STUDI PENENTUAN RANCANGAN FLUIDA INJEKSI KIMIA

dokumen-dokumen yang mirip
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

KELAKUAN FASA CAMPURAN ANTARA RESERVOAR-INJEKSI-SURFAKTAN UNTUK IMPLEMENTASI ENHANCED WATER FLOODING

STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS

KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI PENGARUH SALINITAS, PERMEABILITAS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PEROLEHAN MINYAK PADA PROSES INJEKSI SURFAKTAN

Lampiran 2. Prosedur Uji Kinerja Formula Surfaktan APG untuk Enhanced Water Flooding

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, metode pengurasan minyak tahap lanjut

IKATAN AHLI TEKNIK PERMINYAKAN INDONESIA. Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009

KARAKTERISASI SURFAKTAN POLIMER PADA SALINITAS PPM DAN SUHU 85 C

Pengaruh Konsentrasi Surfaktan Anionik Terhadap Salinitas Optimum dalam Mikroemulsi Spontan dengan Sample Minyak Lapangan M. Ratna Widyaningsih

PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DENGAN INJEKSI GAS CO 2 DAN SURFAKTAN SECARA SEREMPAK

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PERSIAPAN CORE SINTETIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI KETERBASAHAN BATUAN PADA RESERVOIR YANG MENGANDUNG MINYAK PARAFIN PADA PROSES IMBIBISI

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : Buku 1 ISSN (E) :

STUDI KESTABILAN BUSA MENGENAI PENGARUH SUHU DAN ELEKTROLITSERTA KONSENTRASI SURFAKTAN DENGAN DAN TANPA MINYAK

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

PENGARUH ADSORPSI STATIK BATUAN RESERVOIR MINYAK TERHADAP VISKOSITAS POLIMER POLYACRYLAMIDE. Edward ML Tobing

Study Peningkatan Oil Recovery Pada Injeksi Surfaktan-Polimer Pada Batuan Karbonat

UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN METODE CHEMICAL FLOODING DI LAPANGAN LIMAU

PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kesalahan pembulatan Kesalahan ini dapat terjadi karena adanya pembulatan angka-angka di belakang koma. Adanya pembulatan ini menjadikan hasil

STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR

Pengaruh Konsentrasi Surfaktan dan Permeabilitas pada Batuan Sandstone terhadap Perolehan Minyak dalam Proses Imbibisi (Laboratorium Study)

Tinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989).

Perencanaan Injeksi Kimia Untuk Meningkatkan Perolehan Minyak Menggunakan Surfactant-Polymer Flooding

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

INJEKSI POLIMER DENGAN PENGARUH JENIS POLIMER,KONSENTRASI DAN SALINITAS BRINE PADA RECOVERY FACTOR MINYAK (Laboratorium Study)

NOVIA RITA Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru Abstrak.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab II Tinjauan Pustaka

KAJIAN AWAL LABORATORIUM MENGENAI VISKOSITAS POLIMER TERHADAP PENGARUH SALINITAS, TEMPERATUR DAN KONSENTRASI POLIMER (Laboratorium Study)

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PEMILIHAN METODE ENHANCED OIL RECOVERY

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB II INJEKSI UAP PADA EOR

PEMODELAN ENHANCED OIL RECOVERY LAPANGAN S DENGAN INJEKSI KOMBINASI SURFACTANT DAN POLYMER. Tugas Akhir. Oleh: ELDIAS ANJAR PERDANA PUTRA NIM

PEMANFAATAN METIL ESTER JARAK PAGAR MENJADI SURFAKTAN MES UNTUK APLIKASI SEBAGAI OIL WELL STIMULATION AGENT

PENGARUH RASIO MOL REAKTAN DAN LAMA SULFONASI TERHADAP KARAKTERISTIK METHYL ESTER SULFONIC (MES) DARI METIL ESTER MINYAK SAWIT

Estimasi Faktor Perolehan Minyak dengan Menggunakan Teknik Surfactant Flooding pada Pola Injeksi Five Spot

STUDI KELAYAKAN PENERAPAN INJEKSI SURFAKTAN DAN POLIMER DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN SIMULATOR NUMERIK TESIS EMA FITRIANI NIM :

