UPDATE REGULASI KEAMANAN PANGAN DAN MASA KEDALUWARSA PRODUK PANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI BIDANG PANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN

SEPUTAR BAHAN TAMBAHAN PANGAN

Resiko Bahan Kimia Pada Makanana

DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN

(3) KENALI DENGAN BAIK MANFAAT BAH AN TAMBAHAN PANGAN Ardiansyah PATPI Cabang Jakarta

Lampiran 1. Penggolongan Bahan Tambahan Pangan (BTP)

LAMPIRAN. Jenis cemaran mikroba dan batas maksimum

Kuesiner Penelitian PENGETAHUAN, DAN SIKAP PEDAGANG ES KRIM TENTANG PENGGUNAAN PEMANIS BUATAN DI BEBERAPA PASAR KOTA MEDAN TAHUN 2010

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BERITA NEGARA. BPOM. Pangan Campuran. Bahan Tambahan. Persyaratan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

3. Peserta didik dapat mengidentifikasi bahan tambahan pangan yang berjenis

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN CAMPURAN

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sapi, ayam ikan, maupun udang lalu dibentuk bulatan-bulatan kemudian

Menimbang : Mengingat :

Sosis ikan SNI 7755:2013

1.1. Latar Belakang Penelitian

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KATEGORI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN)

Siomay ikan SNI 7756:2013

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

2016, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

d. bahwa masyarakat perlu dilindungi dari peredaran pangan yang tidak memenuhi ketentuan standar dan atau karakteristik dasar pangan;

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

01.3 Susu kental dan analognya (plain) CPPB Krim yang digumpalkan (plain) CPPB Krim analog CPPB

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

KEAMANAN PANGAN (UNDANG-UNDANG NO 12 TENTANG PANGAN TAHUN 2012

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Kandungan Gizi Labu Kuning. Tabel 5. Kandungan Gizi dalam 100 g Labu Kuning. Kandungan Gizi. 0,08 mg.

*40875 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 2004 (28/2004) TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).tiga perempat dari luas wilayah

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Tuna dalam kemasan kaleng

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

AMANKAH PANGAN ANDA???

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM

Regulasi Pangan di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG GARAM KONSUMSI BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT)

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

Bab 21. Bahan Tambahan Makanan (BTM), Keamanan Pangan dan Perlindungan Konsumen

PENERAPAN KATEGORISASI RISIKO PENILAIAN PANGAN OLAHAN. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan 19 Desember 20170

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

Air mineral alami SNI 6242:2015

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengolahan yang memenuhi syarat, cara penyimpanan yang betul, dan. pengangkutan yang sesuai dengan ketentuan (Mukono, 2000).

Transkripsi:

UPDATE REGULASI KEAMANAN PANGAN DAN MASA KEDALUWARSA PRODUK PANGAN Disampaikan oleh : Ir. Gasilan Kasubdit Standardisasi Bahan Baku dan BTP Bogor, 23 Oktober 2014

OUTLINE Pendahuluan Upda,ng regulasi keamanan pangan Masa kedaluwarsa produk pangan

Badan POM Terwujudnya standardisasi produk pangan dalam rangka meningkatkan perlindungan konsumen dari pangan yang tidak layak, tidak aman dan dipalsukan serta meningkatkan efisiensi dan daya saing produk pangan nasional. 1. Melindungi kepentingan masyarakat 2. Mewujudkan jaminan mutu dan keamanan 3. Menunjang dihasilkannya produk pangan yang berdaya saing 4. Memberdayakan sumberdaya dalam negeri

Mengapa perlu Regulasi Pangan??? a. Tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi kepenengan kesehatan manusia; b. Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab; dan c. Terwujudnya Engkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Penyusunan Standar/Regulasi KETERLIBATAN BERBAGAI SEKTOR : Kementan, KKP, Kemenperind, Kemendag, Kemenkes, BADAN POM PEMDA, DLL LABORATORIUM PRODUSEN, IMPORTIR, DISTRIBUTOR, PERITEL, JASABOGA KONSUMEN

Acuan/Referensi Sebagai bahan kajian / pertimbangan Nasional (Data nasional, hasil riset, rekomendasi dari pakar, dll) Regional (ASEAN, EU) Internasional (Codex) Bilateral (FSANZ, Malaysia, US- FDA)

