BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

Pembahasan Materi #2

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

Dwi Hartanto, S,.Kom 03/04/2012. E Commerce Pertemuan 4 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pembahasan Materi #1

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi

KONSEP SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK

MODUL I PROGRAM DINAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain :

Deskripsi Mata Kuliah

Bab 2 LANDASAN TEORI

Program Dinamis (dynamic programming):

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Program Dinamis. Oleh: Fitri Yulianti

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT. Rantai Suplai /pasok adalah nama lain untuk menyebutkan seluruh proses bisnis

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Program Dinamik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #10 Ganjil 2015/2016 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

BAB III LANDASAN TEORI

Bab 9 KONSEP e SUPPLY CHAIN DALAM SISTEM INFORMASI KORPORAT TERPADU

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain


BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

Manajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N

Supply Chain. Management. an overview. MUSTHOFA HADI, SE mister-ebiz.blogspot.com

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kinerjanya agar lebih efisien dan efektif dengan menerapkan

Pengelolaan Persediaan

BAB II LANDASAN TEORI

ASPEK PRODUKSI S T U D I K E L A Y A K A N B I S N I S. Ade Rismanto, ST.,MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hakikat Rantai Pasokan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

BAB 2 LANDASAN TEORI

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

BAB II LANDASAN TEORI. barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

BAB II LANDASAN TEORI

Materi 7 Mencapai Keunggulan Operasional dan Kedekatan dengan Pelanggan: Aplikasi Perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

Pembahasan Materi #11

Transkripsi:

7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku serta disimpan untuk diproses, barang dalam proses manufaktur dan barang jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis barang yang disimpan di gudang yang mempunyai sifat pergerakan yang agak berbeda satu sama lain (Indrajit et al, 2002, hal: 11). Persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/ proses produksi, ataupun persediaaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi (Assauri, 1993, hal: 219). Pengendalian persediaan adalah penentuan suatu kebijakan pemesanan dalam antrian, kapan bahan itu dipesan dan berapa banyak bahan yang dipesan secara optimal untuk dapat memenuhi permintaan para pelanggan, atau dengan kata lain pengendalian persediaan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menentukan tingkat optimal dengan biaya persediaan yang minimum sehingga perusahaan dapat berjalan lancar.

8 2.2 Komponen Biaya Persediaan (Inventory Cost) Salah satu tujuan persediaan adalah mendapatkan biaya yang minimum. Adapun unsurunsur biaya yang terdapat dalam persediaan dapat digolongkan menjadi 4 golongan yaitu. 1. Biaya Pengadaan (Procurenment Cost) Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis, yaitu: A. Biaya Pemesanan (Ordering Cost) Biaya pemesanan adalah biaya yang diperlukan untuk memesan atau memebeli suatu barang. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya biaya pemesanan antara lain: a. Pemprosesan pesanan dan ekspedisi b. Biaya telepon c. Biaya surat-menyurat d. Biaya pengepakan dan penimbangan e. Upah f. Biaya pengiriman ke gudang g. Biaya pemeriksaan dan sebagainya. Pada umumnya, biaya pemesanan tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesanan, maka pesanan per periode dan pemesanan total turun. Ini berarti biaya pemesanan total per periode adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan. B. Biaya pembuatan (Setup Cost) Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi suatu barang. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya biaya pembuatan antara lain: a. Biaya penyusunan peralatan produksi b. Biaya perbaikan mesin c. Biaya mempersiapkan gambarkerja

