Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

BAB I PENDAHULUAN. dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun , yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung)

DAMPAK PROGRAM KRPL (KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI) TERHADAP POLA PANGAN HARAPAN (PPH) ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA DARI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG PENDAHULUAN

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PEDESAAN DI DESA SUKOLILO KECAMATAN WAJAK KABUPATEN MALANG Oleh : Gema Iftitah Anugerah Y*

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

PENDAHULUAN Latar Belakang

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizinya (BKP, 2013). Menurut Suhardjo dalam Yudaningrum (2011), konsumsi

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis)

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL GUBERNUR JAWA BARAT,

METODE PENELITIAN. Jumlah sampel dalam kecamatan (KK) Nama Desa. KK tidak

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

KEGIATAN M-KRPL KABUPATEN BARRU

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DINAMIKA POLA DAN KERAGAMAN KONSUMSI RUMAH TANGGA PERDESAAN PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1)

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Wilayah

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

Peran Perempuan Pada Upaya Penganekaragaman Pangan Di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI E

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

VOLUME O2, No : 01. Februari 2013 ISSN :

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

BUPATI MALUKU TENGGARA

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. Pola konsumsi pangan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan. Harapan (PPH) merupakan rumusan komposisi pangan yang ideal yan g

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

Edisi 2 ROADMAP DEPTAN.indb 1 2/15/2013 7:35:34 PM

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

PERENCANAAN KEBUTUHAN PANGAN PADA REPELITA VI DI TIGA PROPINSI DI INDONESIA (Penerapan Pedoman Pola Pangan Harapan)

Transkripsi:

DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT BERDASARKAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PADA LOKASI MKRPL DI KEC. KRAMATWATU KAB. SERANG Yati Astuti 1) dan Fitri Normasari 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten 2) Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Serang ABSTRAK Pengkajian ini bertujuan untuk menganalisis pola konsumsi pangan penduduk Desa Kramatwatu sebagai Model KRPL perkotaan berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH). Pengkajian dilaksanakan di lokasi kegiatan MKRPL Desa Kramatwatu, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Provinsi Banten pada bulan Oktober sampai November 2012. Sampel diambil secara acak sebanyak 40 KK kooperator kegiatan MKRPL di Desa Kramatwatu. Data yang dikumpulkan berupa data karakteristik rumah tangga dan konsumsi pangan rumah tangga. Metode pengumpulan data adalah food recall selama 1x24 jam. Hasil pengkajian menunjukkan nilai PPH Desa Kramatwatu 79,2 termasuk ke dalam kategori segitiga perak. Konsumsi pangan masih belum beragam, bergizi berimbang. Intake energi yang dikonsumsi adalah 1361,6 kalori/kapita/hari atau 68,08% kebutuhan energi terpenuhi, konsumsi protein 51,5 gr/kapita/hari atau 99,03% dari kebutuhan aktual penduduk di lokasi MKRPL terpenuhi. Kata Kunci: Konsumsi, MKRPL, PPH. PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang nomor 7 tahun 2006, Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dalam skala rumah tangga, ketahanan pangan rumah tangga adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap anggota keluarga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik, baik jumlah maupun mutunya, aman dan merata sesuai daya beli keluarga. Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yang dibangun dari Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Rumah Pangan Lestari adalah rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 47

kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya (Kementerian Pertanian, 2011). Prinsip utama pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah mendukung upaya: 1) Ketahanan dan kemandirian pangan keluarga, 2) Diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, 3) Konservasi tanaman pangan untuk masa depan, 4) peningkatan kesejahteraan keluarga. Salah satu indikator keberhasilan pengembangan KRPL adalah meningkatnya kualitas konsumsi termasuk nutrisi pangan keluarga yang ditunjukkan oleh meningkatnya skor PPH (Kementerian Pertanian, 2013). Tujuan pengkajian untuk menganalisis pola konsumsi pangan penduduk di Desa Kramatwatu sebagai Model KRPL perkotaan berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH). METODOLOGI Survei konsumsi pangan rumah tangga dilakukan melalui wawancara secara langsung pada masing-masing rumah tangga dengan menggunakan kuesioner. Sampel diambil secara acak sebanyak 40 KK dari 93 KK kooperator kegiatan MKRPL di Desa Kramatwatu, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang. Pengumpulan data dilaksanakan sejak Oktober sampai November 2012. Jenis data yang dikumpulkan berupa data karakteristik rumah tangga (nama anggota rumah tangga, status dalam rumah tangga, usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan) dan konsumsi pangan rumah tangga. Sedangkan metode pengumpulan data adalah food recall selama 1 x 24 jam diartikan bahwa responden mengingat kembali apa saja yang telah dimakan selama 1 x 24 jam/1 hari yang lalu. Selanjutnya mengkonversi bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan : ukuran rumah tangga (URT), daftar komposisi bahan makanan (DKBM), daftar konversi berat mentah masak, daftar persen penyerapan minyak dan angka kecukupan gizi nasional. Pengolahan data konsumsi pangan menggunakan software analisis konsumsi pangan yang dikeluarkan oleh Badan Ketahanan Pangan Pusat. Hasil dari proses pengolahan data disajikan, diinterpretasikan dan dianalisis secara deskriptif. Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 48

