BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan, kemampuan dan norma norma, menyediakan layanan spesifik,

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara mandiri dan mengatur sendiri kebutuhannya sehingga individu. membutuhkan orang lain (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

ASPEK SPIRITUAL DALAM KEPERAWATN Oleh: Ibrahim Rahmat, SKp.,SPd.,M.Kes.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

Ibm PELATIHAN ASUHAN SPIRITUAL BAGI PERAWAT DI RSI SITI HAJAR MATARAM TAHUN Irwan Hadi 1), Sopian Halid 2), Dian Istiana 3) STIKES YARSI Mataram

A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 220 juta jiwa dan jumlah dari tahun ke tahun terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pendidikan profesi Ners disebut juga sebagai proses

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. kiat keperawatan. Berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan asuhan keperawatan antara lain mengkaji kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan terapeutik

PARADIGMA KEBIDANAN. By: Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya berkembang dengan cepat jika menciptakan kepuasan dan kesetiaan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. seseorang terhadap pelayanan kesehatan. (Notoatmodjo,1993).

BAB I PENDAHULUAN. asuhan yang bersifat humanistik, profesional, dan holistik berdasarkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN. Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

BAB I PENDAHULUAN. Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. emosional, penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2000). Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Menurut Roper (2002) menyatakan bahwa

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. tertentu akan tetapi keperawatan adalah profesi (Potter & Perry, 2007). sejak tahun 1984 diakui sebagai suatu profesi (Nursalam, 2006).

manusia yang holistik; kedua, bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan harus secara langsung dengan memperhatikan aspek kemanusiaan;

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

Summary FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RS TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Abstrak

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp.

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN SPIRITUAL Pengertian Kebutuhan Spiritual

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayananan komunikasi terapeutik merupakan pelayanan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. maupun dirawat di rumah masing-masing biasanya memperoleh nasihat-nasihat

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu pelayanan keperawatan merupakan salah satu keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spritual yang komprehensif ditunjukan pada

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kesatuan dari aspek jasmani dan rohani serta memiliki sifat yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Spiritualitas merupakan sesuatu yang di percayai oleh seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

KONSEP DAN PERSPEKTIF KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Ns. Meilita Enggune, S.Kep.,M.Kep

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan nasional untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan. kuantitas. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan pada anak telah mengalami pergeseran dan kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasien di ruang ICU (Intensive Care Unit) adalah pasien dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek Spiritual itu sendiri pada tahun tahun awal praktek keperawatan telah menjadi sentral dari perawatan bahkan lebih dari satu abad yang lalu Florence Nightingale ditahun 1859 telah mengkobinasikan prinsip-prinsip klinik dengan komitmen spiritual pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah dilaksanakan secara berdampingan dan mengalami hubungan yang luas dimana spiritual telah menjadi konsep yang mencakup banyak aspek keberadaan manusia. (Hamid A.Y, 1999) Pentingnya agama dalam kesehatan dapat dilihat dari batasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1984 yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya. Bila sebelumnya pada tahun 1947, WHO memberikan batasan sehat hanya dari tiga aspek saja, yaitu sehat dalam arti Fisik (Organobiologik), sehat dalam arti mental (Psikologik) dan sehat dalam arti sosial ;maka sejak tahun 1984 batasan tersebut sudah ditambah dengan aspek agama (spiritual),yang oleh American Psyciatric Assosiation dikenal dengan bio -psyco-socio-spiritual. (Hawari,2002). Perawat meyakini manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena gangguan kesehatan dan penyimpangan pemenuhan kebutuhan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan secarra holistik dan unik diperlukan pendekatan yang komprehensif dan bersifat individual bagi tiap sistem klien ( Hamid A.Y, 1999).

