Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang

dokumen-dokumen yang mirip
Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-92

Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-179

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah

Konsep Panopticon dan Persepsi Ruang pada Rumah Bina Nusa Barong

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

Redesain Kawasan Akuatik Kebun Binatang Surabaya Berbasis Isu Sirkulasi

Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan

Penerapan Konsep Tumpang Tindih Pada Rancangan Pasar Ikan Mayangan

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-66

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

Meningkatkan Eksistensi Kampung melalui Arsitektur sebagai Tantangan Modernisasi Kota Surabaya

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Responsive Environment Sebagai Acuan Desain Terhadap Kebutuhan Anak Autis

Perancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera

BAB I PENDAHULUAN. a. Strategi/ Pendekatan Perancangan. Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

Desain Hunian Terapung di Jakarta Utara

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

Fasilitas Wisata Kuliner di Pantai Losari Makassar

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG BAB VI HASIL PERANCANGAN

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) 1

International Fash on Institute di Jakarta

Metafora Akselerasi dalam Objek Rancang Sirkuit Balap Drag Nasional

Fasilitas Wisata Edukasi Anjing Kintamani di Kintamani, Bali

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

Penerapan Metafora Paramadiwa pada Perancangan Pusat Kesenian Jawa Timur Paramadiwa Surabaya

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print)

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

HOTEL RESORT DI CIHIDEUNG LEMBANG - JAWA BARAT

Merancang Kampung Binaan bagi Pemulung TPA Njawar Benowo dengan Tema Bangkit

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

FASILITAS PECINTA SEPEDA DI SURABAYA

Hunian Vertikal Sewa dengan Konsep Eko-modular Arsitektur

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Analisis Alokasi Biaya Tetap Pada Penetapan Harga Pokok Unit Hunian di Tower 2 dan Tower 3 Apartemen Tamansari Prospero, Sidoarjo, Jawa Timur

BAB V HASIL RANCANGAN

Pengembangan RS Harum

DESAIN WISATA EDUKASI BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SURABAYA

Fasilitas Wisata Kuliner di Surabaya

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI DESAIN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

KONSEP: KONTRADIKSI SPONTAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

Perancangan Environmental Graphic Design Kebun Binatang Surabaya dengan Konsep Uniquely Playful

