BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada sejak dahulu yaitu hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam, dan hukum Waris Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan, maupun dengan pihak ketiga. Pewaris adalah orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masih terdapat beraneka sistem hukum

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

PENERAPAN LEGITIME FORTIE (BAGIAN MUTLAK) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KUH PERDATA. SULIH RUDITO / D

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataan sehari-hari permasalahan waris muncul dan dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA. Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

Diskusi Mata Kuliah Gemar Belajar Perjanjian dan Waris

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat mencegah permasalahan mengenai harta warisan tersebut, hukum

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif

TINJAUAN YURIDIS AHLI AHLI WARIS AB INTESTATO MENURUT HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya, selain itu kematian tersebut

PEMBAGIAN HAK WARIS KEPADA AHLI WARIS AB INTESTATO DAN TESTAMENTAIR MENURUT HUKUM PERDATA BARAT (BW)

BAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

HAK WARIS ATAS TANAH YANG DIPEROLEH ANAK BELUM DEWASA DARI HASIL PERKAWINAN BEDA KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya manusia tetap bergantung pada orang lain walaupun sampai

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua Warga Negara

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

Lex Privatum Vol. V/No. 7/Sep/2017. PEMBATALAN HIBAH MENURUT PASAL 1688 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Meylita Stansya Rosalina Oping 2

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. PEMBATALAN ATAS PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA 1 Oleh : Erni Bangun 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat indah membuat investor asing berbondong-bondong ingin berinvestasi di

BAB II PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA AB INTESTATO BILA DI TINJAU DARI HUKUM PERDATA

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. harga tanah dan bangunan yang terus naik dari tahun ke tahun. Tanah dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

HUKUM WARIS PERDATA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB III UPAYA HUKUM YANG DITEMPUH OLEH AHLI WARIS PEMBELI UNTUK MENDAPATKAN OBYEK JUAL BELI

TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, pengangkatan anak merupakan cara untuk mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

TINJAUAN TENTANG BAGIAN AHLI WARIS YANG MENOLAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA BW

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup umat manusia. 1. nafkah sehari-hari berupa lahan pertanian atau perladangan.

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pertanahan di Indonesia telah muncul dengan beragam wujud

BAB IV PENDAFTARAN BOEDEL. seseorang, dalam arti keseluruhan aktiva dan pasiva. mengkonstatir harta boedel (mencari tahu isi dari boedel).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap persepsi yang berbeda, perbedaan-perbedaan tersebut dapat pula

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan penjelasan-penjelasan pada bab sebelumnya, maka. dapat disimpulkan bahwa:

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGHIBAHAN SELURUH HARTA WARISAN OLEH PEWARIS SEHINGGA MELANGGAR LEGITIME PORTIE

PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia merupakan negara agraris, terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. hukum tersebut memiliki unsur-unsur kesamaan, walaupun dalam beberapa

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai atau dimiliki oleh orang perorangan, kelompok orang termasuk

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

DALUWARSA PENGHAPUS HAK MILIK DALAM SENGKETA PERDATA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

AGNES ADRIANI HALIM ABSTRACT

menyendiri, namun manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Hukum Perdata di Indonesia khususnya hukum waris bersifat pluralisme (beraneka ragam). Belum adanya unifikasi dalam hukum waris di Indonesia yang merupakan bagian dari hukum perdata Indonesia, menyebabkan sampai saat ini masih memakai tiga sistem hukum kewarisan yang sudah ada sejak dahulu yaitu hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam, dan hukum Waris Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Hukum Waris menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disingkat KUHPerdata) berlaku suatu asas yaitu apabila seseorang meninggal dunia, maka seketika itu juga segala hak dan kewajibannya beralih kepada sekalian ahli warisnya. Hak dan kewajiban yang beralih pada ahli waris adalah sepanjang termasuk dalam lapangan hukum kekayaan atau hanya hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang. 1 Orang yang meninggal dunia (pewaris) meninggalkan keluarga dan harta kekayaan (warisan), diperlukan cara untuk melakukan penyelesaian atau pembagian warisan pewaris dan penerapan hukum yang digunakan untuk membagi warisan tersebut. Pembagian waris dapat dituntut setiap saat, terlepas dari adanya kesepakatan bersama para ahli waris yang melarang pembagian demikian. Sekalipun begitu, para ahli waris dapat membuat 1 Eman Suparman, 2005, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW, Refika Aditama, Bandung, hlm.26.

