasi pemanfaatan data perpajakan (OPDP) apakah berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Orang Pribadi pada KPP Pratama Tanah Abang II?

L8 Mapping adalah pemetaan yang menggambarkan potensi perpajakan yang dapat dikelompokkan berdasarkan wilayah/lokasi, subyek pajak, jenis pajak, sektor/ subsektor usaha, sesuai kebutuhan/ keunggulan yang terdapat di wilayah kerja KPP. Profile Wajib Pajak adalah rangkaian data dan informasi fiskal Wajib Pajak yang memuat identitas dan kegiatan usaha serta riwayat perpajakan Wajib Pajak secara berkesinambungan yang dapat diklasifikasikan atas data permanen, data akumulatif dan data lain. Benchmarking yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak disusun dalam suatu konsep yang disebut Total Benchmarking. Total Benchmarking didefinisikan sebagai proses membandingkan rasio-rasio yang terkait dengan tingkat laba perusahaan dan berbagai input dalam kegiatan usaha dengan rasio-rasio yang sama yang dianggap standar untuk kelompok usaha tertentu, serta melihat hubungan keterkaitan antar rasio untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Total benchmarking memiliki karakteristik: - Disusun berdasarkan kelompok usaha. - Dilakukan atas rasio-rasio berkaitan dengan tingkat laba dan input-input perusahaan. - Hubungan keterkaitan antar rasio-rasio diperhatikan. - Fokus pada penilaian kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan. Wajib Pajak yang memiliki kinerja keuangan yang lebih rendah daripada benchmark, tidak selalu berarti bahwa Wajib Pajak tersebut tidak melakukan

L9 kewajiban pajaknya dengan benar. Perlu diagnosa lebih mendalam untuk dapat menentukan apakah Wajib Pajak tersebut benar-benar tidak patuh atau terdapat faktor-faktor lain yang menyebabkan Wajib Pajak memiliki kinerja yang berbeda dengan benchmark. Total benchmarking bukan merupakan suatu proses enforcement di mana Wajib Pajak diharuskan untuk mengikuti standar yang ditetapkan, melainkan suatu alat bantu (supporting tools) yang dapat digunakan oleh aparat pajak dalam membina Wajib Pajak dan menilai kepatuhan perpajakannya. Semua program tersebut berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Orang Pribadi pada KPP Pratama Tanah Abang II. 11. Apakah Tujuan Mapping dan Profiling Wajib Pajak dapat membantu meningkatkan penerimaan Wajib Pajak Orang pribadi? Tujuan Mapping adalah untuk mendapatkan gambaran umum potensi perpajakan dan keunggulan fiskal di wilayah kerja masing-masing kantor atau unit kerja yang akan digunakan sebagai petunjuk dan sarana analisis dalam rangka penggalian potensi penerimaan, pelayanan dan pengawasan. Tujuan pembuatan profile Wajib Pajak adalah untuk menyajikan informasi yang dapat digunakan terutama untuk bahan analisis dan ukuran tingkat resiko dan kepatuhan Wajib Pajak, serta untuk lebih mengenal Wajib Pajak yang terdaftar agar dapat memonitor perkembangan usaha dan potensi fiskal Wajib Pajak yang bersangkutan serta melakukan pengawasan, penggalian potensi dan pelayanan yang lebih baik.

L10 Salah satu manfaat total benchmarking: supporting tools bagi program intensifikasi atau penggalian potensi pajak, kesimpulannya bila berjalan dengan baik semua program akan membantu meningkatkan penerimaan Wajib Pajak Orang pribadi. 12. Law enforcement yaitu program pemeriksaan yang dititikkberatkan pada perorangan dan badan hukum serta penagihan pajak berbasis pada tertib administrasi penagihan, apakah program law enforcement tersebut di terapkan pada KPP Pratama Tanah Abang II? Law enforcement adalah penegakan hukum peraturan perpajakan, meliputi pemeriksaan dan penagihan (penerbitan STP, Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan sampai dengan Pelaksanaan Lelang). Program tersebut harus dilaksanakan di semua KPP terhadap Wajib Pajak yang tidak kooperatif: misalnya telah dihimbau oleh Account Representatif untuk melakukan pembetulan SPT, tetapi Wajib Pajak tidak mengindahkan. Law enforcement berupa pemeriksaan dilakukan oleh petugas fungsional pemeriksa pajak dan berupa penagihan dilakukan oleh juru sita pajak di Seksi Penagihan. Narasumber: Pak Amir bagian Waskon 4 di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua.

