MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING KELUARGA PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA

PENERAPAN PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMANFAATAN HASILNYA DI SUSUN OLEH ; YUSI RIKSA YUSTIANA

I. PENDAHULUAN. A. Tujuan

Sebagai pengalaman baru

KETERAMPILAN KONSELING INDIVIDUAL

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

PROSEDURE PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN DI SUSUN OLEH : YUSI RIKSA YUSTIANA

ANNE HAFINA JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FIP UPI. ANNE HAFINA Jurusan PPB FIP UPI

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB III KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. dalam mengekspresikan perasaan, sikap, keinginan, hak, pendapat secara langsung,

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

JURNAL STUDI TENTANG SIKAP DASAR ROGERIAN YANG DIMILIKI KONSELOR SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Konseling merupakan salah satu aktivitas layanan yang penting dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

Tata cara pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT)

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

JURNAL STUDI TENTANG CIRI-CIRI KEPRIBADIAN KONSELOR SEKOLAH SISWA KELAS XI SMKN 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

A. Komunikasi Massa Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak menggunakan media.

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN DISUSUSN OLEH : YUSI RIKSA YUSTIANA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Semester : 1 Materi Pelajaran : Berita : 2 jam pelajaran

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016

Oleh Oom Sitti Homdijah Program Doctoral Sekolah Pascasarjana UPI

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

MEMBIMBING MAHASISWA. Agus Taufiq Jurusan PPB FIP UPI 2010

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan dalam berkomunikasi itu sangat penting untuk kehidupan kita

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga pendidikan (sekolah) bantuan bagi peserta didik (klien) sering

Duduk saling membelakangi, salah seorang berperan sebagai konseli berbicara dan konselor mendengarkan dengan perhatian Duduk berhadapan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. juga memasuki dunia pendidikan di negara-negara berkembang termasuk

BAB II TINJAUAN TEORETIS

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

KETERAMPILAN KONSELING BAGI GURU. 6/14/2010 Anne Hafina PPB UPI Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Andri Setiawan, 2014 :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

TEKNIK-TEKNIK PSIKOEDUKASI

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)

1. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan

KATA PENGANTAR. Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi operasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

Bernardus Widodo, S.Pd.,M.Pd

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

KETERAMPILAN MEMBERI RESPON KONSELOR SEBAYA BERKARAKTER MELALUI STRATEGI BMB3 DI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

Teori dan Teknik Konseling. Nanang Erma Gunawan

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN HIPPII MPUSAT DISAMPAIKAN PADA PELATIHAN IPCN

BAB V PENUTUP. Penelitian yang berjudul Kemampuan Berbicara Argumentatif Anak

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

Transkripsi:

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA BADAN PENANGGULANGAN NAFZA, KENAKALAN REMAJA, ROSTITUSI JAWA BARAT 2000

A. PEDOMAN APA ITU KONSELING INDIVIDUAL Proses komunikasi antara konselor (seseorang yang terlatih) dengan Konseli (remaja - orang tua remaja) dalam hubungan yang membantu sehingga konseli remaja dan atau orang tua dapat mengambil keputusan, merubah perilaku dan mengembangkan potensi diri sesuai dengan keputusan yang diambil APA TAHAPAN KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA Kegiatan konseling terdiri atas tahapan : 1) membangun relasi; 2) mendiskusikan prinsip-prinsip dan tujuan konseling; 3) menggali permasalahan; 4) personalisasi ; 5) menyusun rancangan tindakan serta monitoring atau evaluasi tindakan TUJUAN Konseli (remaja orang tua) memiliki pengetahuan, pemahaman dan mampu mengubah perilaku kearah perilaku tanpa nafza berdasarkan keputusan sendiri PRINSIP KONSELING PENANGGULANGAN NAFZA 1. Konseling merupakan hubungan yang membantu, interaksi dalam konseling harus dilandasi kepercayaan, saling pengertian dan kerjasama. 2. Konseling merupakan proses belajar, sehingga harus merupakan kegiatan yang disengaja, bertujuan dalam dimensi normatif serta menghasilkan perilaku yang lebih positif, produktif dan efektif. 3. Konseling untuk siapapun yang memerlukan bantuan dilakukan oleh orang yang terlatih secara professional yaitu memiliki bekal pendidikan dan latihan-latihan keterampilan profesional

