I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

Ketahanan Pangan Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian menjadi daerah permukiman, industri, dan lain-lain. Menurut BPN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

POTENSI INDUSTRI TEPUNG LOKAL DI JAWA TIMUR BAGIAN SELATAN PENDAHULUAN

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempertahankan hidupnya tanpa adanya pangan. Karena itu, usaha

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu kecukupan pangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

BERITA RESMI STATISTIK

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen yang menentukan gizi. Dengan demikian, pangan berfungsi sebagai sumber energi, yaitu sumber protein, lemak, dan karbohidrat. Sehingga pangan yang dikonsumsi oleh setiap individu tidak hanya dinilai dari seberapa banyak kuantitas yang dikonsumsi, tetapi kualitas dan keberagaman pangan juga harus diperhatikan. Oleh sebab itu, setiap daerah harus mampu menyediakan pangan yang cukup dan beragam untuk masyarakat. Berdasarkan UU No. 18 tahun 2012 tentang pangan, pengertian pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyimpanan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012, definisi ketahanan pangan, yaitu : Kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Ketahanan pangan seperti yang telah dijelaskan diatas dapat diketahui dari kelompok pangan yang dikonsumsi. Pola pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola pangan meliputi kebiasaan dan cara seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan yang dikonsumsinya dengan kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh meliputi sumber protein, lemak, dan karbohidrat. Pola konsumsi pangan tidak hanya kuantitasnya saja tetapi juga kualitas atau mutu pangannya, untuk mengetahui capaian pola pangan dapat dilihat dengan menggunakan Pola Pangan Harapan (PPH). Menurut Ariani (2003) pola 1

konsumsi pangan di Indonesia masih belum sesuai dengan pola pangan ideal yang tertuang dalam PPH. Pola Pangan Harapan dapat memberikan informasi mengenai pencapaian kuantitas dan kualitas konsumsi, yang menggambarkan pencapaian ragam (diversifikasi) konsumsi pangan. Semakin besar nilai PPH maka kualitas konsumsi pangan dinilai semakin baik. Kualitas konsumsi pangan yang dianggap sempurna diberikan pada angka kecukupan gizi dengan nilai PPH mencapai 100. Berdasarkan Neraca Bahan Makanan Kabupaten Bojonegoro tahun 2013 skor PPH ketersediaan yang dicapai di Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2013 mencapai skor 70,77 masih jauh dari PPH ideal, yaitu sebesar 100. Pola Pangan Harapan adalah metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat keragaman pangan yang dikonsumsi yang terdiri dari sembilan kelompok pangan, yaitu padi, aneka umbi, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, aneka kacang, gula, sayur dan buah, dan lain-lain. Sembilan kelompok pangan tersebut merupakan komponen yang digunakan untuk mengetahui nilai PPH. Pengukuran ketahanan pangan menggunakan PPH merupakan langkah lanjutan dari hanya mengukur menggunakan angka kecukupan energi dan protein, yaitu dengan memasukkan komponen keberagaman pangan yang dikonsumsi. Keberagaman pangan yang dikonsumsi akan menggambarkan keberagaman gizi yang diserap oleh masyarakat dan menggambarkan capaian pola pangan. Pola Pangan Harapan digunakan untuk mengetahui keberagaman konsumsi pangan seperti yang telah dijelaskan diatas. Konsumsi pangan yang baik adalah konsumsi pangan yang beragam jenisnya. Tujuan penganekaragaman pangan adalah untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi dan mengurangi ketergantungan konsumsi pangan pada salah satu jenis atau kelompok pangan tetapi mencakup seluruh zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu, kecukupan energi juga sangat penting untuk mengetahui keberagaman pangan yang sudah dikonsumsi, kecukupan energi berhubungan erat dengan ketahanan pangan. Ketahanan pangan dapat diketahui dari kecukupan energi yang telah diserap dari beragam pangan yang dikonsumsi tiap individu dan pangsa pengeluaran pangan. Dengan demikian, Pola Pangan Harapan dan ketahanan pangan saling terkait. Terdapat suatu kendala dalam pemenuhan pangan bagi setiap anggota rumah tangga baik dalam aspek ketersediaan pangan maupun aspek konsumsi. Hal ini dapat 2

