Jonny Simanulang SMP Negeri 4 Pangkal Pinang Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUM LIMAS YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK PMRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 PALEMBANG

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI LIMAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

Oleh : Qomaria Amanah Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang

PENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya Oktober 2016, Vol. 1, No.1. ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut. menerapkan model pengembangan ADDIE.

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MENGGUNAKAN RANGKAIAN LISTRIK SERI-PARALEL UNTUK MENGAJARKAN LOGIKA MATEMATIKA DI SMK NEGERI 2 PALEMBANG

Kata Kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Hasil Belajar Matematis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

PENGEMBANGAN MATERI KESEBANGUNAN DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SMP NEGERI 5 TALANG UBI

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII

SIKLUS KEDUA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI HIMPUNAN BERBASIS PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA SMP/MTs

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan secara formal, tepat dan akurat sehingga tidak memungkinkan

PEMBELAJARAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR

Pembelajaran Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers Melalui Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA

DESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN BILANGAN 1-29 BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SD NEGERI 117 PALEMBANG

Penguasaan dan pengembangan Ilmu

Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia pada Materi Lingkaran untuk Siswa Kelas VIII SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR KELAS AWAL

Pemahaman Konsep FPB Dengan Pendekatan RME. Oleh: Lailatul Muniroh

PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN BILANGAN BERDASARKAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MODUL EVALUASI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI PALEMBANG

Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar

INTERAKTIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR DI SMK NEGERI SUMBERREJO BOJONEGORO

Keywords: social arithmetic, fuel, development of research-type validation studies

MAKALAH. Oleh: R. Rosnawati, dkk

P 9 Pembelajaran Matematika Realistik Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Di SMP Kelas Vii

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika di jenjang Pendidikan Dasar dan

PENGEMBANGAN LKS DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL UNTUK SMP KELAS VIII

II. KAJIAN TEORI. Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK DAN STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R PADA MATERI HIMPUNAN KELAS VII SMPN 11 KOTA JAMBI

PESTA ULANG TAHUN DAN MODEL PERMEN BATU MEMBANTU MEMPERJELAS KONSEP IRISAN DUA HIMPUNAN. Taufik 1

Vol. XI Jilid 1 No.74 Januari 2017

N. Fahriza Fuadiah 1 Zulkardi 2, Cecil Hiltrimartin 3

Menjebatani Keabstrakan Matematika melalui Pembelajaran Matematika Realistik

Pembelajaran Matematika Realistik Sebagai Sebuah Cara Mengenal Matematika Secara Nyata

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KELILING, LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA

PARADIKMA BARU PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian. Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnya mendapat

KURIKULUM MATEMATIKA TAHUN 1984 DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK. Tatang Herman

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

P 36 PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) BERBASIS BUDAYA CERITA RAKYAT MELAYU RIAU

PENGGUNAAN PENDEKATAN PENDlDlKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DALAM PEMBELAJARAN PERKALIAN BAG1 SISWA SD DENGAN LATAR BELAKANC BUDAYA YANG BERBEDA

KAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR)

Jurnal MITSU Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 3, No. 1, April ISSN :

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA KELAS VII SMP MAARIF 5 PONOROGO

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai. derajat Sarjana S-1 Program Studi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol.3, No.1, Mei 2016

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS V SD NEGERI 2 AMBON

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

Matematika Jurusan PMIPA FKIP UHO.

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DAN RELEVANSINYA DENGAN KTSP 1. Oleh: Rahmah Johar 2

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PENDEKATAN PMRI PADA MATA KULIAH METODE STATISTIKA I

PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SMA NEGERI 2 TANJUNG RAJA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA. Asikin, M. (2001). Komunikasi Matematika dalam RME. Makalah. Yogyakarta: Seminar Nasional RME di Universitas Sanata Dharma.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERAN GURU REALISTIK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KONSTRUKSI PENGETAHUAN MATEMATIS SISWASD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI KONSTRUKTIVISME UNTUK MENGAJARKAN KONSEP PERBANDINGAN TRIGONOMETRI SISWA KELAS X SMA

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 1

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

Implementasi Pembelajaran Realistic Mathematic Education di Kelas III SDN Wonomlati Krembung

DESAIN ATURAN SINUS DAN ATURAN COSINUS BERBASIS PMRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION UNTUK MEMBANGUN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan.