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan


PENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG

Fasilitas Rekreasi Olahraga Keluarga di Surabaya

Konsep Defamiliarisasi pada Desain Museum Tambang Pasir Sungai Brantas

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Universitas Sumatera Utara

Perancangan Destination Spa Mandalika sebagai Objek Wisata yang Paling Diminati

BAB V: KONSEP PERENCANAAN

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-18 Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang Gracia Etna Criestensia dan Hari Purnomo Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: hari-poeng@arch.its.ac.id Abstrak Dalam hidup ini setiap manusia memiliki kodrat yang sama, baik kaya miskin, tua muda, sehat sakit, terpelajar atau tidak, dan lain sebagainya. Manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam lingkungan sosialnya dan secara naluriah setiap manusia memiliki keinginan untuk turut ambil bagian dalam lingkungan tersebut. Tetapi seiring berjalannya waktu manusia mulai terpisah-pisah, mereka mulai menciptakan gap-gap yang tidak kasat mata yang sebenarnya itu hanya hasil pemikiran mereka tanpa tahu fakta atau kebenarannya dan parahnya terkadang pemikiran yang salah tersebut dibawa secara turun temurun dan berubah menjadi stigma. Banyak kelompok-kelompok masyarakat atau komunitas yang akhirnya dirugikan karena mendapat stigma negatif dari masyarakat sekitarnya, secara tidak sadar hak mereka tidak diperhatikan dan kewajiban mereka diabaikan. Banyak dari kelompok masyarakat ini yang mulai terisolir dan tidak diterima oleh orang-orang disekitarnya, salah satunya adalah mantan penderita kusta. Tempat atau penampungan yang disediakan bagi mereka malah sebagian besar membuat mereka semakin terisolir dan menguatkan stigma negatif tersebut, sehingga tidak hanya orangnya saja tetapi tempat hidup mereka juga mendapat dampak dari stigma negatif tersebut. Padahal untuk menghapus stigma ini diperlukan adanya pengenalan yang benar, dan pengenalan didapat dari bergaul serta menjalani aktifitas bersama. Pemilihan tema ruang rehumanisasi diambil dari arti rehumanisasi itu sendiri, yaitu proses memanusiakan manusia kembali, karena sebenarnya yang dibutuhkan oleh orang-orang terpinggirkan, dalam kasus ini mantan penderita kusta bukan hanya penyembuhan secara fisik tetapi yang lebih utama adalah penyembuhan secara mental guna membangkitkan kepercayaan diri mereka kembali untuk berbaur dalam masyarakat luas. Kata Kunci kusta, pembauran, ruang rehumanisasi, ruang publik, stigma. D I. PENDAHULUAN ALAM perancangan ini yang menjadi fokus perancang adalah komunitas mantan penderita kusta, dimana menurut perancang yang menjadi kebutuhan mereka bukan hanya kebutuhan fisik, tempat tinggal, maupun bantuan materi tetapi lebih ke perasaan diterima dan dihargai kembali baik oleh anggota keluarga maupun masyarakat di sekitarnya. Untuk menjawab permasalahan tersebut perancang memandang bahwa rancangan yang sesuai adalah tempat pemberdayaan dimana para mantan penderita kusta dilatih dan ditambah keterampilannya sehingga siap kembali ke masyarakat luas serta tempat pembauran dimana mantanpenderita kusta dipertemukan dengan masyarakat luar. Tempat pembauran ini memiliki tujuan untuk menciptakan komunikasi yang aktif antara mantan penderita kusta dengan masyarakat luar, sehingga masyarakat luar mendapat edukasi yang benar dan langsung tentang kehidupan mereka serta penyakit kusta. Melalui rancangan ini diharapkan dapat menghapus sedikit demi sedikit stigma buruk tentang kusta dan penderitanya yang konon katanya merupakan penyakit kutukan, mematikan, mudah menular dan tidak bisa disembuhkan. Proses pembauran yang ingin diciptakan dalam rancangan ini adalah proses yang tanpa sengaja menarik orang luar untuk masuk ke dalam, proses yang alami dan tanpa paksaan. II. METODA PERANCANGAN Metoda desain yang digunakan dalam perancangan ini adalah Arsitektur Narasi. Narasi sendiri merupakan salah satu jenis pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan yang rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan akhir. Metode arsitektur narasi merupakan salah satu metode yang potensial dalam menciptakan suatu desain yang menimbulkan kesan mendalam bagi penggunanya. Arsitektur Narasi mendukung terjadinya Pemaknaan melalui pengalaman dalam arsitektur Menurut Nigel Coates arsitektur narasi berusaha mengikutsertakan kebiasaan manusia dalam proses desain, sehingga pengguna merasakan pengalaman tersendiri dan masuk dalam cerita dalam desain. Sesuai dengan definisi aslinya yaitu cerita, arsitek disini berperan sebagai narator. Dengan metode ini pengguna pada akhirnya akan menyadari bahwa mereka digiring dalam suatu alur. Dalam arsitektur, alur ini berupa pengalaman akan ruang dan waktu. Sehingga Arsitektur Narasi bisa dirasakan secara eksplisit melalui elemen-elemen arsitektural serta even yang terjadi di dalamnya. Dalam obyek rancang ini yang digunakan adalah salah satu jenis Arsitektur Narasi, yaitu sequence narrative dimana pengguna bisa menikmati alur dari desain tetapi bebas mengeksplor dari ruang satu ke ruang lain sehingga memiliki

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-19 Gambar 1. Tampak Utara Gambar 5. Perspektif Bird Eye View Gambar 6. Suasana obyek dari depan Gambar 2. Siteplan Gambar 7. Pemandangan dari plaza, didominasi dinding- dinding massif Gambar 8. Suasana bengkel kerja dari area taman Gambar 3. Diagram Pendekatan Gambar 4. Rancangan yang berkontur pengalaman yang berbeda tetapi dengan alur yang sama karena setiap ruang memiliki keterkaitan cerita satu dengan lainnya. Dalam desain ini diharapkan setiap pengguna merasakan pengalaman secara pribadi dengan mengikuti alur yang ada dalam obyek rancang. Pengguna menerjemahkan sendiri pergerakannya dan mengambil maknanya.