9 2. Biaya pembelian (purcbase cost) Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan pada saat pembelian suatu barang. Besarnya biaya pembelian tergantung pada kuantitas barang yang dibeli dan harga suatu barang. 3. Biaya Penyimpanan (holding cost/ caryng cost) Biaya penyimpanan merupakan biaya yang diperlukan akibat adanya penyimpana barang. Biaya penyimpanan semakin besar apabila kuantitas barang yang disimpan semakin banyak. Dan sebaliknya, biaya penyimpanan kecil apabila kuantitas barang yang disimpang sedikit. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya biaya penyimpanan antara lain: a. Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas dan pendingin). b. Biaya modal (opportunity cost of capital, yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan). c. Biaya asuransi persediaan. d. Biaya keusangan. e. Biaya penanganan persediaan. f. Biaya menghitunh fisik dan konsiliasi laporan dan sebagainya. Biaya tersebut merupakan variabel apabila bervariasi dengan tingkat persediaan. Tetapi apabila biaya fasilitas penyimpanan tidak bervariabel, tetapi tetap maka tidak termasuk dalam biaya penyimpanan per unit. 4. Biaya Kekurangan Bahan (shortage cost) Biaya kehabisan atau kekurangan bahan adalah biaya yang diperlukan akibat persediaan yang tidak mencukupi karena adanya permintaan barang. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya biaya kekurangan bahan baku antara lain: a. Biaya pemesanan khusus. b. Selisih harga. c. Biaya kehilangan penjualan. d. Biaya kehilangan langganan. e. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

10 2.3 Supply Chain 2.3.1 Pengertian Supply Chain Supply chain adalah jaringan perusahaan yang bekerja sama untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan- perusahaan tersebut biasanya termassuk supplier, pabrik, distributor, ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan logistik. Supply Chain (rantai pengadaan) juga merupakan suatu sistem tempat organisasi untuk menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggangya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang sebaik mungkin. Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, kemudian dikirim ke distributor, lalu ke retailer, selanjutnya kepemakai akhir. Kedua adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk masih ada di masing-masing supermarket sering dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh pabrik. Demikian juga informasi tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim maupun yang akan menerima. Pada gambar 2.1 memberikan ilustrasi sebuah supply chain yang sederhana. Sebuah supply chain akan memiliki komponen-komponen yang biasanya disebut channel. Misalnya ada supplier, manufaktur, distribution centre, wholesaler dan retailer. Semua channel tersebut belajar untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir.

11 Hulu/ upstream Hilir / downstream Supplier Manufaktur Distribution Centre Wholesaler Retailer End Custumer Aliran Produk Aliran Biaya Aliran Imformasi Gambar 2.1 Struktur Supply Chain yang Disederhanakan Dalam 3 aliran tersebut, ada lima aspek yang perlu dipersiapkan oleh perusahaan, terutama ditinjau dari segi pengembangan modul-modul pada arsitektur sistem dan teknologi informasi korparat, yaitu : 1. Consumer Manangement Modul ini memiliki tugas utama mengelola hubungan antara perusahaan dengan konsumen (pelanggan) dan calon konsumen. 2. Catalogue Manangement Jika fokus Consumer Manangement terletak pada konsumen, maka modul Catalogue Manangement memusatkan diri pada produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. 3. Order Manangement. 4. Delivery Manangement. 5. Inventory Manangement. Supply chain management pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982 (cf. Oliver dan Weber, 1982; Lambert et al. 1998). Kalau supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pada para konsumen. Supply chain mamangement adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya. Namun perlu ditekankan bahwa supply chain manangement menghendaki pendekatan yang terintegrasi dengan dasar semangat kolaborasi. Koordinasi dan kolaborasi antar