Regulasi Keamanan Kualitas/mutu Nutrisi/Gizi Label Iklan Klaim Pangan Organik ü Batas Cemaran Mikroba dan Kimia ü Bahan Tambahan Pangan ü Pangan Rekayasa GeneEk ü Pangan Iradiasi ü SNI, ü Kategori Pangan, ü Kodeks Makanan Indonesia PENGAWASAN PANGAN EVALUASI PRE- MARKET EVALUASI POST - MARKET Nomor Persetujuan PendaNaran: BPOM RI MD/ML Inspeksi

OUTLINE Pendahuluan Upda,ng regulasi keamanan pangan Masa kedaluwarsa produk pangan

Pangan Menjadi Tidak Aman Karena : Mikroba: Bakteri Kapang Khamir Protozoa Virus BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA Kontaminan Kimia: Residu Pestisida Residu Obat Hewan Logam Berat (Hg, Pb, Cd) Aflatoksin, dsb. Bahan Berbahaya BTP Berlebihan Kerikil Potongan logam Paku Isi Stapler dsb. Pangan yang aman adalah pangan yang bebas bahaya BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA

Potensi cemaran dari lahan pertanian sampai siap dikonsumsi (from farm to table) Residu pestisida dan bahan kimia lainnya; Antibiotika sebagai aditif pakan Hg Penggunaan bahan berbahaya (formalin, boraks, pewarna tekstil) Penggunaan BTP berlebih Pb 10

Regulasi keamanan pangan (update) Undang- undang Pangan No. 18 tahun 2012 Peraturan Menteri Kesehatan No. 034 tahun 2012 tentang Batas Maksimum Melamin dalam Pangan Peraturan Menteri Kesehatan No. 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan PerKa BPOM RI No. 4 s/d 25 dan No. 36 s/d 38 Tahun 2013 tentang Bahan Tambahan Pangan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.52.08.12.5545 Tahun 2012 tentang Batas Maksimum Nitrit Dalam Sarang Burung Walet Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.03.12.1564 tahun 2012 tentang Pengawasan Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Gene,k

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.03.12.1563 tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa GeneEk Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 701/Menkes/Per/ VIII/2009 tentang Iradiasi Pangan PerKa BPOM RI No. HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 Tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan

UNDANG-UNDANG Nomor 18 Tahun 2012 Tentang PANGAN

STRUKTUR BAB UU PANGAN Bab Judul Pasal I. Ketentuan Umum 41 buah II. Asas, Tujuan, dan Lingkup Pengaturan 2 5 III. Perencanaan 6 11 IV. Ketersediaan Pangan 12 45 V. Keterjangkauan Pangan 46 58 VI. Konsumsi Pangan Dan Gizi 59 66 VII. Keamanan Pangan 67 95

Struktur Bab (Lanjutan) Bab Judul Pasal VIII. Label dan Iklan Pangan 96 107 IX. Pengawasan 108 112 X. Sistem Informasi Pangan 113 116 XI. Penelitian dan Pengembangan Pangan 117 125 XII. Kelembagaan Pangan 126 129 XIII. Peran Serta Masyarakat 130 131 XIV. Penyidikan 132 XV. Ketentuan Pidana 133 148 XVI. Ketentuan Peralihan 149 XVII. Ketentuan Penutup 150-154

ü Keamanan Pangan Kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.

PENGAWASAN PANGAN Pengawasan Pangan dilakukan terhadap: ü Kecukupan pangan pokok yang aman, bergizi, dan terjangkau ü persyaratan keamanan, mutu, dan gizi pangan; ü persyaratan label dan iklan pangan. Pangan Segar Pangan Olahan lembaga pemerintah di bidang Pangan lembaga pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan; Akan dibentuk melalui Perpres dalam waktu 3 tahun.

a. Menetapkan NSPK 1. Keamanan Pangan AMANAT PENGAWASAN PANGAN ü Sanitasi pangan ü bahan tambahan pangan ü pangan produk rekayasa gene,k ü iradiasi pangan (Pasal 80-81) ü kemasan pangan ü Jaminan keamanan dan mutu pangan 2. Label dan Iklan Pangan (Pasal 68-69) (Pasal 70-72) (Pasal 82-85) (Pasal 73-76) (Pasal 77-79) (Pasal 103 dan 107) (Pasal 86-94) b. Membina dan mengawasi penerapan NSPK (Pasal 68-69, 98, 104)