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-20 Gambar 9. Suasana taman baca Gambar 14. Dinding massif berbentuk lorong untuk menciptakan suasana hening di area masuk rumah singgah Gambar 10. Pengunjung melakukan perjalanan didalam taman yang berkontur Gambar 15. Suasana di dalam green house, semua ruang memiliki pemandangan ke area outdoor Gambar 11. Suasana di taman refleksi Gambar 17. Suasana kebun sayur dan area rumah singgah Gambar 12. Elemen arsitektural yang bisa didefinisikan sebagai beberapa fungsi, seperti ventilasi dengan area duduk Gambar 13. Area kebun tanaman gantung III. HASIL DAN EKSPLORASI Konsep ruang rehumanisasi dengan tujuan pembauran antara mantan penderita kusta dan masyarakat luar dihadirkan melalui sebuah ruang publik. Ruang publik ini terdiri dari beberapa kelompok bangunan dan ruang terbuka, dimana luasan ruang terbuka lebih besar dari ruang terbangun. Dalam proses pembauran perancang mengutamakan adanya aktivitas interaksi yang aktif antara penghuni dengan pengunjung. Melalui interaksi tersebut mereka bisa saling mengenal, belajar, dan melakukan aktivitas bersama. Ruang rehumanisasi dihadirkan dengan pembagian ke dalam beberapa zona, yaitu Zona Interaksi, Zona Pemberdayaan, dan Zona Recovery (Gambar 2). Tapak memiliki konsep berkontur (Gambar 3), dengan zona 1 yang terdiri dari area parkir, taman bermain, taman baca, taman refleksi, plaza dan amphitheatre sebagai ruang selamat datang bagi pengunjung. Konsepnya adalah memberi kesan pertama bagi masyarakat luar bahwa kawasan tersebut bukan merupakan kawasan bagi penderita kusta, tetapi kawasan yang menarik dan siapapun bisa mengunjunginya.