12 perusahaan pada supply chain sangat diperlukan. Karena perusahaan-perusahaan yang berada pada suatu supply chain pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir yang sama serta adanya kerjasama untuk membuat produk yang murah, mengirim dengan tepat waktu, dan dengan kualitas yang bagus. Semangat kolaborasi dan koordinasi juga didasari oleh kesadaran bahwa kuatnya sebuah supply chain tergantung pada kekuatan seluruh elemen yang ada di dalamnya. Jadi, dalam supply chain pabrik perlu memberikan bantuan teknis dan material terhadap supplier-suppliernya karena pada akhirnya akan menciptakan kemampuan bersaing keseluruhan supply chain. 2.3.2 Latar Belakang Munculnya Konsep Supply Chain Munculnya supply chain dilatarbelakangi oleh praktek tradisional serta perubahan lingkungan bisnis. 1. Praktek Tradisional Dalam praktek tradisional produk atau jasa yang digunakan adalah hasil dari serangkaian proses panjang yang melewati beberapa tahapan fisik maupun nonfisik. Sebuah produk akan sampai ketangan konsumen akhir setelah melalui beberapa proses dari pencarian bahan baku, proses produksi, dan proses distribusi atau transportasi. Dalam proses ini melibatkan berbagai pihak yang berhubungan anatara satu dengan yang lainnya. Penyedia bahan baku (pemasok) menyuplai kebutuhan produksi para perusahaan manufaktur yang akan mengelola bahan baku tersebut menjadi produk jadi. Produk jadi disampaikan ke pemakai akhir lewat pusat-pusat distribusi, retailer, pedagan kecil dan sebagainya. Rangkaian pihak-pihak yang menangani aliran produk inilah yang dinamakan dengan istilah supply chain. Pada kenyataanya, struktur sebuah supply chain mungkin jauh lebih kompleks. Sebuah pemasok mungkin sekaligus merupakan industri manufaktur. Dengan kata lain, sebuah supply chain bisa saja melibatkan sejumlah industri manufaktur dalam satu rantai hulu ke hilir. Demikian juga supply chain tidak sekaligus merupakan rantai lurus. Industri

13 manufaktur bisa memiliki ratusan bahan ribuan pemasok. Produk-produk yang dihasilkan oleh sebuah industri mungkin didistribusikan oleh beberapa pusat distribusi yang melayani ratusan bahan ribuan wholesaler dan retailer, serta pedangan kecil. Setiap channel dalam supply chain akan memiliki aktivitas-aktivitas yang saling mendukung. Secara keseluruhan aktivitas-aktivitas tersebut meliputi perancangan produk, peramalan kebutuhan, pengadaan material, produksi, pengendalian persediaan, distribusi, penyimpanan, dukungan pelayanan kepada pelanggan dan proses pembayaran. Pada tingkat yang lebih strategis ada aktivitas-aktivitas seperti pemilihan pemasok, penentuan lokasi pabrik, gudang dan pusat distribusi. Secara tradisional, semua aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan tanpa atau dengan sedikit kordinasi. Istilah crossfunctional team misalnya, tidak banyak diaplikasikan dalam manajemen supply chain tradisional. Tiap bagian berusaha membuat ukuran-ukuran tersediri dalam menentukan kesuksesan pekerjaannya. Demikian juga hubungan antara channel dan supply chain. Hubungan antara pemasok dengan perusahaan yang disuplainya juga hanya terbatas pada transaksi jual beli. Pola-pola negosiasi benar-banar mementingkan pihakpihak secara individual, dan bukan mengacu pada kinerja keseluruhan pihak yang menjadi pembentuk sebuah supply chain secara holistik. Pemasok berkeinginan untuk memindahkan atau menjual produknya secepat dan sebanyak mungkin dengan harga yang tinggi, sementara perusahaan yang disuplainya menginginkan harga yang murah dan pengiriman yang cepat. Pola hubungan seperti ini dinamakan adversial. 2. Perubahan Lingkungan Bisnis Lingkungan bisnis senantiasa akan berubah dan perubahan tersebut semakin lama semakin cepat. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan ini berkembang secara cepat sebagai berikut: a. Konsumen yang semakin kritis, membutuhkan produk atau jasa yang semakin berkualitas dengan harga yang murah dan bisa diperoleh dengan mudah dan cepat. b. Infrastruktur telekomunikasi, informasi, tranportasi perbankan yang semakin canggih sehingga memungkinkan berkembangnya model-model baru dalam manajemen aliran material/ produk. Munculnya internet misalnya, memungkinkan terjadinya transaksi-transaksi elektronik yang dikenal dangan nama Elektronik