Permenkes No. 034 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Melamin dalam Pangan Melamin adalah suatu senyawa kimia organik yang paling umum didapat dalam bentuk kristal, mengandung banyak nitrogen dan biasa digunakan dalam produk non- pangan, yang apabila digunakan dalam pangan dapat membahayakan kesehatan manusia

Batas maksimum melamin dalam pangan Jenis Pangan Batas Maksimum Formula bayi bentuk bubuk 1 mg/kg Formula bayi siap konsumsi 0.15 mg/kg Pangan lain 2.5 mg/kg

Permenkes RI No. 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan Permenkes RI No. 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan Merupakan Revisi dari Permenkes RI No. 722/ Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan

Permenkes RI No. 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan Golongan BTP Jenis BTP Bahan yang Dilarang digunakan BTP Label Pembinaan dan Pengawasan Ketentuan Peralihan Ketentuan Penutup

Definisi Bahan Tambahan Pangan (BTP): Bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan Tujuan penggunaan Mengawetkan pangan Membentuk pangan Memberikan warna Meningkatkan kualitas pangan Menghemat biaya Memperbaiki tekstur Meningkatkan cita rasa Meningkatkan stabilitas Ruang Lingkup BTP Tidak dikonsumsi secara langsung Tidak diperlakukan sebagai bahan pangan. Dapat mempunyai atau Edak mempunyai nilai gizi. Sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk tujuan teknologis pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan Tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempertahankan atau Untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat makanan tersebut, baik secara langsung atau,dak langsung.

Golongan BTP Permenkes No. 722/1988 Permenkes 033 tahun 2012 1. Antioksidan (12 jenis) 2. Antikempal (11 jenis) 3. Pengatur keasaman (53 jenis) 4. Pemanis buatan (4 jenis) 5. Pemutih dan Pematang tepung (8 jenis) 6. Pengemulsi, pemantap, pengental (88 jenis) 7. Pengawet (26 jenis) 8. Pengeras (11 jenis) 9. Pewarna Alami (13 jenis) 10. Pewarna Sintetik (12 jenis) 11. Penyedap rasa dan aroma (75 jenis) 12. Penguat rasa (4 jenis) 13. Sekuestran (23 jenis) 1. Antibuih (Antifoaming agent); 2. Antikempal (Anticaking agent); 3. Antioksidan (Antioxidant); 4. Bahan pengkarbonasi (Carbonating agent); 5. Garam pengemulsi (Emulsifying salt); 6. Gas untuk Kemasan (Packaging gas) 7. Humektan (Humectant); 8. Pelapis (Glazing agent); 9. Pemanis (Sweetener); 10. Pembawa (Carrier) 11. Pembentuk gel (Gelling agent); 12. Pembuih (Foaming agent); 13. Pengatur keasaman (Acidity regulator); 14. Pengawet (Preservative); 15. Pengembang (Raising agent); 16. Pengemulsi (Emulsifier); 17. Pengental (Thickener); 18. Pengeras (Firming agent); 19. Penguat rasa (Flavour enhancer); 20. Peningkat volume (Bulking agent; 21. Penstabil (Stabilizer); 22. Peretensi Warna (Colour retention agent); 23. Perisa (Flavouring); 24. Perlakuan tepung (Flour treatment agent); 25. Pewarna (Colour); 26. Propelan (Propellant); dan 27. Sekuestran (Sequestrant).

Penentuan Jenis dan Batas Maksimum BTP Parameter Permenkes 722 Permenkes 033 Jenis BTP dalam produk pangan Batas Maksimum dalam produk pangan Ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Ditetapkan oleh Kepala Badan POM Jenis BTP dan batas maksimum selain dalam Peraturan Ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan Ditetapkan oleh Kepala Badan POM

PerKa BPOM RI No. 4 s/d 25 dan No. 36 s/d 38 Tahun 2013 tentang Bahan Tambahan Pangan Ø Ø Mengatur Batas Maksimum Penggunaan BTP di dalam 16 Kategori Pangan Batas Maksimum Penggunaan dinyatakan dalam satuan numerik (mg/kg atau ppm) atau CPPB Contoh Tabel Batas Maksimum BTP Pengawet Asam sorbat dan garamnya No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) dihitung sebagai asam sorbat 15.2 Olahan kacang, termasuk kacang terlapisi dan campuran kacang (contoh dengan buah kering) 500 Contoh Tabel Batas Maksimum Pengemulsi LesiEn No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) 15.0 Makanan Ringan Siap Santap CPPB

