KERANGKA ACUAN KERJA TAHUN 2016 PENGADAAN DATA SATELIT RADAR COSMO-SKYMED

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LAPORAN KEGIATAN SHORT TERM TRAINING ON INDESO PROJECT COLLECTE LOCALISATION SATELLITES BREST, FRANCE

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. fenomena penangkapan ikan tidak sesuai ketentuan (illegal fishing), yaitu

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

KERANGKA ACUAN KERJA (TERMS OF REFERENCE/TOR) TAHUN 2016 PERALATAN DAN FASILITAS PERKANTORAN

KERANGKA ACUAN KERJA (TERMS OF REFERENCE) KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017 LAYANAN INTERNAL

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peraturan...

KERANGKA ACUAN KERJA PESERTA DIDIK DAN LULUSAN PENDIDIKAN TAHUN 2017

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/KEPMEN-KP/SJ/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT NOMOR PER. /Balitbang KP.3.1/BPOL/RC.310/VIII/2016

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/KEPMEN-KP/SJ/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berada diantara 2 (dua) samudera yaitu samudera pasifik dan samudera hindia dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN PESISIR DAN LAUT PENYUSUNAN STATUS MUTU LAUT KOTA BATAM DAN KABUPATEN BINTAN TAHUN 2015

WARTA. Peng wasan. Edisi IX/ Berita Utama. KKP Pulangkan 228 ABK Asal Vietnam. humas psdkp.

MONITORING DAN EVALUASI ATAS GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PERATURAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT NOMOR PER. /Balitbang KP.3.1/BPOL/RC.310/I/2016

3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari s/d Juli 2007 di Kabupaten Jayapura dan Merauke Provinsi Papua.

LAPORAN AKHIR RIA Seri: PERMENKP NO. 57 Tahun 2014 BALITBANG-KP, KKP

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN

BAB I PENDAHULUAN. dulu. Namun hingga sekarang masalah illegal fishing masih belum dapat

4/3/2017 PEMBANGUNAN PERIKANAN & KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017

BAB IV. A. Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan. VMS/(Vessel Monitoring System) dihubungkan dengan Undang-

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 39/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

RETREAT ISU STRATEGIS DAN KEGIATAN PRIORITAS PENGAWASAN. Kepala Subbagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen PSDKP

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

Revisi ke 02 Tanggal : 13 Juli 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia

2 Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lem

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 05/MEN/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 SEKRETARIAT DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

Yang Terhormat: 1. Menteri Kelautan RI / Eselon 1 di KKP. 2. Kepala Staf Kantor Kepresidenan. 3. Ketua Satgas IUU Fishing

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

STRATEGI PENANGGULANGAN IUU FISHING (ILLEGAL, UNREPORTED, UNREGULATED FISHING) MELALUI PENDEKATAN EKONOMI (STUDI KASUS DI PERAIRAN LAUT ARAFURA)

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.50/MEN/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN KKP "Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad melakukan jumpa pers di kantor KKP Jakarta, Senen (18/10).

Revisi ke : 04 Tanggal : 8 September 2014

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

MODEL SELEKSI KAPAL INSPEKSI PERIKANAN UNTUK PENINDAKAN IUU FISHING BERBASIS DATA VESSEL MONITORING SYSTEM (VMS)

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

DAFTAR PENYUSUN. Penasehat : Penanggung Jawab : Ketua Tim Penyusun : Tim Penyusun : Penerbit : Kepala PusatPenelitian dan Pengembangan

KERANGKA ACUAN KERJA (TERMS OF REFERENCE) KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017 LAYANAN INTERNAL (OVERHEAD)

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.22/MEN/2011

BAB I PENDAHULUAN. dimasukan kedalam kelompok Negara mega-biodiversity yang merupakan dasar dari

Revisi ke : 04 Tanggal : 11 September 2014

3 METODOLOGI. (check list) dan negara. aturan hukum. analisis deskriptif mengacu dari. Jakarta, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PERMEN-KP/2014 TENTANG USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. diakibatkan dari Illegal Fishing yang dari tahun ketahun terus mengalami