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-21 Selanjutnya pengunjung yang sudah mulai memiliki sudut pandang positif dibawa menuju zona 2 dimana terdapat balai penyuluhan, kantor Dinas Sosial, dan rumah singgah bagi mantan penderita kusta. Disini pengunjung dibawa kepada pemikiran bahwa mantan penderita kusta tidak berbahaya dan semenakutkan seperti yang mereka kira. Kemudian terdapat zona 3 dimana terdapat fasilitas penyembuhan bagi penderita kusta tahap awal. Zona ini dibuat lebih rendah daripada zona 1 dan 2 karena bersifat private dan tidak sembarang orang boleh mengunjungi fasilitas ini. Ketiga zona ini tidak dibedakan dengan pembatas massif melainkan dengan perbedaan kontur, agar tercipta kesan keterbukaan, dan para penghuni tidak merasa terisolir. Lahan rancangan memiliki bentuk memanjang sehingga sesuai dengan sequence narrative. Cerita bermula ketika pengunjung masuk ke dalam site rancangan, mereka akan masuk ke dalam zona pertama, yaitu Zona Interaksi. Yang pertama kali ditemui oleh pengunjung adalah fasilitas minimarket di lantai satu dan café di lantai dua (Gambar 7). Fasilitas ini dihadirkan sebagai penangkap awal perhatian dari pengunjung, karena fasilitas-fasilitas tersebut menyediakan kebutuhan sehari-hari dan cukup familiar bagi masyarakat di era modern ini. Sehingga walaupun belum mengetahui Ruang Rehumanisai ini sebelumnya, orang luar tanpa sengaja atau tanpa paksaan bisa masuk ke dalam fasilitas ini. Hal ini juga memiliki tujuan merubah pandangan masyarakat awam tentang fasilitas pemberdayaan mantan kusta yang pada umumnya berbentuk bangunan-bangunan massif dan terisolir. Walaupun masuk ke dalam ruangan, pengunjung masih bisa melihat ruang luar karena minimarket dan café didesain dengan dinding yang transparan, sehingga pengunjung bisa melihat bahwa di area selanjutnya terdapat taman dan beberapa ruang terbuka. Kemudian pengunjung dibawa menuju taman bermain, dimana disini pengunjung atau anak-anak di sekitar site bisa memanfaatkan permainan yang ada. Selanjutnya pengunjung dibawa menuju taman baca. Taman Baca ini menyediakan tempat untuk singgahnya mobil perpustakaan keliling. Di taman baca ini area baca didesain menyatu dengan lanskap, sehingga pengunjung bisa menentukan aktivitasnya sendiri, seperti membaca dengan duduk, tiduran, berdiri, bersandar, dan lain-lain. Di area ini pengunjung juga bisa melihat bengkel kerja, dimana mantan penderita kusta dilatih dan dikembangkan keterampilannya dalam memproduksi konveksi berbahan batik. Penderita kusta dilatih dan dikembangkan keterampilannya dalam memproduksi konveksi berbahan batik. Selanjutnya pengunjung dibawa menuju taman refleksi dimana terdapat jalur refleksi dan alatalat olahraga outdoor. Taman ini bisa dimanfaatkan oleh pengunjung, warga sekitar, maupun mantan penderita kusta. Disini interaksi antara pengunjung dan penghuni mulai bersifat aktif dan ditingkatkan. Cerita berlanjut dimana pengunjung dibawa ke fasilitas utama Ruang Rehumanisasi, yaitu wisata agrikultur. Wisata Agrikultur dipilih sebagai aktifitas utama karena pada kondisi existing, mantan penderita kusta sehari-hari telah mendapat pelatihan dan melakukan aktifitas bercocok tanam dari Lingkungan Pondok Sosial. Selain itu wisata agrikultur juga dipilih sebagai sarana wisata yang baru dan menyegarkan bagi lingkungan site yang cukup panas, padat penduduk dan banyak polusi. Taman refleksi dan kebun agrikultur memiliki ketinggian yang berbeda dari taman sebelumnya dan terletak di level 2, dimana level 1 dimanfaatkan sebagai ruang balai pelatihan bagi penghuni dan pengunjung, ruang kantor pengelola, serta rumah singgah bagi mantan penderita kusta yang single. Wisata Agrikultur terdiri dari kebun tanaman gantung, umbiumbian, dan greenhouse. Disini pengunjung bisa melakukan aktifitas bercocok tanam bersama dan belajar dengan para mantan penderita kusta secara langsung. Di fasilitas ini didorong terjadinya interaksi yang akrab dan menyenangkan sehingga stigma negatif tentang kusta bisa sedikit demi sedikit terhapuskan. Selanjutnya pengunjung dibawa ke kebun terasering dan kolam ikan. Kebun dan kolam didesain berundak-undak sehingga pengunjung tidak bosan dan menikmati alur ruang yang cukup panjang. Setiap taman dan kebun di Ruang Rehumanisasi ini didesain dengan ketinggian yang berbeda antara 0,9 1,2 meter. Dengan ketinggian ini pengunjung sudah bisa merasakan keruangan di area tersebut tetapi mereka masih bisa melihat ruang di level selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk mendorong keingintahuan pengunjung untuk mengunjungi semua fasilitas yang ada dan tidak merasa bosan. Kemudian pengunjung dibawa turun ke level 1 dimana terdapat kebun sayur dan tempat penjualan bibit, hasil kebun, dan oleh-oleh. Di zona ini juga terdapat rumah singgah bagi mantan penderita kusta yang telah berkeluarga. Kebun sayur dan kios ini dikelola oleh mantan penderita kusta pula. Disini pengunjung juga bisa berinteraksi aktif dengan penghuni sehingga mereka bisa tahu bagaimana penyakit kusta itu dan mengerti bahwa sesungguhnya mantan penderita kusta sudah tidak membawa penyakit kusta dan tidak menular. Sehingga mereka antara pengunjung dan penghuni bisa berinteraksi dan bergaul dengan aman. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Permasalahan yang timbul karena stigma negatif terhadap suatu kelompok manusia tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengekang dan memisahkan kelompok tersebut dari masyarakat normal lainnya. Hal tersebut hanya akan menambah permasalahan baru lainnya. Yang diperlukan hanya bertemu, saling mengenal, dan saling mengerti satu sama lain, permasalahan serta kehidupan satu sama lain. Dengan pandangan serta pemikiran yang sudah benar, maka stigma tersebut akan

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-22 hilang dengan sendirinya. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, segenap keluarga, dan teman-teman penulis. Penulis menyampaikan terima kasih atas doa, kerjasama dan bantuannya, yang telah diberikan selama proses menyelesaikan Tugas Akhir dan jurnal ilmiah dengan baik. DAFTAR PUSTAKA [1] C. Nigel, Narrative Architecture (Book style). John Wiley & Sons Ltd (2012) 1-179. [2] A. Yoshinobu. 1983. Merancang Ruang Luar. Diterjemahkan oleh: Ir. Sugeng Gunadi, MLA