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini akan diuraikan pada

PENGEMBANGAN SOAL NON RUTIN untuk MENGETAHUI BERPIKIR KRITIS SISWA SMP N 18 PALEMBANG. Eka Fitri Puspa Sari, M.Pd

SEKILAS TENTANG PMRI. Oleh Shahibul Ahyan

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

Transkripsi:

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATERI HIMPUNAN KONTEKS LASKAR PELANGI DENGAN PENDEKATAN PENDIDKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Jonny Simanulang SMP Negeri 4 Pangkal Pinang E-mail: s_joni@yahoo.com Abstrak Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Dalam pembelajaran matematika sering kita temui adanya siswa yang kesulitan dalam menerima materi yang diajarkan, untuk mengantisipasi hal itu pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Salah satu pendekatan yang sesuai untuk menunjang guru sebagai guru profesional adalah pendekatan PMRI, sehingga siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Rumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan bahan ajar yang valid dan praktis yang dikembangkan dengan pendekatan PMRI, dan bagaimana efek potensial bahan ajar yang dikembangkan dengan pendekatan PMRI terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (development research) yang bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar yang valid, praktis dan efektif untuk pembelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri 4 Pangkal Pinang. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.D sebanyak 36 siswa. Dengan kesimpulan bahwa bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini dikategorikan valid, praktis dan memiliki potential effect terhadap hasil belajar siswa di kelas VII.D SMP Negeri 4 Pangkal Pinang. Kata kunci : himpunan, pendekatan PMRI PENDAHULUAN Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah lebih baik. Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip

Simanulang, Pengembangan Bahan Ajar Materi Himpunan Konteks Laskar Pelangi pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar. Matematika sebagai ilmu dasar memegang peranan yang sangat penting dalam mengembangkan sains dan teknologi, karena matematika merupakan salah satu sarana berfikir ilmiah yang sangat dibutuhkan untuk menumbuhkembangkan daya nalar, cara berfikir logis, sistematis dan kritis. Dalam pembelajaran matematika sering kita temui adanya siswa yang kesulitan dalam menerima materi yang diajarkan. Kesulitan ini dapat disebabkan antara lain faktor internal yaitu : motivasi, intelegensi, minat dan keadaan psikologis siswa. Sering kita temui siswa yang kurang tertarik mengikuti pelajaran matematika bahkan ada pula siswa yang takut dan benci pada pelajaran matematika. Mungkin hal ini merupakan gejala yang disebabkan oleh materi matematika yang dipelajari dan cara penyajiannya kurang sesuai dengan kematangan siswa, sehingga kegiatan belajar-mengajar tidak bermakna dan hasilnya pun kurang memuaskan. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga atau media lainnya (Depdiknas, 2006 : 416). Salah satu pendekatan yang sesuai untuk menunjang guru sebagai guru profesional maupun tujuan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu sendiri adalah pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI memberikan peluang pada siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Dalam menyelesaikan suatu masalah yang dimulai dari masalahmasalah yang dapat dibayangkan oleh siswa, siswa diberi kebebasan menemukan strategi sendiri, dan secara perlahan-perlahan guru membimbing siswa menyelesaikan masalah tersebut secara matematis formal, baik melalui matematisasi horizontal dan vertikal. Pembelajaran dengan model PMRI cocok atau mendukung, terutama dengan tujuan mata pelajaran matematika dan penekanan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Supinah, 2007 : 20). Beberapa penelitian tentang PMRI telah dilaksanakan baik pada tingkat sekolah dasar ataupun menengah. Beberapa penelitian tersebut antara lain Giri Haryono (2011), Fuadiah (2009), dan Zulkardi (2002). Penelitian yang dilakukan oleh Giri Haryono (2011) terhadap siswa SMP 1 Sungaiselan Bangka Belitung ditemukan hasil positif dalam penggunaan materi PMRI dalam pembelajaran matematika. Siswa menjadi lebih termotivasi, aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar disebabkan oleh materi yang menarik karena dilengkapi dengan gambargambar yang berhubungan dengan Bangka 26

