BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan kata atau pokok kata, yang

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

Oleh Septia Sugiarsih

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

RINGKASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT?

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapatkan dari Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), setiap tahunnya diperkirakan

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

MATERI 4 KALIMAT Oleh : Afiati HDF

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

PATOLOGI BAHASA DAN PRAGMATIK. untuk memenuhi tugas matakuliah Pragmatik yang dibina oleh Prof. Dr. Abdul Syukur Ibrahim dan Dr. Sunoto, M.Pd.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA )

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI

Perhatikan kalimat di bawah ini!

PENULISAN KARYA ILMIAH

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang dijadikan sebagai dasar pengembangan penulisan selanjutnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

GANGGUAN PENGGUNAAN KALIMAT DASAR BAHASA INDONESIA PADA PENYANDANG SPEKTRUM AUTISME

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

dalam beberapa aspek diantaranya keterlambatan atau gangguan dalam berinteraksi sosial, berbicara, dan bahasa. Anak autis berkomunikasi dengan bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa juga merupakan interaksi antar manusia mengenal tiga

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

NEUROPSIKOLINGUISTIK. Prof. Mangantar Simanjuntak, Ph.D. Program Doktor Linguistik Sekolah Pascasarjana - USU

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. terdiri dari wacana, kalimat, klausa, frasa, kata dan morfem. Dalam wujud

oleh otak dalam proses berbahasa. Hingga bahasa memiliki ciri di antaranya yaitu terdapat bunyi dan makna. Bahasa memiliki makna apabila lambang-lamba

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB II LANDASAN TEORI. pendidikan. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

baca (tanda titik untuk kalimat deklaratif,tanda tanya untuk kalimat intorogatif,dan tanda seru untuk kalimat interjektif).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

Tugas Bahasa Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI 2003:588). 2.1.1 Gangguan Berbahasa Gangguan berbahasa digunakan sebagai istilah umum yang luas untuk melukiskan perilaku berbahasa tertentu yang tidak normal dan digunakan juga sebagai sebuah deskripsi untuk merujuk kepada sebuah entitas diagnostik yang dapat menerangkan hakikat perilaku berbahasa itu. Istilah ini juga digunakan oleh orangorang yang menemukan si anak dalam berbagai situasi yang memerlukan kemahiran berbahasa dalam beragam interkasi dan situasi, seperti berbicara dan memahami pembicaraan, mengikuti instruksi, menyampaikan pesan-pesan kepada orang lain, dan sebagainya (Simanjutak 2009: 248). 2.1.1 Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa. Salah satu bentuk dari pembagian kalimat adalah kalimat dasar. Kalimat dasar disebut juga kalimat inti. Kalimat dasar adalah pola kalimat yang merupakan dasar dari struktur suatu bahasa, dan yang ditandai oleh (a) bentuk yang paling sederhana, dimana

subjek dinyatakan dengan nomina, kejadian dinyatakan dengan verba, dan abstraksi dinyatakan dengan adjektiva, adverbia, atau verba tertentu, (b) ungkapan yang paling kecil keambiguannya dalam segala hubungan, dan (c) bentuk eksplisit mencakup semua informasi (Kridalaksana 1984:83). 2.1.2 Spektrum Autisme Kasus penyakit spektrum autisme atau sering disebut autisme saja mula-mula ditemukan oleh Dr. Hans Asperger, seorang psikiater Austria pada tahun 1944 dan beliau sebagai ahli penyakit kejiwaan menyebut pola penyakit itu sebagai autistic psychopathy. Kemudian istilah ini diubah menjadi sindrom Asperger untuk menghormati penemunya dan juga untuk mencegah kesalahpahaman karena orang cenderung menyamakan istilah psychopathy ini dengan sociopathic behavior (perilaku penyakit sosial). Pada tahun 1943, Dr. Leo Kanner, seorang dokter Austria yang lain menulis artikel mengenai kasus yang sama dan beliau memakai istilah infantile autism (autisme anak-anak). Dr. Kanner menulis artikel ini di Amerika, karena beliau telah hijrah ke sana pada tahun 1942 dan menjadi warga negara Amerika. Autisme yang ditemukan Asperger sekarang disebut sindrom Asperger, sedangkan autisme yang ditemukan Kanner disebut autisme tipe Kanner. Namun sekarang autisme tipe Kanner ini telah terkenal sebagai penyakit autistik (autistic disorder). Agar tidak terjadi kesimpangsiuran, ahli-ahli kedokteran telah mengadopsi sebuah nama yang menyatukan kedua nama, yaitu sindrom Asperger dan autisme tipe Kanner, menjadi penyakit spektrum autisme (autism spectrum disorder) karena

