II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Tanah Podsolik Merah Kuning

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36,

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

II. TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Latosol Darmaga 2.2. Peranan Pupuk Kandang

TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk organik cair (effluent sapi) ialah cairan hasil pemisahan oleh separator pada

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

PENGARUH SOIL CONDITIONER BERBASIS BAHAN ALAMI TERHADAP SIFAT FISIK DAN BIOLOGI TANAH PODSOLIK MERAH KUNING RARA DELIMA SIAHAAN A

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

26/03/2010. Klasifikasi menurut bentuk. Klasifikasi Struktur Tanah. Definisi. Tipe/bentuk

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanah disebut padat apabila porositas totalnya, terutama porositas yang terisi

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

BAB I. PENDAHULUAN A.

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

Daftar Isi. III. Pengelolaan Tanah Masam Pengertian Tanah Masam Kendala Tanah Masam Mengatasi Kendala Tanah Masam 84

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperlukan dalam bidang pertanian.dalam menentukan sifat tanah serta

PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-8 SUMBERDAYA LAHAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

IV. SIFAT FISIKA TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah merupakan habitat kompleks untuk organisme. Di dalam tanah hidup

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH DAN HASIL JAGUNG MANIS ( Zea Mays Saccharata Sturt ) PADA ENTISOL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh. Ferdy Ardiansyah

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH Acara I. Penetapan Kadar Air Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

Transkripsi:

3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Tanah Podsolik Merah Kuning Podsolik merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% hingga 27 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo et al., 2004 dan Notohadiprawiro, 2006). Sebaran terluas terdapat di Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti di Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha). Tanah ini dapat dijumpai pada berbagai relief, mulai dari datar hingga bergunung (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Podsolik adalah tanah di daerah hangat dan basah. Biasanya Podsolik berkembang pada iklim basah, tropis menuju subtropis, pada hutan atau hutan dengan vegetasi rumput. Dengan sistem manajemen yang tinggi, Podsolik bisa menjadi salah satu tanah paling produktif di dunia. Tanah ini berada di area bebas beku untuk periode yang lama dan di area basah dengan cukup curah hujan untuk komoditas pertanian atau dengan cadangan air yang cukup untuk irigasi. Proses utama dalam pembentukan Podsolik adalah pelapukan mineral liat, translokasi dari akumulasi liat dalam harison argilik atau kandik, dan pencucian kation basa dari profil tanah. Sebagian besar Podsolik telah berkembang pada kondisi lembab di iklim hangat menuju tropis. Podsolik terbentuk pada permukaan lahan tua, biasanya pada vegetasi hutan, juga ada beberapa pada savanna atau bahkan vegetasi rawa (Brady dan Weil, 2002). Penampang tanah yang dalam dan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang hingga tinggi menjadikan tanah ini mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh dan dikembangkan pada tanah ini, kecuali terkendala oleh iklim dan relief. Kesuburan alami tanah Podsolik umumnya terdapat pada horizon A yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat, reaksi tanah masam hingga sangat masam, serta kejenuhan aluminium yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah Podsolik yang sering menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu terdapat horizon argilik

