Koreksi-Koreksi pada Pengolahan Data Geofisika (Part II :Metode Magnetik)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

Pengolahan awal metode magnetik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

APLIKASI FILTER KONTINUASI KEATAS DAN ANALISA SPEKTRAL TERHADAP DATA MEDAN POTENSIAL Oleh: N. Avisena M.Si ABSTRACT

Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut :

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

PENDUGAAN POSISI DAPUR MAGMA GUNUNGAPI INELIKA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN SURVEI MAGNETIK

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

BAB III METODE PENELITIAN

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik, dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit altimetri pertama kali diperkenalkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA)

JURNAL TUGAS AKHIR 1

Xpedia Fisika DP SNMPTN 05

Uji Kompetensi Semester 1

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

PENGARUH POLA KONTUR HASIL KONTINUASI ATAS PADA DATA GEOMAGNETIK INTEPRETASI REDUKSI KUTUB

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap II Semifinal Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

BAB V DESAIN SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2.

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG

Deliniasi Prospek Bijih Besi Dengan Mengunakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

Analisis Data. (Desi Hanisa Putri) 120

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

Kuis I Elektromagnetika I TT3810

ANALISIS REDUKSI TOPOGRAFI DATA GAYABERAT DENGAN PENDEKATAN METODE LA FEHR DAN WHITMAN PADA PENENTUAN ANOMALI BOUGUER

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

BAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8. Jurnal Einstein. Available online

ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU

Wahana Fisika, 1(2), 2016

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK MENGGUNAKAN TRANSFORMASI PSEUDOGRAVITY PADA ANOMALI MAGNETIK DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU

PENGGUNAAN METODE ANALISIS SINYAL DALAM INTERPRETASI DATA MAGNET DI PERAIRAN SELAT SUNDA UNTUK MENENTUKAN ARAH DAN POSISI PIPA BAWAH LAUT

Medan Listrik, Potensial Listik dan Kapasitansi. Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. 16% siswa hanya mengulang soal saja.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH MANIFESTASI PANASBUMI GEDONG SONGO GUNUNG UNGARAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

BAB III METODE PENELITIAN

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

INFORMASI PENTING. m e = 9, kg Besar muatan electron. Massa electron. e = 1, C Bilangan Avogadro

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN :

BAB III IMPLEMENTASI ASPEK GEOLOGI DALAM PENENTUAN BATAS LANDAS KONTINEN

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi

BAB II DASAR TEORI. Tingkat suatu bahan magnet untuk mampu dimagnetisasi ditentukan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

KELURUSAN ANOMALI MAGNET BENDA X DI DAERAH Y DARI HASIL REDUKSI KE KUTUB

INTERPRETASI METODE MAGNETIK UNTUK PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR GUNUNG KELUD KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

UM UGM 2017 Fisika. Soal

Interpretasi Struktur Bawah Tanah pada Sistem Sungai Bribin dengan Metode Geomagnet

TUJUAN PERCOBAAN II. DASAR TEORI

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

Transkripsi:

komputasi Page 1 Koreksi-Koreksi pada Pengolahan Data Geofisika (Part II :Metode Magnetik) 11 Februari 2015 2:08 Setelah gravity, bahas magnetik yuk! Ibarat jodoh, mereka ini selalu dipasangkan bersama-sama. Yang berbeda metode magnetik lebih sedikit reduksinya. 1. Oke. Berikut ini penjelasan singkatnya. Ini diambil dari proposal skripsi rekan gue. Next time gue perbaiki daftar pustakanya! Koreksi Diurnal Menurut Telford (1990), perbedaan waktu pengukuran dan efek sinar matahari dalam satu hari menyebabkan penyimpangan intensitas medan magnet bumi. Untuk mengkoreksi penyimpangan tersebut dapat dilakukan dengan cara menghitung variasi intensitas medan magnet total pada titik awal dikurangi dengan nilai pada titik awal dengan interpolasi linier terhadap waktu. Berikut rumusan untuk koreksi diurnal : 2. (2.5) Dimana tn = Waktu pada titik n taw = Waktu pada titik awal tak = Waktu pada titik akhir Hak = Nilai medan magnet pada titik akhir Haw = Nilai medan magnet pada titik awal Koreksi Normal (IGRF) Medan magnet total merupakan resultan dari tiga komponen dasar medan magnet, yaitu medan anomali, medan luar, dan medan utama. Medan magnet utama adalah rata-rata nilai intensitas medan magnet pada daerah pengukuran. Ketika medan magnet luar dapat dihilangkan dengan koreksi harian, maka medan magnet utama dapat dihilangkan menggunakan koreksi IGRF. IGRF merupakan singkatan dari International Geomagnetik Reference Field yang merupakan model umum spherical harmonic medan magnet bumi dan telah disetujui secara internasional. Nilai dari koreksi IGRF ini didapatkan dari kalkulator medan magnet di website NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration). Gambar 2.6 Kalkulator medan magnet (NOAA, 2015).

