BAB I PENDAHULUAN. perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya

dokumen-dokumen yang mirip
KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) PESERTA DIDIK SMA

BAB I PENDAHULUAN. program studi para siswa (Ruslan,1986:13). Tujuan dari penjurusan (Ruslan, 1986:14), yaitu

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Departemen Pendidikan Nasional. Sosialisasi KTSP

BIDANG KURIKULUM ( Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) /

PENJURUSAN SISWA. Universitas. Negeri. Padang JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN. alizamar BK UNP Padang

1. Pembukaan 3. PAPARAN BK SMAN 21 JAKARTA. 4. Sambutan kepala sman 21 jakarta 6. Lain-Lain 7. PENUTUP

PERATURAN SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Nomor : 800/ 303 /2010

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

KATA PENGANTAR. Tim Peneliti. iii

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SMA/SMK/MA atau sederajat (termasuk SRI di luar negeri) yang mempunyai NPSN dan telah mengisi PDSS dengan lengkap dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan akademik ini disusun untuk meningkatkan kualitas layanan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Pare.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DATA PEMINATAN PESERTA DIDIK KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. berbagai potensi yang ada dalam diri seseorang. Dalam proses memperoleh

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa,

PEMBUKAAN PENGANTAR KEPALA SEKOLAH AGENDA MENJELANG UNBK UJIAN PRAKTEK, USBN, UNBK DAN SNMPTN

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011. Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah,

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran. merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG PEMINATAN PADA PENDIDIKAN MENENGAH

STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM SMA PATRA MANDIRI 1 PLAJU

INFO, SHARING & STRATEGI MENUJU PTN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rambu-rambu Pengisian Mapel untuk SMA KTSP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB XII PEMINATAN PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB V TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH IBTIDAIYAH, MADRASAH TSANAWIYAH, DAN MADRASAH ALIYAH

BAB V PENUTUP 5.1 Pendahuluan 5.2 Kesimpulan Peta Kompetensi Siswa 1) Kelompok IPA

P E N U T U P BAB V. 5.1 Kesimpulan

PERATURAN AKADEMIS SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. C. Landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

I. PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat

PENGISIAN PDSS DAN PENDAFTARAN SNMPTN 2017

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 144 B. TUJUAN 144 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 144 D. UNSUR YANG TERLIBAT 144 E. REFERENSI 145 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 145

I. PENDAHULUAN. dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya memiliki kemampuan untuk memberi kesan yang baik tentang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia khususnya pembelajaran matematika harus. informasi, serta kemampuan memecahkan masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelulusan. Hal ini menyebabkan rendahnya tingkat grade nilai yang dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

JADWAL PELAJARAN KELAS X-MIPA T.P. 2017/2018

PENGISIAN PDSS DAN PENDAFTARAN SNMPTN 2017

BAB II STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN. kejadian menghasilkan ke kejadian yang lain (Kuhn, 1991 dalam; John W

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

UJIAN NASIONAL. SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008

INFORMASI PENERIMAAN MAHASISWA BARU STAIN CURUP SECARA ONLINE SPMB PTAIN TAHUN 2013 BAGIAN 1

BAB I PENDAHULUAN. kawan-kawan menjelaskan bahwa perubahan dibedakan menjadi empat lapis

PENENTUAN NILAI MATA PELAJARAN KELAS X YANG MEMPENGARUHI PENJURUSAN SISWA DI SMA MENGGUNAKAN METODE ANALISIS REGRESI LOGISTIK

Rizki Lestari F

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UJIAN NASIONAL. SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008

1. PENDAHULUAN. antara seseorang dengan sumber belajarnya. Dalam kegiatan pembelajaran,

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

PROSIDING ISBN :

Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA

DATA PEMINATAN PESERTA DIDIK KELAS X

UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

UJIAN NASIONAL (UN) UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) DAN UJIAN SEKOLAH (US)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 6 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BIODATA CALON PESERTA DIDIK SMA Negeri 1 Cianjur

I. PENDAHULUAN. proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap

BAB I PENDAHULUAN. terlihat proses perubahan ke arah yang lebih baik. Prestasi belajar merupakan hasil

