ANALISA PENGARUH EKSPLORASI GAS BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR MELALUI PENDEKATAN INPUT OUTPUT Moses L. Singgih Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111, Indonesia, E-mail : moses@ie.its.ac.id ABSTRAK Kebutuhan dan ketergantungan masyarakat dalam menjalani aktivitas dan mobilitasnya sehari-hari saat ini sangat tergantung pada ketersediaan energi. Dalam era modern ini kebutuhan akan energi untuk rumah tangga semakin meningkat dan sarana transportasi saat ini juga sangat bergantung dengan ketersediaan energi bahan bakar, baik minyak maupun gas. Oleh karena itu, usaha pemenuhan permintaan sektor bahan bakar seperti minyak dan gas bumi selalu ditingkatkan dengan meningkatnya usaha eksplorasi dan eksploitasi. Tujuan dari penelitian ini hádala mengevaluasi dampak dari eksplorasi gas bumi di Jawa Timar terhadap perekonomian Jawa Timur. Secara umum dapat disimpulkan bahwa akibat aktivitas eksplorasi pada cadangan terbukti gas bumi yang ada di Jawa Timur menyebabkan terjadinya peningkatan final demand pada 9 sektor yaitu yang terbesar terjadi pada sektor industri sebesar 31,1% serta pada sektor perdagangan, hotel, dan restauran sebesar 22,9% sedangkan yang paling kecil terjadi pada sektor listrik, air, dan gas sebesar 2,8%. Dan berdasarkan analisa multiplier bisa disimpulkan bahwa sektor industri juga merupakan sektor paling terpengaruh yaitu memberikan perubahan output sekitar 432,534 milyar rupiah pada perekonomian Jawa Timur. Kata kunci : Analisa Input Output, Eksplorasi Gas Bumi 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan dan ketergantungan masyarakat dalam menjalani aktivitas dan mobilitasnya sehari-hari saat ini sangat tergantung pada ketersediaan energi sebagai bahan bakar. Dalam era modern saat ini kebutuhan akan energi untuk kebutuhan rumah tangga meningkat drastis dan sarana transportasi saat ini juga sangat bergantung dengan ketersediaan energi bahan bakar, baik minyak maupun gas. Oleh karena itu, usaha pemenuhan permintaan sektor bahan bakar seperti minyak dan gas bumi selalu ditingkatkan dengan meningkatnya usaha eksplorasi dan eksploitasi. Kebutuhan gas bumi dalam negeri bahkan permintaan untuk ekspor semakin meningkat, sehingga perlu dilakukan eksplorasi dan eksploitasi gas bumi pada titik-titik potensial. Di Indonesia, produksi gas dilakukan wilayah-wilayah utama Kalimantan Timur dan Aceh. Gas yang diproduksi kemudian juga dikilang wilayah tersebut menjadi LNG dan LPG, untuk kemudian diekspor. Gas juga diproduksi di lapangan-lapangan yang lebih kecil di Jawa Barat dan Jawa Timur, dan melalui jalur pipa dikirimkan untuk memenuhi kebutuhan 1
bahan bakar/bahan baku pembangkitan litsrik, industri dan gas kota di Jawa. Di wilayah Propinsi Jawa Timur ditemukan blok lapangan migas yang meliputi beberapa wilayah Kabupaten seperti Gresik, Madura, Tuban, Bojonegoro dan Sidoarjo. Disekitar wilayah Jawa Timur dan Madura terdapat sedikitnya 11 cekungan hidrokarbon yang mengandung minyak dan gas. Data tahun 2000 menunjukkan cadangan minyak sebesar 150,0 juta barel; potensial sebesar 133,7 juta barel; totalnya adalah sebesar 283,7 juta barel. Sedangkan untuk cadangan gas bumi terbukti sebesar 2 TSCF (Ton Standart Cubic Feet); potensial 3,2 TSCF; Total 5,2 TSCF. Eksploitasi gas bumi di Jawa Timur hingga tahun 2003, dilakukan oleh 3 perusahaan kontraktor bagi hasil (KPS), yaitu : BP Kangean, Lapindo Brantas, dan Kodeco Energi masing-masing memproduksi gas sebanyak 175 MMSCFD (million metric standard cubic feet per day), 48 MMSCFD, dan 80 MMSCFD. 