Per Ka.BPOM HK.03.1.52.08.12.5545 tahun 2012 tentang Batas Maksimum Nitrit Dalam Sarang Burung Walet Sarang burung walet adalah produk yang berasal dari air liur burung walet (Collocalia sp) yang berfungsi sebagai tempat untuk bersarang, bertelur, menetaskan dan membesarkan anaknya serta memerlukan proses lebih lanjut sebelum dikonsumsi Nitrit (NO2) adalah senyawa kimia yang secara alami terdapat di dalam sarang burung walet yang apabila melebihi batas maksimum dapat membahayakan manusia

Batas maksimum nitrit dalam sarang burung walet merupakan kandungan alami dan,dak sitambahkan secara sengaja Batas maksimum nitrit dalam sarang burung walet adalah 200mg/kg

Produk pangan rekayasa geneeka PerKaBPOM Nomor HK.03.1.23.03.12.1563 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik PerKaBPOM Nomor HK.03.1.23.03.12.1564 Tahun 2012 tentang Pengawasan Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pangan PRG adalah pangan yang diproduksi atau menggunakan bahan baku, bahan tambahan pangan, dan/atau bahan lain yang dihasilkan dari proses rekayasa genetik.

Produk pangan rekayasa geneeka Kajian keamanan meliputi: Informasi genetika: 1) Deskripsi umum pangan produk rekayasa genetika 2) Deskripsi inang serta penggunaannya sebagai pangan; 3) Deskripsi organisme donor; 4) Deskripsi modifikasi genetika; 5) Karakterisasi modifikasi genetika; dan Dilakukan oleh Komisi Keamanan Haya, (Biosafety Commi-ee) Informasi keamanan pangan 1) Kesepadanan substansial, 2) Perubahan nilai gizi 3) Alergenitas 4) Toksisitas. Jika pangan PRG sudah dinyatakan AMAN untuk dikonsumsi dan dijual dalam kemasan, maka label pangan wajib mengikuti ketentuan

Pangan Iradiasi Pangan iradiasi adalah se,ap pangan yang dengan sengaja dikenai radiasi pengion tanpa memandang sumber atau jangka waktu iradiasi ataupun besar energi yang digunakan. RADURA Peraturan Menteri Kesehatan RI No.: 701/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Iradiasi Pangan Menetapkan 12 jenis pangan, tujuan dan dosis maksimum radiasi 1. Umbi lapis dan umbi akar 2. Sayur dan buah segar (selain yang termasuk kelompok 1) dan 3. Produk olahan sayur dan buah 4. Mangga 5. Manggis 6. Serealia dan produk hasil penggilingannya, kacang-kacang, biji-bijian penghasil minyak, polongpolong, buah kering 7. Ikan, pangan laut (seafood segar maupun beku). 8. Produk olahan ikan, dan pangan laut 9. Daging dan unggas serta hasil olahannya (segar maupun beku) 10. Sayuran kering, bumbu, rempah, rempah kering (dry herbs) dan herbal tea 11. Pangan yang berasal dari hewan yang dikeringkan. 12. Pangan olahan siap saji berbasis hewani

PerKa BPOM RI No. HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 Tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan CEMARAN MIKROBA 1. Angka Lempeng Total (ALT) 30ºC, 72 jam 2. Bacillus cereus 3. Campylobacter sp 4. Clostridium sp 5. Clostridium perfringens 6. Coliform 7. Escherichia coli 8. Kapang 9. Khamir 10. Listeria monocytogenes 11. Salmonella sp 12. Staphylococcus aureus 13. Vibrio cholerae 14. Vibrio parahaemoliticus 15. Enterobacteriaceae 16. Enterobacter sakazakii formula bayi dan formula untuk keperluan medis khusus bagi bayi Cemaran Logam 1. Arsen (As) 2. Timbal (Pb) 3. Timah (Sn) 4. Raksa (Hg) 5. Kadmium (Cd) Cemaran Kimia 1. Benzo [a] piren 2. Dioxin (2,3,7,8 TCDD) 3. 1,3- Dikloropropan- 2 ol (1,3 DCP) 4. 3- Monokloropropan- 1,2 diol (3 MCPD)