INFORMASI SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI (SNMPTN) 2018

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya sesuai dengan UU RI No. 20

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 144 B. TUJUAN 144 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 144 D. UNSUR YANG TERLIBAT 145 E. REFERENSI 145 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 145

INFORMASI UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH SMA TAHUN 2016 SMA NEGERI 23 PROVINSI DKI JAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan pendidikan di sekolah diarahkan untuk memfasilitasi perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya optimalisasi potensi siswa itu antara lain dilakukan melalui sistem penjurusan. Dalam sistem penjurusan di SMA saat ini dikenal tiga program studi, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Bahasa. Penentuan penjurusan siswa pada salah satu program studi tersebut dilakukan pada akhir semester genap kelas X sedangkan pelaksanaannya dimulai pada semester ganjil kelas XI. Berdasarkan aturan penjurusan yang berlaku saat ini, ada dua kriteria utama yang menjadi acuan dasar penentuan program studi dalam penjurusan di SMA, yaitu: (1) ketuntasan nilai akademik yang dicapai siswa di kelas X pada kelompok mata pelajaran ciri khas masing-masing program studi yang dinyatakan dalam indeks prestasi program studi (IPP); dan (2) minat siswa terhadap program studi yang bersangkutan. Untuk memasuki program studi IPA, siswa harus memiliki nilai akademik tuntas pada mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan Matematika. Untuk memasuki program studi IPS, siswa harus memiliki nilai akademik tuntas pada mata pelajaran Sejarah, Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi. Sedangkan untuk memasuki program studi Bahasa, siswa harus memiliki nilai akademik tuntas pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa 1

2 Inggris. Prioritas penempatan siswa dalam suatu program studi didasarkan atas IPP terbesar. Selama IPP yang diperoleh siswa memenuhi kriteria yang disyaratkan -- minimal untuk satu program studi -- dan ada kesesuaian dengan minatnya, maka proses penempatan siswa dalam suatu program studi dapat dilakukan dengan mudah. Permasalahan mulai muncul apabila: (1) program studi yang berdasarkan IPP harus dipilih siswa tidak cocok dengan minatnya, (2) siswa tidak memenuhi persyaratan akademik untuk memasuki semua program studi karena siswa yang bersangkutan memiliki nilai tidak tuntas pada satu atau lebih mata pelajaran ciri khas setiap program studi, dan (3) siswa memenuhi persyaratan untuk masuk pada semua program studi namun setelah ditempatkan pada program studi tertentu siswa yang bersangkutan merasa tidak cocok sehingga dalam waktu sebulan sekolah harus menfasilitasi pengalihan pada program studi yang lebih memungkinkan siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang lebih baik. Dalam kondisi seperti ini, untuk memutuskan program studi apa yang seyogianya dipilih oleh siswa -- berdasarkan aturan penjurusan -- wali kelas perlu meminta pertimbangan dan masukan dari guru bimbingan dan konseling. Pelibatan guru bimbingan dan konseling dalam pengambilan keputusan penjurusan, di satu sisi merupakan peluang strategik karena akan memperkuat urgensi keberadaan guru BK di SMA dalam pengambilan keputusan penting berkenaan dengan masa depan siswa. Namun di sisi lain, hal ini merupakan tantangan yang berat karena guru BK dianggap bisa dan ahli dalam menganalisis kemampuan potensial siswa sehingga pertimbangan dan masukan yang diberikan

