Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Berdasarkan National Institute of Occuptional Safety and Health (NIOSH), manual handling adalah sebagai suatu aktivitas dengan menggunakan pergerakan tangan pekerja untuk mengangkat, mengisi, mengosongkan, meletakkan atau membawa (Services, 2007). Sedangkan menurut Occuptional Safety and Health Administration (OSHA), manual handling didefinisikan sebagai suatu aktivitas pekerjaan yang memindahkan material dengan tangan dengan cara mengangkat, menurunkan, membawa, mendorong, menarik, menggeser ataupun menyusun material (Services, 2007). Jadi, pengertian dari manual handling adalah suatu aktivitas yang dilakuka secara manual menggunakan tangan pada beberapa gerakan, seperti mengangkat, mendorong, membawa dan menggeser suatu tempat ke tempat lain. Dalam pengangkatan atau pemindahan barang secara manual, akan memberikan efek kepada anatomi badan yaitu bagian muskuloskeletal, terutama pada bagian tubuh tulang belakang. Menurut National Institute of Occuptional Safety and Health (NIOSH) (Services, 2007), gangguan muskuloskeletal adalah sekumpulan kondisi patologis yang mempengaruhi fungsi normal dari jaringan halus sistem muskuloskeletal yang mencakup syaraf, tendon, otot dan struktur penunjang tubuh seperti discus intervertebral. Maka dapat disimpulkan bahwa gangguan muskuloskeletal adalah sebuah gangguan yang merusak fungsi dari bagian tendon, otot dan syaraf manusia dikarenakan melakukan aktivitas pada bentuk postur tubuh yang tidak normal seperti membungkuk dan mengangkat beban secara berlebihan. Berdasarkan dari penelitian yang dipublikasikan oleh (Tapley & Riley, 2005) dari east and south east specialist group pada risetnya berjudul baggage handling in narrow-bodied aircraft : identification and assessment of musculoskeletal injury risk factors, mengatakan bahwa sebagian besar laporan mengenai musculoskeletal disorders pada aircraft terjadi pada saat penanganan bagasi secara manual didalam pesawat dan cargo saat memasukkan atau mengeluarkannya barang dari pesawat. Salah satu faktor penyebab keluhan tersebut yaitu akibat berat beban tas yang 1
dibawa dan pada kondisi sempit dalam pesawat. Laporan ini meliputi keluhan keseleo dan strain karena berat beban tas, posisi canggung atau sulit bergerak serta terbatasnya ruang dalam pesawat. Penelitian ini diambil berdasarkan hasil observasi langsung dalam mengidentifikasi postur canggung dan kemudian dianalisis menggunakan ergonomics and medical research yang difokuskan pada bagian kenyamanan dalam postur pengangkatan. Berikut data statistika yang menderita musculoskeletal pada aircraft berdasarkan penelitian dari east and south east specialist group pada risetnya berjudul baggage handling in narrow-bodied aircraft : identification and assessment of musculoskeletal injury risk factors : Tabel I. 1 Data Statistika musculoskeletal Sumber : (Tapley & Riley, 2005) SIC 63230 SIC 62100 Year Major Over 3 Days Major Over 3 Days Total 1997/98 12 303 10 235 560 1998/99 13 334 16 245 608 1999/00 8 338 7 266 619 2000/01 8 345 9 329 691 2001/02 17 411 13 362 803 Musculoskeletal disorders merupakan salah satu penyakit akibat kerja pada postur yang tidak normal. Berdasarkan hasil riset diatas disimpulkan bahwa Salah satu contoh terjadinya musculoskeletal disorders adalah proses pengangkatan beban penumpang pada hatrack pesawat. Hatrack atau rak topi merupakan sebutan nama lain dari bagasi dalam pesawat. Salah satu fungsi dari hatrack adalah tempat penyimpanan barang-barang penumpang yang bersifat berharga dan mudah pecah. Berdasarkan standar beban yang dibawa ke dalam cabine dalam pesawat pada setiap maskapai, berat beban maksimal yang dibawa pada cabine dalam pesawat memiliki berat 7 Kg (www.atraircraft.com). PT. Dirgantara Indonesia adalah sebuah perusahaan yang memiliki tujuan pada bidang perhubungan, komunikasi, pertahanan dan keamanan dalam bentuk industri dan perdagangan produk dan jasa serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan 2