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 7 No.2 Juli 2013 Belitung. Penelitian Fuadiah (2009) yang mengembangkan perangkat pembelajaran pada materi geometri dan pengukuran dengan pendekatan PMRI di SD Negeri 179 Palembang menyimpulkan bahwa siswa suka dan aktif mengikuti pelajaran menggunakan pendekatan PMRI. Hasil analisis observasi aktivitas dan hasil belajar siswa termasuk dalam kategori sangat baik. Penelitian Zulkardi (2002) menunjukkan bahwa terjadi perubahan sikap yang positif terhadap matematika, hal ini dipandang sebagai permulaan yang baik dalam pengembangan pendidikan matematika di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti akan menerapkan suatu pembelajaran yang mampu membuat peserta didik berpikir kritis dan kreatif sehingga mampu memahami konsep matematika yaitu dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Rumusan Masalah Bagaimana mengembangkan bahan ajar Himpunan dengan konteks Bangka Belitung yang valid dan praktis berdasarkan Pendekatan PMRI? Bagaimana efek potensial dari bahan ajar dengan konteks Bangka Belitung yang dikembangkan berdasarkan Pendekatan PMRI terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP N 4 Pangkal Pinang? Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Pendidikan Matematika Realistik yang diterjemahkan dari Realistic Mathematics Education (RME) merupakan salah satu teori pembelajaran dalam pendidikan matematika. Teori ini mengacu pada pendapat Freudhental yang mengungkapkan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika adalah aktivitas manusia. Hal ini berarti bahwa matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, sedangkan matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa atau guru. Rute belajar dalam pendidikan matematika realistik dimana siswa mampu menemukan sendiri ide dan konsep matematika tersebut haruslah dipetakan, sebagai konsekuensinya maka guru harus mampu mengembangkan pengajaran yang interaktif dan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi terhadap proses belajar mereka (Gravemeijer: 1994 dalam Hadi 2005: 37). Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan permasalahanpermasalahan realistik yang dimaksudkan tidaklah mengacu pada realitas namun kepada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa (Slettenhaar,2000). Prinsip penemuan kembali diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi. Terdapat dua jenis matematisasi yang dirumuskan oleh 27

Simanulang, Pengembangan Bahan Ajar Materi Himpunan Konteks Laskar Pelangi Treffers, 1991 dalam I Gusti Putu Suharta; 2 yaitu matematisasi horizontal dan vertikal. Menurut Zulkardi (2003), Pendidikan Matematika Realistik (PMR) merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi siswa, menekankan keterampilan process of doing mathematic berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun secara kelompok. Pembelajaran matematika dengan model RME / PMRI memberikan peluang pada siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Dalam menyelesaikan suatu masalah yang di mulai dari masalah-masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa, siswa diberi kebebasan menemukan strategi sendiri, dan secara perlahan-lahan guru membimbing siswa menyelesaikan masalah tersebut secara matematis formal (Supinah, 2007 : 5). Laskar Pelangi Diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh penulisnya sendiri ( Laskar Pelangi, Mizan Media Utama), buku Laskar Pelangi menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat miskin Belitung. Anak orang-orang kecil ini mencoba memperbaiki masa depan dengan menempuh pendidikan dasar dan menengah di sebuah lembaga pendidikan yang puritan. Bersebelahan dengan sebuah lembaga pendidikan yang dikelola dan difasilitasi begitu modern pada masanya, SD Muhammadiyahsekolah penulis ini, tampak begitu papa dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara Timah). Mereka, para native Belitung ini tersudut dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya justru berada di tengah-tengah gemah ripah kekayaan PN Timah yang mengeksploitasi tanah ulayat mereka. Banyak hal-hal inspiratif yang dimunculkan buku ini. Buku ini memberikan contoh dan membesarkan hati. Buku ini memperlihatkan bahwa di tangan seorang guru, kemiskinan dapat diubah menjadi kekuatan, keterbatasan bukanlah kendala untuk maju, dan pendidikan bermutu memiliki definisi dan dimensi yang sangat luas. Paling tidak laskar pelangi dan sekolah miskin Muhamaddiyah menunjukkan bahwa pendidikan yang hebat sama sekali tak berhubungan dengan fasilitas. Terakhir cerita laskar pelangi memberitahu kita bahwa bahwa guru benar-benar seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Berikut tokoh-tokoh yang terdapat di Laskar Pelangi: 28