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional mempunyai kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Perawat memandang klien sebagai makhluk bio-psikososio-kultural dan spiritual yang berespon secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat dengan klien. Perawat berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama (Hamid A.Y, 2000:3). Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa. Sedangkan kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan. (Burkhardt, 1993) Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien akan dioperasi, pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan dimana kebutuhan dasar

manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan (Asmadi, 2008:28-29). Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai yang memberikannya kekuatan, harapan dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebihan dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan sesudah hidup, adanya keputusan, menolak kegiatan ritual dan terdapat tandatanda seperti menangis, menarik diri, cemas dan marah, kemudian ditunjang dengan tandatanda fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur dan tekanan darah meningkat (Hidayat, 2006: 27). Puskesmas Nusawungu 2 Cilacap merupakan salah satu puskesmas rawat inap di Kecamatan Nusawungu. Puskesmas ini memiliki kapasitas 2 ruangan rawat inap dengan tiap ruang terdiri dari 3 tempat tidur, pasien didukung oleh 10 orang perawat dengan rincian Perawat PNS berjumlah 4 (40%), sedangkan Perawat Wiatabakti berjumlah 6 (60%). Didapatkan jumlah pasien rawat inap pada tahun 2011 adalah 409 pasien. Pasien yang menggunakan Jamkesmas 282 (63%), PHB 16 (3%) dan pasien umum sejumlah 151 (34%). Peneliti telah melakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara terhadap perawat, Salah satu perawat mengatakan : Saya kadang hanya memberi suatu dukungan rohani pada saat pasien cemas atau dalam keadaan gawat saja. Saya tahu bahwa semua pasien membutuhkan pendampingan rohani. Selain itu peneliti melakukan survey di ruang

perawatan dan menemukan data-data sebagai berikut : ketika ada pasien sedang dalam keadaan kritis, perawat lebih banyak melakukan observasi keadaan umum pasien, tidak mengajak untuk berdoa. Karena berlebihnya beban kerja Petugas Puskesmas dan dari jumlah perawat tersebut peneliti menemukan bahwa pemberian asuhan keperawatan khususnya pelayanan terhadap kebutuhan spiritual pasien masih belum memuaskan.. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pasien yang dirawat di ruang rawat inap puskesmas nusawungu 2 didapatkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien di ruangan telah dilakukan oleh beberapa perawat tetapi belum maksimal dilaksanakan sepenuhnya. Penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pemenuhan Aspek Spiritualitas Perawat dan Pelaksanaan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Rawat Inap di Puskesmas Nusawungu 2 Cilacap karena asuhan keperawatan spiritual adalah salah satu tugas seorang perawat dan ada beberapa perawat yang belum memenuhi kebutuhan spiritual kepada pasiennya. Dengan dilakukannya penelitian ini agar dapat memberikan kesadaran bagi perawat tentang pentingnya kebutuhan spiritual pada pasien sehingga diharapkan perawat berusaha untuk mengoptimalkan perannya dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual pada pasien. B. Rumusan Masalah Adapun perumusan masalahnya adalah sebagai berikut : Adakah Hubungan Pemenuhan Aspek Spiritualitas Perawat dengan Pelaksanaan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Rawat Inap di Puskesmas Nusawungu 2 Cilacap? C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum Untuk Mengetahui Hubungan Pemenuhan Aspek Spiritualitas Perawat dengan Pelaksanaan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Rawat Inap di Puskesmas Nusawungu 2 Cilacap. 2. Tujuan khusus a. Untuk Mengidentifikasi Pemenuhan Aspek Spiritualitas Perawat di Puskesmas Nusawungu 2 Cilacap b. Untuk Mengidentifikasi Pelaksanaan Kebutuhan Spiritual Pada pasien rawat Inap di Puskesmas Nusawungu 2 Cilacap D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai suatu pengalaman dan dapat mengembangkan daya fikir agar lebih peka terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi pasien terutama yang berkaitan dengan pelayanan spiritual. Selain itu juga agar meningkatkan motivasi perawat untuk lebih meningkatkan pengetahuannya sehingga dapat diterapkan dalam praktek keperawatan yang komprehensif. 2. Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi penekanan mahasiswa sehingga dimasa yang akan datang perawat tidak lagi mengabaikan kebutuhan spiritual pasien. 3. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan a. Untuk meningkatkan informasi demi pengembangan profesi keperawatan