4 yang mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti berkurangnya pori mikro dan makro serta bertambahnya aliran permukaan yang pada akhirnya dapat mendorong terjadinya erosi tanah. Penelitian menunjukkan bahwa pengapuran, sistem pertanaman lorong, serta pemupukan dengan pupuk organik maupun anorganik dapat mengatasi kendala pemanfaatan tanah Podsolik (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). 2.2 Sifat-Sifat Fisik Tanah Salah satu faktor produksi tanaman yang tergolong sangat penting adalah sifat-sifat fisik dari tanah. Meskipun suatu jenis tanah mempunyai unsur-unsur kimia ataupun diberi pupuk yang cukup, tanpa disertai sifat-sifat fisik yang baik maka produksi tanaman tidak akan mencapai seperti apa yang diharapkan (Herudjito, 1985). Bobot Isi dan Ruang Pori Menurut Gardiner dan Miller (2004), sifat fisik tanah seperti tekstur, struktur, bobot isi, porositas, suhu, dan konsistensi tanah adalah faktor-faktor dominan yang dapat mempengaruhi kegunaan tanah. Faktor-faktor ini mempengaruhi ketersediaan oksigen dalam tanah, pergerakan air untuk masuk dan keluar dari tanah, serta kemampuan penetrasi akar. Bobot isi merupakan bobot dari volume tanah secara utuh, termasuk ruang udara dan materi organik pada volume tanah tersebut. Bobot isi bisa digunakan untuk memperkirakan perbedaan kepadatan tanah yang disebabkan setelah pengolahan menggunakan alat berat. Menurut Hardjowigeno (1985) semakin tinggi bobot isi, semakin padat tanah tersebut, yang berarti sulit untuk meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Bobot isi penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk setiap hektar tanah yang didasarkan pada berat tanah per hektar. Pada umumnya bobot isi tanah adalah 1,1 1,6 g/cm 3. Oleh karena itu, bobot isi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara langsung dan tidak langsung, untuk pertumbuhan tanaman yang baik bobot isi harus di bawah 1,4 g/cm 3 untuk tanah lempung dan di bawah 1,6 g/cm 3 untuk tanah pasir (Gardiner dan Miller, 2004).

5 Selain bobot isi tanah, bobot jenis partikel juga penting untuk diketahui. Bobot jenis partikel relatif konstan dan umumnya untuk tanah mineral berkisar antara 2,60 sampai 2,75 g/cm 3, dengan nilai rata-rata 2,65 g/cm 3. Pada tanah organik nilai BJP lebih rendah, sekitar 1,30-1,50 g/cm 3. Bobot jenis partikel biasanya digunakan untuk menentukan pergerakan partikel oleh air dan angin, laju pengendapan, dan perhitungan porositas tanah (Foth, 1978). Menurut Brady dan Weil (2008) nilai bobot isi hanya dapat menolong kita untuk memprediksikan porositas total. Semakin rendah bobot isi maka semakin tinggi porositas. Di dalam tanah terdapat sejumlah ruang pori-pori. Ruang poripori ini penting oleh karena ruang-ruang ini diisi oleh air dan udara. Air dan udara (gas-gas) juga bergerak melalui ruang pori-pori ini. Jadi, penyediaan air dan O 2 untuk pertumbuhan tanaman dan jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan sangat erat dengan jumlah dan ukuran pori-pori tanah ini. Oleh karena berat tanah berhubungan dengan jumlah ruang pori-pori, maka hubungan-hubungan ruang pori-pori tanah bervariasi dari satu sifat tanah lainnya dan kedua variabel ini dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah (Hakim et al., 1986). Menurut Hillel (1982), pada tanah liat porositas sangat beragam karena tanah berganti-ganti mengembang, mengerut, menggumpal, terdispersi, padat dan retak-retak. Total porositas, tidak banyak menjelaskan tentang distribusi ukuran pori. Gardiner dan Miller (2004) memberi pengertian juga bahwa untuk pertumbuhan tanaman, ukuran pori lebih penting daripada total ruang pori. Hubungan tekstur dengan bobot isi dan ruang pori dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Hubungan Tekstur dengan Bobot Isi dan Ruang Pori Menurut Gardiner dan Miller (2004) Tekstur Tanah Bobot Isi (g/cm 3 ) Ruang Pori (%) Liat berpasir kasar 1,68 36,6 Lempung berpasir 1,51 43,0 Lempung 1,34 49,4 Lempung berliat 1,26 42,5 Liat 1,18 55,5 Menurut ukurannya ruang pori total dikelompokan ke dalam ruang pori kapilar yang dapat menghambat pergerakan air menjadi pergerakan kapilar, dan