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 7 No.2 Juli 2013 Pak Harfan Ibu Muslimh Lintang Mahar Sahara Gambar 2.1. Tokoh-tokoh Laskar Pelangi Ikal Kucai Syahdn AKiong Borek Penggunaan Konteks dalam PMRI Masalah kontekstual (contextual problem) dimaksudkan untuk menopang terlaksananya suatu proses penemuan kembali (reinvention) yang memberikan peluang bagi siswa untuk secara formal memahami matematika (Gravenmeijer, 1994). Menurut Traffers dan Gofree (1985), konteks memainkan peranan utama dalam semua aspek pembelajaran dengan pendekatan RME. Misalnya dalam pembentukan konsep, pembentukan model, aplikasi dan dalam mempraktekkan keterampilan-keterampilan tertentu. Selain dari kenyataan bahwa konteks membentuk backbone dari kurikulum, konteks juga mempunyai fungsi penting dari suatu assesment. Artinya berbagai soal kontekstual harus disiapkan sejak awal dalam kurikulum dan tentu saja dalam mengawali suatu pembelajaran dengan pendekatan RME (Gravenmeijer, 1994). Trapani Harun Pak Zulkarnaen Pak Mahmud A ling dan Flo De Lange (1987), membagi konteks kedalam tiga jenis yaitu konteks orde satu, konteks orde dua, dan konteks orde tiga. Konteks orde satu berbentuk terjemahan dari soal-soal matematika dalam bentuk teks. Kedua, konteks orde dua yang pada dasarnya menyajikan kesempatan bagi terciptanya proses matematisasi. Ketiga, konteks orde tiga merupakan konteks yang memberi peluang bagi siswa untuk menemukan konsep baru dalam matematika melalui proses matematisasi masalah. Prinsip PMRI Menurut Freudenthal dalam Zulkardi (2002 : 29-31 ) ada tiga prisip utama pembelajaran matematika realistik, yaitu : 1. Penemuan kembali secara terbimbing dan matematisasi progresif (Guided reinvention and progressive mathematizing). Karena matematika dalam belajar RME adalah sebagai aktivitas manusia maka penemuan terbimbing dapat diartikan bahwa siswa hendaknya dalam belajar matematika harus diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri proses yang sama saat matematika ditemukan. Prinsip ini dapat diinspirasikan dengan menggunakan prosedur secara informal. Dalam hal ini dua macam matematisasi haruslah dijadikan dasar untuk berangkat dari tingkat belajar matematika secara informal ke tingkat belajar matematika secara formal. 2. Fenomena yang bersifat mendidik (Didactical Phenomenology) Situasi yang berisikan fenomena mendidik yang dijadikan bahan dan area aplikasi dalam pengajaran matematika haruslah berangkat dari keadaan yang nyata terhadap 29