OUTLINE Pendahuluan Upda,ng regulasi keamanan pangan Masa kedaluwarsa produk pangan

PENGERTIAN PANGAN KEDALUWARSA Pangan yang sudah kedaluwarsa adalah pangan yang sudah melewa, batas akhir suatu pangan dijamin mutunya sepanjang penyimpanannya mengiku, petunjuk yang diberikan oleh pihak yang memproduksi. (PP No. 28/2004) ü terjadi penurunan mutu Ø cemaran mikroba Ø cemaran kimia ( ex. Mikotoksin) Ø degradasi senyawa2 dlm pangan ü terjadi penurunan kandungan nilai gizi Ø kadar protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral KEAMANAN TIDAK TERJAMIN Dinyatakan sebagai bahan berbahaya (Permenkes No.: 59/ MEN.KES/PER/II/1982)

Dampak kesehatan akibat mengonsumsi pangan kedaluwarsa Akut Kronis ü gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare) ü iritasi saluran pernafasan ü iritasi kulit dan mata ü sakit kepala, panas ü kejang perut ü kema,an ü kanker, tumor ü gangguan kemih dan ginjal ü gangguan fungsi ha, ü gangguan metabolisme ü penyakit degenera,f lainnya ü shock dan kema,an

REGULASI Peraturan mewajibkan pencantuman tanggal kedaluwarsa bagi pangan olahan dalam kemasan Dasar hukum: UU No 18 Tahun 2012 tentang Pangan PP No 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, mutu dan gizi pangan PP No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan Peraturan Kepala Badan POM No. HK.03.1.5.12.11.09955 Tahun 2011 tentang PendaNaran Pangan Olahan

Label pangan olahan paling sedikit harus mencantumkan: 1. Nama pangan olahan; 2. Berat bersih atau isi bersih; 3. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia; 4. DaNar bahan yang digunakan; 5. Nomor pendanaran pangan; 6. Keterangan kedaluwarsa; dan 7. Kode produksi.

Pencantuman tanggal kedaluwarsa Keterangan kedaluwarsa dicantumkan pada label dengan didahului tulisan Baik digunakan sebelum Keterangan kedaluwarsa untuk pangan olahan yang daya simpannya sampai dengan 3 (,ga) bulan dinyatakan dalam tanggal, bulan dan tahun. Keterangan kedaluwarsa untuk pangan olahan yang daya simpannya lebih dari 3 (,ga) bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun. Keterangan kedaluwarsa dapat dicantumkan terpisah dari tulisan Baik digunakan sebelum, akan tetapi harus disertai dengan petunjuk tempat pencantuman tanggal kedaluwarsa, Jika tanggal kedaluwarsa sangat dipengaruhi oleh cara penyimpanan, maka petunjuk/cara penyimpanan harus dicantumkan pada label, dan berdekatan dengan keterangan kedaluwarsa. Contoh : Baik digunakan sebelum, lihat bagian bawah kaleng Baik digunakan sebelum, lihat pada tutup botol. Contoh: Baik digunakan sebelum 10 11 jika disimpan pada suhu 5oC 7oC

Pencantuman tanggal kedaluwarsa (lanjutan) Pangan olahan yang,dak perlu mencantumkan keterangan tanggal kedaluwarsa, yaitu : 1) Minuman beralkohol jenis anggur (wine); 2) Minuman yang mengandung alkohol lebih dari 10 (sepuluh) persen; 3) Cuka; 4) Gula (sukrosa); dan 5) Ro, dan kue yang mempunyai masa simpan kurang dari atau sama dengan 24 (dua puluh empat) jam. Pangan olahan sebagaimana dimaksud di atas, tetap harus mencantumkan tanggal pembuatan dan atau tanggal pengemasan..

Peredaran makanan kedaluwarsa Se,ap orang dilarang: a. Mengedarkan makanan yang telah kedaluwarsa (UU No. 18/2012, PP 28/2004) b. Menghapus, mencabut, menutup, menggan, label, melabel kembali pangan yang diedarkan; ((UU No. 18/2012, PP 69/1999) c. Menukar tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa pangan yang diedarkan (UU No. 18/2012, PP 69/1999) Pelanggaran ü Tindakan administra,f sesuai UU No. 18/2012, PP No. 28/2004 dan PP No. 69/1999 ü Dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). (UU No. 18/2012)

TERIMA KASIH BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN Dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA