KERAGAAN PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL DITINGKAT PETERNAK DAN UPAYA PENINGKATANNYA DALAM MENDUKUNG KECUKUPAN PANGAN HEWANI

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKTIVITAS ITIK TEGAL DI DAERAH SENTRA PENGEMBANGAN PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

PENGARUH PENGGUNAAN IKAN PIRIK (LEIOGNATHIDAE) KERING DAN SEGAR TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PELUANG DAN POTENSI USAHA TERNAK ITIK DI LAHAN LEBAK ABSTRAK

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

PROGRAM VILLAGEBREEDING PADA ITIK TEGAL UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI TELUR: SELEKSI ITIK TEGAL GENERASI PERTAMA DAN KEDUA ABTRACT ABTRAK

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL

PEMANFAATAN BEKICOT SAWAH (TUTUT) SEBAGAI SUPLEMENTASI PAKAN ITIK UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS ITIK PETELUR DI DESA SIMOREJO-BOJONEGORO

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ITIK ALABIO DENGAN SISTEM LANTING DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak yang Iebih besar. Selain itu jumlah bagian dagingnya lebih banyak d

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

HASIL-HASIL PENELITIAN DAN SUMBANGAN PEMIKIRAN PENGEMBANGAN AYAM KEDU

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

I PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

PENERAPAN TEKNOLOGI PEMISAHAN ANAK AYAM LOKAL SISTEM KOTAK INDUKAN DI LAHAN PASANG SURUT SUGIHAN KIRI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

POTENSI LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI PAKAN AYAM

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

Key words: egg production, income, production cost, agriculural and fishery centers.

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL

TINJAUAN PUSTAKA. ini akan dinilai apakah pantas atau layak dilaksanakan didasarkan kepada

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kampung Teras Toyib Desa Kamaruton

ANALISIS PROFITABILITAS PENGEMBANGAN USAHA TERNAK ITIK DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN TEGAL

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

INTERAKSI ANTARA BANGSA ITIK DAN KUALITAS RANSUM PADA PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR ITIK LOKAL

Peubah yang diamati meliputi berat badan awal, berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, feed convertion ratio (FCR), kecernaan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

KAJIAN INOVASI KELEMBAGAAN PERBIBITAN ITIK TEGAL UNGGUL MODEL INTI PLASMA

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan tempat asal dari itik ini. Itik Tegal memiliki kelebihan dibanding

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO

USAHA ITIK PETELUR DAN TELUR TETAS

KUALITAS TELUR ITIK ALABIO DAN MOJOSARI PADA GENERASI PERTAMA POPULASI SELEKSI

I. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.

POTENSI PENGEMBANGAN AYAM BURAS DI KALIMANTAN SELATAN

RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN AYAM BURAS DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

PENYUSUNAN RANSUM UNTUK ITIK PETELUR

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

BUDIDAYA ITIK SECARA TERPADU HULU-HILIR KELOMPOK PETERNAK NGUDI LESTARI SUKOHARJO

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

NILAI GIZI ECENG GONDOK DAN PEMANFAATAN SEBAGAI PAKAN ternak NON RUMINANSIA NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR

Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

ABSTRAK. Kata kunci: Morfologi, korelasi, performans reproduksi, itik Tegal, seleksi ABSTRACT

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (MA): Masa Pertumbuhan sampai Bertelur Pertama

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

POTENSI AYAM GALUR BARU KUB LITBANG PERTANIAN DALAM MENDUKUNG RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI JAMBI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

PAKAN AYAM BURAS INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN DKI JAKARTA 1996

ENERGI METABOLIS DAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI RANSUM AYAM BROILER YANG MENGANDUNG LIMBAH RESTORAN SEBAGAI PENGGANTI DEDAK PADI

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

KERAGAAN PRODUKSI TELUR PADA SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN (SPAKU) ITIK ALABIO DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA, KALIMANTAN SELATAN

PRODUKSI TELUR ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

AYAM HASIL PERSILANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN USAHA TERNAK UNGGAS

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

Transkripsi:

KERAGAAN PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL DITINGKAT PETERNAK DAN UPAYA PENINGKATANNYA DALAM MENDUKUNG KECUKUPAN PANGAN HEWANI Subiharta, Dian Mahrso Yuwono dan Agus Hermawan Balai engkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah ABSTRAK Itik Tegal merupakan salah satu bangsa itik lokal asli Jawa Tengah berkembang disepanjang pantau Utara Jawa. Terkait dengan tingginya produksi telur dan populasi yang masih tinggi, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui produksi telur itik Tegal ditingkat peternak dan permasalahan yang dihadapi. Penelitian dilakukan di desa Grinting, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, kerjasama dengan kelompok ternak itik Amalia. Penelitian bekerja sama dengan 3 peternak anggota kelompok ternak Amalia, masingmasing peternak memelihara 200 ekor induk itik Tegal yang produksi pada bulan kedua. Dalam penelitian sistem pemeliharaan maupuk pakan susuai dengan kebiasaan petani. Itik dipelihara secara intensif (terkurung). Pada peternak pertama pakan terdiri dari Nasi kering (aking), limbah pengalengan ikan, katul dan mineral itik, sedang pada peternak kedua dan tiga jumlah nasi kering dan ikannya dikurangi ditambah dengan sorgum yang telah digiling. Hasil perhitungan kandungan protein ransum peternak pertama 13,1% dan peternak kedua dan tiga hanya 10,4%. Parameter yang diambil dalam penelitian ini meliputi, produksi telur selama 3 bulan produksi, konsumsi pakan dan analisa ekonomi berdasarkan selisih penjualan telur dengan biaya pakan (income over feed cost). Hasil penelitian menunjukkan produsi telur tertinggi pada peternak pertama 51,20%, nyata (P<0,05) lebih tinggi dibanding produksi telur peternak kedu dan tiga, masing-masing 39,6% dan 36,03 %. Produksi telur peternak kedua dan tiga tidak berbeda nyata. Konsumsi pakan berkorelasi positif dengan produksi telur, makin tinnggi produksi telurnya makin banyak konsumsi pakannya. Konsumsi pakan dari peternak pertama, kedua dan ketiga berturutturut 137,09 gram; 128,60 gram; 135,0 gram dan tidak berbeda antar peternak. Pendapatan tertinggi pada peternak pertama, diikuti dengan peternak kedua dan tiga berturut-turut adalah Rp 831.634,3; Rp 570.779,9 dan Rp 477.492,5. Produksi telur itik Tegal ditingkat peternak masih dapat ditingkatkan dengan dilakukan seleksi dan perbaikan kualitas pakan, terbukti produksi telur itik Tegal generasi 4 hasil seleksi mencapai 71,23% dengan pakan kandungan protein 17%. Kata kunci: Itik Tegal, produksi telur dan pangan hewani. PENDAHULUAN Ternak itik merupakan salah satu ternak unggas air yang perananannya cukup tinggi dalam menyumbang kebutuhan telur maupun daging sebagai sumber pangan hewani. Pasar dari produk itik yaitu telur maupun daging tidak menjadi kendala, bahkan masih jauh dari kecukupan, sebagai contoh kebutuhan 71

akan daging itik di Pulau Jawa baru terpenuhi 50%. Akhir-akhir ini daging itik sudah dapat diteriam oleh masyarakat terbukti maskan daging itik dapat ditemui mulai dari tempat makan kaki lima sampai restoran hotel berbintang. Sedangkan kebutuhan bibit itik petelur baru terpenuhi 30%, hal ini menunjukkan masih besarnya kebutuhan akan telur itik (Utomo, 2010). Ternak itik oleh Direktorat Jendral Peternakan dijadikan sebagai salah satu komoditas unggulan untuk dikembangkan sebagai sumber pendapatan, mengingat ternak tersebut populasi terus meningkat dan perannya sebagai sumber pendapatan makin dirasakan peternak (Direktur Jendral Peternakan2001). Hal ini sejalan dengan pendapat Hardjosworo (1990) yang melaporkan itik merupakan ternak unggas pertama yang dibudidayakan sebagai sumber pendapatan. Populasi itik sebanyak 50% diusahakan oleh peternak di Pulau Jawa, walaupun luas Pulau Jawa hanya 10 % dari luas Indonesia. Populasi itik Jawa Tengah menempati urutan kedua nasional, setelah Jawa Baarat. Itik Tegal merupakan salah satu bangsa itik asli Jawa Tengah yang tepatnya berasal dari Kabupaten Tegal. Itik Tegal aslinya banyak diusahakan oleh peternak dari Desa Gumalar, Kabupaten Tegal. Berdasarka ciri fisiknya itik Tegal termasuk bangsa itik keturunan Indian Runner yang dikenal sebagai itik produksi telurnya tinggi (Barlet, 1984; Hardjosworo, 1990). Raharjo (1988) melaporkan produksi telur itik Tegal dengan pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisinya mencapai 72,23%. Karena dikenal sebagai itik yang produksinya tinggi sehingga itik Tegal banyak diusahakan oleh peternak, terbukti itik Tegal tidak hanya berkembang di Kabupeten Tegal dan sekitarnya tapi juga berkembang di Jawa Barat, Papua, Aceh, Lampung dan Sulawes Selatan ( Susanti dan Prasetyo, 2007). Hasil karakterisasi Susanti dan Prasetyo, (2007) itik Tegal termasuk salah satu dari 15 bangsa itik lokal yang populasinya masih cukup tinggi, karena tidak hanya berkembang di wilayah asalanya tapi juga berkembang sampai keluar provinsi. Melihat perkembangannya itik Tegal yang begitu luas, maka dilakukan identifikasi permasahan yang terjadi pada itik Tegal ditingkat peternak pada pemeliharaan intensif. Hal ini perlu dilakukan mengingat dengan makin terbatasnya sawah sebagai tempat penggembalaan akibat makin intensifnya penggunaan pestisida dan meningkatnya indek tanam padi, menyebabkan peternak beralih mengusahakan itik Tegal secara intensif. Pada pemeliharaan intensif pakan menjadi faktor utama yang berpengaruh terhadap produksi telur, mengingat pada pemeliharaan intensif semua pakan tergantung pada peternaknya di samping manajemen pemeliharaan. Untuk melihat usahatani itik Tegal di sentra pengembangan dilakukan kajian dengan tujuan untuk mengetahui produksi telur itik Tegal ditingkat peternak dan permasalahan yang dihadapi. 72

MATERI DAN METODE Penelitian ini merupakan tindak lanjut dari penelitian sebelumnya tentang identifikasi masalah dan kendala dalam usaha itik Tegal di daerah kantong produksi. Hasil identifikasi pada peternak itik Tegal di sentra pengembanan itik Tegal oleh Kantor Peternakan Kabupaten Brebes menunjukkan tingkat produksi itik Tegal yang rendah dan bervariasi di antara peternak. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui produksi telur itik Tegal di tingkat peternak sebagai dasar untuk melakukan inovasi teknologi. Penelitian dilakukan di Desa Grinting, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes bekerja sama denga kelompok Ternak Itik Amalia. Penelitian menggunakan materi ternak itik Tegal milik 5 peternak, masing masing yang digunakan untuk penelitian sebanyak 200 ekor induk produksi pada bulan ke 2. Namun dalam perjalanannya 2 peternak tidak dipakai lagi untuk penelitian dengan pertimbangan peternak kurang kooperatif yang suka mengganti pakan, utamanya di komposisinya di samping kurang cermat dalam mencatat produksi telur. Itik Tegal tersebut dipelihara dalam kandang kelompok, tiap kelompok diisi 100 ekor, sehingga tiap peternak dipakai 2 kandang. Pakan ternak sesuai dengan kebiasaan petani. Bahan pakan ternak itik Tegal yang digunakan oleh peternak disajikan pada Tabel 1. Salah satu bahan berupa limbah pengalengan ikan yang terdiri kepala dan tulang diberikan dalam bentuk basah, namun dalam penelitian ini sudah dikonversikan dalam bentuk kering. Hasil perhitungan kandungan protein dari ransum peternak pertama 13,1% dan peternak kedua dan tiga masing-masing 10,4%. Penyajian dalam penelitian ini dalam betuk persen untuk memudahkan perhitungan. Parameter yang diamati meliputi konsumsi pakan, produksi telur selama 4 bulan dan analisa ekonomi berdasarkan selisih antara penjualan telur dengan biaya pakan (income over feed cost ratio). Tabel 1. Bahan pakan itik Tegal ditingkat peternak (%) Bahan pakan Peternak 1 Peternak 2 Peternak 3 Katul 71,43 63,10 63,10 Nasi kering (aking) 18,61 14,55 14,55 Limbah ikan 6,22 1,96 1,96 Sorgum - 19,41 19,41 Mineral itik O,79 O,98 0,98 HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja Produksi Telur Itik Tegal Produksi telur itik Tegal hasil penelitian ini menunjukkan peternak 1 produksi telur paling tinggi (51,20 6,40 %), diikuti peternak 2 dan peternak 3 masing-masing 39,62 5,68% dan 36,03 1,35%. Tingginya produksi telur itik Tegal pada peternak 1 karena kandungan protein ransum mencapai 13,1%, 73

sedang pada peternak 2 dan peternak 3 hanya 10,4%. Menurut Sinurat (1994), kandungan ransum itik petelur yang harus tercukupi yaitu: protein, Energy Metabilis, mineral Ca dan P, asam amini Lysine dan Methionine. Hardjosworo et al. (2001) menyampaikan potokan kebutuhan nutrisi itik petelur sebagai berikut: protein: 17 19%, Energi Metabolis 2.700 k kal, mineral Ca:2,9 3,25%, P:0,6%, Lysine ;0,37% dan Methionine:1,05%. Produksi telur itik tegal hasil penelitian Srigandono dan Sarebgat (1990) tidak jauh berbeda yaitu 39,7%, rendahnya produksi sebagai salah satu sebab kandungan protein 15,1%. Lebih lanjut Srigandono dan Sarengat (1990) menyampaikan, produksi telur masih dapat ditingkatkan kalau kandungan protein ditingkatkan. Hasil penelitian Raharjo (1988) pada itik Tegal yang dilakukan seleksi awal dan ransum dengann kandungan protein 17% dan Energy Metabolis 2.700 k kal produksi mencapai 72,23%. Konsumsi pakan hasil penelitian ini berkorelasi positif dengan produkdi telur, makin tinggi produksi telur makin besar konsumsi pakan (Tabel2). Itik memerlukan pakan untuk hidup pokok dan produksi. Itik akan makan sebanyak mungkin sampai kebutuhan nutrisinya tercukupi. Faktor pembatas konsumsi pakan adalah kecukupan nutrisi dan kapasitas tembolok, walaupun nutrisi belum tercukupi namun tembolok sudah penuh, itik akan berhenti makan. Kalau dibandingkan dengan penelitian Subiharta et al. (2011) konsumsi pakan pada penelitian in jauh lebih rendah (185 gram/ekor) dengan produksi telur di tingkat peternak mencapai 61,7% (Subuharta et al., 2003). Konsumsi pakan yang rendah pada penelitian ini karena peternak hanya menyediakan pakan sebanyak 150 gram/ekor/hari. Pakan tersebut tidak terkonsumsi semua karena banyak yang tercecer akibat letak tempat pakan yang berjauhan. Itik setiap kali makan akan lansung minum, kalau tempat pakan dan minum berjauhan akan banyak pakan yang tercecer. Menurut Prasetyo et al. (2005), penempatan tempat minum di antara tempat pakan dapat memperbaiki konversi pakan sampai 82%. Tabel 2. Keragaan produksi telur dan konsumsi pakan itik Tegal Parameter Peternak 1 Peternak 2 Peternak 3 Jumlah itik (ekor) 200 200 200 Produksi telur (%) 51,20±6,40 39,62±5,68 36,03±1,35 Konsumsi pakan (gram) 137,09 128,60 135,0 Analisis Ekonomi Usahatani Itik Tegal Hasil analisis ekonomi berdasarkan pada selisih penjualan telur dengan biaya pakan (income over feed cost) disajikan pada Tabel 3. Harga pakan antara peternak 1 berbeda dengan peternak 2 dan peterna 3 karena perbedaan bahan pakan yang digunakan. Ransum pada peternak 1 lebih mahal karena penggunaan ikan yang sampai 6,22% dan nasi kering 18,61% dari total ransum. Untuk menekan biaya pakan, peternak 2 dan peternak 3 mengganti nasi kering dengan sorgun, juga mengurangi jumlah pemberian ikan. Biaya pakan pada ternak itik dengan system pemeliharaan intensif memang menjadi salah satu 74

kendala, mengingat biaya pakan merupakan komponen terbesar (70-80%) dalam pemeliharaan itik. Masalah yang terkait dengan mahalnya harga bahan pakan adalah musim, pada saat produksi tinggi harga bahan pakan murah, tapi pada saat keberadaan bahan langka maka harga akan mahal. Penerimaan dari usahatani itik ini berasal dari penjualan telur, dengan harga telur diambil selama penelitian. Penerimaan tertinggi diperoleh dari peternak 1, diikuti peternak 2 dan peternak 3, berturut-turut adalah Rp 1.536.000; Rp 1.188.600; dan Rp 1.080.900. Pendapatan dalam usahatani yang merupakan selisih penjualan telur dengan biaya pakan diperoleh berturut-turut dari peternak1, peternak 2 dan peternak 3 adalah Rp 831.634,3; Rp 570.779,9 dan Rp 477.492,5 Tabel 3. Analisa ekonomi usahatani itik Tegal berdasarkan selisih penjualan telur dengan biaya pakan Uraian Peternak 1 Peternak 2 Peternak 3 A. Input Jumlah ternak (ekor) 200 200 200 Konsumsi pakan 822,5 771,6 753,6 (kg/bln) Harga pakan (Rp) 856,3 800,7 800,7 Total biaya pakan (Rp) 704.365,7 617.820,1 603.407,5 B. Out put Harga telur (Rp) 500 500 500 Produksi telur Persen (%) 51,2 39,62 36,03 Butir (bulan) 3.072 2.377 2.161 Total penjualan telur 1.536.000 1.188.600 1.080.900 (Rp) C. Pendapatan A-B / bulan 831.634,3 570.779,9 477.492,5 KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa produktivitas itik Tegal ditingkat peternak pada pemeliharaan intensif masih rendah akibat pakan yang belum memenuhi standar kebutuhan nutrisi itik petelur. Peternak dalam menyusun ransum pertimbangan utama adalah harga, bukan kandungan nutrisi. Produksi itik Tegal pada pemeliharaan intensif ditingkat peternak masih dapat ditingkatkan dengan perbaikan pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisinya. DAFTAR PUSTAKA Barlet, P. 1984. Duck and Geese, Aquide to management, Th Crowood Press 75

Direktur Jendar Peternakan. 2001. Kebijakan pengembangan ternak itik. Makalah disampaikan pada Serasehan Pengembangan Ternak Itik: Itik sebagai alternatif Usaha Agribisnis. Puslitbangtek-Lemlit UNDIP, Semarang. Hardjosworo, P.S. 1990. Usaha usaha pemanfaatan ternak itik Tegal untuk produksi telur. Prosiding Temu Tugas Sub Sektor Peternakan, Pembangunan Usaha Ternak Itik di Jawa Tengah. Sub Balai Penelitian Ternak Klepu. Hardjosworo, P.S, S. Setioko,P. Ketaren, L.H Prasetyo, A.P. Sinurat dan Rukmiasih, 2001. Perkembangan teknologi unggas air di Indonesia. Disampaikan pada Lokakarya Nasional Dies Natalis IPB 38 di Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor. Prasetyo, L.H, P. Ketaren dan P.S Hardjosworo, 2005. Perkembangan Teknologi Budidaya Ternak Itik di Indonesia. Prosiding Lokakarya Unggas Air II. Merebut Peluang Agribisnis melalui Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Unggas Air.Kerjasama Balai Penelitian Ternak, Masarakat Perunggasan dan Fakultas Peternakan Institute Pertanian Bogor. Raharjo, Y.C. 1988. Pengaruh berbagai tingkat protein dan energi terhadap produksi dan kualitas telur itik Tegal. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Forum Peternak, Unggas dan Aneka Ternak II. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak, Bogor. Sinurat, A.P. 1994.Penyusunan dan pemberian pakan itik. Brosur dalam penyusunan pakan itik. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Srigandono,B dan W. Sarengat, 1990. Ternak itik beridentitas Jawa Tengah.Temu Tugas Sub Sektor Peternakan. Pengembangan Usaha Ternak Itik di Jawa Tengah. Sub Balai Penelitian Ternak Klepu dengan Balai Informasi Pertanian dan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah. Subiharta, L.H. Prasetyo,S, Prawirodigdo, D. Pramono, Y.C. Raharjo, B. Budiharta dan Hartono. 2003. Seleksi Itik Tegal berdaya hasil tinggi. Laporan Penelitian kerjasama Pemerintah Kabupaten Brebes dengan BPTP Jawa Tengah. Susanti. T dan L.H. Prasetyo. 2007. Panduan karakterisasi ternak itik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternaakan, Bogor. Utomo, D. B. 2010. Industrialisai ternak unggas lokal.prosiding tentang unggas lokal II, Strategi pembangunan industri perunggasan berbasis komoditas ternak unggas lokal dalam rangka menghadapin krisis pangan, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, Fakutas Peternakan UNDIP, Semarang. 76