BAB 4 Analisa dan Bahasan

BAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum

KAJIAN METODE BUCKLEY LEVERETT UNTUK PREDIKSI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI SUMUR MT-02 LAPANGAN X

THERMAL FLOODING. DOSEN Ir. Putu Suarsana MT. Ph.D

STRATEGI MENGATASI KEHETEROGENITASAN DENGAN INJEKSI SURFAKTAN PADA POLA FIVE SPOT UNTUK MENINGKATKAN FAKTOR PEROLEHAN MINYAK TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Metodologi Penelitian. Mulai. Pembuatan model fluida reservoir. Pembuatan model reservoir

KAJIAN LABORATORIUM PENGUJIAN PENGARUH POLIMER DENGAN CROSSLINKER TERHADAP RESISTANCE FACTOR

PENGARUH PENAMBAHAN SUMUR TERHADAP FAKTOR PEROLEHAN PADA MODEL RESERVOIR 3D DENGAN METODE INJEKSI SURFAKTAN BERPOLA 5-TITIK TUGAS AKHIR

4 Hasil dan Pembahasan

BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Metode EOR

Pengaruh Penurunan Permeabilitas Terhadap Laju Injeksi Polimer Pada Lapangan Y

PENENTUAN DISTRIBUSI AREAL SATURASI MINYAK TERSISA SETELAH INJEKSI AIR PADA RESERVOIR X DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP MATERIAL BALANCE

Potensi Peningkatan Perolehan Minyak Lapangan Jatibarang Dengan CO2 Flooding

JURNAL REKAYASA PROSES. Karakterisasi Larutan Polimer KYPAM HPAM untuk Bahan Injeksi dalam Enhanced Oil Recovery (EOR)

Gambar 11. Perbandingan hasil produksi antara data lapangan dengan metode modifikasi Boberg- Lantz pada sumur ADA#22

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

ILMU KIMIA ANALIT. Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani, MP

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

ANALYSIS OF CEMENT QUANTITY IN RESERVOIR ROCK TO OIL RECOVERY THROUGH IMBIBITION PROCESS WITH NON-IONIC SURFACTANT (LABORATORY STUDY)

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... RINGKASAN...

PERENCANAAN PATTERN FULL SCALE UNTUK SECONDARY RECOVERY DENGAN INJEKSI AIR PADA LAPANGAN JAN LAPISAN X1 DAN LAPISAN X2

), bikarbonat (HCO 3- ), dan boron (B). Hal ini dapat mempengaruhi penurunan pertumbuhan dan perkembangan pada sektor pertanian.

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : Buku 1 ISSN (E) :

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan yang cukup serius selama 30 tahun terakhir ini.

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI

Pengaruh Permeabilitas dan Konsentrasi Polimer terhadap Saturasi Minyak Sisa pada Injeksi Polimer

ISBN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEGIATAN OPERASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI DI PT. MEDCO E&P INDONESIA ( S&C SUMATERA ) FIELD SOKA

Perencanaan Waterflood Perencanaan waterflood didasarkan pada pertimbangan teknik dan keekonomisannya. Analisa ekonomis tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. baku baru yang potensial. Salah satu bahan yang potensial untuk pembuatan surfaktan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.

PENGARUH PENAMBAHAN GARAM ANORGANIK, PELARUT ALKOHOL DAN ALKALI TERHADAP FORMULA SURFAKTAN MES AIR FORMASI MINYAK (STUDI KASUS LAPANGAN SANDSTONE)

FORMULASI SURFAKTAN SMES SEBAGAI ACID STIMULATION AGENT UNTUK APLIKASI DI LAPANGAN KARBONAT OK VERRY PURNAMA

Kata kunci: recovery factor, surfactant flooding, seven-spot, saturasi minyak residu, water flooding recovery factor.

BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL

BAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI

Bab 3 MODEL MATEMATIKA INJEKSI SURFACTANT POLYMER 1-D

PROSES PENGEMBANGAN TEKNOLOGI SURFAKTAN MES DARI METIL ESTER MINYAK SAWIT UNTUK APLIKASI EOR/IOR : DARI SKALA LAB KE SKALA PILOT

Pemanfaatan Teknologi Seismik 4D dalam Pengelolaan Lapangan Minyak Tua ( Usulan Sumur Tambahan untuk Pengurasan Bypass-Oil )

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

DAFTAR ISI (lanjutan)

APLIKASI SURFAKTAN DARI MINYAK SAWIT UNTUK PEMBUANGAN DEPOSIT WAX PADA PERFORASI DAN SISTEM PIPA SUMUR PRODUKSI (STUDI KASUS SUMUR MINYAK XP)

KINERJA SURFAKTAN METIL ESTER SULFONAT (MES) SEBAGAI OIL WELL STIMULATION AGENT AKIBAT PENGARUH SUHU, LAMA PEMANASAN, DAN KONSENTRASI ASAM (HCl)

IV PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM SELEKSI METODE EOR

Optimasi Injeksi Demulsifier Sebagai Respon Terhadap Proses Acidizing

ANALISIS PENGARUH INJEKSI POLYMER HEC AM TERHADAP PEROLEHAN MINYAK (STUDI LABORATORIUM) Oleh Ryanty Sari Yuliana * Prof.Dr.Ir.Septoratno Siregar **

STUDI PENDESAKAN UAP UNTUK MINYAK BERAT DENGAN PROSES STEAM ASSISTED GRAVITY DRAINAGE

Transkripsi:

STUDI PENENTUAN RANCANGAN FLUIDA INJEKSI KIMIA Oleh : Hestuti Eni, Suwartiningsih, Sugihardjo PPPTMGB LEMIGAS Jl. Ciledug Raya, Kav. 109, Cipulir - Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230 Telp. (021)7394422-Ext.1431, Fax. (021)7222978 e-mail : hestuti@lemigas.esdm.go.id ABSTRAK Studi penentuan rancangan fluida injeksi kimia pada skala laboratorium telah dilakukan untuk menunjang implementasi teknologi pengurasan minyak tahap lanjut yang dipersiapkan untuk dapat mereaktivasi suatu lapangan minyak tua (brown field). Beberapa tahap pekerjaan telah dilaksanakan, yang meliputi: screening EOR (Enhanced Oil Recovery), sampling, screening surfaktan, screening polimer dan core flooding Experiment. Berdasarkan screening awal reservoar yang telah dilakukan terhadap beberapa reservoar (Xo, X, Y dan Z) dengan menggunakan kriteria standar yang lazim digunakan pada industri minyak, maka reservoar-reservoar tersebut sesuai untuk dilakukan injeksi surfaktan dan polimer. Lebih lanjut, untuk memastikan kandidat surfaktan yang digunakan mempunyai kompatibilitas dengan air formasi, maka juga telah dilakukan laboratory screening terhadap lima jenis surfaktan, yaitu S-A, S-B, S-C, S-D dan S- E. Screening surfaktan ini meliputi uji kompatibilitas, kelakuan fasa, dan tegangan antarmuka (interfacial tension reduction). Dari semua uji tersebut, surfaktan S-E dianggap paling memenuhi syarat untuk core flooding, yang ditunjukkan oleh hasil uji kompatibilitas dengan larutan yang terbentuk dan mengindikasikan tidak terjadi presipitasi. Walaupun uji kelakuan fasa menunjukkan terbentuknya fasa bawah, namun harga IFTnya sangat rendah dibandingkan surfaktan-surfaktan yang lain. Screening polimer yang dilakukan terdiri dari rheologi polimer, uji thermal stability, dan uji filtrasi. Kandidat polimer yang digunakan ada 2 macam, yaitu P-01 dan P-02. Dari rheologi polimer dan uji thermal stability, kedua jenis polimer lolos screening, akan tetapi pada uji filtrasi, laju alir polimer P-02 tidak konstan yang mengindikasikan terjadinya penyumbatan. Oleh karenanya, hanya Polimer P-01 yang memenuhi syarat untuk core flooding. Sehingga, studi ini menghasilkan rancangan fluida injeksi berupa surfaktan S-E dengan konsentrasi 3000 ppm dan polimer P-01 dengan konsentrasi 1000 ppm yang dipersiapkan untuk uji core flooding. Keywords : screening, surfaktan, polimer, rancangan fluida, injeksi (core flooding) PENDAHULUAN Peningkatan Pengurasan minyak tahap lanjut (EOR) merupakan usaha terkini untuk meningkatkan produksi minyak pada lapanganlapangan tua yang telah mengalami penurunan sangat tinggi mendekati angka 99% di beberapa lapangan. Pada kondisi ini, harus dilakukan implementasi teknologi pengurasan tahap lanjut agar dapat menaikkan produksi minyak. Mengingat sebagian besar lapangan minyak di Indonesia telah mengalami penurunan produksi produksi yang signifikan, dimana watercut sudah atau pada tahap akhir dari primary dan secondary

