ANALISA PENGARUH EKSPLORASI GAS BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR MELALUI PENDEKATAN INPUT OUTPUT

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK BUMI MELALUI PEMBANGUNAN KILANG MINI DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia saat ini. Namun dengan kondisi sumur minyak dan gas

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

Gambaran Umum Kondisi Daerah

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

PER - 71/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI

KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS SUPPLY

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

Gambar 1.1 Presentase produksi minyak dunia (BP statistical review of global energy).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Panduan Pengguna Untuk Sektor Produksi Energi Fosil Minyak, Gas dan Batubara. Indonesia 2050 Pathway Calculator

V E R S I P U B L I K

KINERJA SEKTOR HULU MIGAS YTD SEPTEMBER 2017 (Q3) Jakarta, 27 Oktober 2017

PERKEMBANGAN PDRB Triw I-2009 KALSEL

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kebutuhan Energi Domestik (5) Sumatera 22,6% Jawa 56,9% Kalimantan 9% Sulawesi Bali & NT.

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

APLIKASI INPUT OUTPUT

I. PENDAHULUAN. Gas alam sebagai salah sumber daya alam yang mempunyai manfaat. sangat banyak dalam menunjang berbagai sektor kehidupan manusia.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

N E R A C A G A S I N D O N E S I A

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

PRESENTASI TUGAS AKHIR RI 1592

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatmya.

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

KESIMPULAN DAN SARAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014

PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN

Statistik KATA PENGANTAR

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2011

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

Transkripsi:

ANALISA PENGARUH EKSPLORASI GAS BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR MELALUI PENDEKATAN INPUT OUTPUT Moses L. Singgih Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111, Indonesia, E-mail : moses@ie.its.ac.id ABSTRAK Kebutuhan dan ketergantungan masyarakat dalam menjalani aktivitas dan mobilitasnya sehari-hari saat ini sangat tergantung pada ketersediaan energi. Dalam era modern ini kebutuhan akan energi untuk rumah tangga semakin meningkat dan sarana transportasi saat ini juga sangat bergantung dengan ketersediaan energi bahan bakar, baik minyak maupun gas. Oleh karena itu, usaha pemenuhan permintaan sektor bahan bakar seperti minyak dan gas bumi selalu ditingkatkan dengan meningkatnya usaha eksplorasi dan eksploitasi. Tujuan dari penelitian ini hádala mengevaluasi dampak dari eksplorasi gas bumi di Jawa Timar terhadap perekonomian Jawa Timur. Secara umum dapat disimpulkan bahwa akibat aktivitas eksplorasi pada cadangan terbukti gas bumi yang ada di Jawa Timur menyebabkan terjadinya peningkatan final demand pada 9 sektor yaitu yang terbesar terjadi pada sektor industri sebesar 31,1% serta pada sektor perdagangan, hotel, dan restauran sebesar 22,9% sedangkan yang paling kecil terjadi pada sektor listrik, air, dan gas sebesar 2,8%. Dan berdasarkan analisa multiplier bisa disimpulkan bahwa sektor industri juga merupakan sektor paling terpengaruh yaitu memberikan perubahan output sekitar 432,534 milyar rupiah pada perekonomian Jawa Timur. Kata kunci : Analisa Input Output, Eksplorasi Gas Bumi 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan dan ketergantungan masyarakat dalam menjalani aktivitas dan mobilitasnya sehari-hari saat ini sangat tergantung pada ketersediaan energi sebagai bahan bakar. Dalam era modern saat ini kebutuhan akan energi untuk kebutuhan rumah tangga meningkat drastis dan sarana transportasi saat ini juga sangat bergantung dengan ketersediaan energi bahan bakar, baik minyak maupun gas. Oleh karena itu, usaha pemenuhan permintaan sektor bahan bakar seperti minyak dan gas bumi selalu ditingkatkan dengan meningkatnya usaha eksplorasi dan eksploitasi. Kebutuhan gas bumi dalam negeri bahkan permintaan untuk ekspor semakin meningkat, sehingga perlu dilakukan eksplorasi dan eksploitasi gas bumi pada titik-titik potensial. Di Indonesia, produksi gas dilakukan wilayah-wilayah utama Kalimantan Timur dan Aceh. Gas yang diproduksi kemudian juga dikilang wilayah tersebut menjadi LNG dan LPG, untuk kemudian diekspor. Gas juga diproduksi di lapangan-lapangan yang lebih kecil di Jawa Barat dan Jawa Timur, dan melalui jalur pipa dikirimkan untuk memenuhi kebutuhan 1