terjadi karena pengaruh oleh beberapa faktor. Aspek ketersediaan pangan menjadi kendala bagi rumah tangga pada saat permintaan pangan tinggi, disamping itu produksi pangan yang bersifat lambat. Aspek konsumsi menjadi kendala rumah tangga ketika rumah tangga tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi anggota rumah tangganya. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor kemampuan ekonomi rumah tangga (pendapatan dan pengeluaran), daya beli, dan perubahan selera. Berdasarkan Purwaningsih (2010) menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga menentukan daya beli, daya beli ini mencerminkan keterjangkauan pangan atau aksesibilitas rumah tangga terhadap pangan. Semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga maka menunjukkan daya beli yang tinggi dan rumah tangga semakin mudah mengakses pangan. Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu daerah yang memproduksi beragam jenis bahan pangan, diantaranya padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau, dan kacang tanah. Data produksi tanaman pangan di Kabupaten Bojonegoro tersaji pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013 No. Komoditas Produksi (ton) 1. Padi 802.528,2 2. Jagung 169.054,49 3. Ubi kayu 84.910 4. Kedelai 18.807,31 5. Kacang hijau 11.647,35 6. Ubi jalar 4.995 7. Kacang tanah 2.631,6 Sumber : Bojonegoro Dalam Angka, 2014 Berdasarkan Tabel 1.1. dapat diketahui bahwa tanaman pangan yang paling besar diproduksi di Kabupaten Bojonegoro adalah tanaman padi, yaitu sebesar 802.528,2 ton. Padi merupakan bahan pangan pokok penduduk di Kabupaten Bojonegoro sehingga produksi padi di daerah ini sangat besar. Nasi yang merupakan makanan pokok yang berasal dari padi dikonsumsi sehari-hari karena penduduk beranggapan bahwa belum makan bila belum makan nasi. Selain tanaman padi, tanaman pangan lain juga diproduksi guna mencukupi kebutuhan pangan, yaitu jagung dengan produksi 169.054,49 ton, ubi kayu sebanyak 84.910 ton, kedelai sebanyak 18.807,31 ton, kacang hijau sebanyak 11.647,35 ton, ubi jalar sebanyak 4.995 ton, dan kacang tanah sebanyak 2.631,6 ton. Tanaman jagung juga banyak diproduksi setelah padi, artinya jagung juga banyak dikonsumsi selain padi yang menjadi makanan pokok. 3

Jagung banyak diproduksi dikarenakan penduduk sering mengkonsumsi jagung sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan akan jagung, petani banyak yang menanam jagung. Produksi jenis tanaman pangan yang banyak dihasilkan ini membuktikan bahwa Kabupaten Bojonegoro sebagai lumbung pangan di Indonesia. Beragam jenis makanan yang dikonsumsi sangat baik dalam pemenuhan gizi dan energi. Kabupaten Bojonegoro juga mendapat ancaman berupa bencana banjir yang menggenangi lahan pertanian yang disebabkan panjangnya musim hujan (La Nina) dan mengalami kekeringan saat musim kemarau (El Nino) sehingga banyak para petani yang gagal panen sehingga hal tersebut menyebabkan kurangnya ketersediaan produksi pangan. Banjir yang hampir terjadi setiap tahunnya menyebabkan kehilangan hasil produksi pertanian, stok bahan pangan, pendapatan dan harta benda yang dimiliki oleh rumah tangga petani di daerah rawan banjir yang disebabkan oleh perubahan iklim La Nina. Pada saat La Nina, terjadi banjir karena panjangnya musim hujan. Perubahan iklim La Nina tersebut merugikan produksi pangan, kebanyakan merupakan tanaman semusim berumur pendek. Data luas panen padi dan palawija di Kabupaten Bojonegoro tersaji pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Luas Panen Tanaman Padi dan Palawija di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013 No. Komoditas Luas Panen (hektar) 1. Padi 143.299 2. Jagung 33.531 3. Kedelai 15.403 4. Ubi kayu 3.732 5. Kacang tanah 2.286 6. Kacang hijau 1.702 7. Ubi jalar 158 Sumber : Bojonegoro Dalam Angka, 2014 Berdasarkan Tabel 1.2. dapat diketahui bahwa luas panen terbesar adalah tanaman padi, yaitu seluas 143.299 hektar. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk di Kabupaten Bojonegoro. Hal ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Bojonegoro, sebagian besar penduduknya menekuni usahatani dengan mengelola lahan pertanian yang dimiliki, yaitu sawah sehingga banyak petani yang mengusahakan tanaman padi guna mendukung ketersediaan pangan di daerahnya. Selain itu, tidak hanya padi saja yang diusahakan tetapi juga tanaman jagung seluas 33.531 hektar, 4