recovery, sedangkan untuk menemukan lapanganlapangan baru sangat sulit karena daerah yang belum dieksplorasi kebanyakan berada di laut dalam yang beresiko tinggi. Oleh karena itu, pengembangan teknologi pengurasan tahap lanjut merupakan keharusan. Ada beberapa teknologi pengurasan tahap lanjut yang sudah dikembangkan para peneliti, disamping penemuan-penemuan baru yang terus berlanjut seperti injeksi mikroba dan fibro-seismik yang masih terus dikembangkan. Beberapa teknologi pengurasan tahap lanjut yang sudah dikembangkan meliputi beberapa jenis, yaitu: injeksi gas, injeksi panas, injeksi kimia, dan beberapa kombinasi darinya seperti WAG (water alternating gas), foam dan sebagainya. Injeksi miselar-polimer, merupakan teknologi EOR yang diharapkan dapat menaikkan produksi minyak. Injeksi bahan kimia ini sangat menjanjikan, terutama pada lapangan-lapangan dangkal yang tidak mungkin dilakukan injeksi gas CO 2 atau N 2 karena tekanan rekahnya yang rendah. Sebelum implementasi injeksi miselar polimer dilaksanakan di lapangan, perlu dilakukan beberapa tahap studi laboratorium, yaitu penentuan karakteristik batuan dan fluida reservoar, interaksi fluida injeksi dengan batuan/fluida reservoar, studi kelakukan fasa surfaktan dan rheologi polimer, serta percobaan pendesakan. dan Z. Tabel 1 menampilkan karakteristik reservoar X 0, X, Y, dan Z. Jika membandingkan data dari reservoar tersebut dengan kriteria screening, maka dapat disimpulkan bahwa reservoar X 0, X, Y, dan Z cocok dengan injeksi kimia. KARAKTERISTIK RESERVOAR Untuk melakukan uji laboratorium diperlukan percontoh minyak, batuan dan fluida reservoar dari struktur tersebut. Percontoh minyak dan air formasi diambil dari sumur (formasi BRF) dan sumur (formasi TAF). Sedangkan percontoh batuan dari struktur tersebut tidak ada, maka sebagai penggantinya diambilkan dari struktur yang terdekat. Komposisi dari percontoh batuan menunjukkan dominan kuarsa (sandstone). Sedangkan karakter minyaknya termasuk klasifikasi medium gravity, dengan API dibawah 30 dan viskositas sekitar 5 s-d 6 cp pada suhu 60 o C. Kandungan garam total equivalent NaCl dari air formasi kedua sumur tersebut berturut-turut adalah 15.601 mg/l dan 11.051 mg/l. Kandungan garam secara lengkap air formasi dari sumur dan ditunjukkan pada Tabel 2. SCREENING SURFAKTAN SCREENING EOR ( RESERVOAR ) Screening EOR dilakukan dengan mengacu pada EOR Screening Criteria Revisited oleh J.J Taber dkk, 1977, yang menerangkan kriteria parameter batuan dan sifat minyak untuk masingmasing metoda EOR. Sebenarnya metoda screening ini hanya sebagai guidance setiap saat dapat berubah tergantung perkembangan teknologi. Lapisan produktif di lapangan ini terdiri dari beberapa lapisan yang dominan yaitu: X 0, X, Y, Surfaktan adalah zat yang bersifat aktif permukaan, dimana apabila dilarutkan dalam air dan kontak dengan minyak cenderung akan terkonsentrasi pada antar muka minyak-air. Untuk meningkatkan recovery minyak secara optimum, sejumlah penelitian di laboratorium harus dilaksanakan, bukan saja pengukuran harga IFT sebagai parameter terpenting, tetapi juga parameter-parameter lain seperti uji kelakuan fasa, uji kompatibilitas, injektivitas, dan adsorbsi batuan, sebelum implementasi injeksi surfaktan di