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Rumah Tangga Umur kepala keluarga didominasi antara 41-50 tahun yaitu sebanyak 52 %, sedangkan pendidikan formal kepala keluarga dan ibu oleh lulusan SLTA yaitu 77,5% dan 75%. Sebagian besar kepala keluarga berprofesi sebagai pegawai swasta sebanyak 43%. Keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga 4 orang adalah 60%. Jumlah ini relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga 5-7 orang dan >7 orang. Gambar 1. Karakteristik Kepala Keluarga di Desa Kramatwatu. Karakteristik Ekonomi Keluarga Karakteristik ekonomi Desa Kramatwatu sebagai lokasi MKRPL perkotaan merupakan wilayah maju. Pendapatan minimal keluarga adalah Rp. 2.701.250 dan maksimal Rp. 4.706.250. Pendapatan perkapita berkisar antara Rp. 670.034,7 Rp. Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 49

1.167.000. Pengeluaran minimal rumah tangga sebesar Rp. 2.445.000 dan pengeluaran maksimal Rp. 3.655.000. Pengeluaran ini merupakan total pengeluaran meliputi kebutuhan pangan, pendidikan, transport, komunikasi dan lain-lain. Khusus kebutuhan pangan, pengeluaran minimal Rp. 1.276.250 dan maksimal Rp. 1.970.000. Terdapat penghematan pengeluaran rumah tangga sekitar Rp. 100.000 - Rp. 150.000 perbulan setelah kegiatan MKRPL dilaksanakan oleh masyarakat Desa Kramatwatu. Hal ini disebabkan sebagian kebutuhan sayuran dipenuhi dari hasil panen budidaya sayuran di pekarangan. Sayuran yang dibudidayakan antara lain cabe keriting, cabe rawit, sawi, bayam, kembang kol, terong, tomat, seledri, kacang panjang, mentimun, pare, oyong dan lain-lain. Penanaman dilakukan di polybag, rak vertikultur maupun bedengan. Berdasarkan hasil pengkajian Damayanti (2001) ada empat variabel yang berpengaruh terhadap skor PPH rumah tangga yaitu pendapatan perkapita, pengeluaran rumah tangga, pendidikan formal ibu dan pengetahuan gizi ibu. Sedangkan variabel yang tidak berhubungan yaitu jumlah anggota rumah tangga dan konsumsi rumah tangga. Analisis Pola Konsumsi Pangan berdasarkan PPH Pola konsumsi pangan di Desa Kramatwatu, Kabupaten Serang berdasarkan hasil survei konsumsi pangan tahun 2012 yang secara umum menjelaskan tentang pola konsumsi penduduk Desa Kramatwatu disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Desa Kramatwatu yaitu 79,2 masih dibawah skor/target PPH nasional 88,1 untuk tahun 2009 2012 dan untuk skor/ target Provinsi Banten yaitu 85,50 tahun 2009-2012. Hal ini menunjukkan indikasi konsumsi pangan masih belum beragam, bergizi berimbang. Akan tetapi nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan skor PPH Kabupaten Serang tahun 2011 yaitu 75,6. Gap tertinggi pada kelompok pangan hewani sebesar 40,7 gr/kapita/hari. Kelompok sayur dan buah terdapat gap sebesar 24 gr/kapita/hari dengan rincian konsumsi sayuran 102,7 gr/kapita dan buah-buahan 111,1 gr/kapita pada tahun 2011, sedangkan pada tahun 2012 konsumsi sayuran 118,1 gr/kapita dan buah-buahan 119,7 gr/kapita pada tahun 2012. Menurut Suyatno (2009) skor PPH antara 78-88 termasuk ke dalam katergori segitiga perak. Konsumsi pada kelompok pangan padi-padian terdapat gap sebesar 70 gr/kap dari skor ideal. Berdasar hasil survei konsumsi pangan, konsumsi masih didominasi beras sebesar 193,2 gr/kapita. Sedangkan jenis pangan dari kelompok Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 50