6 ruang non kapilar yang dapat memberi kesempatan pergerakan udara dan perkolasi air secara cepat sehingga sering disebut sebagai pori drainase. Pori drainase dapat dikelompokan dalam tiga kelompok yaitu pori drainase sangat cepat, berdiameter lebih dari 300 mikro-meter, bagian pori yang akan kosong tidak terisi air pada pf 1,0. Pori drainase cepat, berdiameter antara 300 sampai 30 mikro-meter, bagian pori yang akan kosong tidak terisi air pada pf 1,0 sampai 2,0. Pori drainase lambat; berdiameter antara 30 sampai 9 mikro-meter, bagian pori yang akan kosong tidak terisi air pada pf antara 2,0 sampai 2,54 (Sitorus et al.,1976). Permeabilitas Nilai bobot isi dan ruang pori secara langsung dapat mempengaruhi nilai permeabilitas tanah. Permeabilitas secara kuantitatif diartikan sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh. Dalam hal ini sebagai cairan adalah air dan sebagai media berpori adalah tanah. Besarnya permeabilitas untuk selang waktu tertentu tidak selalu konstan, tergantung proses kimia, fisika, biologi tanah. Pada umumnya permeabilitas merupakan sebab utama adanya pergerakan partikel liat yang menurunkan ukuran pori dalam kolom tanah. Sesungguhnya penurunan permeabilitas sebagian disebabkan oleh dispersi dan pengembangan agregat pada waktu pengembangan jika basah, sehingga partikel-partikel liat mengalami pemecahan dan pergerakan menutupi pori selama pergerakan air tanah (Hillel, 1972). Oleh karena itu permeabilitas secara tidak langsung dapat menunjukkan baik buruknya sifat fisik suatu tanah. Jika permeabilitas untuk selang waktu lama tidak mengalami penurunan yang berarti, menunjukkan bahwa tanah bersangkutan mempunyai sifat fisik yang baik (Herudjito, 1985). Klasifikasi besar nilai permeabilitas dapat dilihat pada Tabel 2.

7 Tabel 2 Kelas Permeabilitas Tanah Menurut Foth (1988) Konduktivitas Jenis Kelas Mikrometer per menit Cm/jam Sangat Tinggi >100 36 Tinggi 10-100 3,6-36 Sedang 1-10 0,36-3,6 Agak Rendah 0,1-1 0,036-0,36 Rendah 0,01-0,1 0,0036-0,036 Sangat Rendah >0,01 >0,0036 Menurut Gardiner dan Miller (2004) tanah bertekstur liat biasanya memiliki nilai permeabilitas sebesar 0,1 cm/jam, dan untuk tanah bertekstur lempung sebesar 1 cm/jam. Kadar Air PF Gaya memegang air, yaitu gaya adsorpsi dan gaya adhesi kohesi yang menimbulkan adanya tegangan antar permukaan air udara yang konkaf, disebut gaya matriks. Hal ini berhubung kedua macam gaya tersebut timbul karena adanya matriks tanah. Hisapan matriks adalah fungsi kadar air dan dapat diukur dengan tensiometer. Hubungan ini menunjukkan bahwa makin besar hisapan matrik makin kecil kadar airnya. Jika hisapan dinyatakan dalam cm tinggi air dan di plot pada skala logaritma terhadap kadar air per volume, kurvanya disebut kurva pf. Kurva pf dapat digunakan untuk menunjukkan banyaknya air yang dapat ditahan oleh tanah yang tersedia bagi tanaman. Kurva pf digunakan juga dalam menentukan jumlah air yang dilepaskan atau dihisap oleh tanah sewaktu permukaan air bumi turun atau naik. Kurva pf penting untuk desain drainase (Soedarmo dan Djojoprawiro, 1986). Kurva pf ini sangat penting untuk menunjukkan banyaknya air yang dapat ditahan oleh tanah pada tegangan tertentu. Implikasi praktisnya yaitu dapat menunjukkan jumlah air yang tersedia bagi tanaman dan jumlah air irigasi yang diperlukan untuk mengubah tegangan air oleh matriks tanah dari tegangan semula ke tegangan yang kita kehendaki. Dengan demikian kurva pf ini sangat berguna dalam perencanaan irigasi atau drainase. Karena tegangan matriks merupakan