b. Sebagai masukan bagi profesi keperawatan pada lahan penelitian terkait untuk menentukan kebijakan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan individu. 4. Bagi Klien Untuk membantu klien dalam pemulihan dan peningkatan kemampuan dirinya melalui tindakan pemenuhan kebutuhan klien secara komprehensif dan berkesinambungan. 5. Bagi Puskesmas a. Sebagai bahan kajian tingkat kebutuhan pelayanan spiritual pada pasien. b. Sebagai bahan pertimbangan untuk penyediaan sarana dan prasarana pelayanan spiritual. c. Peningkatan mutu pelayanan keperawatan komprehensif yang meliputi bio -psikososial-spiritual E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Hubungan Penerapan Aspek Spiritualitas Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien rawat Inap merupakan hal yang pertama kali dilakukan di Puskesmas Nusawungu 2 Cilacap, penelitian yang sejenis juga pernah dilakukan diantaranya : 1. Penelitian Sumiati, 2010, dengan judul Pemahaman perawat terhadap Kebutuhan Spiritual Klien Pada pasien Lansia di RSU Mardi Lestari Kabupaten Sragen.

Dengan tujuan : (1) untuk mengetahui pemahaman perawat tentang pengertian kebutuhan spiritual pada pasien lansia, (2) mengetahui tentang intervensi asuhan keperawatan spiritual yang diberikan, (3) mengetahui tentang bagaimana seharusnya memberi perlakuan terhadap lansia. Desain penelitian : Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, data diperoleh dengan cara diskusi kelompok terarah. Hasil Penelitian Sumiati, kebutuhan spiritual adalah suatu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Kebutuhan spiritual mengandung arti suatu keyakinan, pendekatan, harapan dan kepercayaan pada Tuhan serta kebutuhan untuk menjalankan agama yang dianut, kebutuhan untuk dicintai dan diampuni oleh Tuhan yang seluruhnya dimiliki dan harus dipertahankan oleh seseorang sampai kapanpun agar memperoleh pertolongan, ketenangan, keselamatan, kekuatan, penghiburan serta kesembuhan. Dalam memberikan intervensi asuhan keperawatan spiritual ternyata kurang optimal karena ada faktor penghambat. Perbedaan pelaksanaan ritual pasien lansia di rumah sakit dipengaruhi oleh faktor agama yang dianut. Perlakuan terhadap lansia ditunjukkan dalam sikap dengan dasar alasan: kesadaran diri terhadap lansia, ajaran agama dan teori Maslow. Kesimpulan penelitian dari Sumiati, adalah bahwa pemahaman perawat terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien lansia di RSU Mardi Lestari Kabupaten Sragen kurang optimal. Perawat diharapkan memperhatikan dan berusaha memenuhi kebutuhan spiritual pasien lansia agar mutu pelyanan perawatan meningkat. Persamaan : sama sama mengungkapkan kebutuhan spiritual.

Perbedaan : Peneliti menggunakan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, tempat, sampel,populasi penelitiandan variabel. 2. Penelitian Wahyuningsih, 2010, dengan judul Persepsi keluarga tentang pelayanan keperawatan spiritual pada pasien yang di rawat di ruang ICU/ICCU RSUD Kebumen. Dengan tujuan : (1) gambaran persepsi keluarga pasien tentang pelayanan keperawatan spiritual pada pasien yang di rawat di ruang ICU/ICCU RSUD Kebumen, (2) gambaran praktek pelayanan spiritual pada pasien yang dirawat di ruang ICU/ICCU RSUD Kebumen, (3) gambaran respon keluarga tentang pelayanan spiritual. Desain penelitian : Menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan survey, dengan menggunakan Random Sampling dengan jumlah 62 responden. Hasil Penelitian Wahyuningsih, Persentase gambaran persepsi pasien tentang pelayanan spiritual pada pasien yang dirawat di ruang ICU/ICCU RSUD Kebumen tertinggi sebesar 54,80%, dan terendah sebesar 4,80%. Menurut gambaran praktek pelayanan yang diberikan persentase terbesar yaitu sebesar 54,80% dan tidak ada yang menyatakan kurang tentang pelayanan yang diberikan. Menurut gambaran respon keluarga tentang pelayanan keperawatan spiritual 33 responden memberikan jawaban tertinggi pada jawaban yang cukup memuaskan. Kesimpulan penelitian Wahyuningsih, RSUD Kebumen khususnya diruang ICU/ICCU telah melaksanakan keperawatan spiritual dengan hsil sudah cukup memuaskan dalam memberikan pelayanannya.

Persamaan : pada jenis penelitian sama sama menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Perbedaan : tempat, sampel,populasi penelitian dan variabel