DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT BERDASARKAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PADA LOKASI MKRPL DI KEC. KRAMATWATU KAB. SERANG Yati Astuti 1) dan Fitri Normasari 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten 2) Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Serang ABSTRAK Pengkajian ini bertujuan untuk menganalisis pola konsumsi pangan penduduk Desa Kramatwatu sebagai Model KRPL perkotaan berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH). Pengkajian dilaksanakan di lokasi kegiatan MKRPL Desa Kramatwatu, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Provinsi Banten pada bulan Oktober sampai November 2012. Sampel diambil secara acak sebanyak 40 KK kooperator kegiatan MKRPL di Desa Kramatwatu. Data yang dikumpulkan berupa data karakteristik rumah tangga dan konsumsi pangan rumah tangga. Metode pengumpulan data adalah food recall selama 1x24 jam. Hasil pengkajian menunjukkan nilai PPH Desa Kramatwatu 79,2 termasuk ke dalam kategori segitiga perak. Konsumsi pangan masih belum beragam, bergizi berimbang. Intake energi yang dikonsumsi adalah 1361,6 kalori/kapita/hari atau 68,08% kebutuhan energi terpenuhi, konsumsi protein 51,5 gr/kapita/hari atau 99,03% dari kebutuhan aktual penduduk di lokasi MKRPL terpenuhi. Kata Kunci: Konsumsi, MKRPL, PPH. PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang nomor 7 tahun 2006, Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dalam skala rumah tangga, ketahanan pangan rumah tangga adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap anggota keluarga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik, baik jumlah maupun mutunya, aman dan merata sesuai daya beli keluarga. Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yang dibangun dari Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Rumah Pangan Lestari adalah rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 47
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya (Kementerian Pertanian, 2011). Prinsip utama pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah mendukung upaya: 1) Ketahanan dan kemandirian pangan keluarga, 2) Diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, 3) Konservasi tanaman pangan untuk masa depan, 4) peningkatan kesejahteraan keluarga. Salah satu indikator keberhasilan pengembangan KRPL adalah meningkatnya kualitas konsumsi termasuk nutrisi pangan keluarga yang ditunjukkan oleh meningkatnya skor PPH (Kementerian Pertanian, 2013). Tujuan pengkajian untuk menganalisis pola konsumsi pangan penduduk di Desa Kramatwatu sebagai Model KRPL perkotaan berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH). METODOLOGI Survei konsumsi pangan rumah tangga dilakukan melalui wawancara secara langsung pada masing-masing rumah tangga dengan menggunakan kuesioner. Sampel diambil secara acak sebanyak 40 KK dari 93 KK kooperator kegiatan MKRPL di Desa Kramatwatu, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang. Pengumpulan data dilaksanakan sejak Oktober sampai November 2012. Jenis data yang dikumpulkan berupa data karakteristik rumah tangga (nama anggota rumah tangga, status dalam rumah tangga, usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan) dan konsumsi pangan rumah tangga. Sedangkan metode pengumpulan data adalah food recall selama 1 x 24 jam diartikan bahwa responden mengingat kembali apa saja yang telah dimakan selama 1 x 24 jam/1 hari yang lalu. Selanjutnya mengkonversi bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan : ukuran rumah tangga (URT), daftar komposisi bahan makanan (DKBM), daftar konversi berat mentah masak, daftar persen penyerapan minyak dan angka kecukupan gizi nasional. Pengolahan data konsumsi pangan menggunakan software analisis konsumsi pangan yang dikeluarkan oleh Badan Ketahanan Pangan Pusat. Hasil dari proses pengolahan data disajikan, diinterpretasikan dan dianalisis secara deskriptif. Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 48