penyakit ini merupakan sekumpulan kelainan bahasa dan agar jelas, bahwa penyakit ini memiliki banyak jenis bergantung pada keparahan penyakit ini, namun semuanya memiliki beberapa simtom bersama, dan simtom bersama yang paling menonjol ialah penarikan diri dari interaksi sosial (Simanjuntak 2009: 249). Selanjutnya (Simanjuntak 2009: 249) juga mengemukakan ciri-ciri spektrum autisme itu sebagai berikut: 1. Tidak ada kontak mata dengan orang di sekelilingnya. 2. Anak akan mengelakkan pandangan mata seseorang, sekalipun seseorang itu berusaha melihat matanya. 3. Anak akan mengguncang badannya ke kiri ataupun ke kanan atau anak akan membenturkan kepalanya ke tembok kalau sedang marah. 4. Terdapat kerusakan bahasa, penyimpangan-penyimpangan ujaran. 5. Anak tidak memiliki empati terhadap orang lain. 6. Anak tidak peduli pada interaksi sosial dan inilah ciri bersama yang paling menonjol. 7. Anak susah meniru apapun. 8. Anak kehilangan komponen pragmatik bahasa, yaitu anak mengalami kesukaran memahami metafora, sering menafsirkannya secara literal (Simanjuntak, 2009). 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Neurolinguistik

Neurolinguistik adalah sebuah ilmu dari hasil kerjasama di antara neurologi dan linguistik. Neurologi merupakan ilmu yang mengkaji fungsi dan kerusakan sarafsaraf otak dan linguistik ilmu yang mengkaji struktur bahasa. Kerjasama ini muncul, karena ternyata pemerolehan bahasa dan kerusakan bahasa (penyakit bertutur), seperti afasia, gagap, autisme, stroke, dan sebagainya, termasuk bidang kedua disiplin ini. Jadi, neurolinguistik adalah ilmu baru yang mengkaji struktur bahasa, kelahiran bahasa, pemerolehan bahasa, pengajaran bahasa, kerusakan bahasa dan mekanisme sereberum (struktur otak) yang mendasari bahasa. Tugas utama neurolinguistik adalah untuk menerapkan data-data klinis penyakit bertutur (afasia) untuk memaparkan mekanisme fisiologi dan neurofisiologi yang mendasari penyakit bertutur itu, agar dapat merumuskan sebuah pandangan yang menyeluruh mengenai patologi bahasa dan ucapan. Pada umumnya, neurolinguistik dianggap sebagai penerapan metode dan model linguistik kepada pengkajian kerusakan bahasa dan ucapan sebagai akibat dari kerusakan korteks otak. Otak sangat berperan penting dalam proses berbahasa. Pusat bahasa terdapat dalam hemisfer kiri otak. Hemisfer kiri terbagi atas Medan Broca dan Medan Wernicke. Kedua medan ini memiliki peran yang sangat penting. Jika daerah hemisfer kiri ini mengalami gangguan, akan terjadi kerusakan bahasa, baik secara artikulasi atau produksi ujaran, maupun pemahaman makna. Kerusakan pada Medan Broca ditandai dengan berkurangnya jumlah ujaran, gangguan artikulasi, kelambanan, dan kesulitan menghasilkan ujaran. Kerusakan pada Medan Wernicke ditandai dengan lancarnya penderita dalam mengucapkan arus