14 Commerce (E-Commerce). Praktek E-Commerce dapat dilakukan karena informasi-informasi tersedia dan mudah diakses lewat internet, pembayaran secara aman dan cepat dengan mengunakan jasa pihak ketiga. c. Kesadaran akan pentingnya aspek sosial dan lingkungan. Kalangan bisnis semakin ditekan untuk memperhatikan aspek-aspek sosial dan lingkungan, baik atas intruksi pemerintah maupun atas kasadaran kalangan bisnis itu sendiri bahwa bisnisnya tergantung pada konsumen yang semakin tahu akan pentingnya aspek lingkungan dalam hidup mereka. Industri manufaktur dewasa ini telah banyak yang mamasukkan konsep-konsep keramahan pada lingkungan mulai dari proses perancangan produknya, proses produksi, sampai pada proses pendistribusiannya. 2.3.3 Fungsi supply chain Fungsi supply chain dibedakan menjadi dua bagian yaitu: 1. Supply chain secara fisik, yakni mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan menghantarkannya ke pemakai akhir. Fungsi pertama ini berkaitan dengan ongkosongkos fisik, yaitu ongkos material, ongkos penyimpanan, ongkos produksi, dan ongkos tranportasi 2. Supply chain sebagai madiasi pasar, yakni memastikan bahwa apa yang disuplai oleh supply chain mencerminkan aspirasi pelanggan atau pemakai akhir tersebut. Fungsi ini berkaitan dengan biaya-biaya survei pasar, perancangan produk, serta biaya-biaya akibat tidak terpenuhinya aspirasi konsumen oleh produk yang disediakan oleh sebuah rantai supply chain. Ongkos ini biasanya berupa markdown, yakni penurunan harga produk yang tidak laku dijual dengan harga normal, atau ongkos kekurangan supply yang dinamakan dengan stockout cost. 2.3.4 Konsep Supply Chain Konsep supply chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern masing-masing perusahaan dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara intern di perusahaan masingmasing. Sedangkan dalam konsep baru masalah logistik dilihat sebagai masalah yang

15 lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang. Indrajid et al (2002, hal: 6) dalam hubungan ini ada beberapa elemen-elemen (pelaku utama) yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama yaitu: 1. Suppliers 2. Manufacturer 3. Distribution 4. Retail Outlets 5. Custumers Chain 1 : Suppliers Jaringan ini merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, sub assemblies, suku cadang, dan sebagainya. Sumber ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga suppliers atau sub-suppliers. Chain 1-2 Suppliers Manufacturer Jaringan pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, mempabrikasi, merakit, mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer, dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini. Penghematan sebesar 40%-60% bahkan lebih dapat diperoleh dari inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan mengunakan konsep supplier partnering misalnya, penghematan ini dapat diperoleh. Chain 1-2-3 Suppliers Manufacturer Distribution Barang yang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan,

16 yang umum adalah mulai distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebangian besar Supply Chain. Barang dari pabrik melalui gudang disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedangan besar dalam jumlah yang besar, dan pada waktunya nanti pedangan besar menyalurkan dalam jumlah yang kecil kepada retailers atau pengecer. Chain 1-2-3-4 Suppliers Manufacturer Distribution Retail Outlest Pedangan besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang tersebut digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Sekali lagi di sini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk inventories dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang (manufacturer) maupun ke toko pengecer (Retail Outlest). Chain 1-2-3-4-5 Suppliers Manufacturer Distribution Retail Outlest Customers Dari susunannya, para pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan atau konsumen ataupun pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, pasar swalayan, koperasi, mal, dan sebangainya, pokoknya dimana para konsumen akhir melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini merupakan mata rantai yang terakhir, sebenarnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet sebelumnya). ke real customers atau real user, karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai supply baru betul-betul berhenti setelah barang yang dibutuhkan tiba di pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang atau jasa yang dimaksut. 2.3.5 Tujuan dan Kegunaan Supply Chain Berdasarkan definisi diatas tujuan dari supply chain adalah sebagai berikut: a. Supply chain menyangkut pertimbangan mengenai lokasi di setiap fasilitas yang memiliki dampak terhadap aktivitas dan biaya dalam rangka memproduksi produk yang diinginkan pelanggan dari suplier, pabrik hingga disimpan di gudang dan pendistribusiannya ke sentral penjualan. b. Mencapai efesiensi aktivitas dan biaya seluruh sistem dan transportasi hingga distribusi penyediaan bahan baku, proses kerja dan barang jadi.