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Rumah Tangga Umur kepala keluarga didominasi antara 41-50 tahun yaitu sebanyak 52 %, sedangkan pendidikan formal kepala keluarga dan ibu oleh lulusan SLTA yaitu 77,5% dan 75%. Sebagian besar kepala keluarga berprofesi sebagai pegawai swasta sebanyak 43%. Keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga 4 orang adalah 60%. Jumlah ini relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga 5-7 orang dan >7 orang. Gambar 1. Karakteristik Kepala Keluarga di Desa Kramatwatu. Karakteristik Ekonomi Keluarga Karakteristik ekonomi Desa Kramatwatu sebagai lokasi MKRPL perkotaan merupakan wilayah maju. Pendapatan minimal keluarga adalah Rp. 2.701.250 dan maksimal Rp. 4.706.250. Pendapatan perkapita berkisar antara Rp. 670.034,7 Rp. Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 49
1.167.000. Pengeluaran minimal rumah tangga sebesar Rp. 2.445.000 dan pengeluaran maksimal Rp. 3.655.000. Pengeluaran ini merupakan total pengeluaran meliputi kebutuhan pangan, pendidikan, transport, komunikasi dan lain-lain. Khusus kebutuhan pangan, pengeluaran minimal Rp. 1.276.250 dan maksimal Rp. 1.970.000. Terdapat penghematan pengeluaran rumah tangga sekitar Rp. 100.000 - Rp. 150.000 perbulan setelah kegiatan MKRPL dilaksanakan oleh masyarakat Desa Kramatwatu. Hal ini disebabkan sebagian kebutuhan sayuran dipenuhi dari hasil panen budidaya sayuran di pekarangan. Sayuran yang dibudidayakan antara lain cabe keriting, cabe rawit, sawi, bayam, kembang kol, terong, tomat, seledri, kacang panjang, mentimun, pare, oyong dan lain-lain. Penanaman dilakukan di polybag, rak vertikultur maupun bedengan. Berdasarkan hasil pengkajian Damayanti (2001) ada empat variabel yang berpengaruh terhadap skor PPH rumah tangga yaitu pendapatan perkapita, pengeluaran rumah tangga, pendidikan formal ibu dan pengetahuan gizi ibu. Sedangkan variabel yang tidak berhubungan yaitu jumlah anggota rumah tangga dan konsumsi rumah tangga. Analisis Pola Konsumsi Pangan berdasarkan PPH Pola konsumsi pangan di Desa Kramatwatu, Kabupaten Serang berdasarkan hasil survei konsumsi pangan tahun 2012 yang secara umum menjelaskan tentang pola konsumsi penduduk Desa Kramatwatu disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Desa Kramatwatu yaitu 79,2 masih dibawah skor/target PPH nasional 88,1 untuk tahun 2009 2012 dan untuk skor/ target Provinsi Banten yaitu 85,50 tahun 2009-2012. Hal ini menunjukkan indikasi konsumsi pangan masih belum beragam, bergizi berimbang. Akan tetapi nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan skor PPH Kabupaten Serang tahun 2011 yaitu 75,6. Gap tertinggi pada kelompok pangan hewani sebesar 40,7 gr/kapita/hari. Kelompok sayur dan buah terdapat gap sebesar 24 gr/kapita/hari dengan rincian konsumsi sayuran 102,7 gr/kapita dan buah-buahan 111,1 gr/kapita pada tahun 2011, sedangkan pada tahun 2012 konsumsi sayuran 118,1 gr/kapita dan buah-buahan 119,7 gr/kapita pada tahun 2012. Menurut Suyatno (2009) skor PPH antara 78-88 termasuk ke dalam katergori segitiga perak. Konsumsi pada kelompok pangan padi-padian terdapat gap sebesar 70 gr/kap dari skor ideal. Berdasar hasil survei konsumsi pangan, konsumsi masih didominasi beras sebesar 193,2 gr/kapita. Sedangkan jenis pangan dari kelompok Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 50
