BAB I PENDAHULUAN. Australia (BP.2014). Sebagian besar pertambangan batubara di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah. melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penerapan Metode Active dan Passive Treatment Dalam Pengelolaan Air Asam Tambang Site Lati

PENGELOLAAN AIR ASAM TAMBANG MELALUI RAWA BUATAN BERBASIS BAHAN IN SITU DI PERTAMBANGAN BATU BARAA

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki tingkat keasaman tinggi dan sering ditandai dengan ph yang rendah.

PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG MENGGUNAKAN SISTEM LAHAN BASAH BUATAN: PENYISIHAN MANGAN (Mn)

BAB I PENDAHULUAN. Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang sifatnya selalu. menimbulkan perubahan pada alam lingkungan sekitar.

RANCANGAN PENGELOLAAN AIR ASAM TAMBANG DI AREA TIMBUNAN Q03 SITE LATI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Lingkungan dapat dikatakan baik jika unsur yang menyusun

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

Bab V Hasil dan Pembahasan

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Pola Penyebaran Potensi Keterbentukan Air Asam Tambang pada Tambang Batubara di Blok Loajanan Samarinda Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. terkandung di kawasan bekas tambang dan industri (Das et al, 2012; Hao dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. air. Demikian juga dengan manusia tidak dapat hidup tanpa air. Tubuh kita

TINJAUAN PUSTAKA Air Asam Tambang

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

Disampaikan pada acara:

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TRANSFORMASI BESI DAN MANGAN

Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Asam Tambang di Lati Mine Operation

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG BATUBARA Alternatif Pemilihan Teknologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI WETLAND. Prayatni Soewondo PRODI TEKNIK LINGKUNGAN, FTSL, ITB

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI CONSTRUCTED WETLAND SEBAGAI SOLUSI PENCEMARAN DI SUB DAS TUKAD BADUNG KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI

PENGELOLAAN AIR ASAM TAMBANG DI PIT 1 BANGKO BARAT, TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN (Tinjauan)

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

Penurunan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Dalam Air Tanah dengan Metode Aerasi Conventional Cascade dan Aerasi Vertical Buffle Channel Cascade

ANALISIS KUALITAS AIR 3

STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI

PENCEMARAN KUALITAS AIR DARI ADANYA POTENSI AIR ASAM TAMBANG AKIBAT PENAMBANGAN BATUBARA (Studi Kasus Pada Sungai Patangkep)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. gugus amino yang bersifat basa dan memiliki inti benzen. Rhodamin B termasuk

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup sebagian besar terdiri dari air. Disamping sebagai bagian penyusun

TINJAUAN PUSTAKA II.

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

KARAKTERISTIK AIR ASAM TAMBANG DI LINGKUNGAN TAMBANG PIT 1 BANGKO BARAT, TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN Sebuah Studi Kasus Air Asam Tambang

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

Penanganan Air Asam Tambang Pada Skala Laboratorium Dengan Menggunakan Kapur Tohor Berdasarkan Parameter Ketebalan NAF

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. usaha dari laundry di dalam perkembangan aktivitas masyarakat saat ini (Antara dkk.

SKRIPSI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN LAHAN BASAH BUATAN MENGGUNAKAN RUMPUT PAYUNG (CYPERUS ALTERNIOFOLIUS) Oleh :

dangkal di Yogyakarta secara bakteriologis telah tercemar dan kandungan nitrat

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

Chemoautotropic Eubacteria

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB III LANDASAN TEORI

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

REMEDIASI AIR ASAM TAMBANG DENGAN LIMBAH ORGANIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (Subsurface Flow Constructed Wetlands)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #6 Genap 2014/2015. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dalam dunia pertambangan batubara berada pada peringkat keempat sebagai penghasil batubara di dunia setelah Cina, Amerika Serikat dan Australia (BP.2014). Sebagian besar pertambangan batubara di Indonesia dilakukan dengan pertambangan terbuka (open pit mine). Salah satu pertambangan batubara di Indonesia yang menggunakan metode penambangan terbuka yaitu PT. Berau Coal. PT. Berau Coal khusunya site Lati Mine Operatiaon merupakan perusahaan batubara multinasional yang beroperasi di wilayah Sambakungan, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Permasalah yang paling berat pada kegiatan penambangan secara terbuka yaitu air asam tambang yang dihasilkan. Air asam tambang (AAT) atau Acid Mine Drainage (AMD) terbentuk akibat dari proses pengupasan lapisan tanah dan batuan penutup (overburden) hingga ditemukan singkapan batubara. Salah satu sumber AAT adalah air yang berasal dari unit pengelolaan overburden yang mengandung mineral sulfida, seperti Pirit (FeS2) yang tersingkap dan bereaksi dengan oksigen di udara maupun dalam air yang dikatalis oleh bakteri pengoksida besi dan sulfur, seperti Thiobacillus ferrooxidans, Leptospirillum ferrooxidans dan Thiobacillus thiooxidans (Holmstrom, 2000 dalam Nyquist dan Greger, 2009). Karakteristik AAT tidak dapat dipisahkan dari nilai ph yang sangat rendah, di beberapa tempat ditemukan ph air mencapai 2,9. Nilai ph yang sangat rendah I-1