padi-padian lainnya, hanya jagung pipilan sebesar 3,7 gr/kapita dan tepung terigu 8,1 gr/kapita. Dari kelompok pangan masih belum beragam jenisnya. Kelompok pangan lainnya yang masih di bawah skor ideal adalah umbi-umbian dengan gap sebesar 63, sedangkan minyak dan lemak sebesar 17,9. Selanjutnya gula sebesar 21,6 dan lain-lain (minuman, bumbu) sebesar 4,1. Tabel 1. Pola Konsumsi Pangan Penduduk Desa Kramatwatu Tahun 2012. Skor Ideal Skor di Desa Kramatwatu Jenis No Energi % Energi Pangan Gram/kapita/hari Gram/kapita/hari (Kkal) AKG (Kkal) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/Biji berminyak Padipadian Umbiumbian Kacangkacangan % AKG 275,0 1000 50,0 205,0 736,9 18,4 90,0 120 6,0 27,0 25,2 0,6 140,0 240 12,0 228,9 251,7 24,0 25,0 200 10,0 7,1 64,0 1,6 10,0 60 3,0 18,9 30,3 0,8 35,0 100 5,0 34,4 116,4 10,0 7. Gula 30,0 100 5,0 8,4 30,9 0,8 8. Sayur dan buah 230,0 120 6,0 237,8 92,2 23,1 9. Lain-lain 15,0 60 3,0 7,5 13,8 0,0 Total 850 2000 100 775 1361,6 79,2 Skor PPH 100 79,2 Kelompok pangan lainnya (hewani, sayuran dan buah) terdapat kelebihan kuantitas konsumsi yang cukup besar dari konsumsi ideal. Hal ini menunjukkan konsumsi energi antar kelompok pangan belum cukup berimbang. Untuk kelompok pangan lainnya terdapat surplus tetapi tidak terlalu besar dari konsumsi pangan ideal. Sebagaimana terlihat pada Tabel 1, perbandingan konsumsi energi kelompok padi-padian masih sebesar 18,4% artinya bahwa konsumsi energi Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 51

kelompok padi-padian baru terpenuhi 36,8% dari prosentase AKG ideal. Demikian juga untuk konsumsi energi kelompok umbi-umbian masih rendah, yaitu 0,6% artinya bahwa konsumsi umbi-umbian masih 1% dari AKG ideal. Rendahnya konsumsi umbi-umbian disebabkan masih rendahnya kesadaran akan manfaat mengkonsumsi produk lokal seperti ketela pohon, kentang, ubi-ubian, talas dan sagu. Di lokasi MKRPL Perkotaan di Desa Kramatwatu perlu dimotivasi untuk menanam umbi-umbian lokal sebagai alternatif sumber karbohidrat. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip utama pengembangan KRPL yaitu diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal (Kementerian Pertanian, 2013). Hasil kajian menunjukkan konsumsi kelompok pangan hewani sebesar 228,9 gr/kapita/hari. Angka tersebut lebih tinggi dua kali lipat dari standar kebutuhan ideal 140 gr/kapita/hari. Berarti untuk pola konsumsi penduduk Desa Kramatwatu terhadap pangan hewani sudah terpenuhi, jika ditinjau dari Angka Kecukukupan Energi (AKE) sebesar 240 Kkal. Hal ini karena sebagian besar masyarakat di Desa Kramatwatu memiliki penghasilan diatas UMR sebesar Rp. 1.320.500, ditunjang dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi, sehingga pola makan pangan hewani lebih variatif. Konsumsi energi padi-padian mungkin dipengaruhi pola diet masyarakat perkotaan yang cenderung mengurangi konsumsi karbohidrat. Disamping menunjukkan kualitas konsumsi pangan, skor PPH juga menggambarkan keragaman kelompok pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Skor PPH masyarakat Desa Kramatwatu, Kabupaten Serang dari hasil survei dibawah PPH ideal, sedangkan kelompok pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah diatas AKG. Hal ini terlihat dari konsumsi pangan penduduk Desa Kramatwatu yang meliputi ikan, tahu, tempe dan aneka sayuran serta buah. Angka Kecukupan Energi (AKE) yaitu banyaknya energi yang dikonsumsi oleh penduduk dalam suatu wilayah dengan jumlah energi ideal sebesar 2000 Kkal/kapita/hari. Tingkat konsumsi pangan energi dari 40 responden di Desa Kramatwatu adalah 1361,6 Kkal/kapita/hari atau 68,08% dari kebutuhan energi ideal yaitu 2000 Kkal/kapita/hari (Tabel 2). Angka ini masih dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 2000 kkal/kap. Untuk itu, kecukupan energi dari 9 kelompok pangan perlu diperbaiki agar lebih memenuhi konsep pangan beragam, bergizi berimbang dan aman (3-BA). Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 52