SASARAN KONSELING PENANGGULANGAN NAFZA 1. remaja 2. orang tua KONSELOR PENANGGULANGAN NAFZA 1. Konselor/ Guru BP 2. Psikolog 3. Psikiater 4. Kader yang ada di masyarakat yang memperoleh pengetahuan konseling 5. tokoh agama yang memperoleh pengetahuan konseling 6. tokoh masyarakat yang memperoleh pengetahuan konseling 7. guru/ dosen yang memperoleh pengetahuan konseling 8. kepala asrama yang memperoleh pengetahuan konseling Kunci atau kekuatan konseling terletak pada kemampuan konselor untuk melakukan komunikasi dengan baik, yaitu kemampuan untuk : 1. menyampaikan pesan dengan jelas dan tepat 2. mendengarkan pesan yang disampaikan orang lain 3. memberikan perhatian sehingga Konseli merasa aman, nyaman dan percaya pada konselor 4. menggunakan kekuatan kata-kata untuk mendukung Konseli, menggali permasalahan dan menciptakan suasana, 5. menggunakan bahasa dan istilah yang mudah dimengerti konseli. Bahasa yang digunakan sebaiknya tidak resmi serta menggunakan berbagai istilah yang sederhana. Pada Konseli remaja disarankan untuk menggunakan bahasa dan istilah yang populer di kalangan remaja 6. mengembangkan diskusi yang bersifat persuasif. Jangan bersifat menggurui, lebih baik mengajak berdiskusi mengenai contoh keadaan atau masalah yang dihadapi

7. menggunakan berbagai media yang dapat menggugah pemikiran dan perasaan Konseli tentang nafza TEMPAT Dapat dilakukan dimana saja, dengan prasyarat : nyaman, aman, tenang serta menjamin privasi dan kerahasiaan TEKNIK Curah fikir, curah hati, diskusi, penyampaian informasi, relaksasi, mengelola diri, bermain peran, assertif training, konfrontasi. EVALUASI 1. bersifat langsung dalam bentuk lisan dan observasi 2. bentuk evalusi : a) proses dengan fokus keterlibatan Konseli dalam konseling; b) Hasil dengan fokus rancangan tindakan, persepsi Konseli dan perasaan Konseli setelah proses konseling dilaksanakan 3. Instrumen evaluasi : berbentuk portofolio bagi setiap Konseli, yang didalamnya mendeskripsikan proses dan hasil evaluasi konselor terhadap Konseli PENCATATAN 1. Siapkan buku konseling yang didalammya memuat : hari tanggal konseling, tempat, identitas Konseli, fokus konseling, catatan selama proses konseling, tahapan/ tindak lanjut konseling 2. pencatatan dibuat setelah kegiatan KONSELING dilaksanakan. Fasilitator dapat menuliskan hal-hal penting dalam kertas lain (bukan buku KONSELING) atas seijin Konseli 3. pencatatan digunakan sebagai catatan pelayanan KONSELING berikutnya serta evaluasi diri KONSELOR

B. MATERI 1. Definisi : KONSELING individual adalah : Proses komunikasi antara KONSELOR dengan Konseli (remaja - orang tua remaja) dalam hubungan yang membantu sehingga Konseli remaja dan atau orang tua dapat mengambil keputusan, merubah perilaku dan mengembangkan potensi diri sesuai dengan keputusan yang diambil Hubungan yang membantu adalah hubungan yang dilandasi oleh kebutuhan untuk memperoleh bantuan dan memberikan bantuan pada orang lain. Persyaratan yang harus terpenuhi agar terjalin hubungan yang membantu adalah kesiapan dan kesediaan memberikan bantuan serta kepercayaan Konseli terhadap pemberi bantuan. Fokus hubungan yang membantu adalah Konseli mampu mengambil keputusan, merubah perilaku dan mengembangkan potensi diri sesuai dengan keputusan yang diambil. Implikasinya proses pemberian bantuan menuntut keterlibatan Konseli, tanggung jawab Konseli terhadap permasalahan serta berpusat pada Konseli. 2. Tahapan KONSELING 1) membangun relasi. Kunci proses konseling adalah jalinan relasi yang harmonis antara konselor dengan Konseli. Konselor harus mampu menyapa Konseli dengan baik sehingga Konseli merasa dirinya diterima. Semua atribut yang akan mengganggu harus diminimalkan, baik itu berhubungan dengan tempat, pakaian, status sosial ekonomi, persepsi dan pemikiran Konselor tentang Konseli. Observasi terhadap keberadaan Konseli harus dilakukan dengan hati-hati sehingga Konseli tidak merasa dinilai. Hal yang harus diobservasi dari Konseli adalah : penampilan fisik, motivasi, indikator-indikator kecemasan atau penolakan. Melalui tahapan ini diharapkan konseli terlibat dalam proses