bahan bakar/bahan baku pembangkitan litsrik, industri dan gas kota di Jawa. Di wilayah Propinsi Jawa Timur ditemukan blok lapangan migas yang meliputi beberapa wilayah Kabupaten seperti Gresik, Madura, Tuban, Bojonegoro dan Sidoarjo. Disekitar wilayah Jawa Timur dan Madura terdapat sedikitnya 11 cekungan hidrokarbon yang mengandung minyak dan gas. Data tahun 2000 menunjukkan cadangan minyak sebesar 150,0 juta barel; potensial sebesar 133,7 juta barel; totalnya adalah sebesar 283,7 juta barel. Sedangkan untuk cadangan gas bumi terbukti sebesar 2 TSCF (Ton Standart Cubic Feet); potensial 3,2 TSCF; Total 5,2 TSCF. Eksploitasi gas bumi di Jawa Timur hingga tahun 2003, dilakukan oleh 3 perusahaan kontraktor bagi hasil (KPS), yaitu : BP Kangean, Lapindo Brantas, dan Kodeco Energi masing-masing memproduksi gas sebanyak 175 MMSCFD (million metric standard cubic feet per day), 48 MMSCFD, dan 80 MMSCFD. 1.2 Tujuan Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari aktivitas eksplorasi gas bumi di Jawa Timur berdasarkan 9 sektor yang ada pada Tabel Input Output Jawa Timur. 1.3 Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh melalui studi ini antara lain adalah dapat digunakan sebagai pertimbangan solusi dan melakukan pengembangan yang berfokus pada sektor yang membawa pengaruh dan dampak terbesar terhadap keseluruhan sektor perekonomian Jawa Timur. 1.4 Ruang Lingkup Batasan yang digunakan pada tugas ini diantaranya adalah untuk memperoleh nilai output per sektor yang didasarkan pada baseline biaya eksplorasi tergantung pada rasio luasan 11 cekungan yang telah teridentifikasi sebelumnya, begitu juga untuk jumlah tenaga kerja yang terserap pada masing-masing sektor. Kesebelas nama blok yaitu Bulu, Ketapang, Muriah, North East Madura I, North East Madura II, North Bali I, Onshore Madura Island, Pangkah, South Madura, Sampang dan Madura Offshore Block. Sedangkan asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah Tabel Input Output yang digunakan pada tahun 2000 yang telah di-update menggunakan metode RAS dengan data PDRB Jawa Timur tahun 2006. 2006. 2. Kebutuhan Biaya Eksplorasi Sekali suatu perusahaan mengidentifikasi minyak atau gas terletak, rencana dimulai untuk melakukan penyelidikan dengan baik. Pengeboran adalah langkah yang akhir di (dalam) proses eksplorasi. Pengeboran mengijinkan evaluasi (menyangkut) di bawah permukaan tanah lebih lanjut dan mengungkapkan jika minyak dan gas ada pada lokasi pengeboran tertentu. Pengeboran suatu penyelidikan dapat mencapai rata-rata 2-6 bulan. Pengeboran dilakukan pada kerendahan, batu karang kekerasan, kondisi cuaca dan jarak (menyangkut) lokasi semua bisa mempengaruhi jangka waktu untuk mengebor. Ada berbagai jenis metode pengeboran dan rig pengeboran (platform) itu tergantung pada apakah pengeboran adalah untuk eksplorasi ke arah pantai atau lepas pantai. Eksplorasi ke arah pantai bersandar pada rig pengeboran gesit atau ditetapkan; perbaiki. Eksplorasi lepas pantai dapat memerlukan sejumlah jenis yang 2

berbeda pengeboran rig, yang meliputi fixed offshore jackup drill rigs, deep water drill ships, and semi-submersible drill rigs.. 3

Tabel 1. Biaya Eksplorasi 3. PENGOLAHAN DATA Berdasarkan potensi cekungan gas bumi yang telah didefinisikan sebelumnya, maka dapat dihitung besarnya biaya eksplorasi pada masing-masing sumur dengan asumsi sebagai baseline yaitu Blok Bali North 1 didapat perhitungan dengan dasar besarnya pada masing-masing sumur mengikuti rasio perbandingan luasan cekungan yang ada, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 2. Total Output Sektor Jawa Timur 4