3 kepada wali kelas dalam memutuskan program studi yang cocok bagi setiap siswa agar betul-betul tepat. Sebagai salah satu upaya untuk memberikan masukan dalam penjurusan itu, guru BK harus memiliki alasan empirik tentang sejauhmana IPP dapat memprediksi keberhasilan belajar siswa pada tahun-tahun selanjutnya setelah penjurusan. Praktik penjurusan di SMA yang didasarkan atas IPP sebagaimana berlangsung saat ini, ternyata masih mengandung kelemahan, bahkan mendapat kritikan yang sangat tajam. Penjurusan dipandang sebagai kegiatan yang sia-sia. Dalam berbagai kesempatan, Ali (Sunarya & Akhmad, 2007) mempertanyakan, dengan praktek penjurusan seperti yang sekarang berjalan, arah pendidikan SMA masih belum jelas, apakah arahnya ke penyiapan melanjutkan studi atau menyiapkan siswa ke dunia kerja? Mestinya kalau seorang anak sudah memilih program IPA misalnya, maka dia melanjutkan ke perguruan tinggi pun ia harus memilih kelompok IPA. Kenyatannya, kebijakan yang ada adalah anak yang dari IPA boleh memilih bidang IPS atau pun sebaliknya. Kendati demikian, dalam kenyataannya siswa yang berasal dari program studi IPS dan Bahasa tidak mungkin memilih program IPA di perguruan tinggi karena kemampuan mereka dalam bidang studi ciri khas IPA jauh lebih rendah dibanding siswa program studi IPA. Akibatnya, timbul stigma negatif bahwa IPS dan Bahasa di SMA merupakan program studi tidak favorit dan kemampuan siswanya relatif kurang. Sudah barang tentu stigma seperti itu sangat keliru karena sebetulnya setiap program studi kedudukannya setara dan siswa yang cerdas maupun yang kurang mestinya ada pada program studi IPA, IPS, maupun

4 Bahasa, yang penting sesuai dengan potensinya. Selain itu, banyak ditemukan bahwa siswa yang ketika SMA memilih program IPA, di perguruan tinggi banyak yang menjadi mahasiswa kelompok IPS. Kritikan lain muncul dari para orangtua dan masyarakat pada umumnya. Penjurusan di SMA dipandang tidak menjamin keberhasilan anak di masyarakat, sehingga banyak orangtua yang kecewa. Kenyataan lain, dari hasil pemantauan peneliti di SMA Negeri 11 Bandung selama ini, diperoleh informasi bahwa kasus pindah jurusan masih banyak terjadi. Setiap tahun ada siswa yang pindah jurusan dari IPA ke IPS maupun sebaliknya. Namun yang paling banyak adalah siswa yang pindah dari IPS ke IPA mencapai 5-10% dari total jumlah siswa tingkatan kelas yang bersangkutan. Mereka yang pindah jurusan dari IPA ke IPS masih dapat dihitung dengan jari. Model penempatan siswa yang baik seyogianya memiliki daya prediktif yang tinggi terhadap keberhasilan belajar. Sehubungan itu, fenomena yang diungkapkan di atas mengindikasikan bahwa model penjurusan saat ini belum sepenuhnya memenuhi harapan berbagai pihak sehingga perlu dilakukan pengkajian secara mendalam melalui suatu penelitian. Sehubungan itu, melalui penelitian ini akan dikaji berapa besar pengaruh indeks prestasi program studi (IPP) terhadap prestasi belajar siswa pada program studi yang ditempatinya pada kelas XI, kelas XII, dan nilai ujian nasional yang mereka peroleh.

5 B. Rumusan Masalah Penelitian ini bermula dari kepenasaran peneliti selama lebih dari 20 tahun bekerja sebagai konselor di SMA Negeri 11 Bandung melakukan pengamatan terhadap hasil penjuruan dengan menggunakan IPP yang belum memenuhi harapan berbagai pihak. Hasilnya cenderung lebih banyak merekomendasikan siswa untuk ditempatkan pada program studi IPS ketimbang pada program studi IPA. Di lain pihak, para orang tua dan siswa cenderung memaksakan kehendak untuk masuk program IPA meskipun IPP-nya kurang memenuhi syarat. Tidak ayal lagi, tercipta stigma di masyarakat dan siswa sendiri bahwa program IPS di SMA merupakan program yang posisinya di bawah program IPA. Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini kajiannya dibatasi pada masalah pengaruh IPP terhadap prestasi belajar siswa pada program studi yang ditempatinya pada kelas XI, kelas XII, dan nilai ujian nasional (UN). Sehubungan itu, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini secara operasional dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut. 1) Seberapa besar pengaruh IPP terhadap prestasi belajar siswa di kelas XI SMA. 2) Seberapa besar pengaruh IPP terhadap prestasi belajar siswa di kelas XII SMA. 3) Seberapa besar pengaruh IPP terhadap prestasi belajar dalam nilai Ujian Nasional siswa SMA.