ujaran, tetapi ujarannya tidak mengandung arti atau tidak mengandung informasi, dan juga tidak dapat memahami kalimat-kalimat yang didengarnya. Jadi, apabila terjadi kerusakan pada Medan Broca, penderita tidak sempurna atau tidak dapat sama sekali memproduksi kalmat-kalimat, sedangkan kerusakan yang terjadi pada Medan Wernicke menyebabkan penderita tidak dapat memahami kalimat-kalimat yang didengarnya (Simanjuntak 2009:258). 2.2.2 Sintaksis Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Jadi, secara etimologi sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat (Chaer 2007:206). Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan adalah 1) Struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis; serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu, 2) Satuan-satuan sintaksis yang berupa kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana, 3) Hal-hal lain yang berkenaan dengan sintaksis, seperti masalah modus, aspek, dan sebagainya. 2.2.3 Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil berupa susunan kata-kata yang teratur dalam wujud lisan dan tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf

kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda Tanya (?), dan tanda seru (!) (Chaer 2007: 240). Kalimat terbagi dalam beberapa bentuk dan salah satunya adalah kalimat dasar. Kalimat dasar ialah kalimat yang memenuhi syarat gramatikal (mempunyai subjek, predikat, atau dan objek serta pelengkap) dan kalimat itu belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Perubahan itu dapat juga berupa penukaran unsur (S-P P-S); atau berupa perubahan bentuk dari aktif ke pasif. Di samping itu, perubahan yang dimaksud itu termasuk peniadaan unsur tertentu, seperti kalimat yang terdiri atas subjek saja, predikat saja, atau objek saja, bahkan keterangan saja (Sugono 1983: 97). Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan pola, yaitu 1. S P O K Subjek Predikat Objek Keterangan (1) Diana Mengirimkan makalah (2) Anak itu melemparkan koran (3) Dia meletakkan sepedanya (4) Rini mengeluarkan kuitansi Verba dwitransitif kepada panitia ke pintu rumah Ani. di teras depan. dari laci mejanya. Fprep Pola 1 adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba

dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frase berpreposisi. 2. S P O Pel Subjek Predikat Objek Pelengkap (5) Ratna Meminjami Saya sepeda. (6) Johan mengirimi ibunya uang. (7) Saya membayari dia semangkok bakso. (8) Martha membelikan adiknya kamus kecil. (9) Paman membuatkan anaknya rumah. Verba dwitransitif Pola 2 adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. 3. S P O Subjek Predikat Objek (10) Manusia mengenal kebudayaan. (11) Hukum itu melindungi kebenaran. (12) Kita memerangi kemiskinan. Verba Transitif Pola 3 adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat, dan objek. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nomina. 4. S P Pel Subjek Predikat Pelengkap (13) Planet itu Menyerupai bintang.

(14) Mereka (15) Negara kita kehilangan berdasarkan Verba semitransitif/ Intransitif uang. pancasila. Pola 4 adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba semitransitif atau verba transitif, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva pola 4 ini sebenarnya kurang memiliki ciri sintaksis yang mantap seperti sebelumnya. Namun, contoh-contoh pola 4 itu kurang terbuka. Dengan kata lain, predikat tipe ini terbatas, sedikit ditemukan verba pengisi predikat kalimat dasar pola 4 itu dalam menggunakan bahasa. 5. S P K Subjek Predikat Keterangan (16) Dia Berasal dari Malang. (17) Kami berdomisili di permukiman baru (18) Gagasan ini terdapat dalam buku ekonomi (19) Cincin ini terbuat publik. emas. Verba dwiintransitif Fprep Pola 5 adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba dwiitransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Verba predikat yang memerlukan keterangan ini tidak memiliki ciri bentuk yang khas, kehadiran keterangan lebih dituntut oleh ciri semantik (makna) verba predikat karena ada verba bentuk ber- dan ter- yang tidak memerlukan keterangan (lihat Pola 6).

6. S P (P: Verba) Subjek (20) Bumi (21) Matahari (22) Peluncuran itu Predikat berputar. terbit. tertunda. Verba intransitive Pola 6 adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa verba transitif, tidak ada objek, pelengkap, ataupun keterangan yang wajib. 7. S P (P: Nomina) Subjek (23) Komodo itu (24) Ayah (25) Beta (26) Kami Predikat binatang. pengusaha. penyanyi. seniman. Nomina/Frasa Nominal Pola 7 adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat juga berupa nomina atau frasa nominal. Nomina predikat biasanya mempunyai pengertian lebih luas daripada nomina subjek. Binatang mempunyai pengertian lebih luas daripada komodo, pengusaha mempunyai pengertian lebih luas daripada ayah. Penyanyi mempunyai lebih luas daripada beta, seniman mempunyai pengertian lebih luas daripada kami. 8. S P (P: Adjektiva) Subjek (27) Bumi ini (28) Kancil itu Predikat bulat. cerdik.

