PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. 447 n= = 106 orang (0,085)². N n = N

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENYULUH PERTANIAN DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KAKAO DI KOTA PALOPO

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia terletak pada pembangunan bidang ekonomi

Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman JURNAL EKONOMI PEMBANGUNAN ISSN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA PENYULUH PERTANIAN DAN DAMPAKNYA PADA KOMPETENSI PETANI KAKAO DI EMPAT WILAYAH SULAWESI SELATAN SAPAR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan jasa pendidikan bagi peserta didik sebagai pelanggannya.

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi. menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kumpulan resources yang tidak berguna. Selain itu, sumber daya manusia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang mempunyai peranan penting

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 21 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG

Manual Mutu Sumber Daya Manusia Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.10

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. arti penting pertanian, perikanan dan kehutanan secara proporsional dan

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KINERJA PENYULUH PERTANIAN DAN DAMPAKNYA PADA KOMPETENSI PETANI KAKAO DI EMPAT WILAYAH SULAWESI SELATAN

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir

METODE PENELITIAN. = λ 14 X 2 + δ. X2.6 = λ 15 X 2 + δ 15

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 177 UU No. 34 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa pemerintah daerah dapat

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pemerintahan, hal ini terlihat dari kenyataan bahwa walaupun

BAB I PENDAHULUAN. diubah dengan Undang Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Kajian tentang Efektivitas Pemberian Insentif bagi Guru Daerah Terpencil di Kabupaten Banjar

Renstra BKP5K Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kurikulum, silabus dan RPP merupakan satu rangkaian yang tak

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

V. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seorang pemimpin harus dapat memberikan pengaruh yang besar dan

SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajad Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh IFAH KIRANA RUSMAN A

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. raga yang tidak dapat dipisahkan, dalam hal ini kemampuan tanpa motivasi belum

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

Kebijakan Umum Dekan

PERAT URAN DAERAH K ABUP AT EN BAT ANG NOMOR

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Kinerja penyuluh pertanian yang baik merupakan dambaan setiap stakeholder pertanian. Petani yang terbelenggu kemiskinan merupakan ciri bahwa penyuluhan pertanian masih perlu untuk terus meningkatkan perannya dalam rangka membantu petani memecahkan masalah mereka sendiri terutama dalam aspek usahatani. Penyuluhan pertanian adalah pendidikan nonformal bagi petani dan keluarganya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan titik fokus pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam berusahatani. Kondisi penyuluhan pertanian yang terus mengalami perubahan baik sejak pemerintahan orde lama, orde baru sampai orde reformasi turut memengaruhi citra penyuluhan pertanian. Pada masa orde baru penyuluhan pertanian dicitrakan sebagai alat pemerintah dalam membantu pemerintah menciptakan swasembada pangan dengan pendekatan peningkatan produksi usahatani. Penyuluhan pertanian sangat diperhatikan dan dinilai sukses mengantarkan swasembada pangan. Pada masa orde reformasi, penyuluhan pertanian mengalami masa yang suram terutama dengan perubahan kelembagaan penyuluhan dengan keluarnya undang-undang otonomi daerah yang secara langsung berdampak pada kinerja penyuluh pertanian. Undang-Undang No. 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan meneguhkan bahwa penyuluh pertanian mempunyai peran strategis untuk memajukan pertanian di Indonesia. Pemerintah wajib menyelenggarakan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan. Kinerja penyuluh pertanian dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu karakteristik, psikologis dan organisasi penyuluh. Karakteristik penyuluh diklasifikasikan dalam kemampuan dan keterampilan, latar belakang pribadi dan demografis. Psikologis penyuluh dirumuskan dalam persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Organisasi penyuluh dikelompokkan dalam sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. 1

2 Kinerja penyuluh pertanian ditentukan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh organisasi penyuluhan pertanian dengan batasan waktu yang telah ditentukan. Kinerja penyuluh pertanian didasarkan pada tugas pokok dan fungsinya yang diuraikan secara komprehensif pada uraian macam-macam tugas. Kinerja penyuluh pertanian dilihat pada aspek persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan, pengembangan penyuluhan pertanian dan pengembangan profesi penyuluh pertanian. Aspek berikutnya adalah kepemimpinan, komunikasi, kemitraan usaha dan diseminasi teknologi serta penguasaan terhadap bidang teknis keahlian. Kinerja penyuluh pertanian pada aspek persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan merupakan rangkaian sistematis dan terstruktur dalam alur tak terpisahkan. Programa penyuluhan pertanian berlandaskan pada analisis kebutuhan petani dan kondisi khalayak sasaran saat ini serta kondisi khalayak sasaran yang akan diwujudkan. Programa penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran antara petani dengan penyuluh yang dimulai dengan proses sharing informasi dan keterlibatan aktif petani pada perencanaan yaitu mengidentifikasi potensi wilayah, agroekosistem dan kebutuhan teknologi. Aspek berikutnya adalah materi dan metode yang dipilih dalam melakukan penyuluhan pertanian. Materi dan metode adalah substansi dalam penyuluhan yang dikondisikan pada kebutuhan petani. Tujuan akhir penyuluhan pertanian ditentukan oleh materi dan metode yang dilakukan penyuluh pertanian. Materi adalah objek yang disuluhkan sedangkan metode adalah cara menyampaikan objek tersebut. Parameter berikutnya adalah pelaporan dan evaluasi penyuluhan. Pelaporan dan evaluasi dikategorikan dalam dua aspek yaitu pelaporan dari hasil penyuluhan dan evaluasi dampak penyuluhan pertanian. Pelaporan dan evaluasi sebagai introspeksi diri penyuluh pertanian tentang target yang belum dicapai dan perlu diperbaiki. Aspek berikutnya adalah pengembangan penyuluhan pertanian dan profesi penyuluh. Penyuluh mempelajari pedoman dan petunjuk pelaksanaan penyuluhan pertanian serta metode atau sistem kerja penyuluhan pertanian. Penyuluh pertanian menambah input berupa pengetahuan ilmu-ilmu penyuluhan terkini

3 melalui pelatihan dan seminar, membuat karya tulis atau karya ilmiah dan membeli buku-buku penyuluhan. Penyuluh yang berhasil adalah penyuluh yang mampu merancang dan melaksanakan program pembelajaran, materi dan metodenya sesuai dengan kondisi dan karakteristik petani. Penyuluh pertanian harus mampu pada aspek kepemimpinan, komunikasi, diseminasi teknologi dan bidang teknis yang akan disuluhkan. Akhirnya disimpulkan bahwa persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan, pengembangan penyuluhan dan profesi penyuluh, kepemimpinan, komunikasi, kemitraan usaha, diseminasi teknologi serta penguasaan bidang teknis keahlian merupakan kegiatan pokok yang dilakukan penyuluh pertanian dan parameter mengukur kinerja seorang penyuluh pertanian. Masalah Penelitian Pembangunan pertanian berhasil apabila petaninya sejahtera dan mandiri. Petani sejahtera dan mandiri adalah petani yang mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai manusia merdeka, mampu mengakses pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Petani sejahtera dan mandiri adalah petani yang selalu mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam berusahatani. Kompetensi berusahatani adalah salah satu hal yang dapat dijadikan prioritas bagi penyuluh dalam merancang program pembelajaran yang disuluhkan pada petani. Sebagai pendidik dan pemberi semangat, penyuluh harus fokus pada mendidik petani mengembangkan manajemen usahataninya sehingga petani terinspirasi untuk terus melakukan proses pembelajaran. Penyuluh pertanian yang berkinerja baik adalah dambaan bagi petani. Penyuluh yang berkinerja baik dilihat pada petani yang mampu memecahkan masalahnya. Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam usahatani ditentukan oleh kualitas kerja penyuluh pertanian dalam membantu petani.

4 Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: (1) Faktor-faktor individu penyuluh pertanian apa yang memengaruhi kinerja mereka? (2) Berapa besar hubungan antara faktor-faktor individu penyuluh pertanian terhadap kinerja mereka? (3) Seberapa besar dampak kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua kelompok tani terhadap kompetensi petani kakao? Tujuan Penelitian Kinerja penyuluh pertanian yang prima ditunjang berbagai unsur. Unsurunsur tersebut bersumber dalam diri dan luar diri penyuluh pertanian. Penjelasan ilmiah terhadap berbagai macam unsur tersebut sangat diperlukan. Berpedoman pada permasalahan yang dihadapi penyuluh pertanian, maka penyuluh pertanian diharapkan mampu mengatasi permasalahan tersebut, selain itu organisasi tempat penyuluh bekerja harus mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan untuk beraktivitas bagi para penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian dan organisasi penyuluh pertanian merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa berdiri sendiri. Keduanya mempunyai peran sentral dalam pembangunan pertanian. Kinerja penyuluh pertanian dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal adalah kompetensi, motivasi, kemandirian dan karakteristik penyuluh. Untuk mendorong petani agar mampu berusahatani dengan baik maka dibutuhkan penyuluh-penyuluh yang mempunyai dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Dedikasi yang tinggi hanya bisa diharapkan dari penyuluh-penyuluh yang memiliki kompetensi yang tinggi pula, selain itu diperlukan motivasi yang tinggi untuk mendidik petani dan mempunyai kemandirian.

5 Berpedoman pada masalah-masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Menjelaskan faktor-faktor individu penyuluh pertanian yang memengaruhi kinerja mereka. (2) Menjelaskan hubungan faktor-faktor individu penyuluh pertanian terhadap kinerja mereka. (3) Menjelaskan dampak kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua kelompok tani terhadap kompetensi petani kakao di empat wilayah Sulawesi Selatan. Kegunaan Penelitian Penelitian tentang kinerja penyuluh pertanian harus ditransformasikan kepada seluruh stakeholder pertanian. Sosialisasi hasil penelitian diharapkan memengaruhi para pengambil kebijakan agar dijadikan masukan utuk sumberdaya manusia penyuluhan ke depan. Penyuluh pertanian harus mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan arus informasi dan teknologi yang semakin pesat. Fokus kegiatan penyuluhan akan bergeser pada kegiatan tatap muka ke penggunaan teknologi komunikasi yang mengandalkan audio visual. Programprogram pembelajaran penyuluhan mengandalkan teknologi komunikasi, sehingga para petani dapat belajar usahatani dengan jarak jauh tanpa didampingi secara langsung oleh penyuluh. Kinerja penyuluh pertanian yang prima diharapkan mampu membantu seluruh stakeholder pertanian di Sulawesi Selatan. Secara rinci kegunaan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Kegunaan Praktis (a) Memberikan gambaran bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan sistem manajemen kinerja penyuluh pertanian yang dapat dipertanggungjawabkan. (b) Memberikan bahan penyempurnaan kebijaksanaan dalam pembinaan dan pengembangan karir penyuluh yang sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah setempat dan lingkungan kerjanya dalam upaya meningkatkan kinerja penyuluh pertanian.

6 (2) Kegunaan Akademis (a) Memperluas dan memperbanyak khazanah ilmiah keilmuan penyuluhan pertanian khususnya dalam bidang manajemen dan administrasi penyuluhan yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan kebijakan pengembangan sumberdaya manusia penyuluh. (b) Menjadikan pendorong bagi studi lebih lanjut untuk mengembangkan model peningkatan kinerja penyuluh dalam cakupan yang lebih luas. Definisi Istilah Beberapa istilah perlu didefinisikan secara khusus untuk menghindari kesalahan penafsiran dan ketidaktepatan dalam memahami setiap istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, definisi istilah sekaligus merupakan koridor yang dapat mengarahkan pembahasan secara tepat sesuai dengan tujuan penelitian. Istilah-istilah yang perlu didefinisikan adalah sebagai berikut: 1. Penyuluh pertanian adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan penyuluhan. 2. Petani kakao adalah individu masyarakat yang menjadikan usaha budidaya kakao sebagai mata pencaharian pokok. 3. Umur penyuluh adalah lamanya waktu hidup penyuluh dalam satuan tahun yang dihitung sejak lahir hingga penelitian ini dilakukan. 4. Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh penyuluh, dihitung dalam satuan tahun berdasarkan jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. 5. Pelatihan adalah proses belajar yang pernah diikuti penyuluh berupa pelatihan yang relevan dengan pekerjaan sebagai penyuluh pertanian, dihitung dalam satuan jam. 6. Masa kerja adalah lamanya penyuluh menjalankan pekerjaannya sebagai penyuluh, diukur dengan skala rasio. 7. Lokasi tugas adalah banyaknya kilometer dari jarak lokasi tugas dengan tempat tinggal penyuluh, diukur dengan skala rasio.

7 8. Luas wilayah kerja adalah banyaknya desa yang menjadi binaan penyuluh, diukur dengan skala rasio. 9. Jumlah petani binaan adalah banyaknya petani kakao yang dibina penyuluh, diukur dengan skala rasio. 10. Interaksi dengan petani adalah banyaknya pertemuan penyuluhan dengan petani dan kelompok tani dalam sebulan, diukur dengan skala rasio. 11. Keberhasilan penyuluh adalah penilaian penyuluh terhadap dorongan untuk berprestasi, pekerjaan yang menantang, sikap positif dan berani mengambil resiko. 12. Pengembangan diri penyuluh adalah penilaian penyuluh terhadap kesempatan pengembangan karir seperti pelatihan, pendidikan, seminar serta kesempatan untuk promosi atau naik pangkat. 13. Kewenangan dan tanggungjawab penyuluh adalah penilaian penyuluh terhadap tinggi rendahnya wewenang yang dimiliki penyuluh dan besarkecilnya tanggungjawab penyuluh untuk membuat keputusan dalam pekerjaannya. 14. Persepsi terhadap makna pekerjaan adalah persepsi penyuluh terhadap variasi keterampilan, kejelasan tugas dan dampak tugas terhadap masyarakat. 15. Pegakuan dan penghargaan penyuluh adalah penilaian penyuluh terhadap tingkat pengakuan atas prestasi, insentif pada pekerjaan yang memenuhi target, pengakuan dan penghargaan non finansial. 16. Gaji penyuluh adalah penilaian penyuluh terhadap pentingnya gaji sebagai imbalan sesuai dengan jabatan dan kepangkatannya. 17. Administrasi dan kebijakan organisasi penyuluh adalah penilaian penyuluh terhadap efektifitas manajemen organisasi termasuk didalamnya komunikasi, organisasi kerja, kebijakan, prosedur kerja. 18. Pembinaan penyuluh adalah penilaian penyuluh terhadap efektivitas pembina (keahlian manajemen, pengetahuan, kesuksesan dan kemampuan memecahkan masalah) dan hubungan interpersonal yaitu baik buruk hubungan dengan pengawasnya.