17 Indrajid et al (2002, hal: 4) adapun kegunaan menerapkan supply chain adalah sebagai berikut: a. Mengurangi inventory barang dengan berbagai cara Inventory merupakan bagian paling besar dari aset perusahaan yang berkisar antara 30%-40%, sedangkan biaya penyimpanan barang berkisar antara 20%-40% dari nilai barang yang disimpan. b. Menjamin kalancaran penyediaan barang. Rangkaian perjalanan dari bahan baku sampai menjadi barang jadi dan diterima oleh pemakai / pelanggan merupakan suatu rantai yang panjang (chain) yang perlu dikelola dengan baik. c. Menjamin mutu. Jaminan mutu ini juga merupakan serangkaian mata rantai panjang yang harus dikelola dengan baik karena mutu barang jadi ditentukan tidak hanya oleh proses produksi barang tersebut, tetapi juga oleh mutu bahan mentahnya dan mutu keamanan dalam pengirimannya. 2.3.6 Model Supply Chain Berdasarkan penjelasan mengenai elemen-elemen supply chain tersebut dapat dikembangkan suatu model supply chain, yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata rantai dari elemen-elemen tersebut yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang berhubungan satu dengan yang lain. Model supply chain dikembangkan oleh A. T. Kearney pada tahun 1994 seperti pada gambar 2.1 (Indrajid 2002, hal: 8) Suppliers Supplier Supplier s Compan y Custume r Custumer send User Gambar 2.2 Model Supply Chain yang Dikembangkan oleh A. T. Kearney

18 Berdasarkan ilustrasi tersebut, suppliers suppliers telah dimasukkan untuk menunjukkan hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi yang bersama-sama mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pelanggan akhir. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat di antara jaringan atau rantai, serta pergerakan barang yang efektif dan efisien untuk memaksimalkan kepuasan para pelanggan. Konsep yang banyak digunakan dan dikembangkan untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas pergerakan barang sebagai berikut: 1. Mengurangi jumlah supplier. Konsep ini dikembangkan sejak akhir tahun 90-an yang bertujuan untuk mengurangi ketidakseragaman, biaya-biaya negosiasi dan pelacakan (tracking). Konsep ini adalah awal perubahan kecenderungan dari konsep multiple supplier ke single supplier. Dengan demikian, cara lama yang dahulu dianggap ampuh seperti mencari sourcing dengan cara tender terbuka makin tidak populer, karena tender terbuka tidak menjamin terbatasnya jumlah supplier. 2. Mengembangkan supplier partnership atau stratigic alliance Konsep ini dikembangkan sejak pertengahan tahun 1990-an dan diharapkan masih akan populer pada abad ke-21 ini. Konsep ini menganggap bahwa hanya dengan supplier partnership, key suppliers untuk barang tertetu merupakan strategic sources yang dapat diandalkan dan dapat menjamin lancarnya pergerakan barang dalam supply chain. Konsep ini selalu dibarengi dengan konsep perbaikan yang terus menerus dalam biaya dan mutu barang.