6 C. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian in ditujukan untuk mengetahui pengaruh IPP terhadap prestasi belajar siswa baik di kelas XI, kelas XII, maupun nilai rata-rata UN. Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Tersedia informasi empirik tentang pengaruh IPP terhadap prestasi belajar siswa di kelas XI SMA. 2) Tersedia informasi empirik tentang pengaruh IPP terhadap prestasi belajar siswa di kelas XII SMA. 3) Tersedia informasi empirik tentang pengaruh IPP terhadap prestasi belajar dalam nilai Ujian Nasional siswa SMA. D. Manfaat Penelitian Secara teoritik, temuan penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan keilmuan berupa verifikasi konsep tentang pengaruh IPP -- sebagai dasar penjurusan di SMA yang berlaku selama ini -- terhadap prestasi belajar pada program studi yang ditempatinya di kelas XI dan XII serta prestasi yang mereka capai dalam ujian nasional. Konsep ini selanjutnya akan diuji oleh data empirik sehingga nantinya menghasilkan dasar penjurusan yang bersifat fungsional. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai dasar perumusan paradigma alternatif dalam penjurusan di SMA yang menekankan pada kemampuan potensial alih-alih kemampuan aktual berupa IPP yang sampai kini masih kontrovesial. Bahkan tidak menutup kemungkinan memanfaatkan

7 rekam jejak keberhasilan belajar siswa sebelumnya, yakni sejak tingkat SD. Dari rekam jejak prestasi itu akan tampak ke mana arah program pendidikan yang cocok dengan potensi anak yang bersangkutan. Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1) Penelitian ini akan menguji secara empirik ketepatan IPP sebagai dasar penjurusan di SMA. Selama ini belum ada penelitian khusus berkenaan dengan hal ini. Hasil penelitian ini dapat menyajikan data hasil evaluasi efektivitas penjurusan di SMA. 2) Hasil penelitian ini juga memberikan manfaat praktik dalam rangka merumuskan kriteria tambahan dalam proses penjurusan sebagai respons dalam ketentuan penjurusan yang menyatakan bahwa satuan pendidikan dapat menambah kriteria penjurusan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan setiap satuan pendidikan. 3) Penelitian ini menghasilkan rintisan inovasi Ipteks dalam penjurusan di SMA guna mengeleminasi bias IPP yang selama ini objektivitas dan kehandalannya dalam memprediksi keberhasilan belajar siswa belum diuji secara empirik.

8 E. Asumsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada beberapa anggapan dasar berikut. 1) Dalam pendidikan perlu adanya penyesuaian antara perlakuan pembelajaran dengan bakat yang dimiliki oleh setiap orang (Jafferson dalam Hawadi, 2004). 2) Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien (Hawadi, 2004: 7). 3) Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor yang ada pada diri siswa, lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan yang lebih luas (Santrock,1998). 4) Setiap siswa memiliki kemampuan yang beragam sesuai dengan sifatnya yang unik. 5) Setiap siswa hanya akan berhasil dengan baik dalam program studi tertentu dan kurang berhasil jika ditempatkan dalam program studi lain. F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan asumsi dan permasalahan penelitian, berikut hipotesis penelitian dalam studi ini. 1) Indeks Prestasi Program berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi belajar siswa di kelas XI.

9 2) Indeks Prestasi Program berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi belajar siswa di kelas XII. 3) Indeks Prestasi Program berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi belajar dalam nilai ujian nasional. G. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif-korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Objek penelitian adalah data yang berkaitan dengan IPP dan data-data prestasi siswa tahun ajaran 2007/2008. Oleh karena data yang ingin diperoleh telah ada berupa dokumen, maka instrumen penelitian menggunakan format studi dokumentasi. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan teknik regresi dan korelasi. H. Lokasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 11 Bandung angkatan 2005/2006 dan telah lulus pada tahun ajaran 2007/2008. Untuk keperluan penelitian ini, responden penelitian dipilih secara sensus, dalam arti semua anggota populasi dijadikan anggota sampel. Dengan kata lain, metode penarikan sampel dalam penelitian ini adalah sensus.