8 efek total yang menghasilkan oleh afinitas air dari seluruh matriks tanah yang mencakup pori dan permukaan partikel tanah secara bersama-sama, maka faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan porositas tanah dan kemampuan tanah menjerap air akan mempengaruhi bentuk kurva pf. Bahan organik, Soil Conditioner atau bahan sintetis lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuan tanah dalam menjerap air juga mempengaruhi bentuk kurva pf (Rachman, 1992). Kapasitas lapang (field capacity) adalah kondisi di mana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antar air dan udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi, air gravitasi (pori-pori makro) habis dan air tersedia (pada pori-pori meso dan mikro) bagi tanaman dalam keadaan optimum. Kondisi ini terjadi pada tegangan permukaan lapisan air sekitar 1/3 atm atau pf 2,54. Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien ini umumnya bervariasi terutama tergantung pada : Tekstur tanah. Kadar air tanah bertekstur liat > lempung > pasir, misalnya pada tegangan 1/3 atm (kapasitas lapang). Hal ini berkaitan dengan pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorptif, yang makin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga makin besar kapasitas simpan airnya. Kadar bahan organik tanah (BOT). BOT mempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak ketimbang partikel mineral tanah, yang berarti luas permukaan penjerap (kapasitas simpan) air juga lebih banyak, sehingga makin tinggi kadar BOT akan makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah. Senyawa kimiawi. Garam-garam dan senyawa pupuk atau amelioran (pembenah tanah) baik alamiah maupun non alamiah mempunyai gaya osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisis air, sehingga koefisien layu meningkat. Konsekuensinya, makin banyak senyawa kimiawi di dalam tanah akan menyebabkan kadar dan ketersediaan air tanah menurun (Hanafiah 2005).

9 2.2.1 Sifat Fisik Tanah Podsolik Podsolik Merah Kuning memiliki kelas tekstur liat, struktur angular blocky dengan perbandingan pasir 7,77 %, debu 10,68 %, dan liat 81,55% dengan nilai bobot isi sebesar 1,11 g/cm 3, kerapatan jenis zarah 2,53 dan ruang pori total sebesar 56,27 %. Pori makro 20,66%, Pori mikro 35,60%. Permeabilitas 0,40 cm/jam, bahan organik 2,45% (Rusdi, 2003). Menurut penelitian Baskoro dan Tarigan (2007). Tanah Podsolik Merah Kuning di daerah Cigudeg, memiliki sifatsifat fisik seperti dapat terlihat pada Tabel 3. Tabel 3 Sifat Fisik Tanah Podsolik Merah Kuning Cigudeg Sifat Fisik dan Kimia Podsolik Merah Kuning Bobot lsi ( g/cm) 0,93 Porositas Total (% volume/volume) 63,68 Pori Drainase ( % volume/volume) 13,28 Pori Pemegang Air (% volume/volume) 50,40 Air Tersedia (% volume/volume) 16,50 Pasir (%) 14,30 Debu( %) 31,00 Liat (%) 54,70 Kelas Tekstur Liat Liat Bahan Organik ( % ) 4,30 ph 4,30 KTK ( cmol/kg ) 19,80 KB(%) 17,30 2.3 Sifat Biologi Tanah Fungi dan bakteri adalah dekomposer terpenting bagi bahan organik. Satu gram tanah bisa mengandung sebanyak 10 6 propagul fungi dan 10 7 bakteri (Gardiner dan Miller, 2004). Bakteri Bakteri menimbulkan berbagai perubahan kimiawi pada substansi yang ditumbuhinya, mereka mampu menghancurkan banyak zat. Organisme ini amat penting untuk memelihara lingkungan kita yaitu dengan menghancurkan bahan yang tertumpuk di atau dalam daratan dan lautan (Soepardi, 1983).