19 2.4 Program Dinamik P. Siagian (1986, hal: 238) program dinamik adalah satu teknik matematika yang digunakan untuk mengoptimalkan proses pengambilan keputusan secara bertahap ganda. Dalam teknik ini, keputusan yang menyangkut suatu persoalan dioptimalkan secara bertahap dan bukan secara sekaligus. Program dinamik merupakan suatu cara penyelesaian masalah dengan menguraikan solusi menjadi sekumpulan langkah atau tahapan sedemikian hingga solusi dari persoalan dapat dipandang dari serangkaian keputusan yang saling berkaitan. Program dinamik menawarkan sebuah karangka yang sangat umum untuk masalah kontrol stokastik (Bertsekas, 1995). Dalam bagian ini diperkenalkan sebuah kerangka program dinamik yang sedikit berbeda dari ukuran dasarnya (standarnya). Keadaan seperti ini adalah agak dikhususkan untuk masalah persediaan retail dan lebih berperan penting untuk mendekati perhitungan secara efisien dalam konteks neurodynamic programming. Pada penyelasaian metode ini digunakan persyaratan optimisasi dan kendala untuk membatasi sejumlah pilihan yang harus dipertimbangkan pada suatu tahap. Program dinamis mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. Persoalan dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yang pada setiap tahap hanya diambil satu keputusan. 2. Masing-masing tahap terdiri dari sejumlah status (state) yang berhubungan dengan tahap tersebut. Secara umum, status merupakan bermacam kemungkinan masukan yang ada pada tahap tersebut. Jumlah status bisa berhingga atau tidak berhingga. 3. Hasil dari keputusan yang diambil pada setiap tahap ditransformasikan dari status yang bersangkutan ke status berikutnya. 4. Ongkos (cost) pada suatu tahap meningkat secara teratur (steadily) dengan bertambahnya jumlah tahapan. 5. Ongkos pada suatu tahap bergangtung pada ongkos tahap-tahap yang sudah berjalan dan ongkos pada tahap tersebut. 6. Keputusan terbaik pada suatu tahap bersifat independen terhadap keputusan yang dilakukan pada tahap sebelumnya.

20 7. Adanya hubungan rekursif yang mengidentifikasi keputusan terbaik untuk setiap status pada tahap k memberikan keputusan terbaik untuk setiap status pada tahap. Secara umum, ada beberapa langkah yang dilakukan dalam mengembangkan algoritma program dinamis: a. Karakteristikkan struktur solusi optimal. b. Mendefinisikan secara rekursif nilai solusi optimal. c. Menghitung nilai solusi optimal. d. Konstruksi solusi optimal. Dalam penyelesaian persoalan dengan program dinamis, digunakan dua pendekatan yang berbeda, yaitu maju (forward atau up-down) dan mundur (backward atau bottom-up). Misalkan, menyatakan peubah keputusan yang harus dibuat masing-masing untuk tahap maka 1 Program dinamis maju. Progran dinamis bergerak mulai dari tahap 1, terus maju ke tahap dan seterusnya sampai tahap. Runtunan peubah keputusan adalah. 2 Program dinamis mundur. Program dinamis bergerak mulai dari tahap n, terus ke tahap,, sampai ke tahap 1. Runtunan peubah keputusan adalah. Perbedaan dari kedua cara ini terletak pada rumusan keadaan. Pada cara perhitungan maju, keadaan dirumuskan sebagai alokasi untuk tahap dan ( ) tahap sebelumya. Sedangkan pada cara perhitungan mundur, keadaan dirumuskan sebagai alokasi untuk tahap dan ( ) tahap kemudian.