(2,0 4,0) dapat memacu pelarutan logam-logam seperti logam besi (Fe) dan mangan (Mn) Oleh karena itu, air yang terkontaminasi dengan AAT biasanya mengandung logam dalam konsentrasi tinggi yang dapat meracuni organisme perairan (Kimmel, 1983 dalam Jenning et al., 2008). Dengan menurunnya harga batubara dunia dikhawatirkan akan menyebabkan banyak lahan-lahan tambang batubara yang akan ditinggalkan dan tidak dilakukan pengelolaan lingkungannya termasuk pengelolaan air asam tambang dengan baik karena tidak ekonomis lagi dilakukan kegiatan penambangan. Permasalahan air asam tambang ini bukan hanya akan dihadapi pada masa kini,tetapi akan tetap menjadi permasalahan lingkungan yang serius di masa yang akan datang. Sejauh ini, metode active treatment lebih banyak digunakan dalam pengelolaan air asam tambang (AAT), yaitu dengan kapur. Metode ini mempunyai kelemahan yaitu membutuhkan biaya yang mahal dan harus menambahkan bahan alkali secara terus menerus. Selain itu, pengolahan secara aktif juga dapat menyebabkan terbentuknya beban pencemaran baru yaitu sludge yang harus dikuras secara berkala (Johnson dan Hallberg 2005). Salah satu teknologi pengolahan air asam tambang yaitu teknik passive treatment. Salah satu passive treatment dalam pengolahan air asam tambang adalah sistem constructed wetland atau lahan basah. Constructed wetland merupakan sistem pengolahan air limbah yang menggunakan teknologi sederhana dengan pendekatan baru untuk menurunkan pencemaran lingkungan berdasarkan pemanfaatan tanaman air dan mikroorganisme Secara alamiah, pada sistem lahan basah terjadi aktivitas pengolahan sedimentasi, filtrasi, transfer gas, adsorpsi, dan I-2

pengolahan kimiawi (Metcalf dan Eddy, 1993). Adanya tanaman pada sistem lahan basah ini memberikan kontribusi dalam peningkatan kandungan bahan organik melalui zat-zat hasil sekresi dan dekomposisi sisa tanaman, membantu menstabilkan substrat, membantu menjaga populasi mikroba, dan memberikan kualitas estetika untuk lahan basah (Younger, 2000 dalam Sandrawati, 2012). Keunggulan sistem ini adalah biaya untuk operasional dan perawatannya relatife lebih kecil karena tidak memerlukan tenaga manusia yang sering pengolahan air asam tambang. Hal ini tentu sangat efesien dalam pengolahan air asam tambang selama pasca penambangan sehingga menjadi program efesiensi oleh PT. Berau Coal. Upaya meningkatkan efektivitas rawa buatan dalam pengelolaan AAT dilakukan oleh Hedin et al. (1994) dalam sandrawati (2012) dengan menambahkan batu gamping ke dalam sistem rawa buatan yang dikenal dengan anoxic limestone drains (ALD). Pada sistem ini, air asam tambang (AAT) dialirkan pada saluran yang dilapisi oleh batu gamping sebelum dialirkan ke sistem rawa buatan. Penelitian lain dilakukan oleh Munawar (2007) adalah dengan memanfaatkan berbagai jenis bahan organik sebagai komponen dalam rawa buatan, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pemberian berbagai jenis bahan organik dapat memperbaiki kualitas AAT. Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam konstruksi rawa buatan adalah substrat padat. Selain sebagai media tumbuh, substrat padat juga merupakan media tempat kontak antara mikroorganisme pendegradasi dengan bahan pencemar. Jenis substrat padat mempengaruhi daya lalu air limbah (porositas), proses filtrasi padatan tersuspensi, dan proses adsorpsi bahan pencemar (Sim, 2003). I-3