konseling, sehingga konseli mampu mengekpresikan dan menyatakan apa yang terjadi dalam pikiran maupun perasaannya. 2) mendiskusikan prinsip-prinsip dan tujuan konseling. Konseli harus tahu apa hak, kewajiban dan peran selama proses konseling, karena subjek dna objek konseling adalah Konseli. Tujuan konseling harus ditetapkan bersama-sama dengan Konseli, sehingga tumbuh rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan, mengubah perilaku dan berkeinginan untuk mengembangkan diri. Pada tahap ini juga harus dibicarakan berapa lama waktu konseling dilakukan 3) menggali permasalahan. Pada tahapan ini konselor harus mengembangkan berbagai pertanyaan maupun pernyataan yang akan mendorong Konseli untuk menggali permasalahan yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai melalui tahapan ini adalah pemahaman Konseli tentang masalah yang dihadapi serta bagaimana hubungan atau dampak masalah terhadap diri. Pertanyaan maupun pernyataan dapat dikembangkan dari lima kata kunci yaitu 5WH, What (apa), why (mengapa), when (kapan), where (dimana), who (siapa) dan How (bagaimana). Pernyataan maupun pernyataan sebagai respon terhadap ungkapan atau pernyataan Konseli serta umpan balik dapat berupa sebab akibat, mengurutkan berdasarkan kepentingan Konseli, mengurutkan berdasarkan waktu kejadian serta makna peristiwa bagi Konseli. Melalaui tahapan ini diharapkan konseli mampu menggambarkan secara nyata situasi yang dihadapi, memberi makna terhadap situasi tersebut serta menggali perasaan dalam peristiwa yang dialami. 4) personalisasi. Prinsip personalisasi adalah kien menyadari permasalahan dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan. Besarnya kecilnya permasalahan sangat tergantung pada persepsi Konseli tentang masalah, sehingga kita dapat mengurangi kegelisahan, frustasi ataupun stress dalam diri Konseli dengan menempatkan permasalahan secara proporsional serta mendorong Konseli untuk berfikiran positif

tentang dirinya. Pada tahap ini diharapkan klien memiliki pemahaman sehingga mampu menterjemahkan kesadaran, perasaan dan penalaran kedalam makna yang lebih pribadi menurut perspektif sendiri. Dengan kata lainkonseli mampu memahami keadaan lack of psychological strength serta merumuskan tujuan untuk mengatasinya. 5) menyusun rancangan tindakan serta monitoring atau evaluasi tindakan. Tugas konselor pada tahap ini adalah mendukung konseli untuk dapat membuat rancangan tindakan-tindakan apa yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dimulai dengan menetapkan tujuan yang ingin dicapai, tahapan kegiatan yang akan dilakukan, waktu pelaksanaan, keterlibatan orang lain, penggunaan alat bantu serta bagaimana konselor dapat membantu memonitor ataumemberikan balikan terhadap usaha yang dilaksanakan oleh Konseli. Konselor harus mampu memberikan support agar Konseli memiliki kekuatan mental untuk dapat melakukannya. Secara tegas menetapkan kapan kegiatan akan dimulai. Jika memungkinkan konselor dapat membantu tanpa sepengetahuan Konseli menciptakan berbagai kondisi yang mendukung terlaksananya kegiatan. 3. Tujuan Setelah mengikuti konseling diharapkan remaja atau orang tua memiliki pengetahuan, pemahaman dan mampu mengubah perilaku kearah perilaku tanpa nafza berdasarkan keputusan sendiri. Tujuan akan bersifat khusus untuk setiap individu, sangat tergantung dari permasalahannya. Pengetahuan apa yang harus dimiliki oleh Konseli, pemahaman tentang apa yang dibutuhkan serta perubahan perilaku apa yang diharapkan oleh Konseli terjadi pada dirinya sangat relatif dan individualistik. Pada dasarnya konselor harus mampu mendorong Konseli memiliki harapan tentang hidup dan menjalani kehidupan tanpa nafza, kemampuan untuk menghindar dan menolak terlibat menggunakan nafza serta dukungan positif untuk menjadi orang lebih dinamis, produktif, kreatif dengan landasan kenyakinan agama.