lapangan. Screening dilakukan pada lima jenis surfaktan, yaitu : S-A, S-B, S-C, S-D dan S-E. Uji Kompatibilitas Uji kompatibilitas merupakan uji screening paling awal untuk mengetahui apakah suatu jenis surfaktan compatible dengan air formasi suatu reservoar. Kelima jenis surfaktan tersebut dilarutkan dalam air formasi dari sumur dan masing-masing dengan konsentrasi 0.05%, 0.10%, 0.15%, 0.20%, dan 0.30%. Larutan surfaktan S-A berwarna putih susu (milky color) dan keruh mengindikasikan adanya presipitasi yang berarti tidak kompatibel dengan air formasi dari kedua sumur tersebut. Sedangkan larutan surfaktan S-B dengan air formasi dari sumur terlihat untuk semua konsentrasi tetapi dalam air formasi dari sumur terlihat hanya pada konsentrasi 0.05% dan 0.10%. Tabel 3 disajikan seluruh hasil uji kompatibilitas surfaktan S-A dan S-B. membentuk (lower phase) yang berarti bahwa ketiga surfaktan terlarut dalam fasa air. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketiga jenis surfaktan tersebut masih lolos screening tahap uji kelakuan fasa, dengan catatan hasil uji IFT harus cukup rendah, yaitu sekitar 10-3, sehingga dapat dilakukan uji selanjutnya. Uji Tegangan Antarmuka Tegangan antar muka antara minyak/air dengan mikroemulsi merupakan salah satu paremeter utama dalam EOR. Pengukuran nilai tegangan antarmuka menggunakan alat spinning drop tensiometer pada suhu sekitar 60 o C. Hasil pengukuran tegangan antarmuka untuk ketiga jenis surfaktan tertera pada Tabel 5. Berdasarkan seluruh hasil pengukuran tegangan antar muka menunjukkan surfaktan S-E dengan konsentrasi 3000 ppm mempunyai harga IFT yang paling kecil. Uji kompatibilitas surfaktan S-C, S-D dan S-E menghasilkan larutan yang untuk semua konsentrasi dari kedua air formasi. Gambar 1 menunjukkan hasil uji tersebut. Uji Kelakuan Fasa Larutan surfaktan hasil uji kompatibilitas, masing-masing dicampur minyak dari sumur dan dengan volume yang sama, yaitu 3 ml. Campuran tersebut ditutup rapat dalam botol, dikocok, kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 80 o C selama 2 x 24 jam. Setelah itu, diamati fasa yang terbentuk dari campuran tersebut. Fasa yang mempunyai IFT terendah adalah fasa tengah, namun demikian masih dimungkinkan untuk digunakan dalam flooding apabila IFT juga rendah (ultra low interfacial tension). Uji kelakuan fasa hanya dilakukan pada surfaktan yang lolos screening uji kompatibilitas, yaitu surfaktan S-C, S-D dan S-E. Hasil dari uji ini diperlihatkan pada Tabel 4 dan Gambar 2. Seluruh hasil tersebut SCREENING POLIMER Selain surfaktan, polimer juga diperlukan untuk proses chemical flooding, yaitu sebagai fluida pendorong minyak untuk memperbaiki mobilitas rasio. Pada kajian ini, beberapa uji screening seperti rheologi polimer, uji thermal stability dan uji filtrasi dilakukan terhadap 2 (dua) jenis polimer, yaitu P-01 dan P-02. Rheologi Polimer Uji rheologi polimer bertujuan untuk memastikan bahwa viskositas tidak berubah secara signifikan dengan berubahnya shear rate, mengingat larutan polimer yang digunakan termasuk jenis fluida non-newtonian/ pseudoplastic, yaitu jenis fluida yang harga viskositasnya merupakan fungsi shear rate. Selain itu, uji ini juga untuk menentukan konsentrasi polimer yang optimal untuk core flooding, yaitu konsentrasi dimana viskositas larutan polimer