komputasi Page 2 Setelah didapatkan nilai dari koreksi IGRF, nilai anomali medan magnet dapat dihitung menggunakan perumusan berikut: 3. (2.6) Dimana: ΔH = Anomali medan magnet total Hn = Medan magnet terukur HD = Koreksi harian HIGRF = Koreksi IGRF Reduksi Bidang Datar Data yang diperoleh dari pengukuran memiliki elevasi yang tidak teratur mengikuti topografi lokasi pengambilan data menyebabkan terpengaruhnya permukaan yang termagnetisasi oleh medan magnet bumi. Untuk memperkecil pengaruh dari topografi, dilakukan perataan kontur anomali medan magnetik total ke dalam bidang datar. Bidang datar dalam hal ini merupakan topografi rata-rata di lokasi pengambilan data. Menurut Blakely (1995), harga medan potensial titik (x,y) pada permukaan baru, dikarenakan kontinuasi medan potensial U(x,y,zo) yang terukur pada level suface(permukaan rata dengan zo = konstan) di uneven surface (permukaan tidak rata), dapat dirumuskan: (2.7) Konvergensi pada persamaan (2.7), secara empiris paling cepat jika zo diletakan pada pertengahan z(x,y). Solusi persamaan tersebut dapat diperoleh menggunakan kawasan Fourier untuk turunan vertikal medan terukur. Perumusan transformasi Fourier untuk turunan vertikal ke n medan potensial adalah : (2.8) Untuk transformasi dari uneven surface (permukaan tidak rata) ke level surface (permukaan rata), dapat dirumuskan dengan pengaturan kembali persamaan (2.7) sehingga menjadi : (2.9) 4. Gambar 2.7 Penggambaran permukaan tidak rata (Blakely,1995). Kontinuasi ke Atas Menurut Satiawan (2009), kontinuasi ke atas merupakan metode yang digunakan sebagai filter untuk menghilangkan noise dari benda-benda dekat permukaan dan juga mengurangi efek dari anomali dangkal. Metode ini menjadikan data seolah-olah diukur pada permukaan yang lebih atas dari suatu level permukaan. Menurut Blakely (1995), teorema Green merupakan konsep dasar dari kontinuasi ke atas. Untuk medan potensial yang diukur pada level permukaan, kontinuasi yang paling sederhana adalah derivasi klasik yang dijelaskan oleh Henderson (1970). Diasumsikan bahwa sumbu z pada koordinat Cartesian mengarah ke bawah, medan potensial diukur pada permukaan datar dimana z = zo dan pada titik tunggal P(x,y,zo-Δz) diatas permukaan datar dimana Δz>0. Pada gambar 2.8, permukaan S dengan radius α terdiri atas dua tingkat yaitu permulaan datar dan hemisphere, sedangkan sumber berada pada z>zo. Ketika, didapatkan persamaan sebagai berikut : (2.10) dimana