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.34/MEN/2011 TENTANG

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Revisi ke 08 Tanggal : 24 Desember 2013

PENDANAAN BERKELANJUTAN BAGI KAWASAN KONSERVASI LAUT

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

KERANGKA ACUAN KERJA TAHUN 2016 (TERMS OF REFERENCE/TOR) LAYANAN PERKANTORAN

Revisi ke 07 Tanggal : 24 Desember 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dijaga keamanan dan dimanfaatkan untuk kemakmuran Indonesia. Wilayah negara

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

PENENGGELAMAN KAPAL SEBAGAI USAHA MEMBERANTAS PRAKTIK ILLEGAL FISHING

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negar

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

Revisi ke 07 Tanggal : 24 Desember 2013

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PERMEN-KP/2017 TENTANG

Validasi Sebaran Kapal Penangkap Ikan Tradisional Menggunakan Data Penginderaan Jauh Dan GPS Tracker

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

KERANGKA ACUAN KERJA TAHUN 2016 PENGADAAN DATA SATELIT RADAR COSMO-SKYMED KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN JAKARTA, 2016 0

KERANGKA ACUAN KERJA (TERMS OF REFERENCE/TOR) 1. Kementerian Negara/ : Kementerian Kelautan dan Perikanan Lembaga 2. Unit Eselon I/II : Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan/Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir 3. Program : Penelitian dan Pengembangan IPTEK Kelautan dan Perikanan 4. Hasil (Outcome) : Diperolehnya data Satelit Radar COSMO-Skymed 5. Kegiatan : Penelitian dan Pengembangan Iptek Sumber Daya Laut dan Pesisir 6. Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah Data Satelit Radar 7. Jenis Keluaran (Output) : Data Satelit Radar COSMO-Skymed untuk wilayah perairan Indonesia. 8. Volume Keluaran (Output) : 1 paket data Satelit Radar COSMO-Skymed untuk wilayah perairan Indonesia. 9. Satuan Ukur Keluaran (Output) : Paket data 10. Mendukung Kegiatan Prioritas Nasional/Bidang/KKP : Mendukung penanggulangan IUU Fishing A. Pendahuluan Indonesia merupakan negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar. Potensi pengembangan untuk perikanan tangkap di perairan laut Indonesia adalah sebesar 6,5 juta ton. Akan tetapi, selain potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang begitu besar, terdapat tantangan lain yang timbul yaitu maraknya kegiatan penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing) oleh kapal-kapal ikan asing yang berdampak merugikan negara dan mengancam kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan. Ancaman illegal fishing, atau lebih lengkapnya Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing, ke depan diperkirakan intensitasnya terus meningkat, dimana hal tersebut sejalan dengan kondisi perikanan global saat ini di beberapa negara yang mengalami penurunan stok ikan dan tingginya permintaan produk perikanan serta pengurangan armada kapal penangkapan ikan oleh berbagai negara akibat menyempitnya peluang izin penangkapan. Hal ini mendorong negara-negara di sekitar Indonesia yang memiliki armada besar melakukan illegal fishing di perairan Indonesia dengan berbagai modus operandi serta menggunakan teknologi yang lebih canggih dan terkoordinir dengan baik. Di sisi lain kemampuan pengawasan SDKP di Indonesia masih sangat lemah dan perairan Indonesia sangat terbuka. Daerah-daerah yang menjadi titik rawan illegal fishing di Indonesia terletak di Laut Arafuru, Laut Natuna, sebelah Utara Sulawesi Utara (Samudra Pasifik), Selat Makassar, dan Barat Sumatera (Samudera Hindia). Melihat ancaman dan tantangan tersebut, pengawasan SDKP perlu ditingkatkan sebagaimana amanat UU No. 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, melalui pengembangan sistem pemantauan SDKP, penyediaan 1