kedelai seluas 15.403 hektar, ubi kayu seluas 3.732 hektar, kacang tanah seluas 2.286 hektar, kacang hijau seluas 1.702 hektar, dan ubi jalar seluas 158 hektar. Apabila daerah tersebut gagal memproduksi hasil pertanian maka ketersediaan pangan di daerah tersebut akan terganggu sehingga daerah tersebut terjadi kerawanan pangan. B. Perumusan Masalah Kabupaten Bojonegoro sebagai lumbung pangan Indonesia merupakan tempat penghasil, penyimpanan, pendistribusian, pengolahan, peningkatan usaha produktif pengolahan hasil pertanian, serta penyediaan stok pangan secara berkelanjutan. Kondisi sumberdaya lahan di Kabupaten Bojonegoro sangat mendukung untuk usahatani di bidang pertanian, khususnya usahatani padi. Kecamatan Temayang dan Kecamatan Tambakrejo berada pada aliran Sungai Bengawan Solo yang merupakan daerah sentra pertanian padi. Ketersediaan bahan pangan harus terpenuhi dan petani seharusnya mengkonsumsi makanan yang mampu untuk memenuhi gizi sesuai dengan standar yang telah ditentukan (Suryana, 2011). Terdapat kendala dalam sektor pertanian yang disebabkan oleh keterbatasan sumberdaya yang menyebabkan pertanian di Kabupaten Bojonegoro masih bersifat subsisten, yaitu hasil pertanian yang diusahakan oleh petani cenderung dikonsumsi sendiri oleh rumah tangga tani. Hal ini berpengaruh pada pendapatan yang diterima oleh rumah tangga, khususnya rumah tangga tani. Pendapatan yang diterima oleh setiap rumah tangga tani akan mempengaruhi kemampuan tiap rumah tangga untuk melakukan konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Pendapatan yang diterima oleh rumah tangga tani tersebut dapat digunakan untuk mengkonsumsi pangan yang beragam jenisnya. Pendapatan akan mempengaruhi pengeluaran untuk konsumsi pangan dan non pangan yang akan mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga tani. Semakin tidak tahan pangan rumah tangga tani semakin sulit untuk mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang dan bermutu. Permasalahan tersebut menimbulkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana capaian pola pangan rumah tangga tani terhadap Pola Pangan Harapan? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi capaian pola pangan rumah tangga tani terhadap Pola Pangan Harapan? 5

3. Bagaimana tingkat ketahanan pangan rumah tangga tani? Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan penelitian yang berjudul Analisis Pola Pangan Harapan dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tani di Kabupaten Bojonegoro. C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui capaian pola pangan rumah tangga tani terhadap Pola Pangan Harapan. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi capaian pola pangan rumah tangga tani terhadap Pola Pangan Harapan. 3. Mengetahui tingkat ketahanan pangan rumah tangga tani. D. Kegunaan 1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan sekaligus syarat untuk memperoleh derajat kelulusan Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi pemerintah atau pihak-pihak terkait, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah Pola Pangan Harapan dan ketahanan pangan rumah tangga tani. 3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, tambahan informasi yang bermanfaat, dan dapat dipergunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut. 6