komputasi Page 3, dan Δz > 0. Gambar 2.8 (a) Dalam batas S, dari perilaku R dapat diketahui fungsi harmonik tiap titiknya dalam wilayah R. (b) Pada z=zo, terdapat medan potensial dan diharapkan berada pada titik P(x,y,zo-Δz) dimana Δz > 0. Bidang horizontal dan setengah bola merupakan permukaan dari S dengan jari-jari α. Titik P diproyeksikan terhadap bidang horizontal sehingga menghasilkan cerminan berupa P (Blakely, 1995). 5. (a) (b) Gambar 2.9 (a) Kompilasi aeromagnetik Nevada Utara-Tengah dari Kucks dan Hildenbrand. (b) Anomali magnetik total yang telah di kontinuasi ke atas sejauh 5 km (Blakely,1995). Transformasi Pseudogravitasi Transformasi pseudogravitasi baik digunakan untuk interpretasi anomali magnetik dikarenakan

komputasi Page 4 transformasi tersebut merupakan analogi dari data gravitasi untuk benda magnet dengan massa jenis yang sebanding. Kesebandingan yang terjadi dalam transformasi ini bernilai 100kg/m 3 per A/m, sehingga 1 A/m 10 2 gamma dan 1 gamma 1 kg/m 3. Menurut Blakely (1995), benda termagnetisasi dan rapat massa uniform yang menyebabkan potensial magnetik V dan potensial gravitasi U dapat direlasikan menggunakan persamaan poison sebagai berikut (dengan asumsi M dan ρ adalah konstan) : Dimana ρ = Densitas M = Intensitas magnetisasi = Arah magnetisasi = Komponen medan gravitasi saat arah magnetisasi Hasil dari transformasi pseudogravitasi ini dapat digambarkan sebagaimana berikut : Gambar 2.10Anomali magnetik dan setelah dilakukan transformasi pseudogravitasi (Blakely,1995). Untuk mempermudah pengerjaan transformasi pseudogravitasi, dapat digunakan deret Fourier untuk persamaan (2.11) dengan asumsi pada tiap titik, rasio adalah konstan. Berikut transformasi Fourier dari persamaan (2.11) : (2.12) Untuk mendapatkan persamaan yang menghubungkan anomali medan magnet total dengan komponen medan gravitasi, diperlukan kombinasi oleh persamaan (2.12) dengan persamaan berikut :, (2.13) sehingga menghasilkan persamaan (2.14) Anomali gravitasi pada komponen vertikal didapatkan dengan membagi kedua sisi dengan. Dengan menyatakan anomali pseudogravitasi sebagai, maka dapat diperoleh :, (2.15) dimana:

komputasi Page 5 (2.16) Fungsi merupakan filter untuk mentransformasi anomali medan magnet total pada permukaan horizontal ke anomali pseudogravitasi (Blakely,1995). 6. (a) (b) Gambar 2.11 (a) Kompilasi aeromagnetik Nevada Utara-Tengah dari Kucks dan Hildenbrand. (b) Anomali pseudografitasi hasil transformasi dari gambar (a) (Blakely,1995). Gradien Horizontal Gradien Horizontal digunakan pada pengukuran gravitasi yang berfungsi untuk melokalisasi perubahan densitas yang secara tiba-tiba kearah lateraldengan cara mengkarakterisasi anomali gravitasi (Cordell,1979).Metode ini dapat dilakukan juga pada metode magnetik dengan mengubahnya terlebih dahulu ke dalam anomali pseudogravitasi, dimana gradien horizontal yang curam menunjukkan bahwa dalam magnetisasi terdapat perubahan lateral secara tiba-tiba (Cordell dan Grauch, 1985). Menurut Blakely (1995), perumusan magnitude dari gradien horizontal anomali gravitasi adalah : (2.17) Gradien horizntal cenderung memiliki titik puncak di sekitar tepi sumber gravitasi (atau pseudogravitasi) seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.12.

komputasi Page 6 Gambar 2.12 Anomali magnetik, anomali pseudogravitasi, dan gradien horizontal dengan sumber batangan (Lesmana,2007). Gambar 2.13 (a) Anomali total pada gambar 9(a) yang telah di transformasi pseudogravitasi dan gradien horizontal. (b) Titik menunjukkan grafik maksimum dari gradiem horizontal yang secara otomatis diketahui menggunakan metode Blakely dan Simpson (Blakely,1995). Pasted from <file:///i:\persiapaniugc\draft%20proposal%20tugas%20akhir%20andre.docx>