BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III RUMUSAN PENELITIAN. mengungkapkan sesuatu yang belum diketahui dengan metode sistematis dan terarah.

BAB III METODOLOGI PENELTIAN. terhadap objek yang diteliti. Secara ontologi aliran ini bersifat critical realism

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Hal ini didasarkan atas tujuan penelitian yang ingin mengetahui dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang hadir dalam suatu konteks yang terbatas (bounded context), meski batasbatas

BAB III METODE PENELITIAN. pengumpulan datanya tidak dibatasi pada kategori-kategori tertentu saja

BAB III METODE PENELITIAN. ayam selain itu harapannya juga dapat memperoleh hasil penelitian yang. menyikapi fenomena sabung ayam tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati

BAB 3 METODE PENELITIAN

pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. 2

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam konteks penelitian ini, penelitian yang dilakukan termasuk jenis

III. METODE PENELITIAN. Cresswell (2012: 4) penelitian kualitatif merupakan metode -metode yang

BAB lll METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan suatu cara untuk mencari kebenaran secara ilmiah berdasarkan pada data

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan tentang orang

dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. 84 popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ini desainnya termasuk jenis penelitian kualitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif. Istilah penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peneliti menguraikan paradigma sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu jenis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peranan metode sangat penting dalam suatu penelitian. Berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

KUALITAS PENELITIAN KUALITATIF

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1980an. Pemikirannya dinamai post-positivisme. Paham ini menentang

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

KUALITAS PENELITIAN KUALITATIF

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Tipe Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif atau kualitataif dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menunjukan pada mereka apa yang penting, absah dan masuk akal. Sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, yaitu suatu jenis penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualititif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data; (D) Instrumen Penelitian; (E) Data dan Sumber Data; (F) Teknik Analisis Data;

BAB III METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian disebut juga dengan desain penelitian yakni rancangan, pedoman ataupun acuan penelitian yang akan dilaksanakan (Soemartono,

BAB III METODE PENELITIAN. kredibilitas peneliti menjadi amat penting. Analisis isi memerlukan peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. normatif, menunjukan kepada praktisinya apa yang harus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELIITIAN. sebagai metode yang dalam penelitiannya memperoleh data deskriptif. yang sedang terjadi di dalam masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Fokus Penelitian. Hardiness yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hardiness yang diartikan. B.

III. METODE PENELITIAN. penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, hal tersebut

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif. (Dalam literatur Moleong, 2009) menurut Bogdan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dan contoh seperti apa seharusnya teknik riset yang baik. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analitis

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif, sementara

Pertama, penulis bermaksud mengembangkan konsep pemikiran,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Begitu pula pada penelitian ilmu sosial. Menurut Servaes dalam bukunya Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai manajemen di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Cresswell (2012: 4) penelitian kualitatif merupakan metode-metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. permasalahan yang sangat kompleks dan dinamis sehingga penting untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tepat agar tujuan penelitian dapat tercapai. Metode yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan permasalahan, penelitian ini bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif lebih menekankan pada cara berfikir yang lebih positifistik yang

III. METODE PENELITIAN. perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Transkripsi:

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Menurut John W Creswell (1994) dalam penerapan ilmu sosial paradigma merupakan hal yang sangat penting, karena dengan paradigma dapat membantu peneliti untuk menentukan cara pandang yang tepat dalam melihat suatu masalah, selain itu paradigma juga berfungsi untuk membantu menentukan teori serta metode yang tepat untuk digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini paradigma yang akan digunakan adalah paradigma postpositivisme. Menurut Guba dan Lincoln (1994:40) paradigma ini merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Secara ontologis aliran ini bersifat critical realism yang memandang sama bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia (peneliti). Secara epistemologis, hubungan antara pengamat atau peneliti dengan objek atau realitas yang diteliti tidaklah dapat dipisahkan, aliran ini menyatakan suatu hal yang tidak mungkin mencapai atau melihat kebenaran apabila pengamat berdiri dibelakang layar tanpa ikut terlibat langsung dengan objek secara langsung. Oleh karena itu hubungan antara pengamat dengan objek harus interaktif, dengan catatan bahwa pengamat harus bersifat senetral mungkin, sehingga tingkat subjektivitas dapat dikurangi secara minimal (Guba & Lincoln,1994:49). Secara metodologis pengamatan berlangsung secara natural, menggunakan metode kualitatif dan tergantung pada teori yang dipergunakan. Postpositivisme memandang kenyataan itu ada, tetapi dengan keterbatasan manusia, maka kenyataan itu tidak dapat dimengerti dengan sempurna. Untuk aksiologi kelompok postpositivisme sudah mulai reaktif, karena sudah mulai disadari bahwa objektivitas mulai diragukan, peneliti disini berperan sebagai mediator antara