4. Prinsip KONSELING a. Konseling merupakan hubungan yang membantu, interaksi dalam konseling harus dilandasi kepercayaan, saling pengertian dan kerjasama. Hubungan bantuan dalam proses konseling harus merupakan hubungan yang setara, salah satu pihak tidak boleh merasa tertekan atau lebih rendah. Konseli adalah individu yang memiliki potensi dan keragaman individual. Konseli membutuhkan bantuan untuk menghadapi permasalahan atau hambatan yang dirasakan berkenaan dengan nafza. b. Konseling merupakan proses belajar, sehingga harus merupakan kegiatan yang disengaja, bertujuan dalam dimensi normatif serta menghasilkan perilaku yang lebih positif, produktif dan efektif. Selama individu berkeinginan untuk belajar maka individu dapat merubah diri. Pengalaman belajar yang bermakna akan mendukung penemuan makna hidup dan motivasi untuk hidup berprestasi. Melalui proses konseling individu belajar berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Berhubungan dengan diri sendiri membuat individu lebih memahami diri dan mampu mengelola konflik. Berhubungan dengan orang lain dalam arti mampu menjalin hubungan pribadi dan sosial yang bertanggung jawab sehingga kebutuhan psikologisnya terpenuhi. Konseli belajar untuk tumbuh, berkembang dan produktif, dalam arti memiliki kompetensi intra dan interpersonal, mengalami pertumbuhan kepribadian bukan hanya menghilangkan gejala masalah serta memperoleh pengalaman untuk berkembang c. Konseling untuk siapapun yang memerlukan bantuan dilakukan oleh orang yang terlatih secara professional yaitu memiliki bekal pendidikan dan latihan-latihan keterampilan professional. Pada dasarnya sebagai makluk sosial individu memiliki kemampuan untuk membantu oranglain serta memerlukan bantuan orang lain. Dibutuhkan kemampuan dan keterampilan khusus untuk membantu sehingga proses bantuan yang

diberikan tepat sasaran. Upaya-upaya membantu dapat dipelajari oleh siapapun. Hasil yang optimal akan diperoleh jika konselor memiliki kepribadian yang membantu. 5. Konselor. Aspek penting yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh/ dari seorang konselor adalah kepribadian dan keterampilan. Keduanya harus seimbang dan harus terintegrasi sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. 1). kepribadian : a) menerima Konseli apa adanya, artinya konselor harus siap menerima konseli bagaimanapun kondisi dan latar belakangnya. Menerima dan menghargainya sebagai menusia yang utuh tanpa label-label yang lebih bersifat negatif tentang dirinya, tetapi melihat sesuatu yang positif pada konseli. b) hangat, seseorang akan memiliki keberanian untuk menyampaikan sesuatu jika orang yang dihadapinya bersikap hangat dan penuh perhatian. Menyapa Konseli dengan ketulusan hati untuk membantu membuat komunikasi menjadi menyenangkan. Kehangatan tertampilkan melalui intonasi suara, ekspresi mata, posture (sikap tubuh) dan gesture (mimik muka serta gerakangerakan fisik). Tingkatan emosinal konselor- maupun konseli dapat dilihat dari keempat dimensi tersebut. c) respek, menghormati Konseli dengan memperlakukan Konseli sebagai teman dan tamu yang diharapkan kehadirannya. Menghargai perbedaan dan kemampuan yang dimiliki konseli. d) Emphati (pemahaman), menunjukkan sikap menghargai dan memahami apa yang difikirkan dan dirasakan oleh Konseli. Mencoba menempatkan diri melalui suatu kesadaran dan pemahaman tentang sesuatu yang terjadi pada diri klien, serta sebagai orang yang siap untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh Konseli.

e) ramah, klie akan merasa terganggu dan kehilangan kepercayaan diri jika merasa dirinya di tolak. Konselor harus mampu menggunakan kata-kata serta mimik muka yang menentramkan Konseli. f) berteman/ bersahabat, sikap bahwa konselor peduli akan apa yang difikirkan dan dirasakan oleh Konseli. Kehadiran konselor sebagai teman atau sahabat yang siap untuk membantu. g) mampu menjaga rahasia, kunci memperoleh kepercayaan dari Konseli adalah kemampuan menjaga rahasia, konselor tidak boleh menceritakan apa yang disampaikan oleh Konseli tanpa seijin Konseli atau dianggap membahayakan jiwa. Konselor harus memiliki kualiatas pribadi yang membuat orang lain percaya pada dirinya dengan berkomunikasi secara confidential, menjamin kebebasan pribadi dan jujur. h) Kejujuran, konselor merupakan orang yang transparan, otentik dan asli i) Kekongkritan, konselor merespon apa yang disampaikan konseli sesuai dengan kebutuhan, tanpa banyak basa-basi. j) Sensitif, memiliki kepekaan yang tajam terhadap kondisi-kondisi sosial psikologis yang dialami konseli, sehingga mampu melihat permasalahan secara lebih tajam buka hanya gejala-gejala yang nampak saja. 2) Konselor yang efektif adalah konselor yang memiliki : a) rasa percaya diri. Sulit bagi Konseli untuk mempercayai dan memperoleh jaminan konselor dapat membantu jika konselor tidak percaya diri. Percaya diri artinya siap untuk menghadapi orang lain dan percaya bahwa dirinya mampu untuk menyelesaikan apa yang dihadapi b) berpengetahuan. Konselor harus memmiliki pengetahuan yang cukup tentang nafza dan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari dan melepaskan diri adaru ketergantungan