21 2.5 Neuro-Dynamic 2.5.1 Pengertian Neuro-Dynamic Metode neuro-dynamic programming adalah pengembangan dari program dinamik. Metode ini menggunakan dasar-dasar intelegensi semu (artificial intelligence) yang mencakup simulasi dan berbasis algoritma serta teknik pendekatan seperti neural network. Neuro-dynamic programming merupakan teknik pendekatan baru dalam bidang pengendalian persediaan (inventory control). Program dinamik menawarkan suatu deretan algoritma untuk menghasilkan strategi kontrol yang optimal. Akan tetapi syarat perhitungan algoritma ini mengakibatkan algoritma tersebut tidak dapat digunakan dalam strategi praktis. Karena kekurangan dari pendekatan sistematik lain yang berhubungan dengan beberapa masalah, mempermudah masalah analisis spesifik dan heuristik akan menjadi lebih tepat. Beberapa analisis dan heuristik sering mengabaikan informasi penting untuk menghasilkan keputusan yang lebih efektif serta mengontrol kebijakan yang optimal. Baru-baru ini neuro-dynamic programming memunculkan sebuah kemampuan baru yang sangat memuaskan. Neuro-dynamic programming merupakan pendekatan suatu pemetaan pada sebuah model pendekatan. Model pendekatan dapat dituliskan sebangai fungsi. Algoritma neuro-dynamic programming mencoba menentukan parameter vektor r sehingga fungsi (.,r) mendekati perkiraan. Pada umumnya pemilihan model pendekatan yang tepat berhubungan dengan beberapa permasalahan. Dalam penelitian ini di rancangan sebuah model pendekatan yang meliputi dua tahap, yaitu sebuah penambahan khusus dan pendekatan fungsi. Penambahan khusus menggunakan tingkatan sebangai post decision untuk menghitung vektor khusus. Kumpulan dalam vektor merupakan nilai yang telah diperkirakan secara manual atau secara alami untuk memperoleh informasi penting yang berpusat pada permasalahan manajemen persediaan retail. Vektor khusus ini digunakan sebangai input pada tahapan kedua, yang meliputi pendekatan fungsi umum dengan parameter vektor r.

22 Dalam penelitian ini digunakan dua fungsi pendekatatan, yaitu pendekatan secara linear dan multilayer perceptron neural network dengan output linear. Pada kasus pendekatan secara linar ini, semuanya satu komponen pada vektor parameter r yang di hubungkan ke kooefisien yang banyak oleh komponen individual dari vektor yang diutamakan. Dalam neuro-dynamic programming ada dua macam algoritma, yaitu algoritma approximate policy iteration dan online temporal difference method. Namun demikian dalam tugas akhir ini metode yang digunakan adalah online temporal defference method. 2.5.2 Online Temporal Differenc Method Algoritma online temporal difference sudah diapplikasikan dengan sukses untuk beberapa aplikasi skala besar di dalam neuro-dynamic programming. Contohnya adalah permainan Backgammon (Tesauro, 1998), permainan dengan elevator dan metode jatwal kerja pada sebuah toko (Zhang et al, 1996). Jenis-jenis ini digunakan dalam aplikasi yang mempunyai perbedaan secara signifikan, dan pada proyek penelitian ini dicoba mengunakan sebuah algoritma sederhana yang majenun yang mana sebagian besar sangat penting. Algoritma dalam aturan yang inisial ini mungkin ditunjukkan dalam bentuk ekstrim pada approximate policy iteration yang optimal. Seperti ditunjukkan pada bangian sebelumnya, algoritma ini tidak berhasil hingga pada saat ini ditambahkan eksplorasi aktif. Memahami sebuah algritma dalam parameter vektor untuk merancang atau memodelkan sebuah pendekatan dalam setiap langkah bedasarkan simulasi yang tersendri. Adapun proses neuro-dynamic programming yang menentukan online temporal difference method adalah sebagai berikut: (Haykin Simon, 1999)

23 1. Keadaan sebelum keputusan adalah sebagai simulator, dan control dihitung dari keputusan yang pertama (2.4) 2. Jalankan simulator menggunakan kontrol untuk mendapatkan keadaan setelah keputusan yang pertama (2.5) 3. Secara umum, pada waktu, jalankan simulator menggunakan kontrol untuk mendapatkan keadaan sebelum keputusan selanjutnya (2.6) 4. Dapatkan kontrol dengan cara (2.7) 5. Jalankan simulator menggunakan kontrol untuk mendapatkan keadaan setelah keputusan. (2.8) 6. Ulangi ke langkah 3 selama waktu pengiriman yang dibutuhkan. Dimana fungsi permintaan ; fungsi persediaan dan fungsi biaya.