2 sikap ilmiah dan objek penelitian, disini nilai, etika dan pilihan moral berada dalam arus diskusi (Guba & Lincoln,1994:45). Masih menurut Guba dan Lincoln (1994:74) kedudukan paradigma postpositvist dalam kegiatan penelitian terbagi dalam beberapa hal, yang pertama paradigma ini berfungsi untuk menemukan kelaziman hukum alam dalam memprediksi dan mengontrol, paradigma ini menggunakan logika dalam arti kata sistem deduktif brasal dari aksioma dan hukum, dalam paradigma postpositivist ini pembuktian hipotesis membuat kuat kedudukann fakta atau hukum, hipotesis adalah fakta dan hukum. Kenyataan yang jelas tidak sebanyak teori ilmu pengetahuan, disini juga berfungsi untuk menerangkan hubungan logika dengan hukum alam dan fakta. Paragma ini menggunakan bukti berdasarkan pengamatan yang tepat dan dapat diulang, kebenaran konvensional besifat keras internal dan eksternal validity, reliability dan objectivity. Dalam paradigma ini nilai berada diluar pengaruh, ilmu bebas dari nilai tidak memiliki tempat kecuali pada saat memilih topik, untuk etika dalam paradigma ini etika berasal dari luar dan menolak manipulasi. 3.2 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dengan menyeluruh realita yang diteliti untuk menemukan makna. Menurut Martyn Denscombe (2003) pendekatan kualitatif biasa digunakan untuk mencari makna dan memahami bagaimana seseorang bisa berfikir sesuatu, selain itu pendekatan ini juga berfungsi untuk memahami perilaku seseorang. Menurutnya beberapa keunggulan penelitian kualitatif adalah kaya akan data yang bersifat spesifik, terdapat toleransi pada data yang ambigu dan kontradiksi dan terdapat harapan untuk penjelasan alternatif. Menurut Payne (2004:175) penelitian ini memfokuskan pada hal detail yang terjadi dalam kehidupan manusia, serta bersifat induktif dan mencari serta menginterpretasikan makna dari pemikiran manusia. Induktif berarti penelitian ini bersifat emergent yaitu memunculkan pola umum dari hal hal empiris (kecil atau khusus) ke suatu kesimpulan umum. Hubungan antara peneliti yang diteliti bisa bersifat dekat untuk mencoba mendalami dan tidak bebas nilai. Pada pendekatan

3 ini analisis bisa dibuat dari awal sampai akhir penelitian jadi strategi penelitiannya tidak berstruktur. Tujuannya adalah untuk memahami realitas yang diteliti dengan pendekatan menyeluruh untuk menemukan makna dengan menggali interpretasi subjek, disini dta dihubungkan dnegan setting individu dengan melibatkan data pengamatan empiris kesuatu kesimpulan umum, disini hubungan peneliti dengan yang diteliti tidak bebas nilai dan hubungan antara konsep dnegan data empirik bersifat emergent. Dalam pendekatan kualitatif kerangka teori berfungsi untuk menjadi panduan sehingga peneliti tetap berada pada jalurnya dan juga dalam pendekatan kualitatif ini kerangka teori digunakan untuk panduan dalam membuat pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Pendekatan penelitian kualitatif ini memiliki lima karakteristik utama menurut Alan Bryman (1988:45), karakteristik tersebut adalah dapat melihat langsung dari perpektif narasumber, dapat memberikan deskripsi yang spesifik terhadap suatu hal, bersifat kontekstual dalam melihat suatu masalah, melihat suatu masalah sebagai proses bukan hal statis dan penelitian kualitatif sangat fleksibel, tidak terikat oleh struktur. Menurut Nicholas Wallyman (2006:29) penelitian ini tidak berhubungan pada angka dan proses menghitung, melainkan pada informasi berupa kata kata baik berupa deskripsi, opini, perasaan dan lain sebagainya. Menurut neuman (2003) peneliti kualitatif mengembangkan teori selama proses pengumpulan data, jadi disini teori dibangun dari data empiris, model penelitiannya bersifat non-linier dan siklus, membentuk pola dengan langkah langkah tertentu. Menurut Michael Quinn Patton (2002:14) kelebihan dari penelitian kualitatif adalah kemampuannya untuk menghasilkan sebuah informasi yang kaya dan dalam mengenai sejumlah orang atau kasus yang kecil, dengan demikian pendekatan ini bisa meningkatkan pemahaman mengenai kasus atau situasi yang diteliti. Selain itu kelebihan penelitian ini menurut Alfred E. Goldman & Susan Schwartz Mcdonald (1987:8) adalah dengan pendekatan bisa menunjukan darimana sikap seseorang muncul, bagaimana sikap ini disusun, dan signifikansinya terhadap tingkah laku konsumen, dimana hal yang seperti ini tidak bisa dilakukan melalui survey.