10 Populasi bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan mereka sangat bergantung dari keadaan tanah. Pada umumnya jumlah terbanyak dijumpai pada lapisan atas, karena pada lapisan tersebut suhu, kelembapan, aerasi, dan makanan ada dalam jumlah dan keadaan yang menguntungkan. Bakteri tanah dibedakan antara ototropik dan heterotropik. Ototropik adalah memperoleh energi dari oksidasi mineral, seperti amonium, belerang atau besi dan karbon yang diperolehnya dari karbon dioksida. Mereka merupakan kelompok berjumlah sangat sedikit, tetapi merupakan kelompok yang menunjang oksidasi nitrat dan belerang yang sangat penting bagi tumbuhan. Sebagian besar dari bakteri bersifat heterotropik, yaitu mereka memperoleh energinya dari bahan organik. Bakteri yang berperan dalam pelapukan bahan organik semuanya bersifat heterotropik. Bakteri turut serta dalam semua perubahan bahan organik. Mereka memegang monopoli dalam reaksi enzimatik : (1) nitrifikasi; (2) oksidasi bakteri; dan (3) fiksasi nitrogen. Bila ini terganggu maka kehidupan seluruh tumbuhan akan terganggu. Fungi Fungi adalah organisme yang tidak berklorofil dan mempunyai dinding sel yang kaku. Beberapa bersel satu, yang lain multiselular dan menunjukkan sedikit perbedaan pada bagian-bagian strukturalnya. Ukuran dan bentuknya berkisar dari khamir yang mikroskopik dan bersel satu sampai kepada cendawan berfilamen yang mikroskopik dan multiseluler (kapang) sampai kepada jamur yang multiseluler dan amat besar (raksasa) serta jamur kelentos. Fungi memperbanyak diri melalui berbagai macam proses, baik seksual maupun aseksual. Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil, demikian pula aktinomisetes dan bakteri. Dengan demikian mereka menggantungkan kebutuhan akan energi dan carbon dari bahan organik. Fungi dibedakan dari golongan lain karena miselianya. Miselia ini dapat berbentuk sederhana, sedikit bercabang, atau banyak bercabang. Organ yang membentuk spora bisa mencapai ukuran yang mudah dilihat oleh mata. Fungi dibedakan dalam tiga golongan, yaitu (1) ragi; (2) kapang; (3) jamur. Di antara ketiga golongan tersebut hanya dua yang terakhir mempunyai arti penting bagi pertanian.

11 Fungi merupakan jazad mikro yang tahan. Mereka dapat menghancurkan selulosa, zat pati, gum, lignin, dan senyawa organik yang mudah dilapuk, seperti protein dan gula. Sehubungan dengan pembentukan humus dan agregasi zarah tanah fungi lebih berperan daripada bakteri terutama pada tanah sangat masam (Soepardi, 1983). Jumlah total mikrob dalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah tanpa mempertimbangkan hal-hal lain, karena pada tanah subur jumlah mikrobianya tinggi. Populasi yang tinggi menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah temperatur yang sesuai, ketersediaan air cukup, dan kondisi ekologi lain yang mendukung. Jumlah mikrob tanah harus dipertimbangkan sebagai penciri (deskriptif) dan tidak digunakan sebagai indeks kesuburan tanah semata (Anas, 1989) 2.4 Soil Conditioner Pembenah tanah atau Soil Conditioner didefinisikan sebagai bahan-bahan sintetis atau alami, organik atau mineral, berbentuk padat maupun cair yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pembenah sintesis adalah bahan pembenah tanah yang diproduksi secara rekayasa kimia dari bahanbahan organik atau mineral yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Sedangkan pembenah tanah alami adalah pembenah tanah yang berasal dari bahan-bahan organik atau mineral yang diproduksi tidak dengan rekayasa kimia yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Pembenah tanah organik adalah pembenah tanah sintetis atau alami yang sebagian besar dari bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, dan atau hewan yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Pembenah tanah mineral adalah pembenah tanah sintetis atau alami yang sebagian besar berasal dari bahan anorganik (mineral) yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah (Suriadikarta, et al., 2005). Secara garis besar, bahan pembenah tanah (Soil Conditioner) dibedakan menjadi 2 yaitu alami dan sintetis (buatan pabrik), dan berdasarkan senyawa pembentuknya juga dapat dibedakan dalam 2 kategori yakni pembenah tanah organik (termasuk hayati) dan pembenah tanah anorganik. Konsep penggunaan bahan pembenah tanah adalah: (1) Pemantapan agregat tanah untuk mencegah