padi-padian lainnya, hanya jagung pipilan sebesar 3,7 gr/kapita dan tepung terigu 8,1 gr/kapita. Dari kelompok pangan masih belum beragam jenisnya. Kelompok pangan lainnya yang masih di bawah skor ideal adalah umbi-umbian dengan gap sebesar 63, sedangkan minyak dan lemak sebesar 17,9. Selanjutnya gula sebesar 21,6 dan lain-lain (minuman, bumbu) sebesar 4,1. Tabel 1. Pola Konsumsi Pangan Penduduk Desa Kramatwatu Tahun 2012. Skor Ideal Skor di Desa Kramatwatu Jenis No Energi % Energi Pangan Gram/kapita/hari Gram/kapita/hari (Kkal) AKG (Kkal) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/Biji berminyak Padipadian Umbiumbian Kacangkacangan % AKG 275,0 1000 50,0 205,0 736,9 18,4 90,0 120 6,0 27,0 25,2 0,6 140,0 240 12,0 228,9 251,7 24,0 25,0 200 10,0 7,1 64,0 1,6 10,0 60 3,0 18,9 30,3 0,8 35,0 100 5,0 34,4 116,4 10,0 7. Gula 30,0 100 5,0 8,4 30,9 0,8 8. Sayur dan buah 230,0 120 6,0 237,8 92,2 23,1 9. Lain-lain 15,0 60 3,0 7,5 13,8 0,0 Total 850 2000 100 775 1361,6 79,2 Skor PPH 100 79,2 Kelompok pangan lainnya (hewani, sayuran dan buah) terdapat kelebihan kuantitas konsumsi yang cukup besar dari konsumsi ideal. Hal ini menunjukkan konsumsi energi antar kelompok pangan belum cukup berimbang. Untuk kelompok pangan lainnya terdapat surplus tetapi tidak terlalu besar dari konsumsi pangan ideal. Sebagaimana terlihat pada Tabel 1, perbandingan konsumsi energi kelompok padi-padian masih sebesar 18,4% artinya bahwa konsumsi energi Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 51
kelompok padi-padian baru terpenuhi 36,8% dari prosentase AKG ideal. Demikian juga untuk konsumsi energi kelompok umbi-umbian masih rendah, yaitu 0,6% artinya bahwa konsumsi umbi-umbian masih 1% dari AKG ideal. Rendahnya konsumsi umbi-umbian disebabkan masih rendahnya kesadaran akan manfaat mengkonsumsi produk lokal seperti ketela pohon, kentang, ubi-ubian, talas dan sagu. Di lokasi MKRPL Perkotaan di Desa Kramatwatu perlu dimotivasi untuk menanam umbi-umbian lokal sebagai alternatif sumber karbohidrat. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip utama pengembangan KRPL yaitu diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal (Kementerian Pertanian, 2013). Hasil kajian menunjukkan konsumsi kelompok pangan hewani sebesar 228,9 gr/kapita/hari. Angka tersebut lebih tinggi dua kali lipat dari standar kebutuhan ideal 140 gr/kapita/hari. Berarti untuk pola konsumsi penduduk Desa Kramatwatu terhadap pangan hewani sudah terpenuhi, jika ditinjau dari Angka Kecukukupan Energi (AKE) sebesar 240 Kkal. Hal ini karena sebagian besar masyarakat di Desa Kramatwatu memiliki penghasilan diatas UMR sebesar Rp. 1.320.500, ditunjang dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi, sehingga pola makan pangan hewani lebih variatif. Konsumsi energi padi-padian mungkin dipengaruhi pola diet masyarakat perkotaan yang cenderung mengurangi konsumsi karbohidrat. Disamping menunjukkan kualitas konsumsi pangan, skor PPH juga menggambarkan keragaman kelompok pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Skor PPH masyarakat Desa Kramatwatu, Kabupaten Serang dari hasil survei dibawah PPH ideal, sedangkan kelompok pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah diatas AKG. Hal ini terlihat dari konsumsi pangan penduduk Desa Kramatwatu yang meliputi ikan, tahu, tempe dan aneka sayuran serta buah. Angka Kecukupan Energi (AKE) yaitu banyaknya energi yang dikonsumsi oleh penduduk dalam suatu wilayah dengan jumlah energi ideal sebesar 2000 Kkal/kapita/hari. Tingkat konsumsi pangan energi dari 40 responden di Desa Kramatwatu adalah 1361,6 Kkal/kapita/hari atau 68,08% dari kebutuhan energi ideal yaitu 2000 Kkal/kapita/hari (Tabel 2). Angka ini masih dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 2000 kkal/kap. Untuk itu, kecukupan energi dari 9 kelompok pangan perlu diperbaiki agar lebih memenuhi konsep pangan beragam, bergizi berimbang dan aman (3-BA). Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 52