4 Menurut neuman (2003) dalam pendekatan kualitatif peneliti adalah instrument, disini peneliti bersifat aktif dan berinteraksi dengan situasi lingkungan, peneliti memfokuskan kepada makna makna subjektif, definisi, metafora, symbol dan deskripsi dari kasus kasus tertentu. Peneliti menggunakan banyak logika dalam praktek, bergantung pada penilaian atau kebijaksanaan informal yanag dikembangkan dari pengalaman peneliti, dalam pendekatan ini integritas dan objektifitas peneliti memilih material untuk ditekankan, menggunakan perspektif personal dan perasaannya untuk memahami kehidupan social secara penuh. Menurut Bogdan dan Biklen (1992) analisis data kualitataif dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dieklola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin menggali persepsi subjek seputar persepsi pada iklan Happydent White. Diharapkan dengan pendekatan kualitatif peneliti dapat benar-benar menggali dan memahami bagaimanakah persepsi mantan narapidana terhadap iklan Happydent White versi melarikan diri dari penjara. 3.3 Sifat Penelitian Menurut Neuman (2003:29) dalam sebuah penelitian bisa terdapat lebih dari satu sifat atau tujuan, namun tetap saja salah satu sifat atau tujuan pasti akan lebih mendominasi. Karena tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan persepsi pelaku sosial, maka sifat penelitian ini adalah deskriptif. Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui persepsi mantan narapidana terhadap iklan Happydent White versi melarikan diri dari penjara, maka sifat deskriptif dirasa paling sesuai. Menurut Usmam dan Akbar (1996:4) sifat deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat dan secermat mungkin mengenai suatu individu, gejala, dan keadaan kelompok tertentu atau alat untuk menentukan frekuensi

5 adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah in-depth interview atau wawancara mendalam dengan pedoman umum. Menurut Blaxter, Hughes dan Tight (2006:172) wawancara adalah suatu metode yang melibatkan proses tanya jawab serta pembahasan suatu topik dengan informan, metode ini sangat berguna untuk digunakan saat sedang mengumpulkan data tapi dengan tidak menggunakan metode observasi ataupun menggunakan kuesioner. Teknik wawancara akan lebih baik jika dilakukan menggunakan media elektronik seperti alat perekam suara, karena dengan begini kita bisa lebih konsentrasi untuk memerhatikan jawaban beserta gerak gerik dan kontak mata dari informan. Tapi tetap saja peneliti harus berhati hati karena sering kali ada kendala teknis yang bisa saja terjadi, belum lagi proses transkip dan analisa akan memakan waktu yang cukup lama. Menurut Martyn Denscombe (2003:163) biasanya wawancara dilakukan saat peneliti memerlukan informasi yang bersifat mendalam dan detail dari informan, selain itu peneliti juga bisa melakukan wawancara saat ingin menggali emosi, pengalaman dan perasaan informan terhadap suatu masalah. Untuk mencatat hal yang penting maka peneliti bisa menggunakan catatan lapangan yang berfungsi sebagai catatan pendukung akan hal hal penting yang terjadi selama proses wawancara berlangsung atau segera setelah wawancara berakhir. Selain itu menurut Martyn Denscombe (2003:163-192) seorang peneliti yang ingin melakukan wawancara maka harus memenuhi beberapa kriteria untuk mendapatkan hasil yang optimal, yaitu pewawancara harus sopan dan penuh perhatian, pewawancara harus sensitif terhadap perasaan dari informan, pewawancara harus non-judgemental, artinya harus adil dan tidak menilai sembarangan kepada informan, pewawancara harus mengetahui kapan waktunya untuk diam dan waktu yang tepat untuk mulai berbicara