sedikit lebih tinggi di atas minyak, sehingga proses pendesakan minyak menjadi efektif. Injeksi larutan polimer sebagai salah satu metode EOR dimaksudkan untuk menghindari fingering yang kadang terjadi pada injeksi air. Fingering terjadi karena viskositas air sebagai fluida pendesak lebih rendah dibanding fluida minyak yang didesak. Efektifitas penyapuan dapat ditingkatkan dengan penambahan polimer ke dalam air injeksi agar mobilitas air injeksi mengecil. Kedua jenis polimer, P-01 dan P-02 tersebut diperlakukan dengan cara yang sama. Masingmasing polimer dilarutkan dalam air formasi dari sumur dan dengan konsentrasi 500, 1000, 1500 dan 2000 ppm. Setiap larutan polimer tersebut diukur viskositas masing-masing pada 6, 12, 30, 60, 100 dan 120 rpm. Pengukuran viskositas polimer yang dibutuhkan adalah pada suhu reservoar, yaitu 106,11 o C untuk sumur dan 103,9 o C untuk sumur. Tetapi pengukuran tersebut tidak dapat dilakukan secara langsung pada suhu reservoar, karena pada suhu tersebut, larutan polimer akan mendidih. Hal ini jelas akan mempengaruhi pengukuran harga viskositas secara signifikan. Oleh karena itu, pengukuran viskositas dilakukan pada suhu ruangan ( 25 o C ), 70 o C dan 90 o C, kemudian dari hasil yang didapat, dilakukan ekstrapolasi harga viskositas pada suhu masing masing reservoar. Gambar 3 memperlihatkan hasil plot viskositas terhadap shear rate. Berdasarkan hasil plot tersebut, harga viskositas kedua jenis polimer tidak berubah secara signifikan dengan berubahnya shear rate. Jadi, kedua jenis larutan polimer tersebut masuk dalam kriteria larutan polimer yang dapat diimplementasikan dalam metoda EOR. Dari plot konsentrasi vs viskositas, didapatkan konsentrasi yang optimum untuk core flooding adalah 1000 ppm untuk polimer P-01 ( untuk kedua sumur ), sedangkan polimer P-02 masingmasing 600 dan 1100 ppm untuk sumur dan Uji Thermal Stability Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas larutan polimer selama mengalir dalam media berpori adalah degradasi polimer, yaitu terputusnya rantai molekul polimer menjadi unitunit yang lebih kecil. Ini merupakan fenomena kehilangan berat molekul polimer yang tentunya akan menyebabkan pengurangan viskositas. Salah satu jenis degradasi polimer adalah degradasi thermal yang disebabkan oleh suhu yang tinggi. Oleh sebab itu, dalam kajian ini, perlu dilakukan uji thermal stability. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kestabilan viskositas larutan polimer, jika dipanaskan sampai pada suhu tertentu, dalam hal ini suhu reservoar. Uji dilakukan pada larutan polimer P-01 dan P-02 dengan air formasi (Tres = 106,1 o C) dan (Tres = 103,9 o C) pada konsentrasi 500 ppm. Keempat larutan polimer tersebut dimasukkan dalam botol tertutup rapat dan dipanaskan pada suhu reservoir selama 24 jam. Setelah itu, dilakukan pengukuran kembali harga viskositas polimer tersebut. Untuk uji ini, diambil data harga viskositas polimer sebelum dan sesudah dipanaskan (Tabel 6). Plot harga viskositas terhadap suhu terdapat pada Gambar 4 yang menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan dari harga viskositas larutan polimer antara sebelum dan sesudah dipanaskan. Dengan demikian, viskositas kedua jenis polimer tersebut stabil terhadap perubahan suhu. Uji Filtrasi Penurunan harga permeabilitas batuan dapat terjadi selama uji core flooding dengan menggunakan larutan polimer. Untuk mengantisipasi kejadian tersebut, dilakukan uji filtrasi. Uji dilakukan dengan menggunakan kertas saring (membran) berukuran 3 mikron, yaitu dengan cara mencatat waktu yang diperlukan untuk melewatkan sejumlah fluida melalui kertas saring tersebut..