Jumlah Pekerja untuk eksplorasi di setiap blok berbeda-beda karena tergantung tingkat kesulitan struktur geologi tanah untuk dilakukan eksplorasi gas. Contohnya di daerah Bojonegoro bila dirata-rata adalah sekitar 270 orang dimana sebesar 15% dari jumlah tersebut merupakan penduduk lokal dari daerah tempat blok tersebut www.balitbangjatim.com/upload/a rtikel/bahanbukumigasbojonegoro.d oc Penyertaan tenaga kerja lokal dalam kegiatan pengeboran migas Bojonegoro ini sangat kecil, karena kualifikasi tenaga kerja lokal yang tersedia masih jauh di bawah kebutuhan kualifikasi SDM yang dibutuhkan perusahaan pengeboran minyak yang membutuhkan skill dan penguasaan teknologi tinggi. Berdasarkan data tersebut dapat diasumsikan bahwa jumlah rata-rata pekerja untuk eksplorasi terutama di daerah Jawa Timur adalah kurang lebih 300 orang. Untuk penentuan jumlah tenaga kerja, diasumsikan mengikuti proporsi seperti halnya pada output per sektor hanya saja untuk household diasumsikan bahwa 15% penduduk lokal yang terlibat berada pada sektor household. Adapaun tabel pekerja tiap sektor sebagai berikut : Tabel 4. Tabel Input Output Jawa Timur 9 sektor (tahun 2006) Tabel 3. Jumlah Pekerja Tiap Sektor No Sektor Total 1 Pertanian 0 2 Pertambangan 764 3 Industri 1185 4 Listrik, Gas, Air Bersih 183 5 Konstruksi 380 6 Perdagangan, Hotel dan Restauran 220 7 Pengangkutan dan Komunikasi 252 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 651 9 Jasa jasa 92 10 Household 75 4. ANALISA HASIL STUDI 4.1 Analisa Multiplier Sisi Output Tabel 5. Total Output Multiplier Setelah teridentifikasi besarnya output pada tiap sektor beserta tenaga kerja yang terserap, diinputkan pada software IO71 dan menghasilkan tampilan sebagai berikut : 5

Untuk multiplier yang berfokus pada output dari sektor-sektor ekonomi, dapat dijelaskan misalnya pada sektor industri, output multiplier type I adalah 2,37. Dapat dikatakan, untuk setiap rupiah output yang diproduksi pada sektor industri, 1,37 rupiah digenerate oleh sektor yang lain yang mensuplai sektor ini. Jika output multiplier type II untuk sektor industri sebesar 2,99, maka 1.99 rupiah indirect dan induced output digenerate oleh sektor yang lain. Oleh karena itu, jika diperkirakan terjadi perubahan final demand sebesar 144,6 milyar rupiah pada sektor industri, total efek terhadap Total Industry Output (TIO) dapat dihitung sebagai berikut: = Perubahan final demand x Type II TIO multiplier = 144,6 milyar rupiah x 2.99 = 432,354 milyar rupiah Perubahan output sebesar 144,6 milyar rupiah pada sektor industri akan menghasilkan kira-kira 432,534 milyar rupiah Total Industry Output. Sedangkan dilihat dari level multiplier yang dihasilkan, sektor jasa memiliki nilai TIO multiplier tertinggi dari 9 sektor yang ada. ada untuk menlakukan analisa lebih lanjut. Dari tabel di atas dapat dijelaskan misalnya pada sektor konstruksi diperkirakan terjadi perubahan employment sebesar 380 orang dan total efek dari jumlah lapangan kerja yang tercipta adalah sebagai berikut : = Perubahan employement x Type II employement multiplier = 380 orang x 3,01 = 1143 orang Perubahan jumlah employment sebesar 380 pada sektor konstruksi akan menghasilkan kira-kira 1143 pekerjaan dalam propinsi Jawa Timur. Sedangkan dilihat dari level multiplier yang dihasilkan, sektor LGA memiliki nilai income multiplier tertinggi dari 9 sektor yang ada. 4.3 Analisa Final Demand Sisi Output Tabel 7. Perkiraan efek output 4.2 Analisa Multiplier Sisi Employment Tabel 6. Total Income Multiplier Employment multiplier digunakan saat perubahan final demand tidak tersedia. Bagaimanapun juga, data perubahan employment harus Berdasarkan dari hasil olahan terhadap perubahan final demand dari sisi output, dapat dijelaskan misalnya kenaikan final demand sales sebesar 79,39 milyar rupiah pada sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan, menghasilkan peningkatan output produksi sebesar 122,63 milyar pada sektor Pertambangan dan Penggalian, 516,21 milyar rupiah pada sektor Industri Pengolahan, dan begitu juga 6