6 Dalam proses wawancara ini, peneliti dilengkapi pedoman wawancara, didalamnya terdapat isu-isu yang harus ditanyakan dengan urutan pertanyaan tertentu, tapi tidak menutup kemungkin akan adanya pertanyaan tambahan, atau alur yang maju mundur. Karena bersifat mendalam, maka setiap pertanyaan pun harus bersifat spesifik untuk mendapatkan jawaban yang dalam. Dengan pedoman tersebut, peneliti harus memikirkan bagaimana pertanyaan akan dijabarkan secara konkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan diri dengan informan dan situasi yang sedang berlangsung. Wawancara mendalam memang tidak mudah untuk dilaksanakan, tapi dengan wawancara mendalam sudut pandang dan persepsi informan akan tergali secara menyeluruh. Selain itu keunggulan wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data adalah fleksibilitasnya yang tinggi, sebab jawaban yang diberikan oleh informan berkembang sebagaimana halnya percakapan biasa. Peneliti memilih wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian ini karena peneliti ingin memperoleh pemahaman yang lebih menyeluruh mengenai persepsi mantan narapidana terhadap iklan Happydent White versi melarikan diri dari penjara. 3.5 Informan dan Pemilihan Informan Informan dapat diartikan sebagai orang yang memberikan informasi. Untuk mendapatkan informasi dan data yang baik, maka peneliti akan menggunakan informan yang kompeten. Menurut Neuman (2003), terdapat empat karakteristik utama yang harus dipenuhi untuk medapatkan informan yang kompeten, yaitu : 1. Mengetahui dengan baik budaya daerahnya dan menyaksikan sendiri kejadian di tempat penelitian. 2. Terlibat secara mendalam dengan kegiatan yang ada di tempat penelitian. 3. Nonanalitis. Orang yang tidak analitis namun cukup mengetahui situasi di tempat penelitian tanpa berpretensi menganalisa suatu kejadian. 4. Pada penelitian di lapangan, peneliti dapat menghabiskan waktu yang lama dengan masyarakat, hal ini dikarenakan untuk penelitian di lapangan dibutuhkan waktu yang cukup lama dengan intensitas yang tinggi.

7 Dalam memilih informan, peneliti menggunakan metode purposif yang terstratifikasi, dengan demikian peneliti akan mengambil kasus yang menjelaskan kondisi rata-rata, di atas rata-rata, dan di bawah rata-rata dari suatu fenomena. Metode ini dipilih karena peneliti ingin menangkap variasi besar dari ketiga kategori informan. Mengetahui bagaimana persepsi informan dengan usia dan pekerjaan berbeda terhadap iklan, apakah mereka mempunyai persepsi yang sama atau tidak dan sejauh mana persepsi mereka terhadap iklan Happydent White versi melarika diri dari penjara. (Poerwandari, 2006:116). Karena keunikan iklan ini yang menggunakan metode puffery yaitu penggunaan opini subjektif, berlebihan dan tidak didasari oleh fakta yang spesifik (Wells, Burnett & Morierty, 1989:34), maka peneliti ingin menganalisis proses pengembangan kreatif iklan ini melalui pendekatan menyeluruh yang bisa menghasilkan informasi yang kaya dan spesifik, karenanya mantan narapidana dipilih sebagai informan karena terdapat kedekatan atau proximity dengan karakter utama iklan sehingga diharapkan informan bisa membedakan dunia nyata berdasarkan pengalaman mereka dengan apa yang ditampilkan melalui metode puffery ini. 3.6 Metode Analisis Data Menurut Patton (1980:268) analisis data adalah porses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar, intinya analisis data dilakukan melalui sebuah proses yang berarti analisis data dan penafsiran dianjurkan untuk dilakukan secepatnya oleh peneliti. Menurut Nicholas Walliman (2006) hal utama yang membedakan analisis data penelitian kuantitatif dan kualitatif, adalah pada penelitian kuantitatif peneliti harus melengkapi keseluruhan data terlebih dahulu sebelum bisa mulai menganalisis, sementara pada penelitian kualitatif, analisis data bisa dilakukan bersamaan saat pengumpulan data dilakukan. Analisis data merupakan salah satu bagian terpenting dari penelitian ini. Menurut Moleong (2006:249) proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan

8 sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi yang merupakan upaya memuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan satuan. Satuan atau unit merupakan satuan latar sosial yang merupakan alat untuk menghaluskan pencatatan data. Satuan harus heuristik artinya mengarah pada satu pengertian atau satu tindakan yang diperlukan oleh peneliti atau akan dilakukannya, dan satuan itu juga hendaknya harus menarik. Selain itu satuan juga hendaknya merupakan sepotong informasi terkecil yang dapat berdiri sendiri, artinya satuan itu harus dapat ditafsirkan tanpa informasi tambahan selain pengertian umum dalam konteks latar penelitian, selain itu satuan juga dapat berupa kalimat faktual sederhana yang ditentukan dalam catatan pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dokumen, laporan atau sumber lainnya (Moleong, 2006:252). Satuan satuan ini kemudian dikategorisasi pada langkah berikutnya, kategori tersebut dibuat sambil melakukan koding. Kategorisasi adalah salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar pikiran, instuisi, pendapat dan kriteria tertentu. Tugas pokok kategorisasi adalah mengelompokan kartu-kartu yang telah dibuat kedalam bagian-bagian isi yang berkaitan, lalu merum,uskan turan yang menetapkan inklusi setiap kartu pada kategori dan juga sebagai dasar untuk pemeriksaan keabsahan data dan terakhir menjaga agar setiap kategori yang telah disusun satu dengan lainnya mengikuti prinsip taat asas. Kategorisasi yang masih memerlukan data lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan stratgi perluasan, pengaitan dan strategi pengapungan. Tahap akhir dari analisa data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. 3.7 Keabsahan Penelitian Setelah data yang didapatkan terkumpul maka diperlukan verifikasi data untuk memperoleh keabsahan penelitian. Menurut Kirk dan Miller (1986:21) bahwa tidak ada satu pun eksperimen yang dapat dikontrol secara tepat dan tidak ada instrumen pengukuran yang dapat dikalibrasi secara akurat, oleh karena itu ukuran pada suatu tingkatan tertentu mempunyai kelemahan dan ketepatan

9 pengukurannya sangatlah terbatas. Uraian tersebut menyatakan banyaknya kelemahan dari menggunakan ukuran validitas dan reliabilitas dari tinjauan kaca mata nonkualitatif itu sendiri. Menurut Guba dan Lincoln (1994:79) validitas pada penelitian kualitatif mengacu pada suatu hal yang masuk akal berdasarkan eksistensi ilmu pengetahuan dan kepercayaan terhadap suatu fenomena alamiah yang terjadi, adapun kualitas penelitian ini akan dilihat dari kepercayaan atas hasil penelitian dilihat dari credibility, transferability, dependability, dan confirmability. Menurut Guba dan Lincoln (1994) kredibilitas adalah sejauh mana hasil penelitian dapat dipercaya publik dan disetujui kebenarannya oleh publik, artinya informan adalah benar benar orang yang memahami masalah dan fenomena yang dikaji dan pantas untuk menjadi narasumber dalam penelitian ini, hal ini sesuai karena untuk penelitian ini informannya adalah mantan narapidana. Transferability adalah kemampuan penyampaian atau external validity atas hasil yang sama atau mengacu pada tingkatan mana dari hasil penelitian kualitatif dapat digeneralisir atau ditransfer pada konteks atau setting yang lain. Sementara dependability atau keterandalan esensinya adalah menekankan pada kebutuhan bagi peneliti untuk menilai konteks yang berubah ubah pada penelitian, peneliti bertanggung jawab untuk menggambarkan perubahan yang muncul pada saat penelitian di dalam konteks yang ada dan bagaimana perubahan tersebut berpengaruh pada penelitian tersebut. Dependability ini biasa dianggap sebagai reliabilitas yaitu sejauh mana peneliti mampu mengkonseptuasikan secara benar apa yang diteliti,dan konsistensi peneliti atas keseluruhan proses penelitian. Terakhir adalah confirmability atau koherensi internal dalam melakukan interpretasi atas berbagai data, sehingga dapat dikonfirmasikan ulang, dengan kata lain ada objektifitas. Keabsahan data ini akan dilakukan dengan metode trianggulasi sumber dan penyidik, menurut Patton (2002) trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, hal ini bisa dicapai dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara dan membandingkan apa yang dikatakan orang depan umum dengan apa yang

10 dikatakannya secara pribadi. Sementara trianggulasi dengan penyidik menurut Patton (2002) ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Menurut Moleong (2006:332) trianggulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu pengumpulan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan, dengan kata lain bahwa dengan trianggulasi peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori.