HUBUNGAN PERILAKU DAN KONDISI LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA BIMA PROVINSI NTB

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

Kata Kunci: Merokok, Kepadatan Hunian, Ventilai, TB Paru

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (TBC) PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KARANGANYAR, DEMAK

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

HUBUNGAN ANTARA KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIKALA BARU KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING Lindy Agraini Patiro*, Wulan P.J Kaunang*, Nancy S.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

HUBUNGAN KONDISI RUMAH SEHAT DENGAN FREKUENSI SESAK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

STUDI KOMPARASI BEBERAPA FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI DAERAH PANTAI DAN DAERAH PEGUNUNGAN

Pengaruh Luas Ventilasi terhadap Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 BAB I NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

Pengaruh Faktor Sanitasi Rumah dan Sosial Ekonomi Terhadap Kejadian Penyakit TB Paru BTA Positif Di Kecamatan Genteng Kota Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN

Keyword : pulmonary tuberculosis smear positive, characteristic of patient

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

tujuan mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai derajat kesehatan tersebut dipengaruhi oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

HUBUNGAN KINERJA PETUGAS DENGAN CASE DETECTION RATE (CDR) DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR

Artikel Penelitian. thedots strategysince 1995.Based on the annual report of Padang City Health Department in 2011, the treatment. Abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

BAB III METODE PENELITIAN

KEPADATAN HUNIAN, VENTILASI DAN PENCAHAYAAN TERHADAP KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINANGA KABUPATEN MAMUJU SULAWESI BARAT

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TB PARU DI RW 09 KELURAHAN JEMBATAN BESI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

Mahasiswa Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Jenderal Soedirman, 2

ABSTRACT. Keywords: Pulmonary TB, TB examination, family members

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ini menular dan menyebar melalui udara, apabila tidak diobati

ESTIMATE OF RISK FACTORS AND THE PHYSICAL ENVIRONMENT TO THE BEHAVIORS OF TUBERCULOSIS INCIDENCE IN THE WORKING AREA OF SIDRAP

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari

FAKTOR RISIKO KONDISI HUNIAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT KUSTA DI KOTA MAKASSAR

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1)

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

NURMALA SYARI LUBIS NIM

BAB I PENDAHULUAN.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI WILAYAH PUSKESMAS NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

HUBUNGAN RIWAYAT PENYAKIT TB ANGGOTA KELUARGA DAN KONDISI RUMAH DENGAN TERJADINYA PENYAKIT TB PARU PADA PASIEN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

Transkripsi:

HUBUNGAN PERILAKU DAN KONDISI LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA BIMA PROVINSI NTB "Related Behavior And Conditions With Physical Environment House Events In The City Of Pulmonary TB Province Bima NTB" Imam Bachtiar 1, Erniwati Ibrahim 1, Ruslan 1 1 Bagian Kesehatan Lingkungan FKM Unhas, Makassar Email : edogawagaul@gmail.com ABSTRACT Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacteria directly TB (Mycobacterium tuberculosis), most of the TB germs attack the lungs, but can also on other organs. Based on data from Bima City Health Office, pulmonary TB cases in 2011, as many as 195 cases, consisting of 103 smear positive and 92 smear negative. The purpose of this study was to determine the relationship of behavior and the physical environment with the incidence of pulmonary TB in Bima City West Nusa Tenggara Province. This research is an observational study with cross sectional study. The sample was 188 people smear-positive pulmonary TB and smear-negative, taken by purposive sampling of all patients with suspected tuberculosis sputum examined the 5 health centers in the city of Bima in 2011 and aged 15-85 years as the basis for a measurable level of knowledge, attitudes and acts of respondents, and respondents are willing to study. Then the researchers conducted interviews and observations at each house selected respondents. The results showed that there are 103 samples from 188 pulmonary TB smear positive and 85 smear negative, 97 (51.6%) knowledgeable, 146 people (77.7%) to be positive, and 95 people (50.5%) act / behave. The results of the analysis using the chi-square test showed that the act was the only variable associated with the incidence of pulmonary TB (p = 0.042), while the variable knowledge (p = 0.7)., Attitude (p = 0.16), floor type (p = 0.24), residential density (p = 0.06), moisture (p= 0.19), ventilation (p = 0.47) and temperature (p = 0.16) have no relationship with the incidence of pulmonary TB.The act associated with the incidence of pulmonary TB. Knowledge, attitude, floor type, residential density, moisture, ventilation have no relationship with the incidence of pulmonary TB. Keywords: Behavior, Physical Environmental Conditions house, Pulmonary TB ABSTRAK Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Berdasarkan data Dinkes Kota Bima, kasus TB Paru pada tahun 2011 sebanyak 195 kasus, yang terdiri dari 103 BTA positif dan 92 BTA negatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku dan kondisi lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB Paru di Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan cross sectional study. Sampel penelitian ini adalah 188 orang TB Paru BTA positif maupun BTA negatif yang diambil secara purposive sampling dari semua pasien suspek TB yang memeriksakan dahaknya ke 5 Puskesmas di Kota Bima tahun 2011 dan berumur 15-85 tahun sebagai dasar untuk dapat diukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden, serta bersedia untuk menjadi responden penelitian. Kemudian peneliti melakukan wawancara dan observasi di setiap rumah responden yang terpilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 188 sampel terdapat 103 TB Paru BTA Positif dan 85 BTA negatif, 97 orang (51,6%) berpengetahuan tinggi, 146 orang (77,7%) bersikap positif, dan 95 orang (50,5%) bertindak/berkelakuan baik. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan hanya variabel tindakan yang berhubungan dengan kejadian TB Paru dengan nilai p=0,042, sedangkan variabel pengetahuan (p=0,7)., sikap (p=0,16), jenis lantai (p=0,24), kepadatan hunian (p=0,06), kelembaban (p=0,19), ventilasi (p=0,47) dan suhu (p=0,16) tidak memiliki hubungan dengan kejadian TB Paru. Tindakan memiliki hubungan dengan kejadian TB Paru. Pengetahuan, sikap, jenis lantai, kepadatan hunian, kelembaban, ventilasi, dan suhu tidak memilikihubungan dengan kejadian TB Paru. Kata kunci: Perilaku, Kondisi Lingkungan Fisik Rumah, TB Paru

PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TB dengan kematian sekitar 140.000 karena penyakit ini. Pada tahun 2008 diperkirakan kasus TB sekitar 9.6 sampai 13.3 juta kasus. 1 Di Indonesia, diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.00 orang. Insiden kasus TB Paru BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. 2 Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Bima, prevalensi penyakit TB Paru merupakan salah satu penyakit yang sangat harus diperhatikan karena jumlah penyakit tersebut cenderung meningkat di Kota Bima, dapat dilihat dari data register penyakit jumlah kasus TB Paru BTA positif yang diobati sangat memungkinkan terjadi peningkatan, dari tahun 2009 ditemukan 94 kasus, meningkat pada tahun 2010 menjadi 121 kasus, dan tahun 2011 ditemukan 103 kasus TB Paru BTA positif. 3,4,5 Berdasarkan data - data prevalensi kasus TB Paru di Kota Bima, TB Paru masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kota Bima. Hal ini dikarenakan kasusnya cukup tinggi dan penyakit ini dapat menyebabkan dampak sosial yang negatif karena penyakit ini sangat mudah menular. Determinan penyakit TB Paru adalah kependudukan dan faktor lingkungan. kependudukan meliputi jenis kelamin, umur, status gizi, kondisi sosial ekonomi. Sedangkan faktor lingkungan meliputi kepadatan, lantai rumah, ventilasi, pencahayaan, kelembaban. 6 Menurut Hendrik L. Blum dalam Notoatmodjo (2003), faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan antara lain faktor lingkungan seperti asap dapur, faktor perilaku seperti

kebiasaan merokok keluarga dalam rumah, faktor pelayanan kesehatan seperti status imunisasi, ASI Ekslusif dan BBLR dan faktor keturunan. 7 Berdasarkan latar belakang, kondisi prevalensi TB Paru di Kota Bima dan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Perilaku dan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian TB Paru di Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Penelitian ini dilakukan di 5 wilayah kerja puskesmas (Asakota, Paruga, Mpunda, Penanae, Rasanae Timur) Kota Bima. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Agustus 2012. Jenis Penelitian, Populasi, dan Sampel Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang memeriksakan diri ke 5 puskesmas di Kota Bima yang teridentifikasi sebagai suspek TB pada laporan kegiatan P2-TB Dinas Kesehatan Kota Bima periode 2011 adalah sejumlah 973 orang. Pemilihan sampel pasien penderita TB Paru pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, dan berdasarkan kriterian inklusi yang telah ditetapkan. Sampel dalam penelitian sebanyak 188 orang, terdiri dari 103 BTA positif dan 85 BTA negatif.

Pengumpulan Data Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi secara langsung kepada sampel penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara (kuesioner) dan lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti. Data sekunder jumlah suspek TB diperoleh dari hasil pencatatan dan pelaporan di Dinas Kesehatan Kota Bima. Data sekunder identitas pasien identitas, alamat, diagnosis, serta tanggal kunjungan diperoleh dari 5 puskesmas (Asakota, Paruga, Mpunda, Penanae, Rasanae Timur) di Kota Bima. Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package and Social Siences). Model analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat chi square. Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi, narasi dan tabulasi silang (crosstab). HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini diperoleh 188 orang dari 195 orang yang terdiri dari TB BTA positif sebanyak 103 orang dan TB BTA negatif sebanyak 85 orang. Hal ini dikarenakan ada 7 orang yang tidak masuk dalam syarat umur sebagai responden penelitian yaitu 6 orang masih dibawah 15 tahun dan 1 orang lebih dari 85 tahun. Data pada penelitian ini disajikan setelah dilakukan pengolahan data secara deskriptif (analisis univariat) dengan tabel distribusi frekuensi serta analisis bivariat dengan tabulasi silang dan uji chi square yang disertai dengan narasi sebagai berikut :

Karakteristik Responden Secara umum dari 188 responden menurut jenis kelamin, proporsi laki-laki lebih besar yaitu 110 orang (58.5%) dibanding perempuan yaitu 78 orang (41.5 %). Menurut kelompok umur, proporsi umur terbesar yaitu pada rentang umur 26-35 tahun sebanyak 48 orang (25.5%). Menurut pendidikan, proporsi yang paling besar yaitu lulusan SLTP/SMP sebanyak 73 orang (38.8%). Menurut pekerjaannya, proporsi yang paling besar bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu 46 orang (24.5%). Menurut Penghasilan keluarga, proporsi yang paling besar yaitu berpenghasilan Rp. < Rp.1.000.000 sebanyak 95 orang (50.5%). Menurut riwayat keberadaan penderita TB, hanya 5 orang (2.7%) yang mengatakan ada penderita TB Paru sebelumnya di dalam rumah. Sedangkan menurut riwayat kontak dengan penderita TB, terdapat 72 orang (38.3%) yang mengatakan pernah kontak dengan penderita TB Paru. Analisis Deskriptif Variabel Berdasarkan perhitungan jumlah skor 188 responden, proporsi variabel pengetahuan terbesar adalah responden yang berpengetahuan tinggi yaitu sebanyak 97 orang (51,6%), proporsi variabel sikap terbesar adalah responden yang bersikap positif yaitu sebanyak 146 orang (77,7%), proporsi variabel tindakan terbesar adalah responden yang tindakannya baik yaitu sebanyak 95 orang (50,5%), proporsi variabel jenis lantai terbesar adalah responden yang memiliki jenis lantai rumah memenuhi syarat yaitu sebanyak 181 orang (96,3%). Kemudian untuk proporsi variabel kepadatan hunian terbesar adalah responden yang memiliki hunian tidak padat yaitu sebanyak 124 orang (66%), proporsi variabel kelembaban terbesar adalah responden yang memiliki kelembaban rumah memenuhi syarat yaitu sebanyak 128 orang (68,1%), proporsi variabel ventilasi terbesar adalah responden yang memiliki ventilasi

rumah memenuhi syarat yaitu sebanyak 132 orang (70,2%), proporsi variabel suhu terbesar adalah responden yang memiliki suhu rumah beresiko rendah yaitu sebanyak 108 orang (57,4%). Analisis Bivariat Variabel Hasil uji chi-square hubungan Pengetahuan dengan Kejadian TB Paru diperoleh nilai p=0,737 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian TB Paru. Hubungan Sikap dengan Kejadian TB Paru diperoleh nilai p = 0,160 (p>0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara sikap dengan kejadian TB Paru. Hubungan Tindakan dengan Kejadian TB Paru diperoleh nilai p = 0,042 (p < 0,05) yang artinya ada hubungan antara tindakan dengan kejadian TB Paru. Untuk hubungan Jenis Lantai dengan Kejadian TB Paru menggunakan uji statistik dengan fisher exact test, diperoleh nilai p = 0,247 (p>0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian TB Paru. Hasil uji chi-square hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian TB Paru diperoleh nilai p = 0,066 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian TB Paru. Hubungan Kelembaban dengan Kejadian TB Paru diperoleh nilai p = 0,194 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara kelembaban dengan kejadian TB Paru. Hubungan Ventilasi dengan Kejadian TB Paru diperoleh nilai p = 0,457 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara ventilasi dengan kejadian TB Paru. Hubungan Suhu dengan Kejadian TB Paru diperoleh nilai p = 0,588 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara suhu dengan kejadian TB Paru.

PEMBAHASAN Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian TB Paru Pengetahuan responden tidak memilki hubungan (p = 0.737) dengan kejadian TB Paru di Kota Bima. Ada beberapa asumsi yang menyebabkan variabel pengetahuan pada penelitian ini tidak berhubungan dengan kejadian TB Paru, antara lain; pertama, dapat dilihat pada beberapa jawaban responden yang masih kurang tepat pada pertanyaan pengetahuan tentang TB, terutama pada pertanyaan penyebab TB paru dan syarat ventilasi rumah yang baik sehingga berpengaruh pada pengetahuan responden secara komulatif. Meskipun pada penelitian ini tingkat pengetahuan responden tidak memiliki hubungan dengan kejadian TB Paru, tetapi pengetahuan tetap memiliki peran dalam penularan TB Paru. Penelitian Rajagukguk (2008) dalam Manullang (2011) di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir menjelaskan bahwa semakin rendah pengetahuan penderita tentang bahaya penyakit TB Paru untuk dirinya, keluarga dan masyarakat di sekitarnya, maka semakin besar bahaya sipenderita sebagai sumber penularan penyakit, baik di rumah maupun di tempat pekerjaannya, untuk keluarga dan orang-orang sekitarnya 8. Demikian juga dengan penelitian Tobing (2009) di Kabupaten Tapanuli Utara yang menyatakan bahwa potensi penularan TB Paru 2,5 kali lebih besar pada yang berpengetahuan rendah 9. Hubungan Sikap dengan Kejadian TB Paru Sikap tidak memiliki hubungan (p = 0.160) dengan kejadian TB Paru di Kota Bima. Ada beberapa asumsi yang menyebabkan sikap tidak berhubungan dengan kejadian TB Paru, antara lain; pada tabulasi silang antara pengetahuan dengan sikap responden, jika responden berpengetahuan rendah seharusnya proporsi responden yang bersikap positif lebih kecil daripada yang bersikap negatif, tetapi berdasarkan hasil analisis responden yang bersikap positif (62,6%)

proporsinya lebih besar daripada yang bersikap negatif (37,4%). Hal inilah yang menjadi asumsi sikap tidak memiliki hubungan dengan kejadian TB Paru, meskipun responden berpengetahuan tinggi ataupun rendah proporsi responden yang bersikap positif jumlahnya tetap tinggi daripada yang bersikap rendah. Penelitian Tobing (2009) di Kabupaten Tapanuli Utara menjelaskan bahwa potensi penularan TB Paru 3.1 kali lebih besar pada yang bersikap kurang baik/negatif. 9 Hubungan Tindakan dengan Kejadian TB Paru Tindakan adalah perlakuan dari responden yang berhubungan dengan TB Paru untuk mengobati, menghindari, dan mengurangi resiko penularan TB Paru. Tindakan memilki hubungan (p = 0.042) dengan kejadian TB Paru di Kota Bima. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Manullang (2010) di wilayah kerja Puskesmas Sukarame Kecamatan Kuala Hulu, bahwa hubungan variabel tindakan dengan kejadian TB Paru secara statistik bermakna (p=0.002) 8. Hubungan Jenis Lantai dengan Kejadian TB Paru Jenis lantai rumah responden tidak memilki hubungan (p = 0.247) dengan kejadian TB Paru di Kota Bima. Untuk penjelasan jenis lantai yang tidak berhubungan dengan kejadian TB Paru, asumsinya dapat dilihat pada proporsi jenis lantai rumah responden yang memenuhi syarat (96,3%) lebih besar daripada yang tidak memenuhi syarat (3,7%). Jika variabel jenis lantai berhubungan dengan kejadian TB Paru, seharusnya proporsi jenis lantai yang tidak memenuhi syarat lebih besar daripada yang memenuhi syarat. Meskipun pada penelitian ini jenis lantai tidak memiliki hubungan dengan kejadian TB Paru, jenis lantai rumah tetap memiliki peran dalam penularan TB Paru. Menurut penelitian Ariza Adnani dan Asih Mahastuti (2003-2006) dalam Iskandar (2010) di Kabupaten Aceh

Tenggara, bahwa lantai rumah merupakan faktor risiko terjadinya penyakit TB Paru, resiko untuk menderita TB Paru 3-4 kali lebih tinggi pada penduduk yang tinggal pada rumah yang lantainya tidak memenuhi syarat kesehatan. 10 Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian TB Paru Kepadatan hunian rumah responden tidak memilki hubungan (p = 0.066) dengan kejadian TB Paru di Kota Bima. Untuk penjelasan dari variabel kepadatan hunian yang tidak berhubungan dengan kejadian TB Paru, asumsinya dapat dilihat pada proporsi kepadatan hunian responden yang memenuhi syarat/tidak padat (66%) lebih besar daripada yang tidak memenuhi syarat/padat (34%). Jika variabel kepadatan hunian berhubungan dengan kejadian TB Paru, seharusnya proporsi kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat/padat lebih besar daripada yang memenuhi syarat/tidak padat. Meskipun pada penelitian ini kepadatan hunian tidak memiliki hubungan dengan kejadian TB Paru, kepadatan hunian tetap memiliki peran dalam penularan TB Paru. Penelitian Tobing (2009) di Kabupaten Tapanuli Utara menjelaskan bahwa potensi penularan TB Paru 3.3 kali lebih besar pada yang kepadatan hunian yang padat 9. Hubungan Kelembaban dengan Kejadian TB Paru Kelembaban rumah responden tidak memilki hubungan (p = 0.19) dengan kejadian TB Paru di Kota Bima. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Akyuwen (2012) di wilayah kerja Puskesmas Piru Kecamatan Seram Barat, bahwa hubungan variabel kelembaban dengan kejadian TB paru secara statistik tidak bermakna (p=0.370). 11 Hubungan Ventilasi dengan Kejadian TB Paru Ventilasi rumah responden tidak memilki hubungan (p = 0.4) dengan kejadian TB Paru di Kota Bima. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Akyuwen (2012) di wilayah kerja Puskesmas

Piru Kecamatan Seram Barat, bahwa hubungan variabel ventilasi dengan kejadian TB Paru secara statistik tidak bermakna (p = 0.260). 11 Hubungan Suhu dengan Kejadian TB Paru Meskipun pada penelitian ini suhu tidak memiliki hubungan (p = 0.5) dengan kejadian TB Paru, suhu tetap memiliki peran dalam penularan TB Paru. Menurut Gould dan Brooker (2003), bakteri Mycobacterium tuberculosa memiliki rentang suhu yang disukai, tetapi pada rentang suhu ini terdapat suatu suhu optimum yang memungkinkan mereka tumbuh pesat. Mycobacterium tuberculosa merupakan bakteri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang 25 40º C, tetapi akan tumbuh secara optimal pada suhu 31 37 º C. 12,13 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan memiliki hubungan dengan kejadian TB Paru. Sedangkan pengetahuan, sikap, jenis lantai, kepadatan hunian, kelembaban, ventilasi, dan suhu tidak berhubungan dengan kejadian TB Paru di Kota Bima. Saran Penelitian ini menyarankan pentingnya penyuluhan tentang bahaya penyakit TB paru kepada penderita yang berkaitan dengan penyebab seseorang terjangkit penyakit TB paru, cara pencegahan penyakit TB paru serta cara pengobatan yang tepat untuk penyakit TB paru, dan penyuluhan tentang rumah sehat terutama pada penderita TB paru yang tinggal di rumah yang padat huniannya dan suhu, ventilasi, kelembaban, jenis lantai yang tidak memenuhi syarat guna mencegah terjadinya keparahan penyakit TB paru.

DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organitation (WHO). 2009. Global Tuberculosis Control A Short Update to The 2009 Report. 2. Depkes, RI. 2008, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Edisi 2 Cetakan ke-2. 3. Dinkes Kota Bima. 2010. Profil Kesehatan Kota Bima tahun 2009. 4.. 2011. Profil Kesehatan Kota Bima tahun 2010. 5.. 2012. Profil Kesehatan Kota Bima tahun 2011. 6. Achmadi, 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta : UI Press 7. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. 8. Manullang, S. 2011. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Masyarakat Tentang Faktor Lingkungan Fisik Rumah Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarame Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara. [online]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29778 /7/.pdf [diakses 6 Juni 2012]. 9. Tobing, T. L. 2009. Pengaruh Perilaku Penderita TB Paru dan Kondisi Rumah terhadap Pencegahan Potensi Penularan TB Paru pada Keluarga di Kabupaten Tapanuli Utara. [online]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789 /6656/1/09E01348.pdf. [diakses 5 Juni 2012]. 10. Iskandar. 2010. Hubungan Karakteristik Penderita, Lingkungan Fisik Rumah Dan Wilayah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Kabupaten Aceh Tenggara. [online]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28987/5/abstract. [diakses 7 Juni 2012]. 11. Akyuwen, A. 2012. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Piru Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian Barat. Makassar : Universitas Hasanuddin. 12. Depkes. RI. 1999. Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999, Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta : Depkes RI. 13. Gould, D dan Brooker, C. 2003. Mikrobiologi Terapaan Untuk Perawat. Jakarta : EGC.

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Umum di Kota Bima Tahun 2012 Karakteristik Umum n % Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 110 78 58,5 41,5 Umur 16 25 26 35 36 45 46 55 56 65 66 75 76 85 Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD SD SLTP/SMP SMA/SMK Diploma/PT Pekerjaan PNS Pedagang Wiraswasta Petani Nelayan IRT Buruh Tidak bekerja Penghasilan Keluarga < Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000 Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000 Riwayat Keberadaan Penderita TB Ada Tidak ada Riwayat Kontak dengan Penderita TB Pernah Tidak pernah 29 48 37 25 29 18 2 3 5 51 73 23 33 32 26 10 27 7 46 22 18 95 70 23 5 183 15,4 25,5 19,7 13,3 15,4 9,6 1,1 1,6 2,7 27,1 38,8 12,2 17,6 17,0 13,8 5,3 14,4 3,7 24,5 11,7 9,6 50,5 37,2 12,3 2,7 97,3 72 116 38,3 61,7 Jumlah 188 100 Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Analisis Deskriptif Variabel di Kota Bima Tahun 2012 Variabel n % Kejadian TB Paru BTA Positif BTA Negatif 103 85 54,8 45,2 Pengetahuan Tinggi Rendah Sikap Positif Negatif Tindakan Baik Kurang baik Jenis lantai Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Kepadatan hunian Padat Tidak padat Kelembaban Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Ventilasi Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Suhu Resiko tinggi Resiko rendah 97 91 146 42 95 93 7 181 64 124 60 128 56 132 51,6 48,4 77,7 27,3 50,5 49,5 3,7 96,3 34 66 31,9 68,1 29,8 70,2 80 108 42,6 57,4 Jumlah 188 100 Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Analisis Bivariat Variabel di Kota Bima Tahun 2012 Variabel Pengetahuan Rendah Tinggi Sikap Negatif Positif Tindakan Kurang baik Baik Jenis Lantai Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Kepadatan Hunian Padat Tidak padat Kelembaban Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Ventilasi Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Suhu Resiko tinggi Resiko rendah BTA Positif BTA Negatif n = 103 % n = 85 % 51 52 27 76 44 59 2 101 41 62 37 66 33 70 56,0 53,6 64,3 52,1 47,3 62,1 28,6 55,8 64,1 50 61,7 51,6 58,9 53,0 40 45 15 70 49 36 5 80 23 62 23 62 23 62 44,0 46,4 35,7 47,9 52,7 37,9 71,4 44,2 35,9 50 38,3 48,4 41,1 47,0 p 0,737 0,160 0,042 0,247 0,066 0,194 0,457 42 52,5 38 47,5 0,588 61 56,5 47 43,5 Jumlah 103 100 85 100 - Sumber: Data Primer 2012