Tabel 2. Tingkat Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein di Desa Kramatwatu Tahun 2012 Konsumsi Energi (Kkal/kapita/hari) Konsumsi Protein (Gr/kapita/hari) Model KRPL SPM (Standar Kecukupan Energi Model KRPL SPM (Standar Kecukupan Protein Pelayanan Minimal) Pelayanan Minimal) 1361,6 2000 2000 51,5 46,8 52 Angka Kecukupan Protein (AKP) yaitu banyaknya energi yang dikonsumsi oleh penduduk dalam suatu wilayah dengan jumlah protein ideal sebesar 52 gram/kapita/hari. Tingkat konsumsi protein masyarakat Desa Kramatwatu sebesar 51,5 gram/kapita/hari atau 99,03% dari kecukupan protein sebesar 52 gram/kapita/hari. Angka tersebut diatas nilai SPM, dimana konsumsi protein di Desa Kramatwatu sudah cukup baik. Tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein dibagi kedalam empat kategori. Tingkat kecukupan energi yaitu : TKE<70% termasuk kategori sangat rawan pangan, TKE 70-89% termasuk kategori rawan pangan, TKE 90-119% termasuk kategori tahan pangan dan TKE>120% termasuk kategori kelebihan/diatas AKE. Selanjutnya tingkat kecukupan protein yaitu : TKP<70% termasuk kategori defisit, TKP 70-79% termasuk kategori sedang, TKP 80-99% termasuk kategori sedang dan TKP>100% termasuk kategori baik. Berdasarkan hasil kajian, 65% tingkat kecukupan energi di Desa Kramatwatu masuk kategori sangat rawan pangan dan 35% KK kategori rawan pangan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan pangan rumah tangga di wilayah tersebut sangat rendah, sehingga perlu diupayakan pola konsumsi pangan harian yang mencukupi kebutuhan energi standar. Hal tersebut bisa diatasi dengan menyeimbangkan pola konsumsi beragam dan seimbang dari berbagai kelompok pangan. Selanjutnya tingkat kecukupan protein 75% masuk kategori baik, 15% defisit dan 10% kurang. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan protein yang berasal dari hewani maupun nabati pangan rumah tangga di wilayah tersebut baik. Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 53
KESIMPULAN 1. Pola konsumsi penduduk Desa Kramatwatu pada tahun 2012 sudah mendekati skor Pola Pangan Harapan Kabupaten Serang yaitu 82,5 yang diharapkan bisa dicapai pada tahun 2015 sesuai Peraturan Bupati No 11 tahun 2011. 2. Ada kecenderungan peningkatan konsumsi pangan hewani, namun belum terjadi keragaman dan keseimbangan. Tingkat kecukupan energi di lokasi MKRPL Desa Kramatwatu masih perlu diperbaiki. Tingkat kecukupan Protein rata-rata sudah memenuhi SPM, tetapi masih dibawah tingkat konsumsi protein ideal. Rata-rata konsumsi energi menurut kelompok pangan padi-padian penduduk Desa Kramatwatu masih kurang dan umbi-umbian masih relatif kecil jika dibandingkan rata-rata konsumsi ideal. Kelompok pangan kacang-kacangan telah mampu mendekati kebutuhan ideal, namun kualitas konsumsi pangan yang masih rendah karena kurang beragam. DAFTAR PUSTAKA Damayanti, W. T. 2001. Beberapa Karakteristik Rumah Tangga yang Berhubungan Dengan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Rumah Tangga Dan Anak Balita (Umur 2-5 Tahun) Di Desa Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang (skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Semarang Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Kementerian Pertanian. Jakarta Kementerian Pertanian. 2013. Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari dan Sinergi Program TA. 2013. Jakarta Keputusan Gubernur Banten No. 561/Kep.886-Huk/2011 Tanggal 21 November 2011 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota se-provinsi Banten Tahun 2012. Serang Lampiran III Peraturan Menteri Pertanian No. 65/Permentan/OT.140/12/2010 Tanggal 22 Desember 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahan Pangan: Acuan Pelaksanaan dan Pencapaian Kinerja. Kementerian Pertanian. Jakarta Normasari, F. 2012. Analisis dan Penyusunan Pola Konsumsi Pangan. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Serang. Serang Pusat Konsumsi dan Keamanan Pangan Nasional (PKPP). Badan Ketahanan Pangan. Departemen Pertanian. 2006. Instrumen Survei Analisa Kebutuhan Konsumsi Pangan. Jakarta Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 54
Suyatno. 2009. Survey Konsumsi sebagai Indikator Status Gizi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Semarang Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan. Kantor Menteri Negara Urusan Pangan. Jakarta Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun 2013 55