Selain larutan polimer, air formasi juga diukur sebagai pembanding. Hasil uji filtrasi larutan polimer P-01 menunjukkan kemiringan garis (slope) yang relatif konstan. Hal ini berarti molekul-molekul polimer P-01 tidak mengakibatkan adanya penyumbatan. Namun, tidak demikian dengan larutan polimer P-02. Garis yang terbentuk cenderung mendatar, berarti mempunyai harga kemiringan tidak konstan, yang berarti ada kecenderungan terjadi penyumbatan molekul-molekul polimer saat melewati membran. Kemungkinan hal ini akan terjadi juga pada saat core flooding melewati batuan berpori yang tentunya sangat tidak diharapkan. Plot hasil pengukuran uji filtrasi larutan polimer dan air formasi dari sumur & ditampilkan pada Gambar 5. Berdasarkan hasil uji ini, maka polimer P-01 terpilih untuk core flooding. CORE FLOODING Studi ini menghasilkan rancangan fluida injeksi berupa surfaktan S-E dengan konsentrasi 3000 ppm dan polimer P-01 dengan konsentrasi 1000 ppm yang dipersiapkan untuk uji core flooding. KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan : 1. Dari 5 jenis surfaktan yang telah discreening, surfaktan S-E dengan konsentrasi 3000 ppm mempunyai IFT paling rendah sehingga bisa dipertimbangkan untuk digunakan dalam uji core flooding. 2. Polimer P-01 terpilih untuk uji core flooding karena lolos semua uji screening. 3. Perlu tambahan jenis surfaktan yang akan diuji dengan cara menjalin kerja sama dengan vendor surfaktan agar diperoleh surfaktan dengan fasa tengah. 4. Perlu dilakukan kajian laboratorium lanjutan secara lebih rinci seperti uji adsorbsi dan core flooding experiment. DAFTAR PUSTAKA 1. Taber J.J., Martin F.D., Seright, R.S.,: "EOR Screening Criteria Revisited-Part 1 and Part 2: Introduction to Screening Criteria and Enhanced Recovery Field Projects", SPE Reservoir Engineering, Agustus 1997, hal 189-205. 2. Healy, R.N., Reed, R.L.,:"Immiscible Microemulsion Flooding", SPE 5817. SPEJ April 1977, hal. 129-139. 3. Salanger J.L., Borel M., Schechter R.S., Wade W.H., Vasquez E.,: "Optimum Formulation of Surfactant/Oil/Water Systems for Minimum Interfacial Tension or Phase Behavior", SPE 7054. SPEJ April 1979, hal. 107-115. 4. Holm L.W., Robertson S.D.,: Improved Micellar-Polimer Flooding with High ph Chemicals, SPE 7583, Okt. 1978.

TABEL 1. HASIL SCREENING RESERVOIR LAPISAN X 0, X, Y, DAN Z No Sifat Minyak dan Metoda Injeksi Sifat Minyak Dan Karakteristik Reservoar Karakteristik Reservoar Micelar, Alkali, Polimer Lapisan-Xo Lapisan-X Lapisan-Y Lapisan-Z 1 Gravity Minyak o API > 20 35 24 25 25 25.68 2 Viskositas Minyak cp < 35 13 2.94 3.00 3.00 2.00 3 Saturasi Minyak % > 35 53 67.00 58.35 54.00 63.24 4 Jenis Formasi SS/CB Disukai SS CB SS SS SS 5 Permeabilitas rata-rata md >10 450 160 820 500-6 Kedalaman ft, ss <9,000 3250 3795 3996 4051 4096 7 Suhu Reservoar o F <200 80 223 218 220-8 Tekanan Reservoar Awal psig 1450 1227 1583 1692 9 Tekanan Reservoar Sekarang psig 742 811 - - 10 Porositas rata - rata % 28.00 24.40 24.4 21 11 Saturasi air rata - rata % 25.5 27.5 27.5 35 12 OOIP MSTB 54542.11 1885.39 5229.82 3092.38 13 Np Komulatif Prod MSTB 5448.79 367.85 1332.42 83.7 14 Sisa Cadangan MSTB 10913.84 80.87 27.33 111.12 TABEL 2. ANALISA AIR FORMASI DAN Com ponents O #14 O #25 m e q /l m g /l m e q /l m g /l CATIONS Sodium Na + 109.05 2,507.00 62.90 1,447.00 Calcium Ca +2 0.84 16.92 1.22 24.50 M agnesium Mg +2 3.06 37.20 2.45 29.80 Iro n Fe + 2 0.00 0.00 0.00 0.00 Barium Ba + 2 0.011 0.73 0.007 0.45 ANIONS Chlorida Cl - 274.17 9,720.00 242.57 8,600.00 Bicarbonate - HCO 3 39.79 2,527.80 32.27 1,969.08 Sulfate -2 SO 4 0.00 0.00 0.00 0.00 Carbonate -2 CO 3 3.20 96.00 10.64 319.20 Hydroxide OH - 0.00 0.00 0.00 0.00 TDS ( m g/l ) 13,000.00 11,100.00 Resistivity ( ohm -m ) 1.7990 1.7890 Sp.G r. at 60 o F/60 o F 1.0126 1.01 ph @ 77 o C 8.3 8.7 T otal Eq. NaCl Consentration 15,601.00 11,051.00 TABEL 3. UJI KOMPATIBILITAS SURFAKTAN S-A & S-B DENGAN AIR FORMASI konsentrasi 0.05% 0.10% 0.15% 0.20% S-A S-B makro emulsi makro emulsi sedikit endapan sedikit endapan makro emulsi makro emulsi sedikit endapan sedikit endapan makro emulsi makro emulsi sedikit endapan sedikit endapan sedikit endapan makro emulsi makro emulsi sedikit endapan sedikit endapan sedikit endapan