Pada penelitian Fajrin (2006) di PT. Berau Coal membuat pilot project skala lapangan lahan basah buatan di Q8 tepatnya di Water Monitoring Point (WMP)7 site Lati Mine Operation yaitu gabungan antara dua jenis lahan basah, yakni Lahan Basah Buatan Aliran Vertikal (LBAV) dan Lahan Basah Aerobik (LBAE). Masing-masing lahan basah terdiri dari dua (2) buah kolam dengan penggunaan tanaman beberapa jenis tumbuhan air seperti Typha angustifolia mampu hidup di lingkungan terpengaruh air asam tambang dan tumbuh secara alami di daerah pasca penambangan. Namun hingga saat ini persentase efektivitas dari penggunaan tanaman air dan constructed wetland tidak menjadi perhatian. Dasar pemikiran penelitian ini adalah penggabungan dua kolam constructed wetland yang diterapkan PT. Berau Coal menjadi satu dengan surface flow up system menggunakan tanaman Tifa (Typha angustifolia). Tanaman yang mampu menyerap logam-logam yang menjadi bahan pencemar utama pada AAT (Stark et al., 1990, Sencindiver dan Bhumbla, 1998 dalam Watzlaf et al., 2004). Dengan mempertimbangakan upaya peningkatan efektifitas rawa buatan dengan penambahan anoxic limestone, material kerikil maupun substrat padat. Hasil-hasil penelitian diatas menjadi pertimbangan dan melatar belakangi penulis tertarik melakukan uji eksperimental skala pilot project dengan tujuan untuk menganalisis efektifitas Surface vertical flow constructed wetland dengan variasi debit, jumlah tanaman, dan komposisi material serta menganalisis kemampuan tanaman lokal yaitu Tifa (Typha angustifolia) dalam menurunkan logam berat (Fe & Mn) yang terkandung dalam air asam tambang sesuai dengan Peraturan daerah Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2011 tentang Baku Mutu Air dari Industri batubara. I-4

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagaimana perbandingan hasil penurunan kadar logam dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan (Peraturan Daerah Kalimantan Timur Nomor 2 tahun 2011)? 2. Bagaiamana efektifitas desain metode constructed wetland dalam mereduksi logam besi (Fe), dan logam mangan (Mn)? 3. Berapa tingkat penyerapan konsentrasi logam besi (Fe) dan mangan (Mn) pada tanaman Tifa (Typha angustifolia) dan media tanam? 4. Bagaimana pengaruh debit, jumlah tanaman, dan komposisi material terhadap kenaikan ph, penyerapan logam besi (Fe) dan mangan (Mn) melalui proses di dalam constructed wetland? C. Maksud dan Tujuan Kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum tentang desain constructed wetland yang paling efektif dalam pengelolaan air asam tambang di Site Lati Mine Operation. Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Membandingkan hasil penurunan kadar logam dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan (Peraturan Daerah Kalimantan Timur Nomor 2 tahun 2011). 2. Menganalisis efektifitas desain metode constructed wetland dalam mereduksi logam besi (Fe), logam mangan (Mn). I-5

3. Menganalisis tingkat penyerapan konsentrasi logam besi (Fe) dan mangan (Mn) pada tanaman Tifa (Typha angustifolia) dan media tanam. 4. Membandingkan pengaruh debit, jumlah tanaman, dan komposisi material terhadap kenaikan ph, penyerapan logam besi (Fe) dan mangan (Mn) melalui proses di dalam constructed wetland. D. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Ruang lingkup penelitian ini berkaitan dengan uji coba desain constructed wetland dalam menaikkan ph dan mereduksi kadar logam besi (Fe) dan mangan (Mn) di area PT. Berau Coal site Lati Mine Operation. Adapun batasan masalah yang dibahas dalam penelitian adalah : 1. Tidak membahas secara detail pengaruh dan banyaknya konsentrasi logam yang diserap pada komposisi material constructed wetland seperti pada kapur dan kerikil. 2. Tidak melakukan analisa pada bakteri, maupun mikroorganisme yang hidup di constructed wetland. 3. Tidak memghitung besarnya pengaruh lain seperti volatilisasi logam, pembentukan mikroorganisme, bakteri, beban organik. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengelolaan limbah cair khususnya dengan constructed wetland untuk menaikkan ph dan mengurangi logam-logam terlarut maupun kadar organik terlarut. I-6

2. Diharapkan project constructed wetland yang telah dibangun dapat diuji cobakan menggunakan air asam tambang dari beberapa sumber WMP (Water Monitoring Point) sebagai peningkatan dalam penggunaan passive treatment. F. Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam pembuatan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan merupakan bab pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang, tujuan dan maksud kegiatan, ruang lingkup kegiatan, waktu dan lokasi pelaksanaan, serta sistematika penulisan Bab II Tinjauan pustaka Bab ini akan dipaparkan teori-teori yang berkaitan dengan tema Penelitian. Regulasi, dasar-dasar yang digunakan dalam metode yang berkaitan pada Penelitian ini, dan penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian penulis. Bab III Metodologi Penelitian Bab ini menguraikan waktu dan tempat peneltian, metode pengumpulan data, metode analaisis data, bagan alir penelitian, dan jadwal penelitian. Bab IV Hasil dan Pembahasan, Hasil yang didapatkan berdasarkan data primer dan sekunder yang ada, berkaitan dan analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi eksisting dengan tinjauan pustaka. Bab ini berisikan hasil dan pembahasan dari penelitian Analisis Penurunan Logam Berat (Fe & Mn) pada Air Asam Tambang dengan Metode Constructed Wetland Bab V Penutup Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran dari penulis tentang hasil penelitian. I-7