perjanjian atau kesepakatan untuk menunda pembagian atau pemberesan boedel atau kekayaan pewaris untuk sementara waktu. KUHPerdata mengatur 2 (dua) jenis pewarisan karena kematian yaitu untuk diri sendiri dan karena penggantian (plaatsvervulling). 2 Orang dikatakan mewaris sendiri apabila ia mewaris berdasarkan tempatnya di antara keluarga sedarah dari si pewaris. Menurut Pasal 841 KUHPerdata penggantian tempat terjadi apabila orang yang mewakili diberikan hak menggantikan tempat, derajat, dan hak dari orang yang diwakili. Penggantian hanya dapat terjadi bagi keturunan yang sah. Berlangsungnya penggantian tempat untuk keturunan yang sah dalam garis lurus kebawah tidak dibatasi. Hak untuk menerima warisan karena penggantian tempat tersebut berlangsung bersama-sama atas jumlah harta warisan yang menjadi hak ahli waris yang telah meninggal. 3 Orang yang menggantikan ahli waris tersebut harus patut menerima harta warisan. Apabila ternyata ahli waris pengganti tidak patut tetapi ternyata menguasai sebagian atau seluruh harta peninggalan dan berpura-pura sebagai ahli waris, maka wajib untuk mengembalikan semua yang dikuasainya termasuk hasil-hasil yang telah dinikmatinya. 4 Ahli waris pengganti mempunyai kedudukan dan hak yang sama dengan ahli waris untuk diri sendiri. Oleh karena itu ahli waris pengganti berhak untuk meminta atau menuntut bagian dari harta warisan yang menjadi 2 A.Pitlo, 1990, Hukum Waris Menurut KUHPerdata, Intermasa, Jakarta, hlm.31. 3 Anisitus Amanat, 2001, Membagi Warisan Berdasarkan pasal-pasal perdata/bw, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.61. 4 A. Pitlo, Op.,cit, hlm.39.

bagiannya. Namun dalam kenyataannya tidak semua ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diikuti dan bahkan adakalanya dikesampingkan atau tidak dilaksanakan, salah satu contohnya dalam ketentuan tentang pewarisan sebagaimana yang telah diatur di dalam Buku II KUHPerdata. Ahli waris pengganti mempunyai hak untuk menuntut bagian warisannya apalagi tidak dilakukan pembagian waris oleh para ahli waris lainnya yang sah. Berdasarkan Pasal 834 KUHPerdata memberikan perlindungan hukum kepada setiap ahli waris untuk mengajukan gugatan guna memperjuangkan hak warisnya apabila ternyata pembagian waris tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Keadaan ini dapat dilihat dalam kasus Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta No. 118/Pdt.G/2010/PN.YK. Kasus ini membahas adanya pewaris yang bernama Kheng Jap Ging yang meninggalkan warisan berupa emas ataupun aset yang diperjual belikan Toko Mas Banyak di jalan Ketandan No.14/Baru 18 Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Yogyakarta yang diwariskan kepada anak-anaknya selaku ahli waris sah dari pewaris. Atas kesepakatan ke-9 (sembilan) anak-anaknya/ para ahli waris dilakukan perhitungan emas/aset tersebut berjumlah 60 kg (enam puluh kilogram). Tetapi hingga sekarang tidak dilakukannya pembagian waris diantara ahli waris karena mereka bersepakat untuk melanjutkan usaha pewaris secara bersama-sama. Dalam kenyataannya pengelolaan Toko Mas Banyak tersebut dominan/dikuasai salah satu ahli waris dibanding ahli waris

yang lainnya yaitu dikuasai oleh ahli waris pengganti. Artinya disini ialah ahli waris pengganti tersebut menguasai keuangan serta aset-aset, mengelola, serta menentukan pembagian hasil toko mas banyak tersebut diantara para ahli waris lainnya. Tanpa ada alasan yang jelas, tanah dan bangunan toko tersebut dikuasai oleh salah satu ahli waris yang bernama Jap Bie Siang. Maka dari kasus tersebut salah satu ahli waris yang dalam hal ini adalah ahli waris pengganti hendak menuntut bagian yang seharusnya didapatkan masingmasing ahli waris. Dalam kasus ini putusan hakim menyatakan bahwa gugatan yang dilakukan oleh penggugat selaku ahli waris pengganti tersebut adalah gugatan yang kurang pihak dalam berperkara karena tidak diikutsertakannya ahli waris lain yang sah menurut hakim sehingga menjadikan gugatan tersebut tidak dapat diterima. Pada asasnya harta peninggalan tidak boleh dibiarkan dalam keadaan tidak dibagi sesuai dengan ketentuan Pasal 1066 KUHPerdata, kecuali jika hal itu terjadi hanya dengan adanya persetujuan oleh seluruh ahli waris. Apabila dikemudian hari salah satu ahli waris meminta bagiannya dari harta peninggalan tersebut maka haruslah dilakukan pembagian harta peninggalan pewaris untuk seluruh ahli waris. Ketika harta warisan yang telah lama tidak dilakukan pembagian tersebut ternyata dikuasai oleh salah satu ahli waris, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi sengketa terhadap pembagian warisan apabila harta peninggalan yang dikuasai oleh salah satu ahli waris karena tidak diperbolehkannya untuk dibagi. Berdasarkan ketentuan di atas maka ahli waris yang merasa dirugikan dapat melakukan penuntutan terhadap

pembagian warisan yang didasarkan pada Pasal 834 KUHPerdata. Tetapi tidak demikian kenyataannya dalam Putusan Nomor 118/Pdt.G/2010/PN.YK. Pasal 834 KUHPerdata tersebut dikesampingkan oleh hakim, karena menurut hakim dalam sengketa pembagian warisan sesama ahli warisnya tidak dapat dilakukan penuntutan terhadap hak dalam pembagian harta peninggalan tersebut secara sendiri-sendiri. Penggugat dalam kasus ini merupakan keturunan timur asing tionghoa yang tunduk pada KUHPerdata karena mereka sudah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) sehingga berlaku juga hukum positf Indonesia, termasuk didalamnya HukumWaris. Penggugat dalam kasus ini berjumlah 6 (enam) orang yang merupakan anak laki-laki dan anak perempuan beserta istri dari almarhum Jap Bing Siang ( ayah dari penggugat yang telah meninggal terlebih dahulu sebelum dilakukan pembagian waris), oleh karena itu penggugat menggunakan Pasal 834 KUHPerdata karena sistem parental yang digunakan dalam penuntutan pembagian warisnya. Penggugat tidak memilih menggunakan aturan hukum adat dalam gugatannya tersebut karena penggugat secara bersama-sama yaitu anak laki-laki dan anak perempuan sah dari almarhum Jap Bing Siang menjadi pihak yang bersengketa dalam kasus ini. Jika penggugat menggunakan hukum adat dalam gugatannya maka harus tunduk pada sistem patrilineal, dimana penggugatnya hanya anak laki-laki dari almarhum Jap Bing Siang. Pembagian warisan yang berujung konflik atau sengketa tersebut yang penyelesaiannya dapat dilakukan dengan pilihan secara mufakat dan

musyawarah keluarga maupun dengan jalur hukum, yaitu mengajukan gugatan waris ke Pengadilan Negeri. Putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap merupakan paksaan untuk dilaksanakannya pembagian waris atau harta peninggalan. Berdasarkan hal-hal yang tersebut diatas, adanya ketertarikan untuk melakukan penelitian yang dirangkai dengan Judul Perlindungan Hukum Terhadap Ahli Waris Keturunan Timur Asing Tionghoa Dalam Pewarisan Di Pengadilan Negeri Yogyakarta (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta No.118/Pdt.G/2010/PN.YK) B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan beberapa masalah yang harus dibahas dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1) Mengapa Hakim dalam menjatuhkan putusan Nomor 118/PDT.G/2010/PN.YK tidak sesuai dengan Pasal 834 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata? 2) Apakah Putusan Nomor.118/Pdt.G/2010/PN.YK telah memberikan Perlindungan Hukum Bagi Ahli Waris Pengganti Keturunan Timur Asing Tionghoa?

C. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh penulis terhadap tulisan-tulisan sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian tentang Perlindungan Hukum Terhadap Ahli Waris Pengganti Keturunan Timur Asing Tionghoa Dalam Pewarisan Di Pengadilan Negeri Yogyakarta, namun sebagai referensi keaslian terhadap penelitian yang dilakukan oleh penulis, dan memperoleh hasil bahwa terdapat beberapa penelitian mendekati kemiripan dengan apa yang akan diteliti oleh penulis, namun dapat dipastikan bahwa hal tersebut berbeda dengan apa yang akan diteliti oleh penulis. 1. Penelitian dengan judul Pembagian Waris Dengan Wasiat Secara Lisan Pada Masyarakat Adat Tionghoa Di Kelurahan Buliang Kecamatan Batu Aji Kota Batam. Penelitian ini dilaksanakan oleh Ricki Siddharta (10/305625/PHK/06287), Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, 5 dengan rumusan masalah yang diteliti : a) Bagaimana pelaksanaan pembagian waris dengan wasiat secara lisan pada masyarakat adat Tionghoa di kelurahan Buliang, kecamatan Batu Aji, kota Batam? b) Bagaimanakah kedudukan dan fungsi saksi dalam pelaksanaan pembagian waris dengan wasiat secara lisan pada masyarakat adat Tionghoa di kelurahan Buliang, Kecamatan Batu Aji, kota Batam? Hasil penelitian dari penulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 5 Ricki Siddharta, 2012, Pembagian Waris Dengan Wasiat Secara Lisan Pada Masyarakat Adat Tionghoa di Kelurahan Buliang Kecamatan Batu Aji Kota Batam, Tesis, Program Pascasarjana, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

a) Masyarakat adat Tionghoa di Kelurahan Buliang, kecamatan Batu Aji, Kota Batam, pembagian warisan dilaksanakan dengan wasiat secara lisan yang berarti bahwa pewaris dalam membagikan harta waris secara langsung kepada ahli waris tanpa bentuk tertulis baik surat maupun akta atau testamen dengan dihadiri 2 (dua) orang saksi. Pembagian warisan dengan lisan dilaksanakan sebelum pewaris meninggal dunia atau masih hidup dengan proses pengalihan, pembagian atau penunjukan. b) Kedudukan dan fungsi saksi dalam masyarakat adat Tionghoa di kelurahan buliang, kecamatan Batu Aji, Kota Batam dimana kedudukan saksi dalam pembagian waris secara lisan adalah alat bukti dan keabsahan atas pelaksanaan pembagian waris secara lisan. Fungsi saksi selain melihat dan mendengar juga dititipkan harta waris milik pewaris untuk diberikan kepada ahli waris yang tidak dapat hadir saat pembagian harta waris. 2. Penelitian dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap Ahli Waris Sah Atas Tanah Hak Milik Yang Belum Dibagi Waris (Studi Kasus Putusan No.073/Pdt.G/1988/PN.KDR). Penelitian ini dilaksanakan oleh Hapsari (09/292064/PHK/05965) Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, 6 dengan rumusan masalah yang diteliti : 6 Hapsari, 2012, Perlindungan Hukum Terhadap Ahli Waris Sah Atas Tanah Hak Milik Yang Belum Dibagi Waris (Studi Kasus Putusan No.73/Pdt.G/1988/PN.KDR), Tesis, Program Pascasarjana, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

a) Bagaimana perlindungan hukum terhadap ahli waris sah atas tanah yang belum didaftarkan berkaitan dengan kasus gugatan Nomor 73/Pdt.G/1988/PN.KDR? b) Apa dasar hukum yang dijadikan pertimbangan hakim dalam memutus perkara Nomor 73/Pdt.G/1988/PN.KDR? c) Mengapa putusan hakim pengadilan negeri Nomor 73/Pdt.G/1988/PN.KDR tersebut belum dapat direalisasikan? Hasil penelitian dari penulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut : a) Bentuk perlindungan hukum terhadap ahli waris sah atas tanah waris yang belum didaftarkan dalam kasus ini yaitu dikembalikan kepada ahli waris tanah/barang-barang tersengketa yang memang menjadi hak dari ahli waris, dan dengan dibatalkannya sertifikat Nomor 117 Tahun 1983 atas nama : X dengan putusan pengadilan. b) Dasar hukum yang dijadikan pertimbangan hakim dalam memutus perkara Nomor 73/Pdt.G/1988/PN.KDR adalah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. c) Putusan Hakim Pengadilan Negeri Nomor 73/Pdt.G/1988/PN.KDR tersebut belum dapat direalisasikan karena terdapat hambatan dalam merealisasikan Putusan tersebut yaitu karena ada keabiasaan

masyarakat yang kental sehingga pelaksanaan putusan tersebut menjadi terhambat, dan terkendala administrasi dari BPN Pusat ke BPN daerah. Berdasarkan pada uraian tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai persamaan dan perbedaan antara penelitian oleh penulis dengan penelitian yang telah ada tersebut. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai pembagian waris untuk Keturunan Tionghoa, sedangkan perbedaan dari penelitian oleh penulis sebagai berikut : 1. Penelitian penulis mengenai pembagian waris bagi ahli waris pengganti, sedangkan penelitian yang telah ada mengenai pembagian waris bagi ahli waris sah yang belum cukup umur dan pembagian waris dengan wasiat lisan. 2. Penelitian penulis dilakukan di instansi, wilayah, dan waktu yang berbeda. Dengan demikian berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis menyimpulkan bahwa penelitian dan penulisan ini berbeda dengan beberapa penelitian dan penulisan terdahulu, karena itu penelitian ini merupakan penelitian asli. Apabila ternyata pernah dilakukan penelitian serupa, maka diharapkan penelitian ini dapat melengkapinya.

D. Faedah Penelitian 1. Faedah Bagi Ilmu Pengetahuan Faedah bagi ilmu pengetahuan adalah untuk menambah kajian mengenai perlindungan hukum terhadap ahli waris Keturunan Timur Asing Tionghoa dalam pewarisan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bagian dari referensi penelitian lain selanjutnya. 2. Faedah Bagi Pembagunan Negara dan Bangsa Bagi masyarakat diharapkan hasil penelitian dapat memberikan kontribusi atas pembentukan pemahaman terkait dengan upaya pembagian waris berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bagi ahli waris pengganti dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya untuk keturunan Timur Asing Tionghoa sebagi ahli waris. E. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui dan menganalisis hal - hal yang menjadi alasan pertimbangan hakim terhadap Pasal 834 KUHPerdata dalam memutus perkara ahli waris keturunan Timur Asing Tionghoa dalam pewarisan di Pengadilan Negeri Yogyakarta. b. Untuk mengetahui, mengkaji, dan menganalisis secara mendalam mengenai perlindungan hukum yang diberikan kepada para ahli waris pengganti dalam pembagian warisan keturunan Timur Asing Tionghoa dalam kasus putusan No.118/Pdt.G/2010/PN.YK.