sarana dan prasarana pengawasan, pemenuhan regulasi bidang pengawasan dan kelembagaan di tingkat daerah serta kerjasama secara intensif dengan instansi lain dan menggalang komitmen serta dukungan internasional dalam penanggulangan illegal fishing. Sejalan dengan hal tersebut, telah pula diterbitkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP/50/MEN/2012 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan IUU Fishing Tahun 2012-2016. Keputusan Menteri KP tersebut merupakan acuan bagi setiap unit organisasi di lingkungan KKP dalam upaya mencegah dan menanggulangi kegiatan IUU Fishing sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing, dan sebagai bahan koordinasi untuk mencegah dan menanggulangi kegiatan IUU Fishing dengan kementerian/instansi lain yang terkait. Beberapa usaha yang telah ditempuh oleh KKP dalam upaya menanggulangi kegiatan IUU Fishing adalah: 1. Implementasi Sistem Pemantauan Kapal Perikanan (VMS) KKP mewajibkan pemilik kapal penangkap ikan berukuran minimal 30 GT memasang Vessel Monitoring System (VMS). Ketentuan itu diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10 Tahun 2013 tentang Pemantauan Sistem Kapal Perikanan. Pemasangan peralatan transmiter VMS on line tersebut merupakan prasyarat penerbitan perizinan kapal perikanan. Dengan peralatan tersebut, pergerakan dan aktifitas setiap kapal perikanan dapat dipantau melalui sistem aplikasi VMS. 2. Pembangunan Stasiun Bumi Penerima Data Satelit Radar Guna mengantisipasi adanya kapal perikanan yang tidak mengaktifkan transmiter VMS agar tidak terpantau oleh Sistem VMS, KKP telah membangun Stasiun Bumi Penerima Data Satelit Radar di Perancak, Jembrana, Bali, yang dapat menerima data Satelit Radarsat-2 (RST) dan COSMO-Skymed (CSK). Dari data Satelit Radar yang terintegrasi dengan Sistem Themis, dapat diketahui keberadaan kapal-kapal perikanan yang berukuran besar di suatu wilayah perairan tertentu. Dengan telah beroperasinya Stasiun Bumi Satelit Radar tersebut, maka jumlah kapal-kapal perikanan yang tidak terpantau oleh Sistem VMS, karena tidak mengaktifkan transmiter, dapat diminimalisir. Integrasi antara Sistem VMS dengan Sistem Themis Radar memberikan hasil yang lebih baik, dimana dapat diketahui keberadaan kapal yang tidak terpantau oleh Sistem VMS. Sehingga dapat dilakukan tindakan terhadap kapal-kapal perikanan yang tidak mengaktifkan transmiter VMSnya, akan tetapi terpantau oleh Sistem Themis Radar. Sistem Satelit RST sampai tahun 2017 masih dikelola oleh project INDESO, sedangkan sistem Satelit CSK dikelola oleh P3SDLP melalui dana APBN. Dengan adanya kedua satelit radar tersebut, kemampuan ship detection dan oil spill monitoring dapat ditingkatkan resolusi temporalnya. Satelit RST yang memiliki revisit time 24 hari dapat memantau wilayah perairan Indonesia 2 kali sehari. Sedangkan Satelit CSK memiliki kemampuan revisit time yang lebih tinggi, yaitu berkisar 12, 40 atau 65 jam, dan memantau wilayah perairan Indonesia lebih dari 2 kali sehari. Hal ini dimungkinkan karena Satelit CSK memiliki 4 satelit konstelasi. Sehubungan dengan hal tersebut, selain data Satelit Radarsat-2 yang telah dikelola oleh Project INDESO, masih diperlukan data Satelit COSMO-Skymed guna memenuhi kebutuhan data yang tidak dapat diperoleh dari data Satelit Radarsat-2. 2

A. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk melakukan pengadaan data Satelit COSMO- Skymed dalam operasional Sistem Satelit CSK. Pengelolaan dan operasional Sistem Satelit CSK terintegrasi dengan Sistem Radar INDESO. B. Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah diperolehnya data Satelit COSMO-Skymed yang akan digunakan untuk mengidentifikasi kapal perikanan, oil spill, dan identifikasi wilayah pesisir. C. Lokasi Kegiatan Lokasi kegiatan berada di Balai Penelitian Observasi Laut (BPOL), Perancak, Bali dan Jakarta. Penempatan data Satelit akan berada di BPOL Perancak, Bali dan backup-nya berada Balitbang KP di Jakarta. D. Penerima Manfaat Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan dan Ditjen Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, KKP. E. Sumber Pendanaan Pekerjaan ini dibiayai dari DIPA P3SDLP Tahun 2016, dengan pagu anggaran sebesar Rp. 1.450.000.000,- (satu milyar empat ratus lima puluh juta rupiah), dengan rincian sebagaimana terdapat pada lampiran Rincian Anggaran Biaya (RAB). F. Nama Organisasi dan Pejabat Pembuat Komitmen Nama Pejabat Pembuat Komitmen: Ir. M. Eko Rudianto, M.Bus.IT. Satuan Kerja: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir G. Data Penunjang Kondisi eksisting Sistem Radar INDESO a. Di BPOL, Perancak, Jembrana, Bali, sudah terpasang Stasiun Bumi Satelit Radar yang dapat menerima data Satelit Radarsat-2 dan Satelit COSMO-Skymed. b. Stasiun Bumi Satelit Radar di BPOL telah tersertifikasi sebagai network station Radarsat-2 dan COSMO-Skymed. c. Nama subsistem ground station adalah SRS (Satellite Receiving System) yang didalamnya terdapat 3 (tiga) sistem yaitu: i. RTS (Radar Terminal System) yang terdiri dari antenna Viasat (D:5,2 m), receiver dan demodulator (Viasat VHR 1200). ii. RVAS (Radar Value Added System) yang terdiri dari Radar Processor, DAS (Direct Archive System) dan Radar Work Station, yang berfungsi untuk menerima data Satelit Radarsat-2 iii. CUT (Commercial User Terminal) System, KKP CUT, yang berfungsi untuk menerima data Satelit COSMO-Skymed. Standar Teknis a. Data Satelit Radar COSMO-Skymed yang diterima harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut: 3

Jenis Data (Mode) Resolusi Luas Spasial (m) Cakupan (km) Jenis Polarisasi Akuisisi/Archive Spotlight-2 1 x 1 10 x 10 Single, HH, VV Akuisisi Stripmap HIMAGE 5 x 5 40 x 40 Single, HH, VV, HV, Akuisisi VH ScanSAR Wide 30 x 30 100 x 100 Single, HH, VV, HV, VH Akuisisi H. Lingkup Pekerjaan Lingkup perkerjaan kegiatan adalah pengadaan data Satelit Radar COSMO-Skymed dengan kondisi sebagai berikut: Data yang dipesan dapat diakuisisi langsung di Stasiun Satelit Radar di BPOL, Perancak, Jembrana, Bali. Jenis data (mode) adalah Spotlight-2, Stripmap HIMAGE atau ScanSAR Wide I. Keluaran Keluaran yang harus dicapai adalah data citra satelit radar COSMO-Skymed (Spotlight-2, Stripmap HIMAGE dan/atau ScanSAR Wide). J. Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan Jangka waktu pelaksanaan adalah selama 60 (enam puluh) hari kalender, terhitung sejak ditandatanganinya kontrak. K. Sertifikasi Calon penyedia harus memiliki surat rekomendasi/dukungan dari pihak penyedia Satelit Radar COSMO-Skymed (Pabrik/Distributor/Agent) L. Kondisi Khusus Dalam proses pengadaan data, terdapat beberapa kondisi khusus yang harus dipenuhi oleh calon penyedia, yaitu: a. Jumlah jenis data Satelit Radar COSMO-Skymed yang diperoleh harus sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. b. Komposisi jumlah dan jenis data Satelit Radar COSMO-Skymed yang dibutuhkan dapat berubah dari yang telah direncanakan. 4