berdaya saing kuat untuk mendapatkan / mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan terbatas (bumn.go.id). Pada tahun 2016 mendatang, PT.Dirgantara Indonesia akan mengembangkan pesawat CN-235 yang sudah selesai pada bulan November 2015. Penamaan untuk pengembangan pesawat CN-235 adalah pesawat N-245, pesawat N-245 ini memiliki kemiripan dengan CN-235. Namun, yang membedakan dari CN-235 adalah ukuran geometri dari pesawatnya pada bagian cone pesawat. Dan pesawat N-245 merupakan salah satu pesawat sejenis ATR. N-245 merupakan pesawat yang melayani penerbangan maksimal selama 2 jam, pada pesawat N-245 melayani penerbangan full service dan ukuran seat dari pesawat N-245 sebanyak 50 seat. Berdasarkan data dari International Air Transport Association (IATA) terdapat data standarisasi pada dalam pesawat seperti data standar kursi, pintu pesawat, pintu emergency, lavatory. Selain data standar pada bagian pesawat yang telah disebutkan, pada bagian dalam pesawat lainnya tidak terdapat data standarisasinya, namun terdapat data regulasi pada setiap bagian pesawat. Pesawat N-245 ini akan mengembangkan desain terbaru dan mengevaluasi pada bagian hatrack pesawat dari pesawat ATR yang sejenis, dikarenakan tidak terdapatnya standar tinggi dari hatrack. Dengan mengevaluasi hatrack pesawat dari pesawat yang sejenis menggunakan simulasi mannequin orang chinese dengan persentil 95% pada software CATIA V5R20 kemudian dianalisis RULA. Analisis RULA berfungsi untuk memberikan penilaian pada postur tubuh bagian atas dan berhubungan dengan pekerjaan yang terindikasi terjadinya resiko upper limb disorders. Setelah dilakukan simulasi menggunakan CATIA software, didapatkan bahwa nilai RULA pada postur eksisting mannequin pada saat melakukan postur pengangkatan beban sebesar 7 Kg ke hatrack pesawat bernilai 7, yang artinya bahwa harus dilakukan pemeriksaan dan perbaikan dengan segera. Inputan dari RULA adalah postur, beban yang diangkat, tenaga yang digunakan (statis/dinamis), dan jumlah pekerjaannya. 3
Gambar I. 1 Posisi Mannequin pada Hatrack Eksisting Dengan melihat nilai postur eksisting pada saat pengangkatan beban ke hatrack pesawat memiliki nilai RULA yang besar. Kemudian ditinjau dari segi posisi gerak dari berdiri dari kursi penumpang hingga keluar dari kursi, memiliki ruang gerak yang menyulitkan mannequin, sehingga bagian atas tubuh mannequin menghindari bagian atas hatrack. Setelah dianalisis menggunakan analisis RULA, didapatkan nilai 6 pada RULA analysis, yang artinya bahwa perlu diadakan perbaikan segera. Dan jika ditinjau pada saat keluar dari kursi dengan cara membungkuk mendapat nilai 3 yang berarti dilakukan perbaikan segera. Gambar I. 2 Postur Mannequin Keluar Kursi 4
Dan berdasarkan data statistika keluhan musculoskeletal pada saat pengangkatan beban pada hatrack atau cabin, tidak adanya standarisasi pada hatrack, nilai RULA yang berkisar 3, 6 dan 7 yang mengartikan perlunya perbaikan pada posisi postur pengangkatan beban pada hatrack. Dapat disimpulkan bahwa perlu adanya penelitian untuk mengevaluasi postur pengangkatan beban ke hatrack pesawat dan menentukan standar tinggi pada hatrack berdasarkan data antropometri orang Indonesia menggunakan metode posture evaluation index (PEI), karena dalam metode posture evaluation index (PEI) terdapat banyak analisis dalam mengenai permasalahan mengenai posture. Diantaranya terdapat analisis NIOSH, OWAS, RULA, Low Back Pain, fatigue analysis, forcesolver, manual handling limit, metabolic energy expenditure, predetermined time standard, static strength prediction. Dan dengan menggunakan metode PEI dapat merepresentasi secara fisik yang dihasilkan oleh computer dengan menampilkan suatu representasi fisik dengan lingkungan nyata. Setelah dilakukan simulasi untuk mencari nilai PEI eksisting pada saat melakukan pengangkatan beban ke dalam hatrack didapatkan nilai PEI sebesar 2.14 dengan persentil 5 yang mengartikan bahwa posture pada saat mengangkat dengan tinggi pada objek penelitian yang eksisting tidak ergonomis. Sehingga perlu diadakan penelitian lebih lanjut dalam menangani permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan posture evaluation index (PEI). I.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah yang akan diangkat pada penelitian ini adalah bagaimana tinggi vertikal hatrack dari lantai cabin ke bagian hatrack yang ergonomis? I.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menentukan atau merekomendasikan desain tinggi vertikal hatrack dari lantai cabin hingga hatrack sesuai dengan standar ergonomi yang melalui simulasi virtual environment. 5