terhadap nafza. Konselor juga harus memiliki pengetahuan yang luas tentang perilaku manusia, kondisi sosial budaya, norma dan aturan agama, komunikasi dan menjalin relasi sosial, upaya mengemas informasi serta penggunkan media komunikasi. c) memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Bagaimana menyapa seseorang, kalimat apa yang harus digunakan, kapan waktu yang tepat untuk menyampaikan sesuatu, sikap dan bahasa tubuh apa yang harus tertampilkan adalah hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang konsulatan pada saat memberikan konseling. d) mampu memahami persepsi Konseli, konselor perlu memahami kerangka fikir Konseli tentang apa yang sedang dihadapinya. Apa landasan yang digunakan Konseli, prasangka-prasangka apa yang difikirkan Konseli, kecemasan- ketakutan apa yang dialami oleh Konseli, bagaimana Konseli memandang permasahannya serta apa makna permasalahan bagi dirinya. e) menciptakan suasana yang bersahabat, relasi akan berjalan lancar jika tercipta atmosfir yang bersahabat diantara konselor dengan Konseli. Pemilihan tempat, pakaian, waktu serta alat bantu yang digunakan akan membantu penciptaan suasana. 3) Selama proses konseling, konselor mendorong Konseli memiliki kemampuan untuk : a) mengungkap masalah, seseorang akan sanggup mengungkapkan masalah jika merasa menemukan orang yang dapat dipercaya, tidak berada dalam suasana yang tertekan, memperoleh stimulasi atau arahan tentang apa yang harus dibicarakan b) memahami masalah, penggalian masalah yang dilakukan melalui pertanyaan atau pernytaan tentang 5 WH akan membantu Konseli memahami proporsi masalah dalam kehidupannya, c) mengambil keputusan yang tepat, Konseli perlu memperolah gambaran yang komprehensif tentang apa yang dialaminya serta berbagai alternatif solusi. Pembuatan keputusan harus didasarkan

pada kepentingan dan analisis sisi positif maupun negatif solusi dalam pemikiran Konseli bukan pemikiran konselor. 6. Konseli Seseorang yang datang pada konselor untuk meminta bantuan disebut konseli. Konselor harus memahami kedaan konseli. Konseli datang pada konselor karena menghadapi permasalahan atau hambatan psikologis atau berada dalam kedaan lack of psychological strength. Dimensi dari lack of psychological strength adalah : a) pemenuhan kebutuhan, individu merasakan kebutuhan psikologis : memberi dan menerima, merasa bebas menentukan pilihan, memiliki kesenangan, menerima kemungkinan atau stimulasi baru, menemukan harapan, menemukan tujuan yang jelas dalam hidup. b) kompetensi intrapersonal, yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Terdiri atas kompetensi memahami diri, mengarahkan diri dan penerimaam diri. c) kompetensi interpersonal, merupakan kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain dengan cara-cara yang baik dan saling memenuhi. Antara lain kepekaan, assertif, kenyamanan berdampingan, bebas dari tekanan. d) kompetensi religius, kemampuan untuk melaksanakan kewajiban dan tuntutan kehidupan sebagai ibadah sesuai keyakinan. Individu-individu yang tidak memiliki kompetensi atau tidak mampu memenuhi keempat dimensi tersebut berarti memiliki lack of psychological strength. 7. Rujukan Bolton, Robert. 1988, People Skills, Australia : Simon & Schuster Jones & Nelson, 1995, Counselling and Personality, Australia :Allen & Unwin Nana, Anne, Yusi, 2000, Bimbingan dan Konseling Individual, Materi Pelatihan Teknik Bimbingan dan Konseling bagi Pengelola dan Walikelas di Pusdikaltek Dep.Kimbangwil, Bandung : Jurusan PPB FIP UPI.