TABEL 4. UJI KELAKUAN FASA SURFAKTAN S-A, S-B DAN S-C Jenis Surfaktan Minyak & Air Formasi konsentrasi Uraian kelakuan fasa S-C 0.300 0.300 S-D 0.300, warna kecoklatan 0.300 keruh, warna kecoklatan keruh, warna kecoklatan S-E 0.300 0.300 keruh, warna kecoklatan TABEL 5. HASIL PENGUKURAN TEGANGAN ANTARMUKA Jenis Surfaktan S-C S-D S-E Minyak & konsentrasi IFT Air Formasi ( % ) dyne/cm 1.72E-01 1.62E-03 0.300 1.28E-01 1.22E-01 6.45E-02 0.300-1.04E-01 1.23E-01 0.300 1.18E-01 2.11E-02 6.95E-02 0.300 7.28E-02 1.32E-01 1.08E-02 0.300 4.75E-03 1.30E-02 3.83E-02 0.300 3.25E-03

TABEL 6. PERBANDINGAN VISKOSITAS POLIMER SEBELUM DAN SESUDAH DIPANASKAN Jenis Polimer Air Formasi Pemanasan Viskositas ( cp ) pada suhu ( o C ) 25 70 90 P-01 sebelum 3.9 2.25 1.7 sesudah 3.9 1.9 2.07 sebelum 8.22 4.95 4.12 sesudah 8.33 4.83 4.03 P-02 sebelum 9.18 5.3 3.4 sesudah 9.42 4.65 3.45 sebelum 3.5 1.77 1.68 sesudah 3.5 1.92 1.57 S-A 0,05 S-A 0,10 S-A 0,15 S-A 0,20 S-C 0,1% S-C 0,2% S-C 0,3% Keruh ( milky color ) Jernih GAMBAR 1. CONTOH HASIL UJI KOMPATIBILITAS SURFAKTAN DAN AIR FORMASI

0,1 0,2 0,3 0,1 0,2 0,3 0,1 0,2 0,3 S-C S-D S-E GAMBAR 2. UJI KELAKUAN FASA SURFAKTAN DAN AIR FORMASI viskositas ( cp ) 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Rheologi Polimer P-01 + AF 500 ppm 1000 ppm 1500 ppm 2000 ppm 0 20 40 60 80 100 120 140 shear rate ( s-1 ) viskositas ( cp ) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Rheologi Polimer P-02+ AF 500 ppm 1000 ppm 1500 ppm 2000 ppm 0 20 40 60 80 100 120 140 shear rate ( s-1 ) GAMBAR 3. RHEOLOGI POLIMER viskositas ( cp ) 10 8 6 4 2 0 Thermal Stability Polimer P-01 sebelum- sesudah- sebelum- sesudah- 0 20 40 60 80 100 suhu ( oc ) viskositas ( cp ) 10 8 6 4 2 0 Thermal Stability Polimer P-02 sebelum- sesudah- sebelum- sesudah- 0 20 40 60 80 100 suhu ( oc ) GAMBAR 4. UJI THERMAL STABILITY

Volume ( ml ) 600 500 400 300 200 100 0 Uji Filtrasi dengan Air formasi Air Formasi P-01 P-02 0 200 400 600 800 1000 1200 Time ( sec ) GAMBAR 5. UJI FILTRASI POLIMER DENGAN AIR FORMASI