Tabel 2. Tingkat Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein di Desa Kramatwatu Tahun 2012 Konsumsi Energi (Kkal/kapita/hari) Konsumsi Protein (Gr/kapita/hari) Model KRPL SPM (Standar Kecukupan Energi Model KRPL SPM (Standar Kecukupan Protein Pelayanan Minimal) Pelayanan Minimal) 1361,6 2000 2000 51,5 46,8 52 Angka Kecukupan Protein (AKP) yaitu banyaknya energi yang dikonsumsi oleh penduduk dalam suatu wilayah dengan jumlah protein ideal sebesar 52 gram/kapita/hari. Tingkat konsumsi protein masyarakat Desa Kramatwatu sebesar 51,5 gram/kapita/hari atau 99,03% dari kecukupan protein sebesar 52 gram/kapita/hari. Angka tersebut diatas nilai SPM, dimana konsumsi protein di Desa Kramatwatu sudah cukup baik. Tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein dibagi kedalam empat kategori. Tingkat kecukupan energi yaitu : TKE<70% termasuk kategori sangat rawan pangan, TKE 70-89% termasuk kategori rawan pangan, TKE 90-119% termasuk kategori tahan pangan dan TKE>120% termasuk kategori kelebihan/diatas AKE. Selanjutnya tingkat kecukupan protein yaitu : TKP<70% termasuk kategori defisit, TKP 70-79% termasuk kategori sedang, TKP 80-99% termasuk kategori sedang dan TKP>100% termasuk kategori baik. Berdasarkan hasil kajian, 65% tingkat kecukupan energi di Desa Kramatwatu masuk kategori sangat rawan pangan dan 35% KK kategori rawan pangan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan pangan rumah tangga di wilayah tersebut sangat rendah, sehingga perlu diupayakan pola konsumsi pangan harian yang mencukupi kebutuhan energi standar. Hal tersebut bisa diatasi dengan menyeimbangkan pola konsumsi beragam dan seimbang dari berbagai kelompok pangan. Selanjutnya tingkat kecukupan protein 75% masuk kategori baik, 15% defisit dan 10% kurang. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan protein yang berasal dari hewani maupun nabati pangan rumah tangga di wilayah tersebut baik. Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 53

KESIMPULAN 1. Pola konsumsi penduduk Desa Kramatwatu pada tahun 2012 sudah mendekati skor Pola Pangan Harapan Kabupaten Serang yaitu 82,5 yang diharapkan bisa dicapai pada tahun 2015 sesuai Peraturan Bupati No 11 tahun 2011. 2. Ada kecenderungan peningkatan konsumsi pangan hewani, namun belum terjadi keragaman dan keseimbangan. Tingkat kecukupan energi di lokasi MKRPL Desa Kramatwatu masih perlu diperbaiki. Tingkat kecukupan Protein rata-rata sudah memenuhi SPM, tetapi masih dibawah tingkat konsumsi protein ideal. Rata-rata konsumsi energi menurut kelompok pangan padi-padian penduduk Desa Kramatwatu masih kurang dan umbi-umbian masih relatif kecil jika dibandingkan rata-rata konsumsi ideal. Kelompok pangan kacang-kacangan telah mampu mendekati kebutuhan ideal, namun kualitas konsumsi pangan yang masih rendah karena kurang beragam. DAFTAR PUSTAKA Damayanti, W. T. 2001. Beberapa Karakteristik Rumah Tangga yang Berhubungan Dengan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Rumah Tangga Dan Anak Balita (Umur 2-5 Tahun) Di Desa Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang (skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Semarang Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Kementerian Pertanian. Jakarta Kementerian Pertanian. 2013. Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari dan Sinergi Program TA. 2013. Jakarta Keputusan Gubernur Banten No. 561/Kep.886-Huk/2011 Tanggal 21 November 2011 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota se-provinsi Banten Tahun 2012. Serang Lampiran III Peraturan Menteri Pertanian No. 65/Permentan/OT.140/12/2010 Tanggal 22 Desember 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahan Pangan: Acuan Pelaksanaan dan Pencapaian Kinerja. Kementerian Pertanian. Jakarta Normasari, F. 2012. Analisis dan Penyusunan Pola Konsumsi Pangan. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Serang. Serang Pusat Konsumsi dan Keamanan Pangan Nasional (PKPP). Badan Ketahanan Pangan. Departemen Pertanian. 2006. Instrumen Survei Analisa Kebutuhan Konsumsi Pangan. Jakarta Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 54

Suyatno. 2009. Survey Konsumsi sebagai Indikator Status Gizi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Semarang Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan. Kantor Menteri Negara Urusan Pangan. Jakarta Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 55