L11 Skema Kerangka Pemikiran Pajak Sistem Perpajakan Self Assessment System With Holding System Official Assessment System Kendala/Hambatan Banyak WP berpotensi pajak tidak ber NPWP Sunset Policy Penerbitan NPWP secara jabatan Underground Economy Penerimaan pajak belum optimal Intensifikasi Ekstensifikasi Realisasi penerimaan pajak Peningkatan jumlah NPWP Perluasan objek pajak Ruang lingkup, persiapan, pelaksanaan ekstensifikasi Penerimaan pajak Pengaruh Ekstensifikasi Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak

L12 Lampiran - 12 Mapping berdasarkan Subjek Pajak sampai dengan 31 Maret 2010 KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua PENGELOMPOKAN DOMISILI BADAN LOKASI JUMLAH WP BENDAHARAWAN TERDAFTAR 6.424 200 160 31.264 EFEKTIF 2.543 138 78 21.359 FILLER 122 - - 1.910 KB 91 - - 1.534 LB 16 - - 1 NIHIL 137 - - 2.285 NON FILLER 1.089 1-5.872 STOP FILLER 5.213 199 160 25.437 PKP 1.381 57-443 NON PKP 5.043 143 160 32.776 WP PATUH 122 - - 1.910 PEMBUKUAN BAHASA ASING 1 - - - OP

L13 Lampiran - 13 Potensi Penerimaan Sektoral Tahun 2010 KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua Rupiah KATEGORI URAIAN KATEGORI PPh PPN A Pertanian, perburuan dan kehutanan 7.453.363.215 102.622.000 B Perikanan 16.676.400 701.000 C Pertambangan dan penggalian 1.702.826.308 1.699.112.676 D Industri pengolahan 3.154.231.634 1.231.884.648 E Listrik, gas dan air 308.454.831 7.681.052.568 F Konstruksi 35.167.502.011 43.567.503.344 G H Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, sepeda motor, serta barang-barang keperluan pribadi dan rumah tangga 16.791.468.061 15.368.702.177 penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum 725.201.099 232.955.963 I Transportasi, pergudangan dan komunikasi 4.390.139.169 2.251.084.743 J Perantara keuangan 1.868.731.793 165.018.063 Real Estat, usaha persewaan dan jasa K perusahaan 4.497.126.232 10.335.407.677 L Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib 113.320.535 10.247.590 M Jasa pendidikan 145.613.749 10.323.840 N Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 213.005.479 2.690.197 Jasa kemasyarakatan, sosial dan kegiatan O lainnya 752.989.983 252.560.155 P Jasa perorangan 1.111.298.720 9.925.895 X Kegiatan yang belum jelas batasannya 2.809.990.019 Total 81.221.939.238 82.921.792.536

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pajak L14 DIRJEN PAJAK SEKRETARIS DJP PARA KEPALA BAGIAN KAKANWIL DJP JAKARTA KHUSUS KAKANWIL DJP WP BESAR PARA KAKANWIL MODERN PARA DIREKTUR KEPALA PUSAT PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN PARA TENAGA PENGKAJI PARA KEPALA BIDANG PARA KASUBDIT KEPALA KPP MADYA PARA KEPALA KPP PRATAMA

L15 Struktur Organisasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus KEPALA KPP WP BESAR KASUBAG UMUM KASI PDI KASI PELAYANAN KASI PENAGIHAN KASI PEMERIKSAAN KASI WASKON I SD IV FUNGSIONAL PEMERIKSA JURU SITA PAJAK AR - Struktur Organisasi KPP Wajib Pajak besar (Sama dengan KPP Wajib Pajak Madya dan Struktur KPP Pratama, perbedaannya tidak ada kasi ekstensifikasi)

Struktur Organisasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak selain Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus L16 KAKANWIL DJP MODERN KABAG UMUM PARA KEPALA BIDANG KEPALA KPP MADYA FUNGSIONAL PEMERIKSA PARA KEPALA KPP PRATAMAA KASUBAG KEPALA SEKSI KASUBAG UMUM KEPALA SEKSI FUNGSIONAL PEMERIKSA

Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor Pelayanan Pajak Madya L17 KEPALA KPP MADYA KASUBAG UMUM KASI PDI KASI PELAYANAN KASI PENAGIHAN KASI PEMERIKSAAN KASI WASKON I SD IV FUNGSIONAL PEMERIKSA JURU SITA PAJAK AR - Struktur KPP Wajib Pajak Madya (Sama dengan struktur KPP Pratama, perbedaannya tidak ada kasi ekstensifikasi)