Simanulang, Pengembangan Bahan Ajar Materi Himpunan Konteks Laskar Pelangi siswa sebelum mencapai tingkatan matematika secara formal. Upaya ini akan tercapai jika pengajaran yang dilakukan menggunakan situasi yang berupa fenomena-fenomena yang mengandung konsep matematika dan nyata terhadap kehidupan sehari-hari siswa. Topiktopik matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan kontribusinya bagi perkembangan matematika, masalah dijadikan sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri untuk memecahkannya. Dalam memecahkan masalah tersebut, siswa diharapkan dapat melangkah ke arah matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Proses matematisasi horizontal-vertikal inilah yang diharapkan dapat memberi kemungkinan siswa lebih mudah memahami matematika. 3. Pengembangan model sendiri (Self-develoved models) Peran pengembangan model sendiri merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi konkret atau dari informal matematika ke formal matematika. Artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah melalui pengarahan dari guru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, mulai dari model pemecahan yang informal (model-of) menuju model yang formal (modelfor) dalam bentuk model matematika maupun rumus-rumus dalam matematika. Ciri-ciri Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Pendidikan Matematika Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Menggunakan masalah kontekstual, yaitu matematika dipandang sebagai kegiatan sehari-hari manusia, sehingga memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi atau dialami oleh manusia (masalah kontekstual yang realistik bagi siswa ) merupakan bagian yang sangat penting. Menggunakan model, yaitu belajar matematika berarti bekerja dengan matematika (alat matematis hasil matematisasi horizontal). Menggunakan hasil dan kontruksi siswa sendiri, yaitu siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematis, di bawah bimbingan guru. Pembelajaran terfokus pada siswa. Terjadi interaksi antara murid dan guru, yaitu aktivitas belajar meliputi kegiatan memecahkan masalah kontekstual yang realistik, mengorganisasikan pengalaman matematis, dan mendiskusikan hasil-hasil pemecahan masalah tersebut. Marpaung merumuskan karakteristik PMRI sebagai berikut : Murid aktif, guru aktif (matematika sebagai aktifitas manusia). Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah kontekstual / realistik. 30

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 7 No.2 Juli 2013 Guru memberikan kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah dengan cara sendiri. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Siswa dapat menyelasaikan masalah dalam kelompok (kecil atau besar). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau development research (Akker, 1999), yaitu pengembangan materi himpunan dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu preliminary study (tahap persiapan, tahap pengembangan model) dan formatif study (tahap evaluasi dan revisi) yang merupakan dua tahapan dari riset pengembangan. Berikut ini langkah-langkah pengembangan materi yang disajikan dalam bentuk diagram alir (Zulkardi, 2006). Low resistance to revision High resistance to revision Expert Reviews Priliminary Self Evaluation Revise Revise Small Group Revise Field Test One-toone Gambar 3.1. Diagram Alir Pengembangan Bahan Ajar 31

Simanulang, Pengembangan Bahan Ajar Materi Himpunan Konteks Laskar Pelangi PEMBAHASANN Proses pengembangan yang sudah dilalui terdiri dari tiga tahap, yaitu self evaluation, prototyping (expert reviews, one-to-one dan small group) dan field test serta revisi pada masing-masing tahap maka diperoleh bahan ajar yang dikategorikan valid dan praktis. Valid tergambar dari hasil penilaian validator, dimana hampir semua validator menyatakan baik berdasarkan konten, konstruks, dan bahasa. Setelah soal dinyatakan valid secara kualitatif berdasarkan, soal diujicobakan terhadap siswa kelas VII.B SMP 4 Pangkal Pinang sebanyak 35 siswa untuk menganalisis butir soal dan realibilitas soal. Dari hasil revisi berdasarkan komentar/saran dan lembar jawaban siswa pada One-to-one dan small group menunjukkan soal yang dikembangkan praktis. Soal tersebut dikategorikan praktis tergambar dari hasil pengamatan pada ujicoba small group, dimana hampir semua siswa dapat menggunakan bahan ajar dengan baik. Soal yang dikembangkan juga sesuai dengan alur pikiran siswa, konteks yang diberikan diketahui oleh siswa, mudah dibaca dan tidak menimbulkan penafsiran yang beragam. Pada uji field test siswa dikelompokkan dengan jumlah setiap kelompok 7-8 orang. Dari 36 siswa terdapat 5 kelompok, masing-masing 7 siswa dan hanya satu kelompok 8 siswa. Pada materi himpunan ini peneliti menggunakan konteks Laskar Pelangi. Laskar Pelangi bagi anak-anak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan konteks nyata yang bisa mereka temui. Penggunaan konteks ini bertujuan untuk memotivasi siswa dan membantu siswa memahami konsep himpunan. Pembelajaran mengenai konsep himpunan dimulai dengan masalah realistik dan selanjutnya melalui aktivitas siswa menjawab beberapa pertanyaan. Hal ini sesuai dengan prinsip PMRI yang pertama yaitu guided reinvention (penemuan kembali secara seimbang) melalui progressive mathematizing (matematisasi progresif). Berdasarkan tes hasil belajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mencapai hasil dengan kategori yang baik hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Laskar Pelangi dapat menambah motivasi siswa untuk belajar dengan lebih baik. Dengan Laskar Pelangin sebagai starter untuk pembelajaran pokok bahasan Himpunan membuat siswa lebih semangat dan lebih cepat dalam memahami konsep-konsep Himpunan. Hal ini dimungkinkan bahwa cerita Laskar Pelangi sudah mereka pahami sebelumnya, sehingga waktu belajar himpunan dengan konteks Laskar Pelangi, para siswa lebih cepat untuk memahami Satu siswa yang masih kurang dalam memahami konsep himpunan yaitu siswa PAR. Hasil kerja siswa PAR kebanyak salah dalam pemahaman konsep himpunan, hal ini disebabkan siswa ini termasuk berkemampuan lemah. 32

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 7 No.2 Juli 2013 Pada aktivitas dua siswa diberikan konteks karnaval. Hari yang sangat mendebarkan, Mahar merancang pakaian untuk Cheetah dengan bahan semacam terval yang dicat kuning-kuning bertutul-tutul sehingga mirip macan tutul. Pembelajaran diawali dengan pemberian gambar penampilan anak-anak SD Muhammadiyah ketika tampil dalam karnaval 17 Agustus, siswa menentukan masing-masing siswa yang tutut andil dalam karnaval tersebut. Pemberian konteks ini diberikan sebagai jembatan siswa untuk memahami himpunan bagian dari suatu himpunan, kemudian siswa menentukan himpunan bagian yang memiliki satu anggota, dua anggota, tiga anggota dan seterusnya. Pada tahap ini siswa sudah terbiasa dan tampak antusias. Siswa juga menentukan banyaknya anggota himpunan yang didapat. Di akhir pertemuan dilakukan diskusi kelas untuk membuat kesimpulan. Pada aktivitas tiga siswa diberikan konteks Mahar dan Ikal yang sedang berpelukan berjalan di sebuah jembatan desa Gantong. Siswa tampak senang belajar dengan gambargambar ini, dalam hal ini Mahar dan Ikal adalah tokoh sentral dari Laskar Pelangi dan ada juga yang mengidolakan kedua tokoh ini. Mereka mengamati huruf-huruf yang sama yang sama yang terdapat pada nama kedua anak tersebut, lalu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada lembar kerja. Tiap kelompok juga menentukan penggabungan dari huruf-huruf tersebut. Dalam pembelajaran ini terjadi interaktivitas yang cukup tinggi dalam menyajikan operasi himpunan. Di akhir kegiatan dilakukan diskusi kelas dalam menarik kesimpulan. Pada aktivitas tiga siswa diberikan konteks Bu Muslimah dan Pak Harfan yang sedang bercerita dengan latar belakang SD Muhammadiyah. Mereka mengamati hurufhuruf yang sama yang sama yang terdapat pada nama kedua anak tersebut, lalu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada lembar kerja. Tiap kelompok juga menentukan penggabungan dari huruf-huruf tersebut. Dalam pembelajaran ini terjadi interaktivitas yang cukup tinggi dalam menyajikan operasi himpunan. Di akhir kegiatan dilakukan diskusi kelas dalam menarik kesimpulan. Pada aktivitas empat, siswa masih diberikan konteks Lomba Cerdas Tangkas yang diikuti oleh Mahar, Lintang dan Ikal. Dalam aktivitas ini peneliti menunjuk ketua kelompok untuk mendata anggotanya yang menyukai tokoh Mahar dan menyukai tokoh Ikal. Kemudian data tersebut dimasukkan dalam tabel sehingga didapat jumlah siswa secara keseluruhan. Kemudian mereka menjawab tiap pertanyaan yang ada dalam lembar kerja seperti ditunjukkan pada Gambar. Mereka menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah. Di akhir aktivitas dilakukan diskusi kelas dalam membuat kesimpulan. 33