12 erosi dan pencemaran, (2) merubah sifat hidrophobic atau hidrofilik, sehingga merubah kapasitas tanah menahan air (water holding capacity), (3) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Beberapa bahan pembenah tanah, juga mampu menyuplai unsur hara tertentu, meskipun jumlahnya relatif kecil dan seringkali tidak semua unsur hara yang terkandung dalam bahan pembenah tanah dapat segera digunakan untuk tanaman (Dariah, 2007). 2.4.1 Jenis Jenis Soil Conditioner Gipsum (kalsium sulfat) secara luas tersedia dalam bentuk asli yang biasa langsung ditambang, atau sebagai bahan utama produksi. Gipsum sudah menunjukkan pertambahan efektivitas dari kondisi fisik dari beberapa tipe tanah mulai dari tanah masam dengan pelapukan tinggi dan salinitas rendah. Penelitian lapang menunjukkan bahwa pengolahan tanah dengan gipsum dapat meningkatkan infiltrasi dan mengurangi erosi. Selain itu penambahan gipsum dapat mengurangi kekerasan lapisan bawah tanah, sehingga penetrasi akan lebih mudah. Sintetik polimer organik dapat menstabilkan struktur tanah dengan baik setara dengan polimer organik alami seperti polisakarida. Tetapi aplikasi besar dari polimer-polimer ini akan tidak ekonomis. Beberapa spesies dari alga yang tinggal dekat permukaan tanah diketahui dapat menghasilkan senyawa stabilizing untuk efektifitas agregat. Aplikasi dari kuantitas kecil dari preparat komersial yang mengandung semacam alga dapat membawa pertambahan struktur tanah dipermukaan secara signifikan. Berbagai bahan humat dipasarkan untuk memperbaiki kondisi tanah ketika dicampur dengan tanah pada dosis rendah (<500 Kg/ha). Bagaimanapun juga penelitian dari berbagai universitas masih belum berhasil menunjukkan bahwa material-material tersebut belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap stabilitas agregat dan hasil tanaman (Brady dan Weil, 2002). Menurut Schulte dan Kelling (1998) Soil Conditioner organik dapat terdiri dari kompos, sisa tanaman, serbuk gergaji, limbah lumpur, dan pupuk hijau. Bauder (1976) juga memberikan contoh Soil Conditioner yang cukup populer yaitu Leonardite, Sawdust, Planter II, dan Krilium. Beberapa Soil Conditioner dinyatakan dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah. Beberapa sifat tanah yang

13 secara teori dapat dipengaruhi oleh penambahan Soil Conditioner ke dalam tanah meliputi 1) kemampuan menahan air, 2) aerasi, 3) suhu, 4) kapasitas dan ketersediaan hara, 5) struktur dan agregat stabilitas, 6) populasi dan perilaku mikroorganisme, 7) bahan organik, 8) perilaku hewan, termasuk serangga. Masing-masing sifat dapat mempengaruhi hal lainnya. Sebagai contoh, struktur tanah dan stabilitas agregat mempengaruhi aliran air permukaan, angin dan erosi, kandungan air dan pergerakan air. Penelitian lain mengenai Soil Conditioner dilakukan oleh Herudjito (1985), menggunakan Soil Conditioner bitumen, sampah kota, kotoran sapi, serta lateks kebun karet. Hasil yang diperoleh menunjukkan Soil Conditioner berpengaruh terhadap beberapa sifat fisik (bobot isi, pori total, pori kapiler, dan kemantapan agregat) setelah waktu yang cukup lama yaitu setelah 105 hari. Pada waktu usia 52 hari diberi perlakuan semua Soil Conditioner belum memberi pengaruh yang nyata terhadap semua sifat fisik Tanah Latosol. Penelitian Means et al., (2005) juga menambahkan bahwa pemberian Soil Conditioner memiliki keefektifan yang sama dibanding dengan penggunaan pupuk dalam meningkatkan aktivitas mikrobiologi dan pertumbuhan buah melon. O ztu rk, (2005) melakukan penelitian menggunakan Terralyt Plus, yaitu sejenis Soil Conditioner organik yang diteliti pada tanah bertekstur lempung berliat, dan lempung berpasir di bawah kondisi rumah kaca. Hasil nya menunjukkan bahwa stabilitas agregat, total populasi bakteri meningkat ketika diberi dosis spray 1 :1000. Terralyt Plus pun dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman gandum.