(29) Harimau itu buas. Adjektiva Pola 8 adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa adjektiva. Unsur predikat itulah yang membedakan pola 8 dari pola 7 dan pola 6. Jadi, pola 6, pola 7, dan pola 8 sebenarnya mempunyai kesamaan, yaitu terdiri atas subjek dan predikat (tidak ada objek ataupun pelengkap). Perbedaan ketiga pola itu terletak pada unsur pengisi predikat. Pengisi predikat kalimat dasar pola 6 adalah verba intransitif, pengisi predikat kalimat dasar pola 7 adalah nomina, dan pengisi predikat kalimat dasar pola 8 adalah adjektiva. 2.2.4 Gangguan Berbahasa Haron (1997) mengelompokkan gangguan berbahasa (kecacatan artikulasi) yang dihasilkan oleh para penderita gangguan berbahasa ke dalam empat macam tipe, yakni substitiussion (pertukaran unsur bahasa), distortion (salah urut unsur bahasa), omission (pelesapan atau penghilangan unsur bahasa), dan addition (penambahan unsur bahasa). 2.3 Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, dan pendapat (sesudah menyelidiki atau mempelajari). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (KBBI 2007:912). Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini. Adapun sumber tersebut adalah:

Rajagukguk (2012), dalam skripsinya yang berjudul Kalimat Inti Bahasa Indonesia pada Penderita Afasia Broca, menyimpulkan bahwa kalimat inti bahasa Indonesia penderita Afasia Broca berbeda dengan kalimat inti bahasa Indonesia pada manusia normal. Kalimat inti yang diucapkan oleh penderita tidak sempurna. Penderita Afasia Broca mengucapkan kalimat inti dengan mengucapkan hanya bagian yang paling inti dari sebuah kalimat yang hendak diucapkan, sehingga apabila kalimat yang diucapkan adalah kalimat yang lebih dari dua kata, penderita akan memilih untuk mengucapkan kata pada bagian tengah kalimat yang biasanya merupakan inti dengan menghilangkan kata pada bagian awal dan akhir kalimat. Gustianingsih (2009) dalam judul disertasi Produksi dan Komprehensi Bunyi Ujaran Bahasa Indonesia pada Anak Penyandang Autistic Spectrum Disorder menyimpulkan bahwa anak autistik sering melakukan penyimpangan pada awal dan akhir kata, mengindikasikan bahwa anak autistik mengalami gangguan inisiasi (initiation disorder) dan mengalami kesulitan untuk menuntaskan ujaran. Anak autistik ini sering mengulang-ulang ujarannya dan akhirnya tidak tuntas. Rastika (1992), dalam skripsinya yang berjudul Kemampuan Berbahasa Lisan Siswa-Siswi Tunarunggu di SLB Bagian B YPPLB menyimpulkan bahwa kemampuan berbicara memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Di samping berfungsi sebagai alat komunikasi, dengan bahasa kita juga dapat melihat kepribadian seseorang dan latar belakang pendidikannya. Kemampuan berbahasa lisan akan dapatberkembang dengan baik apabila sarana-sarana yang diperlukan untuk berbahasa lisan dapat berfungsi dengan semestinya tanpa suatu

ketidaksempurnaan. Namun bukan berarti mereka yang menderita gangguan khusus tertutup kemungkinan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa lisannya. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa penelitian terhadap gangguan berbahasa pada penyandang spektrum autisme sudah pernah dilakukan sebelumnya. Akan tetapi penelitian tentang kalimat dasar pada Penyandang Spektrum Autisme belum pernah dilakukan. Dari pernyataan di atas terlihat jelas bahwa seseorang yang mengalami gangguan pada otaknya akan mengalami kesulitan dalam mengeluarkan setiap kata-kata yang akan disampaikan kepada orang lain. Sebaliknya, orang lain juga mengalami kesulitan untuk memahami bahasa lisan yang diucapkan oleh penderita tersebut karena keduanya memiliki hubungan timbal balik.