Simanulang, Pengembangan Bahan Ajar Materi Himpunan Konteks Laskar Pelangi KESIMPULAN Penelitian ini telah menghasilkan suatu produk bahan ajar himpunan yang dikembangkan dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Proses pengembangan bahan ajar ini terdiri dari tahap analisis, desain, evaluasi dan revisi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan : 1. Penelitian ini telah menghasilkan produk bahan ajar berupa LKS materi himpunan konteks Laskar Pelangi yang dikembangkan dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dengan dikategori valid dan praktis. 2. Berdasarkan proses pengembangan diperoleh bahwa bahan ajar yang dikembangkan memiliki efek potensial terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 4 Pangkal Pinang Bangka Belitung DAFTAR PUSTAKA Akker, J.V. 1999. Principle and Methods of Development Research. In : J.Van den Akker, R. Branch, K. Gustafson, N. Nieveen & Tj. Plomp (Eds), Design methodology and developmental research. Dordrecht : Kluwer Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Darmadi, H. 2009. Kemampuan Mengajar Guru :Landasan Konsep dan Implementasinya. Bandung : Alfabeta. De Lange, J. (1987). Mathematics Insight and Meaning. Utrecht : OW & OC Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Kompetensi SMP dan MTs. Jakarta : Depdiknas. --------------.2004. Pedoman Pengembangan Bahan Ajar Sekolah Menengah. Jakarta:Dirjen Mendikdasmen, Depdiknas. Djamarah, S.B. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Fauzan, A. 2001. Pendekatan Matematika Realistic Suatu Tantangan dan Harapan. Makalah disampaikan pada seminar nasional tentang Pendidikan Matematika Realistic tanggal 14-15 November 2001. Yogyakarta : Tidak Diterbitkan. Figueiredo, NJC. 1999. Ethnic Minority Students Solving Contextual Problems. The Netherlands : Freudenthal Institude. Fuadiah. 2009. Pengembangan perangkat pembelajaran pada materi geometri dan pengukuran dengan pendekatan PMRI di SD Negeri 179 Palembang. Palembang 34

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 7 No.2 Juli 2013 Gravemeijer, Koeno. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Netherlands : Utreccht University. Haryono, Giri. 2011. Pengembangan Bahan Ajar Himpunan dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) menggunakan Konteks Bangka Belitung Kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Hudoyo, H. 1998. Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktivistik. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana IKIP Malang, Malang 4 April 1998. Menteri Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Nasution, M.A. 2005. Berbagai pendekatan dalam Proses Pembelajaran dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Ruseffendi, E.T. 1980. Pengajaran Matematika Modern. Bandung : Tarsito Sabandar, J. 2001. Aspek kontekstual dalam soal matematika dalam realistic mathematics education. Makalah disajikan dalam seminar sehari tentang Realistic Mathematics Education tanggal 4 April 2001. Bandung : Tidak Diterbitkan Sidharta, A. 2004. Pembelajaran Kooperatif. Bandung : Depdikbud. Sobel & Maletsky. 2004. Mengajar Matematika : Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas, dan Strategi Untuk Guru SD, SMP, SMA. Jakarta : Erlangga. Supinah. 2007. Pembelajaran Matematika dengan Model PMRI. Yogyakarta : PPPG matematika. Suryanto & Sugiman. 2003. Pendidikan Matematika Realistik (Disampaikan pada seminar Pendekatan Realistik dalam Pendidikan Matematika di Indonesia). Yogyakarta : Universitas Sanata dharma. Sutarto Hadi. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya. Banjarmasin : Tulip. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik : Konsep, Landasan Teoritis_Praktis dan Implementasinya. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher. Zulkardi. 2001. Realistic Mathematics Education (RME). Teori, contoh pembelajaran, dan teman belajar di internet. Makalah disajikan dalam seminar sehari tentang Realistic Mathematics Education tanggal 4 April 2001. Bandung : Tidak Diterbitkan.. 35

Simanulang, Pengembangan Bahan Ajar Materi Himpunan Konteks Laskar Pelangi 36