I.4 Batasan Penelitian Pada penelitian ini memiliki suatu batasan agar pada penelitian ini lebih fokus sesuai dengan tujuan dari penelitian. Berikut adalah data-data yang menjadi batasan ruang lingkup pada penelitian ini : 1. Aktivitas pengangkatan beban pada hatrack di pesawat ATR. 2. Tidak meneliti hingga detail desain hatrack pesawat, cara mekanisme pembuatan serta besar biaya pembuatannya. 3. Penelitian ini untuk mengevaluasi postur pada pengangkatan beban pada hatrack dan pada saat penumpang masuk atau keluar dari kursi penumpang agar penumpang nyaman saat menggunakannya. Dalam postur pengangkatan, pada gerakan menjangkau beban dan membawa beban tidak masuk dalam perhitungan, melainkan lebih menekannya pada saat postur meletakkan beban ke hatrack. I.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dapat mendesain tinggi hatrack yang aman bagi penumpang pada proses pengangkatan beban dan pada saat melakukan aktivitas masuk atau keluar dari kursi penumpang. 2. Dapat mendesain tinggi hatrack yang dapat mengurangi terjadinya risiko musculoskeletal disorders (MSDs). I.6 Sistematika Penulisan Berikut adalah uraian sistematika penulisan pada penelitian ini : Bab I Pendahuluan Pada bab pedahuluan ini diuraikan latar belakang permasalahan yang diangkat pada aktivitas pengangkatan beban secara manual pada hatrack pesawat N-245. Selain itu, terdapat pula perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 6
Bab II Bab III Bab IV Landasan Teori Pada bab landasan teori ini, terdapat dasar teori yang menunjang pada penelitian dalam mengevaluasi postur dan merancang standar tinggi hatrack dengan mengunakan pendekatan virtual environment dan dasar teori yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Tujuan dari bab landasan teori ini adalah sebagai landasan teori yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini, referensi pada landasan teori ini berasal dari penelitian para ahli dan penelitia n- penelitian yang serupa pada sebelumnya. Metodologi Penelitian Pada bab metodologi penelitian ini menjelaskan langkah-langkah dalam menyelesaikan penelitian ini sesuai dengan perumusan masalah. Metode pemecahan masalah disusun dengan meninjau kondisi nyata pada pesawat berjenis ATR dan menganalisis tinggi vertikasl eksisting hatrack dan aktivitas pengangkatan beban secara manual oleh penumpang pada hatrack pesawat berjenis ATR. Langkah-langkah pada penelitian ini secara rinci ialah diawali dengan mengidentifikasi perumusan masalah, tahap pengumpulan data, pengolahan data yang menghasilkan rekomendasi standar tinggi hatrack yang dapat mengurangi risiko musculoskeletal disorders (MSDs) dan pada tahap akhir yaitu analisa dan kesimpulan. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bab pengumpulan dan pengolahan data ini berisi pengumpulan data data yang mendukung dalam penelitian. Dalam pengumpulannya dilakukan pengambilan data data dari perusahaan yang sudah terstandarisasi pada CASR ( Civil Aviation Safety Regulation ). Setelah data dikumpulkan, data tersebut masuk ke dalam tahapan pengolahan data. Pada tahap pengolahan data ini, data akan diolah seperti yang sudah dijelaskan pada bab ketiga yaitu metodologi penelitian. 7
Bab V Bab VI Analisis Pada bab analisis ini, dilakukan suatu analisis mengenai data eksisting objek penelitian dengan data yang sudah diperbaiki atau usulan objek penelitian. Analisis ini mencakup analisis pada ergonomis atau tingkat kenyaman pada proses pengangkatan dan pada saat masuk ke dalam kursi penumpang, serta didapatkan ketinggian hatrack dari sisi vertikal yang baik dan nyaman untuk para penumpang. Kesimpulan dan Saran Pada bab kesimpulan dan saran, dilakukan suatu penarikan kesimpulan dari hasil penelitian dan memberikan saran kepada perusahaan yang bersangkutan dalam penelitian ini dan ditujukan pula kepada penelitian selanjutnya. 8