8 19. Kondisi kerja penyuluh adalah penilaian penyuluh terhadap kondisi fisik lingkungan kerja termasuk kecukupan dan kemudahan akses terhadap sarana prasarana kerja (transportasi, komunikasi, teknologi pertanian). 20. Kompetensi penyuluh pertanian adalah kemampuan yang dimiliki dalam mendukung pekerjaannya sebagai penyuluh pertanian yang terdiri atas sepuluh kemampuan, yaitu: (1) kemampuan merencanakan penyuluhan, (2) kemampuan melaksanakan penyuluhan, (3) kemampuan mengevaluasi dan melaporkan penyuluhan, (4) kemampuan mengembangkan penyuluhan, (5) kemampuan mengembangkan profesi penyuluh, (6) kemampuan kepemimpinan penyuluh pertanian, (7) kemampuan diseminasi teknologi, (8) kemampuan komunikasi penyuluh, (9) kemampuan dalam kemitraan usaha, dan (10) kemampuan teknis budidaya kakao. 21. Motivasi penyuluh pertanian adalah hal-hal atau motif yang mendorong penyuluh pertanian untuk melakukan fungsi dan perannya sebagai penyuluh pertanian, yaitu: (1) kebutuhan untuk berprestasi, (2) kebutuhan untuk memperoleh kekuasaan, dan (3) kebutuhan untuk afiliasi. 22. Kemandirian penyuluh pertanian adalah sikap mampu mengandalkan diri sendiri sehingga dapat bekerjasama dengan siapapun berdasarkan prinsip kesejajaran dan keadilan tanpa bergantung pada pihak lain dalam melakukan penyuluhan, yaitu: (1) kemandirian ekonomi, (2) kemandirian intelektual, (3) kemandirian emosional dan (4) kemandirian sosial. 23. Kinerja penyuluh pertanian adalah unjuk kerja yang dihasilkan oleh penyuluh pertanian berdasarkan fungsi dan perannya, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) evaluasi dan pelaporan, (4) pengembangan penyuluhan pertanian, (5) pengembangan profesi penyuluh pertanian, (6) kepemimpinan, (7) diseminasi teknologi, (8) komunikasi, (9) kemitraan usaha dan (10) teknis budidaya kakao. 24. Kompetensi ketua kelompok tani adalah kemampuan yang dimiliki ketua kelompok tani dalam membimbing anggotanya dalam kelompok tani, yaitu: (1) kemampuan merencanakan penyuluhan, (2) kemampuan melaksanakan penyuluhan, (3) kemampuan mengevaluasi dan melaporkan

9 penyuluhan, (4) kepemimpinan ketua kelompok tani, (5) kemampuan diseminasi teknologi, (6) kemampuan komunikasi ketua kelompok tani, (7) kemampuan kemitraan usaha, (8) kemampuan berpartisipasi dalam penyuluhan dan kelompok tani, (9) kemampuan merencanakan usaha, (10) kemampuan mengorganisasikan dan memasarkan hasil, (11) kemampuan keuangan, (12) kemampuan membentuk kelembagaan ekonomi, (13) kemampuan mengakses pupuk, herbisida dan insektisida serta (14) kemampuan mengembangkan kelompok. 25. Kompetensi petani kakao adalah kemampuan yang dimiliki petani kakao dalam menjalankan usahatani kakao, yaitu: (1) kompetensi berusahatani kakao, (2) kemampuan berpartisipasi dalam penyuluhan dan kelompok tani, (3) kemampuan merencanakan usaha (planning), (4) kemampuan mengorganisir dan memasarkan hasil (marketing), (5) kemampuan keuangan (financial), (6) kemampuan berkomunikasi dan memotivasi, (7) kemampuan membentuk kelembagaan ekonomi, (8) kemampuan mengakses pupuk, herbisida dan insektisida.