1.2 Tujuan Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari aktivitas eksplorasi gas bumi di Jawa Timur berdasarkan 9 sektor yang ada pada Tabel Input Output Jawa Timur. 1.3 Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh melalui studi ini antara lain adalah dapat digunakan sebagai pertimbangan solusi dan melakukan pengembangan yang berfokus pada sektor yang membawa pengaruh dan dampak terbesar terhadap keseluruhan sektor perekonomian Jawa Timur. 1.4 Ruang Lingkup Batasan yang digunakan pada tugas ini diantaranya adalah untuk memperoleh nilai output per sektor yang didasarkan pada baseline biaya eksplorasi tergantung pada rasio luasan 11 cekungan yang telah teridentifikasi sebelumnya, begitu juga untuk jumlah tenaga kerja yang terserap pada masing-masing sektor. Kesebelas nama blok yaitu Bulu, Ketapang, Muriah, North East Madura I, North East Madura II, North Bali I, Onshore Madura Island, Pangkah, South Madura, Sampang dan Madura Offshore Block. Sedangkan asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah Tabel Input Output yang digunakan pada tahun 2000 yang telah di-update menggunakan metode RAS dengan data PDRB Jawa Timur tahun 2006. 2006. 2. Kebutuhan Biaya Eksplorasi Sekali suatu perusahaan mengidentifikasi minyak atau gas terletak, rencana dimulai untuk melakukan penyelidikan dengan baik. Pengeboran adalah langkah yang akhir di (dalam) proses eksplorasi. Pengeboran mengijinkan evaluasi (menyangkut) di bawah permukaan tanah lebih lanjut dan mengungkapkan jika minyak dan gas ada pada lokasi pengeboran tertentu. Pengeboran suatu penyelidikan dapat mencapai rata-rata 2-6 bulan. Pengeboran dilakukan pada kerendahan, batu karang kekerasan, kondisi cuaca dan jarak (menyangkut) lokasi semua bisa mempengaruhi jangka waktu untuk mengebor. Ada berbagai jenis metode pengeboran dan rig pengeboran (platform) itu tergantung pada apakah pengeboran adalah untuk eksplorasi ke arah pantai atau lepas pantai. Eksplorasi ke arah pantai bersandar pada rig pengeboran gesit atau ditetapkan; perbaiki. Eksplorasi lepas pantai dapat memerlukan sejumlah jenis yang 2
berbeda pengeboran rig, yang meliputi fixed offshore jackup drill rigs, deep water drill ships, and semi-submersible drill rigs.. 3
Tabel 1. Biaya Eksplorasi 3. PENGOLAHAN DATA Berdasarkan potensi cekungan gas bumi yang telah didefinisikan sebelumnya, maka dapat dihitung besarnya biaya eksplorasi pada masing-masing sumur dengan asumsi sebagai baseline yaitu Blok Bali North 1 didapat perhitungan dengan dasar besarnya pada masing-masing sumur mengikuti rasio perbandingan luasan cekungan yang ada, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 2. Total Output Sektor Jawa Timur 4
Jumlah Pekerja untuk eksplorasi di setiap blok berbeda-beda karena tergantung tingkat kesulitan struktur geologi tanah untuk dilakukan eksplorasi gas. Contohnya di daerah Bojonegoro bila dirata-rata adalah sekitar 270 orang dimana sebesar 15% dari jumlah tersebut merupakan penduduk lokal dari daerah tempat blok tersebut www.balitbangjatim.com/upload/a rtikel/bahanbukumigasbojonegoro.d oc Penyertaan tenaga kerja lokal dalam kegiatan pengeboran migas Bojonegoro ini sangat kecil, karena kualifikasi tenaga kerja lokal yang tersedia masih jauh di bawah kebutuhan kualifikasi SDM yang dibutuhkan perusahaan pengeboran minyak yang membutuhkan skill dan penguasaan teknologi tinggi. Berdasarkan data tersebut dapat diasumsikan bahwa jumlah rata-rata pekerja untuk eksplorasi terutama di daerah Jawa Timur adalah kurang lebih 300 orang. Untuk penentuan jumlah tenaga kerja, diasumsikan mengikuti proporsi seperti halnya pada output per sektor hanya saja untuk household diasumsikan bahwa 15% penduduk lokal yang terlibat berada pada sektor household. Adapaun tabel pekerja tiap sektor sebagai berikut : Tabel 4. Tabel Input Output Jawa Timur 9 sektor (tahun 2006) Tabel 3. Jumlah Pekerja Tiap Sektor No Sektor Total 1 Pertanian 0 2 Pertambangan 764 3 Industri 1185 4 Listrik, Gas, Air Bersih 183 5 Konstruksi 380 6 Perdagangan, Hotel dan Restauran 220 7 Pengangkutan dan Komunikasi 252 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 651 9 Jasa jasa 92 10 Household 75 4. ANALISA HASIL STUDI 4.1 Analisa Multiplier Sisi Output Tabel 5. Total Output Multiplier Setelah teridentifikasi besarnya output pada tiap sektor beserta tenaga kerja yang terserap, diinputkan pada software IO71 dan menghasilkan tampilan sebagai berikut : 5
Untuk multiplier yang berfokus pada output dari sektor-sektor ekonomi, dapat dijelaskan misalnya pada sektor industri, output multiplier type I adalah 2,37. Dapat dikatakan, untuk setiap rupiah output yang diproduksi pada sektor industri, 1,37 rupiah digenerate oleh sektor yang lain yang mensuplai sektor ini. Jika output multiplier type II untuk sektor industri sebesar 2,99, maka 1.99 rupiah indirect dan induced output digenerate oleh sektor yang lain. Oleh karena itu, jika diperkirakan terjadi perubahan final demand sebesar 144,6 milyar rupiah pada sektor industri, total efek terhadap Total Industry Output (TIO) dapat dihitung sebagai berikut: = Perubahan final demand x Type II TIO multiplier = 144,6 milyar rupiah x 2.99 = 432,354 milyar rupiah Perubahan output sebesar 144,6 milyar rupiah pada sektor industri akan menghasilkan kira-kira 432,534 milyar rupiah Total Industry Output. Sedangkan dilihat dari level multiplier yang dihasilkan, sektor jasa memiliki nilai TIO multiplier tertinggi dari 9 sektor yang ada. ada untuk menlakukan analisa lebih lanjut. Dari tabel di atas dapat dijelaskan misalnya pada sektor konstruksi diperkirakan terjadi perubahan employment sebesar 380 orang dan total efek dari jumlah lapangan kerja yang tercipta adalah sebagai berikut : = Perubahan employement x Type II employement multiplier = 380 orang x 3,01 = 1143 orang Perubahan jumlah employment sebesar 380 pada sektor konstruksi akan menghasilkan kira-kira 1143 pekerjaan dalam propinsi Jawa Timur. Sedangkan dilihat dari level multiplier yang dihasilkan, sektor LGA memiliki nilai income multiplier tertinggi dari 9 sektor yang ada. 4.3 Analisa Final Demand Sisi Output Tabel 7. Perkiraan efek output 4.2 Analisa Multiplier Sisi Employment Tabel 6. Total Income Multiplier Employment multiplier digunakan saat perubahan final demand tidak tersedia. Bagaimanapun juga, data perubahan employment harus Berdasarkan dari hasil olahan terhadap perubahan final demand dari sisi output, dapat dijelaskan misalnya kenaikan final demand sales sebesar 79,39 milyar rupiah pada sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan, menghasilkan peningkatan output produksi sebesar 122,63 milyar pada sektor Pertambangan dan Penggalian, 516,21 milyar rupiah pada sektor Industri Pengolahan, dan begitu juga 6